Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Muhammad Kenang Putra Risma
"Penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien mendapatkan obat yang sesuai dengan kebutuhan klinis, sesuai dosis dan durasi pemberian, serta biaya yang dikeluarkan untuk obat tersebut terbilang rendah bagi pasien dan komunitasnya. Penggunaan obat rasional bertujuan untuk menghindari masalah yang dapat timbul terkait obat (Drug Related Problem). Penilaian rasionalitas penggunaan obat ditinjau dari tiga indikator utama yaitu peresepan, pelayanan pasien, dan fasilitas. Resep dapat menggambarkan masalah – masalah obat seperti polifarmasi, penggunaan obat yang tidak tepat biaya, penggunaan antibiotik dan sediaan injeksi yang berlebihan, serta penggunaan obat yang tidak tepat indikasi. Ketidaktepatan peresepan dapat mengakibatkan masalah seperti tidak tercapainya tujuan terapi, meningkatnya kejadian efek samping obat, meningkatnya resistensi antibiotik, penyebaran infeksi melalui injeksi yang tidak steril, dan pemborosan sumber daya kesehatan yang langka. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negaranegara berkembang. Menurut WHO, diare mengakibatkan 2,5 juta kematian setiap tahun dengan 80% korban di antaranya adalah balita. Di Indonesia, penyakit ini sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian tinggi terutama di Indonesia Timur. Riskesdas tahun 2007 melaporkan bahwa diare masih merupakan penyebab kematian utama pada bayi usia 29 hari – 11 bulan (31,4%) dan anak balita usia 12 – 59 bulan (25,2%).
The use of drugs is said to be rational if the patient gets drugs that suit clinical needs, according to the dose and duration of administration, and the costs incurred for the drug are relatively low for the patient and the community. Rational use of drugs aims to avoid problems that can arise related to drugs (Drug Related Problems). The assessment of the rationality of drug use is reviewed from three main indicators, namely prescribing, patient service and facilities. Prescriptions can describe drug problems such as polypharmacy, inappropriate use of drugs, excessive use of antibiotics and injection preparations, as well as use of drugs for inappropriate indications. Inaccurate prescribing can result in problems such as not achieving therapeutic goals, increasing the incidence of drug side effects, increasing antibiotic resistance, spreading infections through non-sterile injections, and wasting scarce health resources. Diarrhea is still a public health problem in developing countries. According to WHO, diarrhea causes 2.5 million deaths every year with 80% of the victims being children under five. In Indonesia, this disease often causes Extraordinary Events (KLB) with high mortality, especially in Eastern Indonesia. Riskesdas in 2007 reported that diarrhea was still the main cause of death in babies aged 29 days – 11 months (31.4%) and toddlers aged 12 – 59 months (25.2%)"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Muhammad Kenang Putra Risma
"Penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien mendapatkan obat yang sesuai dengan kebutuhan klinis, sesuai dosis dan durasi pemberian, serta biaya yang dikeluarkan untuk obat tersebut terbilang rendah bagi pasien dan komunitasnya. Penggunaan obat rasional bertujuan untuk menghindari masalah yang dapat timbul terkait obat (Drug Related Problem). Penilaian rasionalitas penggunaan obat ditinjau dari tiga indikator utama yaitu peresepan, pelayanan pasien, dan fasilitas. Resep dapat menggambarkan masalah – masalah obat seperti polifarmasi, penggunaan obat yang tidak tepat biaya, penggunaan antibiotik dan sediaan injeksi yang berlebihan, serta penggunaan obat yang tidak tepat indikasi. Ketidaktepatan peresepan dapat mengakibatkan masalah seperti tidak tercapainya tujuan terapi, meningkatnya kejadian efek samping obat, meningkatnya resistensi antibiotik, penyebaran infeksi melalui injeksi yang tidak steril, dan pemborosan sumber daya kesehatan yang langka. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negaranegara berkembang. Menurut WHO, diare mengakibatkan 2,5 juta kematian setiap tahun dengan 80% korban di antaranya adalah balita. Di Indonesia, penyakit ini sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian tinggi terutama di Indonesia Timur. Riskesdas tahun 2007 melaporkan bahwa diare masih merupakan penyebab kematian utama pada bayi usia 29 hari – 11 bulan (31,4%) dan anak balita usia 12 – 59 bulan (25,2%).
The use of drugs is said to be rational if the patient gets drugs that suit clinical needs, according to the dose and duration of administration, and the costs incurred for the drug are relatively low for the patient and the community. Rational use of drugs aims to avoid problems that can arise related to drugs (Drug Related Problems). The assessment of the rationality of drug use is reviewed from three main indicators, namely prescribing, patient service and facilities. Prescriptions can describe drug problems such as polypharmacy, inappropriate use of drugs, excessive use of antibiotics and injection preparations, as well as use of drugs for inappropriate indications. Inaccurate prescribing can result in problems such as not achieving therapeutic goals, increasing the incidence of drug side effects, increasing antibiotic resistance, spreading infections through non-sterile injections, and wasting scarce health resources. Diarrhea is still a public health problem in developing countries. According to WHO, diarrhea causes 2.5 million deaths every year with 80% of the victims being children under five. In Indonesia, this disease often causes Extraordinary Events (KLB) with high mortality, especially in Eastern Indonesia. Riskesdas in 2007 reported that diarrhea was still the main cause of death in babies aged 29 days – 11 months (31.4%) and toddlers aged 12 – 59 months (25.2%)"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Meika Putri Hidayati
"Vaksin merupakan produk rantai dingin yang perlu dipertahankan dan dipantau kesesesuaian suhu dalam pengelolaannya demi menjamin kualitas vaksin. Pengelolaan vaksin diatur dalam Permenkes No 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi mulai dari perencanaan hingga vaksin digunakan. Laporan PKPA ini bertujuan untuk mengetahui, mempelajari dan menganalisis kesesuaian implementasi pengelolaan rantai dingin vaksin di PKC Matraman dengan yang dipersyaratkan oleh Permenkes No 12 tahun 2017. Pengumpulan data diperoleh dari observasi langsung, wawancara, dan pemeriksaan dokumen. Data kemudian di analisis dengan mempertimbangkan persyaratan yang terdapat pada Permenkes No 12 tahun 2017. Pada laporan PKPA Ini didapati aspek pengelolaan vaksin sudah tergolong baik adalah aspek perencanaan, penyimpanan, serta pencatatan dan pelaporan, sedangkan aspek distribusi vaksin kurang baik. Dimana masih terdapat vaksin covid-19 over stock dan kadaluarsa. Namun, over stock dan kadaluarsa juga dapat dikaitkan dengan daya guna pasien yang rendah terhadap vaksin covid 19.
Vaccines are cold chain products that need to be maintained and temperature suitability monitored in their management to ensure vaccine quality. Vaccine management is regulated in Permenkes No. 12 of 2017 concerning administration of immunization from planning to vaccine use. This PKPA report aims to find out, study and analyze the suitability of the implementation of vaccine cold chain management at PKC Matraman with what is required by Permenkes No. 12 of 2017. Data collection was obtained from direct observation, interviews, and document examination. The data was then analyzed taking into account the requirements contained in Permenkes No 12 of 2017. In this PKPA report it was found that aspects of vaccine management were classified as good, namely aspects of planning, storage, and recording and reporting, while aspects of vaccine distribution were not good. Where there is still an over stock and expired Covid-19 vaccine. However, over stock and expiration can also be associated with low patient effectiveness of the Covid 19 vaccine."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Hilmi Nuril Romadhoni
"Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Salah satu yang termasuk dalam pelayanan kefarmasian adalah pengelolaan obat. Pengelolaan obat yang paling vital dalam menjamin mutu obat adalah pada proses penyimpanan. Penyimpanan obat merupakan kegiatan untuk mengamankan obat-obatan agar terhindar dari berbagai kerugian, seperti kehilangan, kerusakan fisik maupun kimia, atau penggunaan yang tidak bertanggung jawab. Proses penyimpanan obat yang tidak sesuai akan berdampak pada kesalahan pemberian obat kedaluwarsa kepada pasien. Adapun penulisan laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah terkait penyebab kesalahan pemberian obat kedaluwarsa kepada pasien. Pelaksanaan tugas khusus dilakukan berdasarkan studi literatur yang berkaitan dengan kesalahan pemberian obat kedaluwarsa kepada pasien berdasarkan pendekatan root cause analysis (RCA). RCA merupakan suatu pendekatan analisis yang digunakan untuk menemukan akar penyebab dari suatu masalah atau peristiwa yang tidak diinginkan. Hasil penyebab kesalahan pemberian obat berdasarkan identifikasi menggunakan teknik mengapa, analisis penyimpangan, dan analisis barier adalah SOP yang tidak dijalankan dengan baik oleh petugas akibat ketipahaman. Sedangkan berdasarkan identifikasi berdasarkan fishbone analysis disebabkan karena metode yang kurang efisien yaitu berupa tidak ada pembaruan SOP dan tidak ada sistem pengendalian obat kedaluwarsa berdasarkan sistem komputer.
Pharmaceutical service is an integrated activity with the aim of identifying, preventing and solving drug problems and health -related problems. One of the things included in pharmaceutical services is drug management. The most vital drug management in guaranteeing the quality of the drug is in the storage process. Drug storage is an activity to secure drugs to avoid various losses, such as loss, physical and chemical damage, or irresponsible use. Inappropriate drug storage processes will have an impact on the error of giving expiration drugs to patients. The writing of the Pharmacist Professional Work Practice Report aims to identify problems related to the cause of errors in giving expiration drugs to patients. The implementation of special tasks is carried out based on literature studies related to errors in giving expiration drugs to patients based on the Root Cause Analysis (RCA) approach. RCA is an analysis approach used to find the root of the cause of an unwanted problem or event. The results of the cause of drug administration errors based on identification using the technique of why, irregular analysis, and barrier analysis are SOP that are not carried out properly by officers due to understanding. Whereas based on identification based on Fishbone Analysis is caused by an inefficient method in the form of no SOP update and no drug control system is expired based on a computer system."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library