Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 207 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suhartati
"Belum adanya gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan etika profesi keperawatan merupakan masalah di Rumah Sakit Metropolitan Medical Center Jakarta. Penerapan etika keperawatan yang tidak baik akan berdampak pada menurunnya mutu pelayanan keperawatan yang dapat berdampak pada pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan etika keperawatan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan penerapan etika profesi keperawatan oleh perawat pelaksana. Penelitian ini dilaksanakan di seluruh ruangan baik di poliklinik maupun diruang rawat inap Rumah Sakit Metropolitan Medical Center Jakarta dari tanggal 27 Mei 2002 sampai dengan 7 Juli 2002. Desain yang digunakan adalah deskriptif korelasi bersifat cross sectional kepada 127 perawat pelaksana. Analisis yang gunakan adalah univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50,4% perawat berperilaku etikal dalam memberikan asuhan keperawatan dan 49,6% kurang etikal, yang merupakan gambaran komposit dari otonomi, tidak merugikan berbuat baik, adil, jujur, dan menepati janji. Dari hasil analisis bivariat diketahui ruang tempat kerja berhubungan secara bermakna dengan penerapan etika. Hasil analisis multivariat menunjukkan pemahaman merupakan variabel yang paling berhubungan dengan penerapan etika setelah dikontrol dengan variabel tempat kerja.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada pimpinan rumah sakit untuk mengadakan kajian tentang program pengembangan sumber daya tenaga perawat yang telah berlangsung sebelumnya serta mengadakan crash programe untuk peningkatan pengetahuan perawat tentang etika keperawatan. Kepada PSDM dan manajer keperawatan tertinggi, menengah, dan bawah disarankan perlunya penggalangan dan intensifikasi pemahaman tentang etika keperawatan, role model pelayanan keperawatan yang etik dan profesional, reinforcement/penghargaan pada perawat pelaksana yang berprestasi. Bagi Pusdiknakes dan institusi Akper untuk dapat melakukan pembenahan kurikulum dan peningkatan proses pembelajaran etika keperawatan. Bagi organisasi profesi dapat menyusun langkah-langkah profesional pembinaan etika profesi bagi perawat ditatanan pelayanan kesehatan. Bagi peneliti lain agar dilakukan penelitian sejenis dengan cakupan populasi yang lebih luas dan desain yang berbeda.

One of the problems at the Metropolitan Medical Center Hospital Jakarta is the unavailability of evidence on the factors related to the implementation of professional code of ethics. High quality of nursing care in the context of nursing service required the nurses with ethical behaviors.
The purpose of this study was to describe the implementation of nursing ethics and to identity factors related to the implementation of nursing ethics by nurse providers at the MMC Hospital Jakarta. This research was implemented at all setting of services both at the out-patient and in-patient department, from 27'h May to 7th June 2002. The research utilized a descriptive correlation design and a cross sectional with quantitative research method. The numbers of respondents were 127 nurse providers out of 196 persons. The data was analyzed using univariate, bivariate, and multivariate statistical treatments.
The results showed that 50, 4% nurses had good ethical behaviors in providing nursing care, and 49, 6% were poor in ethics. The bivariate analysis revealed that work place of nurses has a significant correlation with nursing ethics implementation. While, the result of multivariate showed that the ethical comprehension of nurses was the determinant factor significantly related to implementation of ethics after controlled by workplace.
Based on the research finding, it's recommended to director of the MMC Hospital to review the existing nursing personnel development; and to conduct comprehensive training on nursing ethics for improvement of nurses' knowledge. Furthermore, recommendation is also directed to head of human resources development and nursing manager to strengthen and intensify nursing ethic internalization of nurse providers; create role model; and give reinforcement. It is also recommended to center of education for health personnel Diploma of Nursing Institution to review the curriculum; improving the learning strategy of nursing ethic. For Indonesian nurses association to develop guideline for conducive and operational supervision to nurses at workplace. More research with larger population, more variables, and using different research design.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T7048
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Sabri
"Kemajuan Ilmu dan Teknologi berdampak pada peningkatan usia harapan hidup manusia diseluruh dunia, terutama negara berkembang termasuk Indonesia yang memiliki usia harapan hidup 66,7 tahun untuk perempuan dan 62 tahun untuk laki-laki tahun 1990. Pada tahun 2020 di Indonesia diperkirakan terjadi peningkatan usia harapan hidup mencapai 71,7 tahun (Dep. Kes. R.I. 2000). Akibatnya Indonesia diperkirakan menduduki urutan ke-4 di dunia sebagai negara yang memiliki struktur demografi berpenduduk tua (Dep. Kes. & Kes. Sos. R.I. 2001). Dampak yang akan timbul di Indoensia adalah tingginya ketergantungan usia lanjut pada orang lain sehingga usia lanjut menjadi beban negara. Peningkatan jumlah usia lanjut, akan bertambah juga angka kesakitan di Indonesia baik biopsiko-sosial dan spiritual. Salah satu peningkatan terjadi pada kesehatan mental usia lanjut (psikososial). Beberapa penelitian mengatakan bahwa gangguan kesehatan psikososial usia lanjut disebabkan oleh faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, status kesehatan fisik, pekerjaan (Sirait & Riyadina (1999). Kecamatan Cakung yang memiliki jumlah usia lanjut terbanyak di DKI Jakarta, berisiko terjadi peningkatan gangguan kesehatan psikososial usia lanjut. Perlu adanya upaya untuk mencegah terjadinya peningkatan gangguan mental (psikososial) usia lanjut, dengan keterlibatan perawat komunitas (perawat gerontik). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik usia lanjut, dukungan sosial dan keaktifan usia lanjut dalam kelompok dengan kesehatan psikososial.
Desain yang digunakan deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dengan jumlah sampel total populasi (152 responden), seluruh responden berusia diatas 60 tahun yang ikut dalam kelompok di RW. Penelitian dilaksanakan tanggal 24 Juli sampai dengan 1 September 2002. Hasil penelitian 62,5 % usia lanjut anggota kelompok di Kecamatan Cakung mempunyai psikososial sehat dengan rincian, berusia > 70 tahun (75%), 60-64 tahun (68,6 %), status perkawinan janda (72,5%), dan berlatar belakang pendidikan rendah (66%), serta tidak memiliki latar belakang pekerjaan (63,3%) tetapi mandiri dalam mobilisasi fisik (63,7%). Usia lanjut yang sehat psikososialnya mendapat dukungan optimal dari keluarga (73,%), teman (71,1%), dan dari masyarakat (65,6%). Usia lanjut yang mempunyai psikososial yang sehat adalah yang aktif dalam kegiatan keagamaan (67.5%) dan kegiatan olah raga (72.3%). Dari hasil uji chi square, dari 13 variabel hanya 6 variabel yang berhubungan dengan kesehatan psikososial (usia, status perkawinan, dukungan keluarga, dukungan teman, keaktifan dalam kegiatan keagamaan, keaktifan dalam kegiatan olah raga). Hasil analisa multivariat (regresi logistik), hanya ada 4 dari 13 variabel independen yang paling berkontribusi dengan kesehatan psikososial usia lanjut yaitu status perkawinan, dukungan keluarga, dukungan dari teman dan keaktifan usia lanjut dalam kegiatan olah raga. Dapat disimpulkan bahwa status perkawinan (janda), latar belakang pendidikan, dukungan keluarga, dukungan teman, keaktifan usia lanjut dalam kegiatan olah raga dan keagamaan berhubungan dengan status kesehatan psikososial usia lanjut yang perlu kita perhatikan dan optimaikan. Saran yang dapat disampaikan adalah karena kesehatan psikososial usia lanjut dalam kelompok sudah baik, maka perlu adanya peningkatan kesehatan psikososial yang lebih baik dengan penyusunan program kegiatan yang lebih terarah. Khususnya program untuk meningkatkan dukungan keluarga, dan teman karena keluarga dan teman adalah faktor yang sangat dekat dan mampu mempengaruhi usia lanjut dalam menjalani kehidupannya. Selain itu perlunya pengaktifan kegiatan rekreasi dan pemeriksaan kesehatan, dan promosi kesehatan untuk meningkatkan keaktifan usia lanjut dalam kegiatan olah raga dan keagamaan. Kegiatan promosi ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan usai lanjut dan memberdayakan usia lanjut untuk membawa usia lanjut yang lain aktif dalam kelompok.

Analysis of Relationship between the Elderly Characteristic, Social Support and its Activity in Group with Psychosocial Health in Cakung Sub District, East Jakarta, 2002The development of science and technology effects on increasing the people life expectancy all over the world, especially in the developing countries including Indonesia which has life expectancy of 66,7 year for woman and 62 year for man on 1990. On the year 2020, in Indonesia there is an expectation of raising the life expectancy toward 71,7 year (Health Department of Republic of Indonesia 2000). Hence, Indonesia is expected as the 14th country in the word as the country, which has old citizen demography structure. (Health Department and Social Welfare Department of Republic of Indonesia, 2001). The impacts, which will emerge in Indonesia, are the great dependency of elderly to other people so that the elderly became the country's burden. The elevation amount of the elderly, will also increasing the morbidity level in Indonesia both bio-psychosocially and spiritual. One of the elevations happens on the elderly mental health (psychosocial). Some studies said that psychosocial health disorder on elderly caused by many factor that is age, gender, education, physical health status and occupation (Sirait & Riyadina, 1999). Cakung sub district, which has the largest amount of the elderly in DKI Jakarta, having risk of elevation of mental disorder (psychosocial) of the elderly, with the involvement of community nurse (geriatric nurse). The aim of this study is to identify the relationship between the elderly characteristic, social support and the elderly activity in-group with psychosocial health.
The design which is used was analytic descriptive with Cross Sectional approach, with the amount of population total sample (152 respondent), all respondent have the age over 60 years which participate in group in RW. Study was done on 24 July until 1 September 2002. The result of study are 62,5 % elderly as group member in Cakung sub district have healthy psychosocial with details, age ? 70 years (75%), 60-64 years (68,6%), marital status: widow (72,5%), and low education background (66%), and no occupation background (63,3%) but autonomous on physical mobility (63,7%). The elderly who's psychosocially healthy got optimal support from their family (73%), their friends (71,1%), and from the people (65,6%) and sport activity (72,3%). Chi square test results that from 13 variable only 6 variables which has relationship with psychosocial health (age, marital status, family support, friend support, activity in ritual task, activity in sport). Multivariate analytic result (logistic regression), only 4 from 13 independent variable that has most contributing with the elderly psychosocial health that is marital status, family support, friend's support and the elderly activity on sport. It can be concluded that marital status (widow), education background family's support, friend's support, the elderly activity on sport and ritual have relationship whit the elderly psychosocial health, which has to be concerned and optimal by us. The suggestion that could be given are because the elderly psychosocial health in group has already good enough, so that it's important to elevate the better psychosocial health with arranging the more directed program. Especially the program which promote family's and friend's support because family and friend are the very close factor and able to effect the elderly in continuing their life. Beside that, it is needed to activate recreation activity and health examination, and health promotion to increase the elderly activity on sport and ritual activity. These promotion activities intend to increase the elderly health status and promoting the elderly to take the other elderly to be active in group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T7127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Nurbaeti
"Fenomena depresi postpartum merupakan masalah kesehatan wanita dan cenderung terus meningkat. Di Amerika Serikat tahun 1960 prevalensi depresi postpartum tercatat hanya 3% - 6% kemudian meningkat menjadi 20% tahun 1980 dan tahun 1990 sekitar 26%. Penelitian Wratsangka (1996) di RS Hasan Sadikin Bandung mencatat 33% ibu postpartum mengalami depresi postpartum. Depresi postpartum dapat menimbulkan akibat negatif baik bagi ibu, pasangan maupun anaknya. Bila tidak segera diatasi depresi postpartum dapat mengakibatkan depresi berat, masalah perkawinan, bahkan bunuh diri. Tujuan penelitian ini adalah teridentifikasinya hubungan antara karakteristik ibu, kondisi bayi baru lahir, dukungan sosial dan kepuasan perkawinan dengan depresi postpartum.
Desain penelitian adalah deskriftif analitik bersifat cross-sectional. Pengunpulan data menggunakan kuesioner, jumlah data sampel daiam penelitian 128. Uji statistik menggunakan Chi-kuadrat dengan a 0,05. Hasil penelitian melaporkan karakteristik ibu yang berhubungan dengan depresi postpartum adalah jenis persalinan (p=0,028, OR 2,813), sedang variabel umur, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, metoda pemberian susu, komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, dan komplikasi postpartum tidak terbukti berhubungan secara bermakna. Kondisi bayi baru lahir meliputi berat lahir, nilai Apgar menit pertama, nilai Apgar menit ketima, dan gestasi tidak berhubungan secara signifikan dengan depresi postpartum. Dukungan sosial berhubungan secara signifikan dengan depresi postpartum (p,0001), kepuasan perkawinan berhubungan secara bermakna dengan depresi postpartum (p=0,0001, OR=5,85). Faktor yang paling dominan terhadap depresi postpartum adalah kepuasan perkawinan (p= 0,001, Wald=10,543, OR=5,849).
Disarankan agar pihak rumah sakit menyelenggarakan, konseling perkawinan bagi calon pengantin dan pasangan baru, meningkatkan promosi edukasi antenatal, melakukan penyegaran edukasi antenatal, memberikan bimbingan antisipatif pada klien dan pasangan selama periode antenatal di poliklinik.
Bibliografi 65 (1982-2000)

The Relationship Analysis Between Mother Characteristics, Newborn, Social Support and Marital Satisfaction with Postpartum Depression in RSAB Harapan Kita Jakarta, August 2002Postpartum depression phenomenon was a women health problem and indicate an increased. In United State at 1960's postpartum depression prevalence about 3% to 6%, and then increased to 20% at 1980's, and 26% at 1990. Wratsangka studied in Hasan Sadikia Hospital found 33% mother experience postpartum depression. Postpartum depression was a negative effect upon mother, spouse and her child. Long time effect to postpartum depression is severe depression, marital problem or suicide if not cope immediately. The purpose of this study was to investigate relationship between mother characteristics, newborn, social support and marital satisfaction with postpartum depression.
Research design used analytic descriptive with cross-sectional. Data were collected through questionnaire, and sample size study was 128. Statistics test with Kai-kuadrat in level a 0,05_ The result of this study found type of childbirth associated with postpartum depression (p=0,028, ORr 2,813), and the other variable not associated, include age, education level, economic status, job, breast method, pregnant complication, labor complication. and postpartum complication. No relationship between newborn and postpartum depression, include weigh, first minute Apgar, fifth minute Apgar and gestation, there were relationship between social support and postpartum depression (p},0001), marital satisfaction and postpartum depression (p=0,4401, OR=5,85). Dominant factor to postpartum depression was marital satisfaction (p=0,401, OR=5,849).
Recommendation for Hospital to prepared marital counseling, induce antenatal education promoted, nursing staff skills in quality nursing care, mother-spouse anticipated guidance prenatal period. Educational institution than more give information that result studied to students, paper, module or publish postpartum depression nursing care book, and for future study use case control or cohort design.
Bibliography 65 (1982-2000)"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T 5182
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elmi Wirni
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang kontribusi antara penampilan upaya pelayanan gawat darurat terhadap kepuasan pasien. Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah pasien ruangan gawat darurat yang diijinkan oleh perawat dan dokter yang bertanggung jawab, dengan jumlah berdasarkan rumus yakni berjumlah 100 responden. Data primer dikumpulkan menggunakan kuesioner skala Likert dengan hasil uji reliabilitas 0, 8700 untuk pelayanan dan 0,8956 untuk kepuasan menggunakan uji Cronbach alpha.
Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat, multivariat. Analisis univariat adalah untuk mengetahui distribusi frekuensi pelayanan gawat darurat dan kepuasan pasien terhadap pelayanan tersebut, sedangkan bivariat tujuannya adalah untuk mengetahui kontribusi penampilan upaya pelayanan gawat darurat (pelayanan medis, keperawatan, administrasi, sarana dan pra-pelayanan gawat darurat) terhadap kepuasan pasien. Analisis multivariat ditujukan untuk mengetahui pelayanan yang paling berkontribusi dengan kepuasan pasien.
Penelitian menunjukkan lebih banyak pasien laki-laki dari pada perempuan, umur muda lebih banyak dari pada tua, pendidikan tinggi lebih banyak dari pendidikan rendah dan lebih banyak bekerja dari pada tidak bekerja. Rata-rata skor penampilan upaya untuk pelayanan media, keperawatan, administrasi keuangan, fasilitas, dan pra-pelayanan gawat darurat, secara berurut adalah 3.90, 3.77, 3.62, 3.79, dan 3.66. Skor rata rata kepuasan pasien terhadap pelayanan media, keperawatan, administrasi keuangan, fasilitas dan pra-pelayanan gawat darurat, secara berurutan adalah 2.95, 2.86, 2.72, 2.85, dan 2.76. Total rata-rata dari kepuasan pasien adalah 2.83 dengan SD 0.34.
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square adalah adanya kontribusi bermakna dari kelima penampilan upaya pelayanan gawat darurat terhadap kepuasan umum pasien dengan p-value <0,05. Sedangkan hasil analisis multivariat dengan uji multiple regretion dapat menunjukkan penampilan upaya pelayanan gawat darurat yang paling berpengaruh pada kepuasan pasien, yakni penampilan upaya pra-pelayanan gawat darurat dengan nilai beta 0,382 dan nilai p = 0,0001.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah hanya sebagian pasien yang merasakan puas terhadap penampilan upaya pelayanan gawat darurat. Penampilan upaya pelayanan gawat darurat, secara bermakna berkontribusi terhadap kepuasan umum pasien khususnya adalah upaya penampilan pra-pelayanan gawat darurat. Ketidakpuasan pasien terbesar adalah pada pra-pelayanan gawat darurat dan pelayanan administrasi keuangan.Oleh karena itu saran yang diutamakan adalah perlunya peningkatan pada pra-pelayanan dan administrasi keuangan. Peningkatan yang disarankan adalah dilengkapinya tenaga pemandu dan alat yang dibutuhkan pemandu, demikian juga pelatihan menghadapi pasien dan keluarganya sebagai mitra, bagi tenaga administrasi keuangan.

Contribution Analysis for Service Performance of Emergency Department and Patient Satisfaction in Emergency Department of Dr. Ciptomangunkusumo, JakartaThe purpose of this research study was to analyze the contribution of emergency services towards patient satisfaction. This study used the descriptive analytic with quantitative research method and cross sectional. The research population was the patients treated in emergency unit permitted by the nurse and physician in charge, and the total samples were 100 respondents. The primary data was collected using Likert scale questionnaire with tested reliability of 0.8700 for service and 0.8956 for satisfaction using Cronbach alpha.
Data was analyzed utilizing univariate, bivariate and multivariate statistical treatments. Univariate analysis used to find out frequency distribution of emergency services and patient satisfaction on its service. Analysis bivariate was used to identify the contribution of emergency services (medical, nursing, administration, facility, and pre-emergency services) towards patient satisfaction. Multivariate analysis was aimed to identify the most determinant factor contributed to patient satisfaction.
The research study revealed that more male than female patients, more younger and more educated as well as more working patients characteristics as respondents. The average (mean) scores of medical, nursing, administrative, facility and pre-emergency services - subsequently were 3.90, 177, 3.62, 3.79, and 3,66. The mean scores of patient satisfaction towards medical, nursing, administrative, facility, and pre-emergency services, subsequently were 2.95, 2.86, 2.72, 2.85, and 2.76. The total average of patient satisfaction was 2.83 and SD of 0.34
The result of bivariate analysis result using Chi Square was the significant contribution of the whole five emergency services towards patient satisfaction with p-value of < 0.05. While, multivariate analysis and multiple regression proved the most determinant emergency service contributed to patient satisfaction was the pre-emergency service with the Beta value = 0.382 and p = 0.0001.
The conclusions of this study that only half of the respondent were satisfied with the emergency services and that services has a significant contribution to patient satisfaction in general, particularly pre-emergency service. The patient most dissatisfaction is on the pre-emergency service and financial administrative service. The recommendations are the improvement of pre-emergency service and financial administration, as well as training for the employees responsible for pre-emergency services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T 10122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Santa
"Komunikasi terapeutik adalah suatu proses untuk membina hubungan terapeutik antara perawat-klien, dimana saling membagi pikiran, perasaan dan perilaku untuk membentuk keintiman yang terapeutik sehingga mempercepat proses penyembuhan klien. Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan perawat kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan antara perawat dan klien. Komunikasi terapeutik diprediksi dapat dipengaruhi oleh umur, pendidikan, status perkawinan, lama kerja, pelatihan. supervisi, disain pekerjaan dan penghargaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara karakteristik individu dan organisasi dengan penerapan komunikasi terapeutik. Karakteristik individu meliputi umur, pendidikan, status perkawinan, lama kerja, pelatihan, sedangkan karakteristik organisasi terdiri dari supervisi, disain pekerjaan dan penghargaan. Janis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh perawat pelaksana yang sedang bertugas sebanyak 147 orang, penentuan besarnya sampel menggunakan rumus uji beda proporsi. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh responden. Analisis data dilakukan secara univariat dalam bentuk distribusi frekuensi, kemudian analisis bivariat melalui uji statistik Chi-Square serta multivariat dengan uji Regresi Logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan komunikasi terapeutik di ruang rawat inap Perjan RS Persahabatan masih relatif kurang (46,3 %). Dari analisis Chi-Square diperoleh ada hubungan yang bermakna antara umur, status perkawinan, lama kerja, pelatihan, supervisi, disain pekerjaan dan penghargaan dengan penerapan komunikasi terapeutik. Sedangkan dari, hasil uji regresi logistik terdapat tiga variabel yang paling signifikan terhadap penerapan komunikasi terapeutik, yaitu: disain pekerjaan. lama kerja dan pelatihan.
Untuk meningkatkan penerapan komunikasi terapeutik dalam asuhan keperawatan, maka disarankan adanya pelatihan secara berkala terhadap perawat pelaksana, penyusunan disain pekerjaan perawat secara jelas dan tertulis serta perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang komunikasi terapeutik dan faktor-faktor lainnya yang nienyebabkan kurangnya penerapan komunikasi terapeutik dalam asuhan keperawatan.
Daftar Pustaka 53 (1980 - 2002)

The Relationship between Individual and Organizational Characteristics and the Application of Therapeutic Communication in Treatment at Persahabatan Hospital in JakartaTherapeutic Communication is a process of building therapeutic relation between nurse and client in which they shares opinions, feeling and behavior to build therapeutic relationship so that the process of client treatment can be accelerated. The quality of nursing care provided by the nurse to her client highly depends on the quality of relationship established between nurse and client. Therapeutic communication is predicted influenced by age, education, marital status, length of work, training, supervision, and job design as well as appreciation.
The purpose of this study was to explore the relationships between individual and organizational characteristics and the application of therapeutic communication as perceived by subjects nurse characteristics consists of age, education, marital status, length of work, and training while organizational characteristics consist of supervision, job design and appreciation. The research used a descriptive design with cross sectional approach. One hundred fourty-seven nurse providers were involved as the sample of this study. The data was collected utilizing the questionnaire developed by the earcher. Different statistical treatments were used to analyze the collected data.
The research result revealed that the application of therapeutic communication by nurses at the treatment room of Persahabatan Hospital was relatively low (46,3%). From the chi-square analysis, it was found that there were mutual relationships between age, marital status, length of work, training, supervision, job design and appreciation with the application of therapeutic communication. While from the logistic regretion test result, there were three most significant relationships of variables in the application of therapeutic communication, namely: job design, length of work, and training.
To improve the application of therapeutic communication in nursing care_ it is recomended to conduct reguler training for nurse -providers. to developed clear and written work design for nurses, and conduct advanced research on therapeutic communication and other possible factors alfecting minimal implementation of therapeutic communication in nursing care.
Bibliography: 53 (1980 -2002)"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T 10870
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernawati Munir
"Konflik merupakan hal yang tak dapat dihindarkan dalam kehidupan manusia, yang dapat menimbulkan konsekuensi positif maupun negatif. Konflik yang positif dapat mendorong terciptanya inovasi, kreativitas dan motivasi , sedangkan konflik yang negatif dapat menurunkan produktivitas, ketidakpuasan (Gibson,1986; Robbins,1996). Demikian juga di RSA Jakarta sangat potensial untuk terjadi konflik baik konflik antar perawat maupun dengan profesi lain Seorang manajer keperawatan harus mampu mengembangkan ketrampilan, mengenali, menilai dan menyelesaikan konflik apakah dengan cara menghindar, akomodasi, kolaborasi maupun dengan kompetisi. Pola penyelesaian konflik yang digunakan oleh kepala ruangan dan motivasi kerja perawat pelaksana panting diidentifikasi, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan pola penyelesaian konflik oleh kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat pelaksana.
Penelitian bersifat deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, dilakukan di RSA Jakarta pads bulan Mei 2003.Sampel sebanyak 79 perawat pelaksana yang merupakan total populasi, Instrumen penelitian terdiri dari 30 item untuk pola penyelesaian konflik oleh kepala ruangan dan 30 item untuk motivasi kerja perawat pelaksana yang telah dilakukan ujicoba.
Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang bermakna dari pola penyelesaian konflik akomodasi p value= 0,001, kompromi p value = 0,001, kaloborasi p value = 0,007 dan kompetisip value =0,017 ( p < 0,05 ) dengan motivasi kerja perawat pelaksana. Sedangkan pola penyelesaian konflik menghindar tidak ada hubungan secara bermakna dengan motivasi kerja perawat pelaksana dengan pvalue = 0,429 (p > 0,05). Hasil analisis multivariat dengan uji regresi linier ganda metode backward menunjukan pola penyelesaian konflik kompromi paling berhubungan dengan motivasi kerja perawat pelaksana (B = 1,188) + constanta (50,184).
Rekomendasi untuk pimpinan dan manajer keperawatan di RSA Jakarta, kiranya dapat memanfaatkan hasil penelitian ini, untuk meningkatkan motivasi kerja perawat pelaksana, kepala ruangan harus mampu memfasilitasi penyelesaian konflik kearah yang konstruktif seperti lebih meningkatkan penggunaan pola penyelesaian konflik dengan cara kompromi, akomodasi dan kolaborasi.
Daftar pustaka 51 (tahun 1984- 2003 )

Relationship between Conflict Pattern Management of Ward Manager and Motivation of Nurses in Agung Hospital, JakartaConflict is situation that could not be avoided in human life, that could raise positive or negative consequences. Positive conflict could support innovation, creativity and motivation, while negative conflict could reduce productivity and unsatisfaction (Gibson, l 986; Robbins,1996). At Agung Hospital Jakarta there was a tendency to happen conflict either among nurses or between nurse and other health professional. The manager must be able to develop skill in recognition, evaluation and solving the conflict by using strategies avoidance, accommodation, compromise, collaboration or competition. Conflict management pattern used by head nurse and works motivation of nurses was important to be identified, purposed to get some description that related to the conflict management pattern by head nurse and to work motivation of nurse in Agung Hospital, Jakarta.
This research was descriptive study by using cross sectional as a design, took place at Agung Hospital Jakarta in May 2003. 79 nurses had been chosen as a ample which was a total population sample and the instrument used 30 item of management conflict pattern by the head nurse and 30 items of a works motivation of nurse that had been testified.
The research result revealed that there was a significant relationship from the conflict management pattern of accommodation (p value = 0,001), compromise (p value = 0,001) collaboration (p value X1,007) and competition (p value= 0,017), (p < 0,05) and nurses motivation of work. There is no significant relationship between conflict management of avoidance and nurses motivation of work (p value -0,0429, p> 0,05). Result of multivariate analysis by using double Tinier regression backward method reveal that compromise is the most relate with the motivation of work of nurse ( B= I,. 188) + constanta (50,184).
Recommendation to the hospital manager at Agung Hospital Jakarta was hoping to use this research result to increase works motivation of nurses and head nurse should be able to facilitate positive conflict management such as by using the compromise, accommodation anda collaboration conflict management method.
References : 51 (1984-2003 )"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T 10873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilie Anggraini
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan kerja dan harapan perawat terhadap gaya kepemimpinan dan kegiatan manajerial yang dilakukan oleh kepala ruangan rawat inap Pavilyun Kartika RSPAD Gatot Soebroto.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang menggunakan desain penelitian survei dan pengumpulan data secara cross-sectional. Hipotesa yang dibuktikan dalam dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara karakteristik perawat dengan kepuasan kerja perawat, adanya hubungan antara karakteristik perawat dengan harapan terhadap gaya kepemimpinan dan kegiatan manajerial kepala ruangan dan adanya hubungan antara kepuasan kerja perawat dengan harapan terhadap gaya kepemimpinan dan kegiatan manajerial kepala ruangan.
Instrumen yang digunakan adalah instrumen pengukuran kepuasan kerja dan harapan perawat terhadap gaya kepemimpinan dan kegiatan manajerial kepala ruangan.Instrumen kepuasan kerja dibuat berdasarkan pendapat Loher et.all (1985 ) yaitu adanya empat komponen yang berpengaruh kuat terhadap kepuasan kerja perawat, sedangkan instrumen harapan perawat terhadap gaya kepemimpinan dan kegiatan manajerial kepala ruangan dikembangkan berdasarkan gabungan pendapat Hersey, 1993 , Evans & House dan Swansburg, 1990.
Instrumen kepuasan kerja terdiri dari 35 butir penyataan dan instrumen harapan terdiri dari 40 butir pernyataan,Instrumen telah diuji reliabilitasnya dengan Cronbach Alpha kemudian diadakan perbaikan pada butir-butir pemyataan sehingga akan didapatkan r = 0,7828 untuk instrumen kepuasan kerja dan instrumen harapan perawat terhadap gaya kepemimpinan dan kegiatan manajerial kepala ruangan mencapai r = 0,9542.
Sampel penelitian adalah 83 orang tenaga perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap pavilyun Kartika RSPAD Gatot Soebroto yang diambil dari seluruh populasi perawat pelaksana di ruang rawat inap dengan masa kerja lebih dari 3 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat disini mencapai kepuasan kerja (X = 3,86) dan komponen yang mencapai tingkat kepuasan paling tinggi adalah interaksi (X = 4,00 ), sedangkan yang terendah adalah penghasilan ( X =3,45 ). Harapan perawat terhadap gaya suportif mencapai tingkat harapan yang paling tinggi ( X = 4,38 ) , sedangkan harapan terhadap gaya kepemimpinan direktif mencapai tingkat harapan yang paling rendah (X=2,16).Harapan terhadap pengarahan oleh kepala ruangan mencapai skor tertinggi (X = 4,43 ), sedangkan pengawasan mencapai skor terendah ( X = 4,11 ).
Dari analisis hubungan ternyata dari karakteristik perawat umur mempunyai hubungan bermakna dengan kepuasan terhadap citra profesi, dengan p = 0.000, pendidikan dan status perkawinan mempunyai hubungan bermakna dengan harapan terhadap gaya kepemimpinan yang direktif, dengan p= 0.036 dan 0.004, pendidikan juga berhubungan bermakna dengan harapan terhadap pengorganisasian yang dilakukan kepala ruangan. Sedangkan komponen kepuasan kerja yaitu komponen otonomi dan citra profesi berhubungan bermakna dengan harapan terhadap pengawasan yang dilakukan kepala ruangan (p = 0.000 & 0,023 ), komponen penghasilan berhubungan bermakna dengan harapan terhadap gaya kepemimpinan direktif dan kegiatan perencanaan yang dilakukan kepala ruangan (p = 0,011 & 0,034 ), komponen interaksi mempunyai hubungan bermakna dengan harapan terhadap gaya kepemimpinan suportif dan partisipatif (p = 0,050 & 0,045 ), juga dengan harapan terhadap perencanaan, pengarahan dan pengawasan yang dilakukan oleh kapala ruangan (p = 0,03E , 0,048 & 0,023).
Berdasarkan hasil oenelitian iri makes pihak manajemeri pavilyun Kartika disarankan perlu mempertahankan aktivitas sosial yang diadakan diantara karyawan Kartika sehingga kepuasan terhadap interaksi dapat dipertahankan, juga evaluasi terhadap kepuasan kerja hendaknya dilakukan secara berkala karena kepuasan kerja bukanlah hal yang menetap tetapi akan berubah setiap waktu sesuai dengan perubahan situasi dan lingkungan, selain itu penelitian terhadap harapan perawat juga perlu dilanjutkan, karena seperti yang disebutkan oleh Locke dalam teori ketidak sesuaian yaitu adanya perbedaan atau selisih antara apa yang dianggap telah didapatkan dengan apa yang diharapakan akan menimbulkan kepuasan atau ketidak puasan.Penelitian lanjutan tentang persepsi perawat tentang gaya kepemimpinan dan tentang harapan perawat terhadap gaya kepemimpinan dan kegiatan manajerial dengan metode riset kualitatif diusulkan untuk dilakukan."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Saida
"Pelayanan instalasi gawat darurat merupakan tolok ukur kwalitas pelayanan rumah sakit, karena merupakan Ujung tombak pelayanan rumah sakit, yang memberikan pelayanan khusus kepada pasien gawat darurat secara terus menerus selama 24 jam setiap hari. Karena itu pelayanan di IGD harus diupayakan seoptimal mungkin. Untuk itu diperlukan kualitas SDM profesional termasuk tenaga keperawatannya.
Sehubungan dengan tuntutan kualitas pelayanan tersebut aspek penghargaan baik material maupun non material merupakan aspek penting untuk mendorong motivasi kerja perawat.. Pengembangan karier adalah salah satu aspek yang terpenting dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di IGD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa sampai saat ini kemampuan SDM keperawatan yang ada belum'memadai, belum sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan dalam penelitian ini adalah belum terlaksananya pengembangan karier fungsional keperawatan yang berkesinambungan baik melalui pendidikan formal maupun tidak formal dalam upaya meningkatkan pelayanan yang profesional, berkualitas, aman dan nyaman.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui diskusi kelompok terarah, wawancara mendalam dan observasi.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa pelatihan yang dilakukan belum merupakan bagian dari pengembangan karier staf, serta jenjang karier perawat belum ada, sehingga tugas dan tanggung jawab untuk semua perawat sama. Demikian juga tentang penyediaan dana untuk pendidikan dan pelatihan terbatas.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatann di IGD, maka IGD diharapkan mampu merumuskan jenjang karier keperawatan, dengan usulan semua perawat melewati fase-fase yang telah ditentukan sesuai peringkat fungsi, sehingga akan memberikan kejelasan peran dan fungsi untuk setiap tenaga keperawatan di IGD.
Saran penelitian adalah pembentukan tim pengembangan keperawatan untuk 1) menyusun kurikulum; 2) menyusun proposal; 3) mengkaji kebutuhan pendidikan dan pelatihan; 4) pemberian penghargaan yang memadai, sehingga tenaga keperawatan dapat mengembangkan profesinya dengan optimal.
Daftar bacaan : 30 (1980 - 1997)

The health services of emergency care unit is considered as one of the quality indicators of hospital services because this unit provides a specialized service to the emergency patients continuously 24 hours a day, therefore the emergency care unit services should be facilitated optimally which is mainly determined by the qualified nursing personnel.
In relation to the demand for high quality of nursing services, the material and nonmaterial reward system need to be taken into consideration in motivating a better working performance of nurses. Career development as one of important aspects in improving the quality of emergency care at Dr:.Cipto Mangunkusumo National Hospital.
The existing performance of nursing personnel is still not adequate and do not meet the standard of nursing care. Based on this siuation , the research problems was to answer the need of a well established nursing functional career development either through a formal or non formal education as an effort to improve a professional, and high quality of services by providing a safe, quick, and appropriate interventions.
This research study utilized a descriptive explorative design with a qualitative research methodology. The data was collected using a focus group discussion, interview and observation methods. The research study revealed that the existing training was not as an a part of career development system of nursing staffs, and even there was no career ladder for nurses, as a consequences, the tasks and responsibilities for all nurses were the same. In addition, there was lack of financial support for education and training of nurses.
In order to improve the quality of nursing services at the emergency care unit, it's expected and required that the career ladder should be formulated and proposed that all nurses should follow the stages of a standardized career development based on the factional Levels, so that there will be a clear roles and factions for each emergency care unit nursing personnel.
Based on the result of this study, it is recommended: 1) to develop a training curriculum; 2) to formulate a, training proposal; 3) to conduct a need assessment for education and training/ and 4) to provide an adequate and appropriate reward, which will optimally facilitate the personal and professional growth for each nursing personnel.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T8223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hieronymus Djuha
"Menjelang AFTA tahun 2003 dan globalisasi 2020 dengan masuknya tenaga asing , mempengaruhi bisnis perumahsakitan, sehingga diperlukan manajemen sumber daya manusia profesional termasuk tenaga perawat profesional dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang profesional.
Pemenuhan kebutuhan kuantitas dan kualitas perawat yang ideal untak bagian rawat inap, dapat menggunakan formula jam efektif. Untuk mendukung penggunaan formula tersebut perlu diperhatikan: jumlah pasien yang masuk dan sedang dirawat per hari dengan tingkat ketergantungannya yang dibagi dalam lima kategori yaitu kategori mandiri yang membutuhkan 2 jam, minimal2.5 jam, moderat 3.5 jam, semi total 6 jam dan kategori total 7 jam, juga kebijakan rumah sakit dalam menentukan jumlah jam perawatan efektif per tahun, jumlah hari kerja efektif jumlah hari libur nasional dan cuti tahunan, perbandingan tenaga profesional non profesional, serta sistera penugasan di bagian rawat inap. Perolehan tenaga perawat profesional melalui pendidikan formal akademik.
Penelitian ini merupakan penelitian terapan yang bertujuan untuk menghitung kebutuhan kuantitas dan kualitas tenaga keperawatan bagian rawat inap melalui pendidikan keperawatan berlanjut strata satu, diploma tiga sampai terpenuhi kebutuhan minimal pada tahun 2004.
Kesimpulan penelitian ini yaitu jumlah kebutuhan tenaga keperawatan bagian rawat inap minus ICCU, ICU, PICU, NICU, adalah: 253 orang dengan ratio profesional non profesional 63.64 % (152 orang) : 36.36 % (92 orang), melalui program pendidikan formal rata-rata 14 % / tahun, meliputi 1-2 untuk strata satu, dan 19-20 orang untuk diploma tiga.
Saran penelitian adalah kelanjutan program pendidikan keperawatan berlanjut S1 dan D III sampai terpenuhi kebutuhan, pendidikan S2 manajemen keperawatan, penerapan sistem skoring untuk menseleksi peserta program pendidikan, pengembangan internal yang menyeluruh melalui `DJKLAT' yang dikelola secara profesional oleh tenaga profesional.
Daftar bacaan: 47 (1968 - 1996)

In the era of globalization in line with the agreement of AFTA in the year of 2003 and APEC in the year of 2020, the' foreign labor will influence the health manpower workforce and consequently will have an impact on -the hospital business in Indonesia. Therefore, it is crucial to have a better human resources management with professional competencies in providing a high quality nursing care.
In meeting the needs of nurses in term of the ideal quantity and quality in inpatient units, the formula of effective hours was applied. To support the utilization of that formula one should consider: the number of patient admitted and being taken care per day with the levels of patient dependencies which are classified into five categories as the following: self-care needs 2 hours, minimal care needs 2.5 hours, moderate care needs 3.5 hours, extensive care needs 6 hours, and total care needs 7 hours. The hospital policies in determining the number of effective nursing care hours per annum, number of effective working days, number of national holiday and yearly leave, ratio of professional and non professional manpower, and the assignment system of inpatient unit.
This study was an applied research aiming to come up with the projected quantity and quality of nursing manpowers minimally needed by the selected inpatient units through advanced nursing education at S 1 and D III degree up to the year of 2004.
The conclusion of the study was 253 nursing manpowers were needed by inpatient units excluding ICU, ICCU, PICU, NICU, with a ratio between 63.64 % : 36.36 for the professional and non professional nurses to be developed through formal education program with the average of 14 % per year producing for 1 - 2 nurses with S I and 19 - 20 nurses for D III.
This study suggested that the advanced continuing education program for S 1 and D III, S 2 (post-graduate) program of nursing management, the application of scoring system for the recruitment of the student candidates, the total internal development through the center of manpower education and training managed professionally by professional nurses were absolutely necessary.
Bibliography: 47 (1968 - 1996)
"
1996
T 2346
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I.G.A. Nyoman Partiwi
"Characteristic of Working Time Allocation of in Patient Room of Graha Medika General Hospital Nurses According to Their Activities and Nursing ProcessHospital is a health organization delivering service as its product. Nursing as a part of hospital manpower working for 24 hour need specific attention for either their quality or their quantity. Nursing with a professional ability can do prevention care previously done by doctor with lower cost.
The aim of this study is to know how nurses allocate their time in Graha Medika Hospital according their activities and nursing process.
This cross Study sectional is done to analyze nurse?s activities, with the mean of Work Sampling Method.
This study showed nurses spent their time with one patient for 79,3 minutes in the morning, 54 minutes in the afternoon and 41 minutes in the evening. Indirect Care showed 37,4 minutes in the morning, 40,3 minutes in the afternoon and 40,3 minutes in the night for one patient.
The activity of nurses according to nursing process showed most of their time or about 80% is devoted to Implementation Activities. Assessment on Evaluation Activities showed only 8% of their time is this study also showed that they have no Nursing Care Plan for their patient."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T5915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>