Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erni Endah Wahyuni
Abstrak :
Perkembangan zaman yang sangat pesat membawa masyarakat pada kehidupan sekuler, hedonistic dan matrealistik. Perubahan dalam pola kehidupan manusia, terutama kehadiran teknologi telah membentuk sistem ideologi baru yang telah menggeser tatanan sistem nilai, etika, dan moralitas religius. Dampaknya melahirkan suatu kelompok sosial yang konsumtif. Kelompok sosial ini gemar mengkonsumsi berbagai macam komoditi sekunder dan tertier sehingga menimbulkan kecemburuan sosial dan mengubah cara orang lain bertingkah laku. Untuk itu diperlukan suatu nilai yang mampu menjembatani teknologi dengan nilai, etika, dan moralitas religius sehingga akan memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia. Emotional Intelligence merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan produktif dan meraih keberhasilan, sedangkan Zuhud merupakan karakter yang membentuk pribadi yang meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat dan mengarahkan pada sikap kejernihan jiwa. Kedua nilai ini berpotensi mampu memberikan kontribusi positif bagi nilai-nilai kehidupan. Dalam dunia kerja juga diperlukan sikap saling membantu dan bekerjasama dengan karyawan yang lain, yang lebih dikenal dengan istilah Organization Citizenship Behavior. Tugas-tugas pemimpin akan lebih ringan jika terdapat karyawan-karyawan dengan OCB tinggi, sehingga konsekuensinya akan meningkatkan produktivitas dan kesuksesan. OCB dipandang sebagai manifestasi dari kodrat manusia sebagai makhluk sosial, maka akan sangat mungkin dipengaruhi oleh kompetensi sosial yang dimiliki oleh pegawai. Kecerdasan emosi merupakan suatu kapasitas yang mengidentifikasikan tingkat kompetensi personal dan sosial dari karyawan yang bersangkutan, sedangkan zuhud herperan dalam dunia pekerjaan, untuk meningkatkan aktivitas dan etos kerja. Penelitian ini menganalisis kontribusi Zuhud dan Emotional Intelligence terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCR). Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti berdasarkan kajian teoritis. Kuisioner tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Populasi dalam penelitian ini adaiah RSU Bhakti Asili yang berjumlah 125 orang. Adapun Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil secara Simple Random Sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak, sedangkan jumlah sampel penelitian sebanyak 73 orang. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, menerima hipotesis yang diajukan yaitu Zuhud dan Emotional Intelligence berkontribusi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). Hal ini ditunjukkan melalui hasil analisis regresi berganda dengan nilai F sebesar 66,436 dan signifikasi 0,000. Nilai signifikasi tersebut berada di bawah signifikasi yang ditetapkan yaitu 0,05 dan positif. Dapat disimpulkan bahwa Zuhud dan Emotional Intelligence nu miliki hubungan yang positif terhadap OCR. Hal ini dapat dimaknakan, bila Zuhud dan Emotional Intelligence karyawan RSU Bhakti Asih mengalami kenaikan maka independen (Zuhud dan Emotional Intelligence) terhadap peruhahan variabel dependen (OCR) adalah sebesar 65,5% sedangkan sisanya sebesar 34,5% dipengaruhi oleh variabel yang lain selain variabel Zuhud don Emotional Intelligence.
The world has changed lastly and it has alTacted the society into a secular, hedonistic, and materialistic life. The change ini human life pattern, especially after the presence of technology has formed a new ideology which has changed the pattern of values, ethics and moralities system that already exist before. It is also hatched a consumtive social group as a result of the change. This social group like to crnnsume unnecessary commodity, there for their habits emerged social jelousy and changed other people behavior. There for, it is necessary to establish a value that can connect technology with religious values, ethnics and morality, so that will give positive effect for life. Emotional Intelligence is an ability to use emotion effectively to reach the purpose, depelove a productive relationship and enreach the success. Meanwhile Zuhud is a character which forms an ind'vidual that will ignore unnecessary things and lead us to the purity of soul. Both values are potentially give positive contribution to the values of the life. In working atmosphere it is also needed sense of help each other and cooperate with other employee, which is better known with term Organizational Citizenship Behavior (OCB). The leader's assignment will he lighter is there are employee with high 0C3, so that the productivity and success will raise shrewdly as a result of that. OCR is regarded as the manifestation of human nature as social creatures, so it will easily be affected by social competency of the employee it self. The Emotional Intelligence is a capacity which identifies personal and social competency level of the employee, meanwhile zuhud has a role in working atmosphere to increase working ethos and activity. The research will analyze the contribution of Zuhud and Emotional Intelligence upon Organizational Citizenship Behavior (OCB). The questioner u:ed in this research is made by the researcher based on theoritical study, The validity and reliability of the questioner has been tested. The population of the research is in public Hospital Bhakti Asih with 125 persons involve. The researcher used Simple Random Sampling, which is the sample are Laken randomly. The sample is about 73 persons. The result of the research is accept the hypothesis, which is Zuhud and 1:Motional Intelligence have a contribution to Organization Citizenship Behavior (OCB). The result is proved by double regression analysis with F score with estimation 66,436 and 0,000 signification. The signification score is under the signification that has been decided, which is 0,05 and positive. The conclusion is Zuhud and Emotional Intelligence have a positive relationship with OCB. It means that, if Zuhud and Emotional Intelligence of the publik Hospital Bhakti Asih employees are increase, so the independent variable (Zuhud dan EI) against the change of dependent variabel OCB is about 65.5%, meanwhile the rest 34,5% is affected by another variable except Zuhud and El variable.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T 17557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Arief
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena keadaan pasien penyakit jantung koroner (PJK) di Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita yang mengalami kecemasan dalam menghadapi kematian. Serangan penyakit jantung koroner bisa kapan saja terjadi, dengan gejala rasa sakit dan nyeri pada dada, camas, tercekik atau rasa terbakar. Dapat pula terjadi palpitasi (jantung berdebar), berkeringat dingin, posing atau sampai kehilangan kesadaran. Bagi seorang mukmin kematian adalah beristirahat ditempat yang penuh kedamaian (QS Al-Fajar : 27-29). Artinya kematian tidak perlu dicemaskan, karena kematian adalah gerbang memasuki dunia baru yang lebih indah, dan bahagia bagi mereka yang meiliki bekal. Variabel yang diduga dapat menetralisir kecemasan menghadapi kematian adalah salat tahajjud dan sabar. Hal ini sebagaimana yang di isyaratkan dalam QS Al-Baqarah : 153. jadi penelitian ini mempertanyakan apakah Peranan Salat Tahajjud Dan Sabar terhadap Kecemasan Menghadapi Kematian? (Studi Kasus Penyakit Jantung di Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita). Penelitian ini dilakukan terhadap 6 (enam) orang pasien rawat inap dimana tiga orang subyek melaksanakan salat tahajjud dan sabar, dan sebagai pembandingnya diambii tiga orang sabyek sisanya yang tidak melaksanakan salat tahajjud, atau tidak sabar, atau tidak kedua-duanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus dalam mengungkap fakta di lapangan, yang menggunakan alat penelitian melalui wawaneara sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data dan observasi sebagai metode penunjang. Hasil penelitian di temukan bahwa pasian rawat inap yang menjadi subyek merasakan sebagian gejala yang berbeda tentang PJK, terutama gangguan kecemasan menghadapi kematian. Subyek yang melakukan salat tahajjud merasakan unsur meditasi dan relaksasi cukup tinggi, sehingga merasakan ketenanggan. Apalagi kalau dilakukan secara khusyu, dapat mengurangi gangguan berbagai mental, diantaranya gangguan kecemasan menghadapi berbagai kecemasan, karena dalam sabar mengandung unsur-unsur dapat mengendalikan diri, tidak mengeluh, menerima kenyataan. Hasil penelitian menunjukan bahwa salat tahajjud dan sabar berperan terhadap kecemasan menghadapi kematian. Hal ini dapat dilihat perbandingan antara tiga orang subyek yang melaksanaka salat tahajjud dan sabar, tga orang subyek yang tidak melaksanakan salat tahajjud dan tidak sabar, atau tidak kedua-duanya.
The phenomenon of coronary heart disease patient condition at RSJPD HK that experiencing anxiety facing dying time (terminally ill) has been the background of this research. Coronary attack might take place at anytime with the symptoms' such as ; chest hurt, anxiety, choke or feeling like burning. Sometimes the following symptoms also happen : palpitation, cool perspiration, headache or unconciousness. For mu'min, to die is to rest in a fully peace place (Q.S. Al Fajar : 27-29). To die is not necessary to be worried of because it is a gate to enter a more beautiful new life and brings happiness for those who have enough preparation (fully prepared). Anxiety towards dying time can probably be netralized by salat tahajjud and patiency, a couple of independent variables, these are indicated in QS. AI Baqarah : 153. Therefore, this study attempt to answer the question of what is the role of salat tahajjud and facing on anxiety facing dying time (Case Study on Heart Disease Patient at RSJPD HK). This study involves six hospitalized patients, three of them rutinely do the salat tahajjud and be patient, in contrary three others don't do the salat Tahajjud or inpatient or not salat and inpatient simultaneously. This study uses qualitative approach with case study with using facts through interview as the main instrument in collecting data and observation as the supporting methods. Based on the result, it is found that the hospitalized patient as the subject of this research pointing out themselves differently on a variety of symptoms of coronary heart disease, especially anxiety facing dying time. The salat tahajjud subjects feels that the meditation and relaxation elements are high enough to make them calm and peace, especially if they do it intensively (khusyu'). It can reduce mental disturbancy such as anxiety facing dying time.As well as patient subject feel themselves have the ability to overcome the anxiety because patiency contains elements such as self control, incomplaint, stay with the fact. The result of this research indicates that salat tahajjud and patiency play their roles on reducing anxiety facing dying time. This is reflected on the comparation between three subject that do salat tahajjud and being patient and the others three subject that don't do salat Tahajjud and/or impatient, nor both.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17608
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Han Gitra Massinggih
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara aspek-aspek self efficacy dan religiusitas terhadap kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional.Pada penelitian ini independent variable (IV) terdiri dari 15 dan kecemasan sebagai dependent variable (DV). Dengan teknik non-probability sampling yang dipilih melalui incidental/convinience sampling, diperoleh sampel sebanyak 48 siswa atau 40% dari sampel total yang berjumlah 120 siswa. Data penelitian diolah menggunakan metode multiregresi linear dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil dan kesimpulan penelitian ini membuktikan bahwa ada pengaruh antara aspek-aspek self efficacy dan religiusitas terhadap kecemasan (r=0,722) dan signifikan (sig. 0,022). Nilai R² dari seluruh variabel yang diujikan sebesar 0,521 atau setara dengan 52,1%. Aspek generality (sig. 0,022, R²= 0,291) pada variabel self efficacy dan aspek beliefs (sig. 0,026, R²= 0,423) pada variabel religiusitas menjadi variabel bebas yang terbukti berpengaruh positif dan signifikan dengan kecemasan. Kedua aspek ini perlu menjadi prioritas jika akan dilakukan intervensi pada kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional di SMA Muhammadiyah 1 Cileungsi. ...... This thesis aims to examine the correlation aspect of Self Efficacy and Religiousity Toward Students Anxiety when Facing a National Examinations. In this study, the independent variable (IV) amounted to 15 and anxiety as the dependent variable (DV). With technique non-probability sampling was choice incidental/convenience sampling, obtained a sample of 48 students or 40% from 120 all samples. The research data were processed by method of multiple regression with a significance level of 0,05. Results and conclusions of this study prove that there is a correlations between aspects of self efficacy and religiousity toward anxiety (r=0,722) and significant (sig. 0,022). R² values of all tested variable are 0,521, equivalent to 52,1%. Aspect of Generality (sig. 0,022, R²= 0,291) from self efficacy variable and aspect beliefs (sig. 0,026, R²= 0,423) from religiousity variable as both of independent variable that proved to be positively correlated with anxiety. Both of them needs to be a priority if the interventions will be conducted on Students Anxiety when Facing a National Examination at SMA Muhamadiyah 1 Cileungsi.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Jamil
Abstrak :
Peristiwa bencana gempa bumi pada 27 Mei 2006 di Yogyakarta dan sekitarnya telah menyebabkan sebagian korban mengalamai trauma mental yang disebut stres pascatrauma. Stres pascatrauma umumnya terjadi setelah seseorang mengalami, menyaksikan trauma berat yang mengancam secara fisik dan jiwa. Dari literatur yang ada diketahui bahwa ridha akan takdir dan tipe kepribadian merupakan dua variabel yang turut memberikan pengaruh terhadap stres pascatrauma, untuk itu perlu diketahui sejauhmana besarnya pengaruh dan bagaimana korelasi kedua variable tersebut terhadap stres pascatrauma. Ridha akan takdir adalah sikap menerima diiringi dengan bersikap tenang, bersyukur, serta mengendalikan hawa nafsu yang ditunjukan seorang mu?min saat menghadapi apa-apa yang merupakan ketentuan Allah, Tipe kepribadian adalah aspek-espek atau komponen dari kepribadian individu yang relatif stabil atau mantap dan mendominasi pada individu yang menyebabkan individu itu relatif tetap dari situasi ke situasi tertentu, sedangkan stres pascatrauma korban bencana adalah keadaan yang melemahkan individu secara ekstrim ditandai dengan perasaan murung, semangat menurun, memiliki kewaspadaan dan reaksi terkejut berlebihan, mengalami mimpi buruk dan teringat saat bencana yang timbul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan suatu kejadian bencana yang hebat yang mengancam fisik atau jiwa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dan bagaimanakah korelasi ridha terhadap takdir dan tipe kepribadian terhadap stres pascatrauma. Desain penelitian adalah non-eksperimen dengan pendekatan kuantitatif menggunakan purposive sampling, regresi ganda linier digunakan untuk menganalisa data dengan bantuan program SPSS ver. 10.1 for windows. Populasi penelitian adalah masyarakat Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Prop. DI Yogyakarta dengan pertimbangan mereka adalah korban gempa pada Mei 2006, sehingga berpotensi mengalami stres pascatrauma, adapun sampel berjumlah 100 orang dengan kriteria mengalami, menyaksikan kejadian gempa bumi yang dapat menyebabkan kematian dan cedera serius pada diri sendiri atau orang lain pada saat terjadinya gempa yaitu tanggal 27 Mei 2006. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua variable yaitu ridha akan takdir dan tipe kepribadian ?A? secara signifikan membawa pengaruh terhadap stres pascatrauma sebesar 54,8% dengan hubungan korelasi negatif, sementara sisanya (45,2%) adalah dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor lain. Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan, maka peneliti memberikan saran untuk dilakukan pengembangan penelitian, serta perlu dilakukan program pengembangan metode untuk mengatasi stres pascatrauma para korban bencana melalui peningkatan ridha akan takdir serta pengembangan tipe kepribadian. The earthquake 2006 in Yogyakarta and surrounding area had a traumatic impact on survivors which is called post-traumatic stress disorder (PTSD). It is a disorder which develops while people has seen and experienced traumatic events happening to them both physically and mentally. It is known from some literatures that both acceptance of destiny and type of personality have an effect on post-traumatic stress disorder. Therefore, it is necessary to know how far an affect and correlation of both variables has a big influence in post-traumatic stress disorder. Acceptance of destiny is is an attitude to accept calmly, thankfully, and by controlling desire shown by mu?min when he gets what Allah has decided. Type of personality is aspects or component of individual personality which is stable and dominant to him in any situation. Post traumatic stress is a weakening condition which extremely has signs such as desperate, low energy, much of worry, nightmare, and frightening to the event he saw and experienced both physically or mentally. The objective of this research is to know how far an effect and correlation of acceptance of destiny and type of personality toward post-traumatic stress disorder. The research design is non experimental utilizing quantitative approach as well as purposive sampling; double linear regression was also used in analyzing the data acquired by using software SPSS 10.1 for windows. The population of this research is people from Sewon district of Bantul Yogyakarta with assumption that they are survivors of earthquake on May 2006, then they are potentially to experiencing the post-traumatic stress disorder. The sample of this research is 100 adults at Sewon district Bantul Yogyakarta with criteria such as saw and experienced the earthquake causing deadly impact on them. The result shows that both variables acceptance of destiny and ?A? type of personality have an effect in post-traumatic stress disorder of 54.8 % with negative correlation and the other (45.2%) is affected by other factors. According to the results, I (as researcher) give a suggestion to develop more such research and program method to take care who has post traumatic stress through the teaching of acceptance of destiny and type of personality development.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T25478
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Alwiyah Aljufri
Abstrak :
ABSTRAK
Globalisasi dunia membuat setiap individu berlomba untuk menjadi yang terbaik. Setiap orang berupaya mencapai keberhasilan dalam hidup. Para psikolog bersepakat bahwa 80% keberhasilan ditentukan oleh faktor kepribadian. Banyak faktor bisa diupayakan untuk membentuk kepribadian, di antaranya melalui pengembangan kecerdasan emosional dan pembentukan disiplin- termasuk disiplin shalat berjamaah.

Disiplin Shalat Berjama?ah adalah kedisiplinan melaksanakan suatu ibadah rutin yang dilakukan bersama-sama secara tetap dan tepat waktu dengan satu tujuan yaitu mendekatkan diri kepada Allah, yang dipimpin oleh satu imam. Kecerdasan Emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui suatu gejolak yang terjadi pada dirinya, serta orang-orang disekitarnya dan mampu mengatasi maupun mengelolanya sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Kepribadian adalah suatu kekhasan dalam setiap individu yang selalu berkembang dan berubah meliputi kerja tubuh dan fisik serta memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan disiplin shalat berjama?ah dan kecerdasan emosional terhadap kepribadian di SMPIT YAPPA Kelurahan Bakti Jaya Kecamatan Sukma Jaya Depok

Penelitian ini lebih mengutamakan pendekatan kuantitatif dan manggunakan instrumen berupa kuesioner yang disebar luaskan pada 40 (empat puluh ) responden. Dengan menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan tehnik analisis deskriptif yaitu analisis frekuensi, mean, realibilitas, korelasi product moment dan juga analisis regresi linier yang dianalisis melalui program SPSS 12.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian hipotesa diterima. Secara ringkasnya, hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hipotesa 1 ditolak, artinya tidak ada hubungan yang positif antara Disiplin Shalat Berjama?ah terhadap Kepribadian anak. Namun secara khusus, didapati hubungan positif aspek Disiplin Shalat terhadap pribadi tipe A. 2. Hipotesa 2 diterima, artinya ada hubungan yang positif antara Kecerdasan Emosional terhadap Kepribadian anak. 3. Hipotesa 3 diterima, artinya ada hubungan yang positif antara Disiplin Shalat Berjama?ah dan Kecerdasan Emosional terhadap Kepribadian anak.

Berdasarkan kesimpulan dan analisa yang telah ada penulis menyarankan kepada berbagai kalangan yang terkait untuk lebih menggalakkan program disiplin shalat berjama?ah dan peningkatan kecerdasan emosional bagi siswa sekolah menengah pertama. Karena dengan disiplin shalat berjama?ah, maka diharapkan siswa akan memiliki kepribadian yang lebih baik. Selain itu juga perlu ditingkatkan kecerdasan emosional, sehingga nantinya mereka akan menerapkan disiplin menjadi suatu kebiasaan.
ABSTRAK
In this world globalization, every person has to compete with other to be the best. Every person try to achieve successful in life. Psychologists agreed that personality contributes 80 percent of the factors that determine success. Many factor could conduct the personality, such improving emotional inteligence and also streghten the disciplines one of them is discipline doing grouping prayer.

Discipline doing gouping prayer is a discipline execute as a routine religious service which conducted and led by one Imam. Emotional Intelligence is an ability of someone to know a distortion that happened through himself and also people around him so he can overcome and also managing it; so that he earns to adapt to the environment. Personality is a specilication in each individual which always expand and change and also play role active in individual behavior.

This research use quantitative approach and spread questioners to 40 (forty) responder. This research also used descriptive analysis technique which includes frequency analysis, mean, reliabilities, correlation of product moment as well as analysis of regression linear. To analyze this research, the researcher used program SPSS 10.0 for Windows and content analysis technique.

Results of research indicate that part of hypothesizing can be accepted. 1. Hypothesizing 1 refused, its mean that there?s no relation between discipline doing grouping prayer to Personality. But peculiarly, discovered a positive relation between disciplines doing grouping prayer to personality A. 2. Hypothesizing 2 accepted, its mean that there is positive relation between emotional Intelligence to Personality 3. Hypothesizing 3 accepted. Its mean there is positive relation between Discipline doing grouping prayer and of emotional intelligence to Personality.

Pursuant to the analysis and conclusion, writer suggest to various relevant circle to be more embolden program of discipline doing grouping prayer and also improve the intelligence emotional among students. With that, expected students will have better personality.
2007
T17965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Bahrun Amiq
Abstrak :
Penelitian ini mencoba mencari sebuah alternatif baru dalam pengembangan keilmuan psikologi, khususnya psikologi yang berkaitan dengan religius, mencoba untuk membandingkan antara ajaran religi dengan kajian psikologi modern yang telah mapan saat ini. Manusia saat ini banyak terjebak ke dalam dunia yang penuh dengan hedonisme dan kekuatan materi, sehingga mengakibatkan tekanan yang luar biasa dalam mengarungi hidup. Sehingga banyak sekali ditemukan berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat, baik itu penyimpangan psikis berupa kehilangan makna dalam hidup, keterasingan dengan lingkugan maupun kekeringan spritual yang banyak melanda hidup manusia saat ini. Kehilangan makna menjadikan manusia hampa akan hidupnya manusia mencapai nilai dan kebutuhannya masing masing, sehingga dalam era yang sangat kompetitif menjadikan manusia terpacu dengan waktu dan mass. Diperlukan terapi yang dapat menjawab problematika yang sedang terjadi dalam masyarakat, salah satunya melalui shalat berjamaah yang dilakukan secara benar dan berkesinambungan, juga melalui kewajiban melaksanakan shadaqah, baik itu berupa harta maupun perbuatan-perbuatan yang bermanfaat bagi manusia yang lain. Shalat berjamaah dan shadaqah sebagai salah satu ritual religius diharapkan menjadi salah satu alternatif terapi bagi problematika yang sedang dihadapi oleh masyarakat modern saat ini, dan menjadikan manusia bisa diterima dalam lingkungannya. Makna hidup sebagai sarana menjadikan manusia untuk menggapai kebahagiaan dengan jalan menjadi produktif, kreatif, cinta kasih dan juga sabar dalam menghadapi cobaan serta bersyukur ketika menghadapi dan mendapatkan kenikmatan dari Allah. Shalat berjamaah dan shadaqah membuat seseorang memahami akan makna hidupnya dan mampu untuk beradaptasi dan mengadakan penyesuaian diri, dan menjadikan manusia matang secara spritual, mampu menghadapi keberhasilan dan kegagalan dengan senyuman. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif, dengan pendekatan studi kasus, pengumpulkan data melalui wawancara baik terstruktur maupun wawancara bebas, disamping juga partisipasi demgan subyek, menganalisa kasus dengan analisa dominan dan analisa kultural dan juga komparasi yang terjadi pada masyarakat. Sedangkan subyek penelitian adalah seorang sopir, dengan kriteria, menjadi sopir minimal 5 tahun, berusia antara 30-50 tahun, beragama Islam, mengerjakan shalat berjamaah. Dalam penelitian ini dihasilkan kesimpulan bahwa shalat berjamaah dan shadaqah mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam perjalanan hidup seseorang, mampu menjadikan orang menjadi penuh makna dalam menjalani kehidupan di dunia ini, menjadikan seseorang menjadi sabar dalam menerima cobaan dan bersyukur ketika mendapatkan kenikmatan.
This research try to looking for new alternation and develop in psychology, especially religious psychology to compare between matter of religi and modern psychology today, human being today face with hedonism style of live, it's make stress to individual, so every body loss of they meaning, as meaningless and loss of spiritual, of course, that problem made human being loss of their live, many problem face them not only physic but more important psychologic for example, alienational with culture, and can't adapted with culture. So therapy must be able to solve of this problem, one alternative of therapy is pray together and shadaqah, that is ritual religius, it's able to be solve humans problem, get pray together and shadaqah rightly, brought to meaning live, so human being can accepted by culture and society. Meaning live way to get happiness in live, so when get meaning live make productively, lovely, and patient to face live. By pray together and shadaqah know about meaning live use it as important and useful as long as their live. This research use qualitative research by case studies approach of person, and collecting data using deep interview , observation and participation, so research analyze using a dominant analyze, cultural analyze, and comparation analyze. Subject of research are; driver with five year lisence minimalize, and 30-50 year old, Islamic religi, and get pray together and shadaqah. Summary that pray together and shadaqah able to give change of meaning live, make productive and patient to face problem, able to solve psyches problem like alienation and adapted with society.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20682
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thobib Al-Asyhar
Abstrak :
Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress, yaitu masa pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh. Bila aktivitas remaja tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja sering meluapkan kelebihan energinya ke arah yang negatif (kenakalan remaja), seperti tawuran antar pelajar, penyalahgunaan obat terlarang, pergaulan seks bebas, dan sebagainya. Data kasus kenakalan remaja yang tercatat di kepolisian dapat dijadikan bukti betapa ada masalah yang cukup serius terhadap efek dari rendahnya pengendalian emosionalitas dan lemahnya kontrol spiritualitas remaja. Meskipun berbagai upaya pengendalian kenakalan remaja dilakukan oleh berbagai pihak, namun trend kenakalan remaja juntru cenderung meningkat. Unit Kegiatan Rohani Islam (Rohis) di lingkungan sekolah formal, khususnya Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) merupakan salah satu model pembinaan remaja di sekolah. Unit Kegiatan Rohis mengusung konsep pembinaan mental pesertanya dengan memberikan penanaman nilai keagamaan siswa melalui Mentoring Tarbiyah. Masalah tersebut menarik diteliti untuk mengetahui seberapa besar kontribusi Mentoring Tarbiyah terhadap tingkat kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual siswa. Untuk menfokuskan pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada masalah¬masalah yang terkait dengan pengaruh Mentoring Tarbiyah terhadap tingkat kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) siswa (peserta). Kerangka teori dalam penelitian ini adalah mengungkap pengaruh Mentoring Tarbiyah (X) yang memiliki enam indikator: tujuan (XI), murabbi (X2), mutarabbi (X3), materi (X4), manhaj (X5), dan lingkungan (X6) terhadap Kecerdasan Emosional (Yl) dan Kecerdasan Spiritual (Y2). Kerangka teori dan basil analisisnya memunculkan hipotesis yang dapat diajukan sebagai berikut: (1) Mentoring Tarbiyah memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat kecerdasan emosional siswa (mutarabbi), dan (2) Mentoring Tarbiyah memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat kecerdasan spiritual siswa (mutarabbi). Metode penelitian menggunakan metode eksplanatif, yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan kausalitas atara dua variabel atau lebih. Penelitian ini akan menelusuri seberapa besar pengaruh Mentoring Tarbiyah terhadap tingkat kecerdasan emosional dan keceradasan spiritual siswa. Pola yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survey, yaitu metode penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data. Berdasarkan penelitian di lapangan terhadap Unit Kegiatan Rohani Islam (Rohis) SMAN di Jakarta, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Faktor Murabbi paling tinggi pengaruhnya terhadap tingkat Kecerdasan Emosional (EQ) siswa dibandingkan dengan faktor Manhaj, Tujuan Mentoring Tarbiyah, Mutarabbi dan Lingkungan. Sedangkan faktor Materi tidak berpangaruh secara positif terhadap Kecerdasan Emosional (EQ). 2. Faktor Mutarabbi paling tinggi pengaruhnya terhadap tingkat Kecerdasan Spiritual (SQ) siswa dibandingkan dengan faktor Tujuan Mentoring Tarbiyah. Sedangkan faktor Lingkungan, Manhaj, Materi dan Murabbi tidak berpangaruh secara positif terhadap Kecerdasan Spiritual (SQ). ......Adolescent period is also known as storm and stress period, is an emotional upheaval period which is followed by rapid physical growth and many kinds of psychic growth. The emotional upheaval that occurs to adolescent can't be released of any influences. If their activities can't help to fulfill their needs of fluctuation energy, they often overflow their energy tending to the negative ways, like engaging in a gang fight, drugs consuming, free sex, etc. Adolescent delinquency case data?s noted at the police department could be the evidence that there are some serious problems about the effect of low control of the adolescent emotional and also the low control of the adolescent spirituality. In spite of some people doing many efforts to control the adolescent delinquency, yet the adolescent delinquency trends tend to increase. Unit Kegiatan Rohani Islam (Rohis) in formal school spheres, especially High School / Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) is one of the adolescent construction models at school. Rohis Activity Unit brings the concepts about constructing the member spirituality by giving spiritual value plantation with Mentoring Tarbiyah. It's so interesting to do some further research about how far will the effect of Mentoring Tarbiyah go to the students' emotional and spiritual Quotient level. Focusing the study of the research, the research is limited by the problems that interrelated by the effects of MT to the students' EQ and SQ. The theory framework of the research is revealing the effect of MT which has six indicators: aims (X1), murabbi (X2), mutarabbi (X3), materials (X4), way of life/manhaj (X5), and circles (X6) to Emotional Quotient (Y 1) and Spiritual Quotient (Y2).The theory framework and the analysis results show the hypothesis as follows: I. MT has any important contributions to the students/ mutarabbi Emotional Quotient level. 2. MT has any important contributions to the students/ mutarabbi Spiritual Quotient level. The research's methodology is using Explanative method; the goal of the research is headed for explaining the causality relations between two variables or more. It will research how far the effects of MT go to the students EQ and SQ level. The research uses the pattern of survey method, which is using questionnaire as a major instrument for gaining data's. According to the field research to Unit Kegiatan Rohani Islam (Rohis) SMAN at Jakarta, there are some conclusions: a. Murabbi factor has most influence to the students' EQ level than manhaj, aims, mutarabbi and circles. But the materials factor hasn't influenced to the students' EQ level. b. Mutarabbi factor has most influence to the students SQ level than aims. But circles, manhaj, materials and murabbi factor hasn't influenced to the students' SQ level.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20736
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Lestari
Abstrak :
Berbicara mengenai lingkungan dalam perkembangan kepribadian seorang anak, tentunya yang pertama kali kita ingat adalah lingkungan keluarga di mana anak itu hidup dan tinggal sejak ia dilahirkan ke dunia ini. Terkait dengan pembentukan karakter anak, keteladanan dan kasih sayang orang tua merupakan dua unsur yang diperlukan dalam membimbing dan mengarahkan anak agar mereka dapat bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai moral yang dianut agama dan masyarakatnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan keteladanan dan kasih sayang orang tua dalam pembentukan karakter anak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus pada empat orang murid di SDIT Insan Mandiri Jakarta. Keteladanan merupakan metode efektif dalam mengajarkan nilai-nilai moral kepada anak, karena sifat anak yang peniru. Teori social learning (belajar sosial) Bandura menyebutkan bahwa sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Menurut Bandura, usia mempengaruhi dalam proses belajar seorang anak. Apabila fisik dan mental sudah matang, panca indera sudah siap menerima stimulus-stimulus dari lingkungan. Oleh karena itu, dalam hal pemberian stimulus kepada anak berupa keteladanan, maka harus diperhatikan perkembangan ranah kognitif anak. Sebab ranah kognitif adalah ranah kejiwaan yang berkedudukan di otak, yang dalam perspektif psikologis merupakan sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Sedangkan kasih sayang orang tua, rnerupakan sumber bagi sehatnya lahir dan batin seorang anak, karena anak yang dididik dengan penuh kasih sayang akan tumbuh menjadi manusia dewasa yang sehat lahir dan batin. Fromm mengiklasifikasikan cinta dalam lima tipe, yaitu cinta persaudaraan, cinta keibuan, cinta erotis, cinta diri sendiri, dan cinta kepada Tuhan. Cinta keibuan, menurut Erich Fromm adalah penguatan cinta tanpa syarat terhadap hidup dan kebutuhan anak-anaknya. Sedangkan Mubarok, memasukkan cinta orang tua kepada anak termasuk dalam cinta rahmah dan cinta kulah, di mana dalam kedua cinta ini terdapat kasih sayang yang tulus dan kesadaran untuk mendidik anaknya. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa orang tua yang dapat memberikan keteladanan dan kasih sayang yang tulus dengan disertai kesadaran untuk mendidik anaknya terbukti dapat membentuk 9 karakter anak.
Talking about environment in the personal development of children, the first thing comes up to our mind is family circumference where children have lived and stayed since they were born in the world. With respect to children's character development, parents' modeling and affection are the two elements needed to guide and direct children so they can behave in accordance with the moral values in their religion and community. The objective of this research is to find out the role of parents' modeling and affection in developing children's character. This research makes use of qualitative method using case study approach to four students of SDIT (Integrated Islamic Elementary School) Insan Mandiri Jakarta. Good modeling is an effective method for teaching moral values to children for their characteristic as imitators. Bandura's social learning theory states that most of the things human beings learn occur through imitating and modeling. According to Bandura, age affects a child's learning process. When physic and mental are already mature, the five senses are ready to receive stimulus from the environment. Therefore, in giving a child stimulus in the form of good modeling, we must pay attention on the development of child's cognitive domain. This is true since cognitive domain is a spiritual domain located in the brain, which is in the perspective of psychology constitutes a source and at the same time controller of the other spiritual domains, namely affective domain (feeling) and psychomotor domain (intention). Meanwhile, parents' affection is the source physical and spiritual health of a child. Therefore, a child educated with full affection will grow to become an adult human being that is healthy physically and spiritually. Fromm classifies Love into five types, namely brotherhood love, motherhood Love, erotic love, love to one self and love to God. Motherhood love, according to Erich Fromm, is reinforcement to love without condition to the lives and needs of her children. While Mubarok includes love of parents to their children in rahmah love and kulfah love, in which there exist a sincere affection and consciousness to educate their children. The outcome of this research shows that parents that are able to provide good model and sincere affection accompanied with consciousness to educate their children prove to be able to form 9 characters of children.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivin Alvina
Abstrak :
Adanya tingkat perceraian yang semakin meningkat akhir-akhir ini di Indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama Islam telah mendorong penulis untuk meneliti pengaruh relijiusitas terhadap kepuasan pernikahan melalui pemaafan, karena seorang yang relijiusita cenderung memiliki sifat pemaafan Untuk itu tesis ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisa pengaruh aspek-aspek religiusitas terhadap kepuasan pernikahan melalaui pemaafan pada para istri pelaut di Tanjung Priok, Jakarta. Penelitian menggunakan metode analisa kuantitatif dan kualitatif terhadap hasil kuesioner dengan responden para istri terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pengaruh relijiusitas terhadap kepuasan pernikahan melalui pemaafan fit secara statistic dan tidak ada pengaruh relijiusitas terhadap kepuasan pernikahan melalui pemaafan. Namun ada pengaruh aspek relijiusitas praktek ibadah individu dan religious coping terhadap pemaafan pada para istri pelaut. ......There is an increasing divorce rate lately in Indonesia, a Muslim predominantly country. This has prompted the writer to examine the influence of religiosity on marital satisfaction through forgiveness, as a religious moslem tends to have forgiveness trait in his life. This thesis aims to examine and analyze the effect of religiosity aspects on marital satisfaction through forgiveness on the sailors’ wife in Tanjung Priok, Jakarta. The research using quantitative analysis method based on questionnaires distributed to respondent, and qualitative method.

The results showed that the model of influence religiousity toward marital satisfaction through forgiveness is fit statistically and there is no influence on religiosity toward marital satisfation throuh forgiveness ; but there are positive influence between private religious practices aspect in religiosity towards forgiveness and negative influence between religious coping aspect in religiousity towards forgiveness on the sailors’ wife.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Nasrun
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara etos kerja dan sikap amanah dengan kinerja guru. Adapun variabel yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 11 variabel yang terdiri dari 10 independent variable (IV) dan 1 dependent variable (DV). Sementara itu teknik pengambilan sampelnya menggunakan proportional random sampling dengan jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 65 orang guru dari 4 sekolah SMA Islam YPI Al-Azhar. Sedangkan analisis data dalam penelitian ini menggunakan Multiple Regression (uji regresi berganda) dengan taraf signifikansi 0,05 atau 5%. Hasil atau kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara etos kerja dan sikap amanah guru dengan kinerja guru pada guru SMA-SMA Islam YPI Al-Azhar dengan nilai kontribusi independent variable (IV) terhadap dependent variable (DV) sebesar 0,794 atau 79,4% dan sisanya sebesar 0,206 atau 20,6% berasal dari variabel atau faktor lain. Adapun nilai signifikansinya 0,000 dengan taraf signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Dari ke 10 IV, terdapat 6 yang memiliki hubungan signifikan yang tinggi dengan kinerja guru sebagai DV, yaitu kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, komitmen yang total, semangat, kepatuhan pada hukum dan kejujuran kepada diri sendiri, sedangkan yang lainnya tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja guru. ......This study aims to determine the relationship between work ethic and attitude of trust with the teacher's performance. The variables included in this study a total of 11 variables consisting of 10 independent variables (IV) and a dependent variable (DV). Meanwhile, the sample collection technique using proportional random sampling by the number of samples taken are as many as 65 teachers from 4 schools YPI SMA Islam Al-Azhar. While data analysis in this study using multiple regression (regression test) with a significance level of 0.05 or 5%. The results or conclusions in this study showed a significant relationship between work ethic and attitude of trust teachers with the performance of teachers in high schools teachers of Al-Azhar Islamic YPI with the contribution of the independent variable (IV) on the dependent variable (DV) of 0.794 or 79.4% and the balance of 0.206 or 20.6% were from a variable or other factors. The significance value of 0.000 with a significance level of 5% or 0.05. Of the 10 IV, there were 6 that had significant relationships with high performance of teachers as DV, that consciousness is thick, the fundamental belief, total commitment, passion, obedience to the law and honesty to yourself, while others do not have a relationship significantly with the performance of teachers.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T30183
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>