Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Krisna Dwi Wardhana
Abstrak :
Makanan berbasis kedelai (Glycine max.(L) Merrill) telah menjadi makanan rakyat yang baik secara tradisional dan modern banyak diolah masyarakat Indonesia. lebih dari setengah konsumsi kedelai di Indonesia diolah menjadi tahu dan tempe. Kedelai tak hanya mengandung zat gizi, namun juga mengandung zat anti gizi. Salah satunya zat anti gizi pada kedelai yaitu polifenol. Polifenol dapat menghambat penyerapan zat besi. Pada penelitian ini akan dilakukan fortifikasi zat besi oleh FeSO4.7H2O dan ferrous fumarate untuk melihat efektivitasnya sebagai fortifikan zat besi terhadap keberadaan polifenol. Penentuan kadar polifenol dilakukan dengan menggunakan metode Folin-Ciocalteu, kadar polifenol ditentukan dalam GAE(Gallic Acid Equivalent). Penambahan variasi fortifikan dilakukan berdasarkan perhitungan rasio molar Fe:Polifenol yaitu 1:3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas tertinggi untuk 30 g kedelai pada tahu, tempe dan susu kedelai dengan penambahan FeSO4.7H2O adalah 100 mg pada susu, 20 mg pada tempe dan 10 mg pada tahu, dan untuk ferrous fumarate adalah 100 mg pada susu, 20 mg pada tempe dan 10 mg pada tahu.
Soy-based foods (Glycine max. (L) Merrill) such as tofu, tempeh and soy milk has become the food of the people that are both indonesian traditional and modern society many processed. More than half of Indonesia's consumption of soybean is processed into tofu and tempeh. Soybeans contain not only nutrients, but also contains anti-nutrients. One of these anti-nutritional substances in soy is polyphenol. Polyphenol can inhibit iron absorption. In this research, iron fortification will be conducted by FeSO4.7H2O and ferrous fumarate to see their effectivity as iron fortificant againts the presence of polyphenol. Determination of polyphenol content was done by Folin-Ciocalteu methods, polyphenol content is expressed in GAE(Gallic Acid Equivalent). Addition of fortificant variation was done based on the calculation of Fe:Polyphenols molar ratio, 1:3. Results of this study showed that the highest effectiveness of 30 g of soy in tofu, tempeh and soy milk with the addition FeSO4.7H2O is 100 mg on milk, 20 mg on tempeh and 10 mg on tofu, and for ferrous fumarate is 100 mg on milk, 20 mg on tempeh and 10 mg on tofu.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Trijan Riana
Abstrak :
Senyawa makrosiklik basa Schiff akhir-akhir ini menjadi topik yang penting dalam bidang penelitian anorganik. Hal ini dikarenakan kemampuannya untuk berikatan dengan logam berat dan logam Lantanida dengan membentuk kompleks. Pada penelitian kali ini akan dicoba membuat makrosiklik poliaza basa Schiff dengan reaktan utama tereftalaldehid dan dietilentriamina. Prinsip reaksi yang digunakan ialah reaksi siklokondensasi [2+2], 2 molekul tereftalaldehid akan bereaksi dengan 2 molekul dietilentriamina membentuk senyawa makrosiklik poliaza. Reaksi divariasikan dalam pelarut kloroform, diklorometan dan asetonitril. Senyawa makrosiklik hanya terbentuk pada pelarut asetonitril. Pengaruh temperatur dipelajari pada 5-15°C, ±25°C, 75°C. Hasil yang diperoleh menunjukkan senyawa makrosiklik dapat terbentuk pada temperatur ±25°C dan 5-15°C. Pada temperatur 5-15°C senyawa makrosiklik yang diperoleh 32,15% hasil, namun pada kristal masih banyak terdapat pengotor yang sulit dipisahkan. Kristal makrosiklik yang murni didapatkan pada temperatur ±25°C dengan hasil 19%. Reaksi pembuatan makrosiklik pada 3,75 mmol dalam 180 mL kurang efektif karena laju pembentukan polimer masih besar, sehingga ligan yang didapatkan akan sedikit. Senyawa makrosiklik yang terbentuk dikarakterisasi menggunakan spektroskopi inframerah, alat uji titik leleh, dan MALDI-TOF MS.
Nowadays, macr°Cyclic schiff base polyaza compound has become great important topic in inorganic research since its capability to form complexes compound with heavy metal or lantanide metal. This research f°Cused on creating macr°Cyclic schiff base polyaza compound by terephthalaldehyde and diethylentriamine. The reaction priciple used is [2+2] cycl°Condensation reaction. 2 molecules of terephthalaldehyde reacted with 2 molecules diethylentriamine formed macr°Cyclic compound. The reaction was varied in chloroform, dichloromethane and acetonitrile solvent. Reaction in acetonitrile solvent gave the best result product, whereas reaction in another solvents did not yield products (formed polymer). Reaction also was varied in temperature 5-15°C, ±25°C, 75°C. Macr°Cyclic compound has succesfully formed in 5-15°C and ±25°C. At temperature 5-15°C macr°Cyclic compound yielded 32,15%, yet the crystal seemed had much impurities. Pure macr°Cyclic compound was obtained at temperature ±25°C in yield 19%. Synthesis of macr°Cyclic compound was less effectively in 3,75 mmole since its formation of polymer rate still dominated. Macr°Cyclic compound was characterised by infrared spectroscopy, melting point apparatus and MALDI-TOF MS. The peak 403,5352 molecular weight in MALDI-TOF MS proved that the crystal was the macr°Cyclic desired.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30689
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ermi Trihartiani
Abstrak :
Pemanfaatan kedelai sebagai bahan pangan di Indonesia meningkat karena harganya yang terjangkau serta tingginya zat gizi yang terdapat di dalamnya. Selain itu, kedelai mengandung zat anti gizi seperti fitat dan polifenol yang dapat mengganggu penyerapan zat besi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh polifenol terhadap fortifikasi zat besi pada pangan berbasis kedelai seperti, tempe, tahu dan susu kedelai. Fortifikan yang digunakan yaitu ferrous bisglycinate dan FeSO4.7H2O. Ferrous bisglycinate disintesis dari glycine dan FeSO4.7H2O. Ferrous bisglycinate hasil sintesis dikarakterisasi dengan FTIR yang menunjukan adanya pembentukan cincin heterosiklik pada 1610 cm-1. Pada penelitian ini diperoleh rasio antara Fe dan polifenol yaitu 1:3 yang digunakan untuk variasi penambahan fortifikan. Kadar Fe awal dan Fe non polifenol diperoleh dengan menggunakan AAS. Hasil pengukuran kadar Fe dengan AAS menunjukkan efektivitas tertinggi pada penambahan FeSO4.7H2O untuk tempe 99 mg, tahu 50 mg, dan susu kedelai 99 mg. Sedangkan ferrous bisglycinate untuk tempe 73 mg, tahu 36 mg, dan susu kedelai 73 mg. Sesuai dengan teori, ferrous bisglycinate lebih efektif sebagai fortifikan. Akan tetapi, dalam penelitian ini fortifikasi ferrous bisglycinate pada susu kedelai menghasilkan efektivitas yang lebih rendah dari FeSO4.7H2O.
Utilization of soybean as food in Indonesia is increasing because the price is affordable for all people and contain of high nutrients. Additionally, soy contains anti-nutrients such as phytates and polyphenols that can inhibit iron absorption. Aim of this study was to determine the effect of polyphenols on iron fortification in soy-based foods such as tempeh, tofu and soy milk. The fortificant which are used are ferrous bisglycinate anf FeSO4.7H2O. Ferrous bisglycinate is produced by synthesis of FeSO4.7H2O and glycine. Product of synthesis ferrous bisglycinate characterized with FTIR and the result show that formed envidence ring heterocyclic in 1610 cm-1. In this study we found that the ratio between the Fe and polyphenol amounts is 1:3 that used for addittion fortificant. Concentration of Fe initial and Fe non polyphenol were analysed by Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). The results showed the highest effectivity by using FeSO4.7H2O as fortificant are 99 mg for tempeh, 50 mg for tofu, and 99 mg for soy milk. Whereas by using ferrous bisglycinate are 73 mg for tempeh, 36 mg for tofu, and 73 mg for soy milk. Based on theory, ferrous bisglycinate more effective as fortificant. However, in our case the effectiveness of fortification with ferrous bisglyciante for soy milk lower than FeSO4.7H2O.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Astri Faradiba
Abstrak :
Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi adalah strategi yang layak saat ini untuk meningkatkan asupan mineral zat besi. Dalam penelitian ini, kedelai dalam olahan tahu, tempe, dan susu diuji untuk kesesuaian sebagai media fortifikasi dengan zat besi. Ferrous fumarate dan ferrous bisglycinate ditambahkan pada beberapa variasi penambahan dan diuji bioavailabilitasnya secara in vitro pencernaan. In vitro pencernaan pada pangan berbasis kedelai menggunakan enzim pepsin dan campuran enzim pancreatin beserta extract bile. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bioavailabilitas zat besi yang difortifikasi pada pangan berbasis kedelai dapat terserap baik pada tahu dengan nilai efektivitas 94,86% untuk ferrous fumarate dan 77,14% untuk ferrous bisglycinate.
Fortification of staple foods with iron is a viable strategy at this time to increase the intake of iron minerals. In this study, processed soy in tofu, tempeh, and milk were tested for suitability as a medium for fortification with iron. Ferrous fumarate and ferrous bisglycinate added on some additional variations and tested its bioavailability in vitro digestion. In vitro digestion in soybean-based food using the pepsin enzyme and pancreatin enzyme mix along with extract bile. The results of this study indicate that the bioavailability of iron in fortified soy-based food can be absorbed well in tofu with the effective value for ferrous fumarate 94.86% and 77.14% for ferrous bisglycinate.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sela Viviyani
Abstrak :
Permintaan global untuk tembaga mengalami peningkatan sebesar 10% yaitu 1,9 juta ton (MT) di akhir tahun 2014 jika dibandingkan dengan permintaan pada tahun 2013. Dengan industrialisasi yang pesat, diproyeksikan permintaan tembaga selanjutnya akan meningkat jauh lebih tinggi di luar permintaan saat ini pada tahun 2020 (ICSG 2015). Malakit [Cu2(CO3)(OH)2] adalah mineral tembaga karbonat, atau sering disebut sebagai mineral Copper Carbonate Hydroxide, yang disusun oleh ion logam tembaga dengan anion karbonat dan hidroksida yang berwarna hijau terang atau hijau zamrud. Dalam penelitian ini, dilakukan ekstraksi ion Cu dari mineral malakit (kadar tembaga sebesar 45,9%) dengan metode flotasi menggunakan salisilaldoksim. Semakin bertambah nilai pH maka kadar tembaga semakin meningkat. pH optimal untuk mengekstraksi ion Cu2+ dari mineral malakit dengan metode flotasi adalah pH 10. Flotasi 10 gram mineral malakit menggunakan 10 mL minyak pinus, 20 mL salisilaldoksim 0,1 M dapat mengekstrak 90,07% sehingga jumlah ion Cu2+ yang dapat diekstraksi di dalam penelitian ini adalah 41,38%.
In the end of 2014, global demand for copper increased 10% (1,9 million tons) from 2013. In 2020, copper demand has been predicted to increase much higher than recent year as the impact of rapid industrialization (ICSG, 2015). Malakit [Cu2(CO3)(OH)2] is a copper carbonate mineral or copper carbonate hydroxide, which is composed by copper metal ions with carbonate anions and hydroxides in bright green or emerald green color. In this research, flotation method was used to extract copper ions from malakit (copper rate 45,9%) using salicylaldoxim. Increasing the pH value of the levels of copper is increasing. The optimum pH for extracting Cu2+ ion from malakit using flotation method is pH 10. Flotation of 10 grams malakit using 10 mL pine oil, 20 mL salicylaldoxim 0,1 M which can extract 90,07%. So that the amount of Cu2+ ions that can be extracted in this research is 41,38%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mai Saroh Ambar Pramukti
Abstrak :
Kekurangan zat besi masih merupakan masalah kesehatan global utama yang mempengaruhi kira-kira 2 miliar orang. Salah satu cara untuk mencegah anemia defisiensi zat besi di negara berkembang adalah melalui fortifikasi produk makanan dengan zat besi. Asam fitat merupakan senyawa inhibitor dalam pangan berbasis kedelai yang sangat mempengaruhi penyerapan zat besi dalam tubuh. Dalam penelitian ini, digunakan FeSO4 .7H2O + Na-Glisin dan fero fumarat sebagai fortifikan yang ditambahkan pada tiga jenis pangan berbasis kedelai yaitu: tempe, tahu dan susu cair kedelai. Penambahan variasi jumlah fortifikan didasarkan pada perbandingan molar besi terhadap asam fitat yaitu 1:3. Efektivitas fortifikan ditentukan dengan menghitung Fe total non fitat yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Hasil menunjukkan bahwa efektivitas tertinggi untuk 30 g kedelai pada sampel tahu, tempe dan susu kedelai pada penambahan FeSO4 .7H2O + Na-Glisin 25mg+22 mg (tempe), 25mg+22 mg (tahu) dan 99 mg+87 mg (susu cair kedelai), serta penambahan fero fumarat 15 mg (tempe), 15 mg (tahu) dan 61 mg (susu cair kedelai). Penambahan fero fumarat memiliki nilai efektivitas yang lebih tinggi di bandingkan dengan FeSO4 .7H2O + Na- Glisin. ......Iron deficiency remains a major global health problem affecting an estimate 2 billion people. One way to prevent iron deficiency anemia in developing countries is through the fortification of food products with iron. Phytic acid is an inhibitor compounds in soy-based foods that influences the absorption of iron in the body. In this study, used FeSO4.7H2O + Na-Glycine and ferrous fumarate were used as fortificants to added to the three types of soy-based foods, they are: tempeh, tofu, and soya milk. The addition variation fortificant based on the molar ratio of iron to the phytic acid is 1:3. Percentage of fortification effectivity was determined from total iron non phytic (Fe- free) using AAS instrumentation. The result shows that the highest effectivity for 30 g soybean in soy-based foods tempeh, tofu, and soy milk with the addition of FeSO4 .7H2O + Na-Glycine 25mg+22 mg (tempeh), 25mg+22 mg (tofu), and 99 mg+87 mg (soya milk) and for ferrous fumarate 15 mg (tempeh), 15 mg (tofu), 61 mg (soya milk). Ferrous Fumarate was significantly more effective as iron fortificant in soy- based foods than FeSO4 .7H2O + Na-Glycine.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Lina Yuliana
Abstrak :
Kedelai (Glycine max.(L) Merrill) merupakan bahan pangan sumber protein nabati dan zat gizi lain. Selain mengandung zat gizi, kedelai juga mengandung zat anti gizi. Salah satu zat anti gizi tersebut adalah asam fitat. Besi (Fe) adalah salah satu mineral yang ketersediaannya paling dipengaruhi oleh fitat. Asam fitat dalam makanan berbahan dasar kedelai dapat menghambat penyerapan zat besi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh degradasi asam fitat pada penyerapan zat besi pada makanan berbasis kedelai seperti tempe, tahu dan susu kedelai, dan untuk membandingkan pengaruh penambahan FeSO4.7H2O dan ferrous bisglycinate sebagai fortifikan zat besi. Fortifikan zat besi divariasikan dengan menambahkan Fe total yang berbeda pada setiap sampel berdasarkan kurva kalibrasi asam fitat. Hasilnya menunjukkan bahwa efektivitas tertinggi untuk 30 g kedelai pada tahu, tempe dan susu kedelai dengan penambahan FeSO4.7H2O adalah 25 mg (tahu), 50 mg (tempe) dan 100 mg (susu kedelai), dan untuk ferrous bisglycinate adalah 36 mg (tahu), 36 mg (tempe), dan susu kedelai 75 mg. Ferrous bisglycinate secara signifikan lebih efektif digunakan sebagai fortifikan zat besi pada bahan pangan berbasis kedelai dibandingkan dengan FeSO4.7H2O, karena ferrous bisglycinate berada dalam bentuk kompleks yang stabil dan bersifat sebagai agen pengkelat yang melindungi Fe dari inhibitor seperti asam fitat.
(Glycine max.(L) Merrill) is one of the protein sources which also containing other nutrients. Besides nutrients, soybean also contains anti nutrient compounds, one of them is phytic acid. Iron (Fe) may be the trace element which bioavailability is most influenced by phytate. Phytic acid in soy-based foods inhibits iron. The aim of this study was to investigate the influence of phytic acid degradation on iron absorption from soy-based foods tempeh, tofu and soya milk, and to compare the effects of addition FeSO4.7H2O and ferrous bisglycinate. The iron fortificant was varied by adding different total iron (Fe) based on calibration curve of phytic acid. The result shows that the highest effectivity for 30 g soybean in soy-based foods tofu, tempeh and soya milk with the addition of FeSO4.7H2O is 25 mg (tofu), 50 mg (tempeh) and 100 mg (soya milk), and for ferrous bisglycinate is 36 mg (tofu) , 36 mg (tempeh), and soy milk 75 mg. Ferrous bisglycinate was significantly more effective as iron fortificant in soy-based foods than FeSO4.7H2O as the result of stable complex and chelating agent.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S43533
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Hanifah
Abstrak :
Tamoxifen sitrat sebagai obat antikanker payudara memiliki efek samping pada dosis tertentu, oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem penghantaran obat. Material berpori metal-organic framework (MOF) berpotensi untuk dapat diaplikasikan sebagai sistem penghantaran obat. Pada penelitian ini dilakukan sintesis MOF berbasis zirkonium dengan ligan benzena-1,3,5-trikarboksilat terimpregnasi nanopartikel perak membentuk nanokomposit AgNPs@Zr-BTC. Sintesis Zr-BTC dilakukan dengan variasi waktu reaksi menggunakan metode solvotermal menghasilkan kesesuaian topologi dengan MOF-808. Zr-BTC (72h) menghasilkan kristalinitas paling tinggi dengan ukuran partikel skala nano-MOF, yaitu ±77-227 nm. Zr-BTC tersebut kemudian dijadikan sebagai template impregnasi Ag+ menjadi AgNPs dengan variasi konsentrasi AgNO3 (0,01; 0,05; 0,2; and 0,4 mmol) menggunakan agen pereduksi sedang DMF. AgNPs@Zr-BTC (0,4) menghasilkan jumlah AgNPs yang lebih banyak dan tersebar pada pori-pori MOF, dengan ukuran AgNPs berbentuk speris ±5 nm dan MOF berbentuk oktahedron berukuran ±130 nm. Karakterisasi hasil sintesis menggunakan FT-IR, XRD, SEM-EDX, UV-Vis, dan TEM. Zr-BTC dan AgNPs@Zr-BTC sebagai sistem penghantaran tamoxifen sitrat secara in vitro memiliki kapasitas drug loading berturut-turut adalah 55,25% dan 44,94% pada perendaman 72 jam. Kapasitas drug release Zr-BTC-TMC mencapai 73,5% dan AgNPs@Zr-BTC-TMC mencapai 77,1% pada dialisis selama 36 jam. ......Tamoxifen citrate as a breast cancer drug has side effects at certain doses, therefore a drug delivery system is needed. The metal-organic framework (MOF) as a porous material is a potential candidate to be the drug delivery system. Synthesis of zirconium-based MOF with benzene-1,3,5-tricarboxylic ligands impregnated with silver nanoparticles formed AgNPs@Zr-BTC nanocomposites. Synthesis of Zr-BTC was carried out by varying reaction time using solvotermal method resulting in topological compatibility with MOF-808. Zr-BTC (72h) produces the highest crystallinity with the particle size of nano-MOF scale, ±77-227 nm. Zr-BTC MOF was then used as a template for the impregnation of Ag+ into AgNPs with variations in the concentration of AgNO3 (0.01; 0.05; 0.2; and 0.4 mmol) using a mild reductant DMF. AgNPs@Zr-BTC (0.4) produced a number of AgNPs at most which were scattered in the MOF pores, with ±5 nm AgNPs nanospherical size and ±130 nm of octahedral MOF. The synthesized products were characterized using FT-IR, XRD, SEM-EDX, UV-Vis, and TEM. The anticancer drug delivery system was studied in vitro. Zr-BTC and AgNPs@Zr-BTC had a drug loading efficacy of 55.25% and 44.94% after 72 hours, respectively. Drug release efficacy of Zr-BTC-TMC reached 73.5% and AgNPs@Zr-BTC-TMC reached 77.1% on dialysis for 36 hours.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masripah
Abstrak :
Energi nuklir dihasilkan di dalam inti atom melalui dua buah jenis reaksi, yaitu reaksi fusi dan reaksi fisi. Energi yang dinasilkan dari reaksi fisi dapat dikonversi menjadi energi listrik pada pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dengan banan bakar uranium oksida, umumnya adalah uranium dioksida (UO2). Dalam penelitian ini, dilakukan pemungutan uranium dari yellow cake Iimban pupuk fosfat untuk di proses menjadi UO2, dengan Cara melarutkan yellow cake dengan HNO3, Ialu diekstraksi dengan TBP-Kerosin mengnasilkan larutan uranil nitrat nidrat (UNH). UNH diendapkan dengan NH4OH menjadi ammonium diuranat (ADU), ADU dikalsinasi menjadi U;>,O8, lalu di reduksi menjadi UO; Serbuk UO; dikarakterisasi, meliputi: komposisi fasa, morfologi serbuk dan rasio O/U. Nletode ekstraksi menggunakan TBP kerosin 3:7 memberikan efisiensi ekstraksi yang cukup baik yaitu sekitar 80 - 99 %. Efisiensi pengendapan ADU optimum pada kondisi sunu 70 °C, pH 7 dan waktu 45 menit. Karakterisasi serbuk mengindikasikan serbuk yang dihasilkan adalah UO2, karena memiliki rasio O/U sekitar 2 dan dari data XRD memberikan pola difraksi UO; Hasil morfologi menggunakan SEM, serbuk yang dinasilkan memiliki tekstur yang nalus dan memiliki kecenderungan beraglomerasi dengan ukuran sekitar 500 nm -1,25 pm.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S30513
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>