Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maheswara Idopati Akram
"Paduan titanium-besi (Ti-Fe) diharapkan dapat digunakan di bidang presisi tinggi karena kekuatannya yang tinggi dan ketahanan terhadap korosi dengan tetap mempertimbangkan efisiensi ekonomi. Metalurgi serbuk (PM) dan proses Hot Isostatic pressing (HIP) digunakan untuk memanfaatkan laju difusi besi (Fe) yang sangat tinggi dalam titanium (Ti) untuk menghindari segregasi selama pemadatan dan untuk mencoba membuat paduan Ti-Fe yang homogen. Sifat mekanik dan kinerja korosi paduan Ti-Fe yang terbuat dari HIP yang mengandung proporsi Fe berbeda dievaluasi secara komprehensif. Metode yang digunakan meliputi uji tarik, uji energi impak Charpy, cyclic potentiodynamic polarization (CPP) dan electrochemical impedance spectroscopy (EIS). Hasilnya menunjukkan bahwa dengan meningkatnya kandungan Fe, tegangan tahan 0,2%, kekuatan tarik ultimate (UTS), dan tegangan patah paduan meningkat, namun perpanjangan dan energi serap pada tumbukan menunjukkan tren menurun, menunjukkan bahwa kekuatan mekanik meningkat tetapi paduannya menjadi lebih rapuh. Misalnya, UTS Ti-5%Fe mencapai 732MPa, atau 1,9 kali lipat dibandingkan CP-Ti. Secara umum, paduan Ti xFe menunjukkan ketahanan korosi yang unggul dibandingkan CP-Ti karena penghalusan butiran dan kinetika pertumbuhan lapisan oksidasi. Misalnya, resistensi perpindahan muatan Ti-5%Fe paling tinggi yaitu 2,68E+05 Ω∙〖cm〗^2, atau 2,3 kali lipat CP-Ti, diikuti oleh Ti-2%Fe. Namun peningkatan ketahanan korosi ini tidak sebanding dengan kandungan Fe melainkan terdapat rasio Ti-Fe yang optimal. Kombinasi sifat mekanik dan kinerja korosi membuktikan potensi yang baik dari paduan Ti-Fe.

Titanium-iron (Ti-Fe) alloys are expected to be used in high-precision fields because of their high strength and corrosion resistance while taking into account economic efficiency. Powder metallurgy (PM) and the hot isostatic pressing (HIP) process was used to utilize the very high diffusion rate of iron (Fe) in titanium (Ti) to avoid the segregation during solidification and to try to make homogeneous Ti-Fe alloys. The mechanical properties and corrosion performance of Ti-Fe alloys made from HIP containing different proportions of Fe were evaluated comprehensively. The used methods included tensile test, Charpy impact energy test, cyclic potentiodynamic polarization (CPP) and electrochemical impedance spectroscopy (EIS). The results indicate that with the increase of Fe content, the 0.2% proof stress, ultimate tensile strength (UTS) and fracture stress of the alloys increase, but the elongation and absorbed energy on impact show decreasing trends, indicating that the mechanical strength increases but the alloys become more brittle. For instance, the UTS of Ti-5%Fe is reached 732MPa, or 1.9 times over CP-Ti. In general, Ti xFe alloys exhibit superior corrosion resistance compared to CP-Ti due to the grain refinement and oxidation film growth kinetics. For example, the charge transfer resistance of Ti-5%Fe is highest which is 2.68E+05 Ω∙〖cm〗^2, or 2.3 times over CP-Ti, followed by Ti-2%Fe. However, this increase in corrosion resistance is not proportional to the Fe content but there is an optimal Ti-Fe ratio. The combination of mechanical properties and corrosion performance evidence the good potential of Ti-Fe alloys."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ardhya Pramesti
"Direct Air Capture (DAC) efektif menghilangkan CO2 dari atmosfer, namun kelembaban tinggi dapat menghambat penyerapan CO2 dengan menyebabkan air mengumpul di permukaan penyerap. Bahan hidrofobik seperti PVC dan PVDF, yang dikenal dengan sifat tahan airnya, menawarkan solusi dengan menciptakan penghalang yang menjaga efisiensi penyerapan CO2 optimal bahkan dalam kondisi lembab. Penelitian ini berfokus untuk mengembangkan absorbent dengan kemampuan penyerapan CO2 yang ditingkatkan dengan mengintegrasikan sifat hidrofobik ke dalam struktur mereka menggunakan proses Phase-Inversion. Hasil analisis menunjukkan proses pelapisan yang sukses untuk PVC dan PVDF, yang menunjukkan kekokohan dan penempelan yang kuat pada substrat melintasi berbagai pelarut. Analisis termogravimetri yang dilakukan dalam kondisi kering menunjukkan perbedaan signifikan dalam efektivitas penangkapan CO2 di antara berbagai komposisi polimer. Formulasi PVC dengan konsentrasi Purolite yang lebih tinggi menunjukkan kemampuan adsorpsi yang lebih unggul dibandingkan PVDF, yang kurang efektif dalam kondisi kering. Studi mini-DAC memberikan wawasan tentang bagaimana kelembaban memengaruhi efisiensi penangkapan CO2, mengungkapkan bahwa baik pelapisan PVC maupun PVDF tetap mempertahankan kapasitas penyerapan yang baik bahkan dalam kondisi lembab. Namun, PVC lebih unggul daripada PVDF di lingkungan lembab. Seiring dengan peningkatan tingkat kelembaban, kedua pelapisan menunjukkan penurunan Total CO2 yang Terperangkap, kemungkinan disebabkan oleh penyerapan kelembaban oleh Purolite dan ketiadaan polimer.

Direct air capture (DAC) technology effectively removes CO2 from the atmosphere, but high humidity can hinder CO2 absorption by causing water to accumulate on absorbent surfaces. Hydrophobic materials such as PVC and PVDF, known for their water-repellent properties, offer a solution by creating a barrier that maintains optimal CO2 absorption efficiency even in humid conditions. The research focuses to develop absorbents with improved CO2 absorption capabilities by integrating hydrophobic properties into their structures using Phase-Inversion process. The analysis results indicate successful coating processes for both PVC and PVDF, demonstrating robustness and strong adherence to substrates across various solvents. Thermogravimetric analysis (TGA) conducted under dry conditions showed significant differences in CO2 capture effectiveness among different polymer compositions. PVC formulations with higher Purolite concentrations exhibited superior adsorption capabilities compared to PVDF, which performed less effectively under dry conditions. Mini DAC studies provided insights into how humidity impacts CO2 capture efficiency, revealing that both PVC and PVDF coatings maintained good adsorption capacities even in humid conditions. However, PVC outperformed PVDF in humid environments. As humidity levels increased, both coatings exhibited reduced Total Captured CO2, likely due to moisture absorption by Purolite and the absence of polymers."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Satira Widagdo
"Teknik timbul panas berbiaya rendah untuk ilmu mikro dan nanoteknologi merupakan teknik menjajikan di bidang litografi konvensional yang menghasilkan replikasi pola atau motif yang berkualitas tinggi. Di studi ini, teknik tersebut diaplikasikan dengan polimer yang dipilih secara selektif dan terdiri dari cetakan (yang berfungsi sebagai stempel) dengan pola mikropilar 5 x 5µm dan material acuan (yang bertindak sebagai substrat penerima pola dari stempel). Polimer yang digunakan adalah polystyrene (PS) dan polydimethylsiloxane (PDMS). Studi ini sebagian besar ditujukan untuk mengeksplorasi dan menilai batas resolusi dari replikasi pola akhir menggunakan mesin timbul panas konvensional (WT90-DS) yang sesuai dengan kebutuhan laboratorium berbasis universitas. Proses timbul panas memiliki tiga parameter kunci: temperatur, waktu, dan tekanan. Proses timbul panas ini memiliki beberapa tahapan: pemanasan, penahanan, pendinginan, istirahat, dan pelepasan cetakan. Studi ini menunjukkan hasil yang menjajikan dengan menganalisis tinggi dan lebar dari pola yang tercetak yang dibandingkan dengan cetakan referensi menggunakan profilometry. Hasil menunjukkan bahwa temperatur 120 °C dan tekanan 4kg menghasilkan replikasi terbaik dengan menampilkan keseragaman tinggi dan lebar dari pola jika dibandingkan dengan pola referensi.

Low-cost hot embossing techniques for micro and nanotechnology studies is a promising conventional lithography technique that produces high-quality replications of patterns. In this study, the technique used prudent selections of polymers and consists of mould (which acts as a stamp) with a micropillar pattern of 5 x 5µm and moulding (which acts as the substrate that receives patterns from the stamp). The polymers used are polystyrene (PS) and polydimethylsiloxane (PDMS). This study is mainly aimed to explore and assess the resolution limit of the final pattern replication employing conventional hot embossers (WT90-DS) that match the necessities of a university-based lab. The embossing process requires three key parameters: temperature, time, and pressure. This hot embossing process experiences several stages: heating, holding, cooling, resting, and demoulding. The study demonstrates promising results by analysing the imprinted pattern’s height and width compared with the mould dimensions as a reference by utilising profilometry. The result shows that the temperature of 120 °C with a pressure of 4kg produces the best result by displaying uniform height and width of pattern compared to the reference."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Rifqi Fauzan
"Implan biomaterial telah menjadi solusi yang menjanjikan untuk pengobatan ortopedi, dengan tujuan menggantikan atau memperbaiki fungsi jaringan tulang yang rusak. Dalam penelitian ini, kami menginvestigasi efek penambahan kalsium (Ca) pada paduan Zn-Zr sebagai biomaterial implan untuk aplikasi ortopedi. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kekuatan mekanik, biokompatibilitas, dan kemampuan osteogenesis paduan Zn-Zr melalui penambahan kalsium. Metode penelitian melibatkan persiapan paduan Zn-Zr dengan komposisi yang berbeda, termasuk variasi kandungan kalsium. Sifat-sifat fisik dan mekanik dari paduan tersebut dianalisis menggunakan teknik karakterisasi seperti mikroskopi optik (OM), uji kekerasan, dan pengamatan XRD. Selain itu, evaluasi biokompatibilitas dan kemampuan osteogenesis paduan Zn-Zr dengan penambahan kalsium juga dilakukan melalui uji polarisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kalsium pada paduan Zn-Zr signifikan meningkatkan kekuatan mekanik paduan tersebut, dengan kekerasan dan kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan dengan paduan tanpa penambahan kalsium. Selain itu, paduan dengan penambahan kalsium menunjukkan biokompatibilitas yang lebih baik dan mendorong pertumbuhan sel tulang yang lebih baik, menunjukkan potensi sebagai biomaterial implan untuk pengobatan ortopedi.

Biomaterial implants have emerged as a promising solution for orthopedic treatment, aiming to replace or repair damaged bone tissue. In this study, we investigate the effect of calcium (Ca) addition to the Zn-Zr alloy as a biomaterial implant for orthopedic applications. The objective of this research is to enhance the mechanical strength, biocompatibility, and osteogenic ability of the Zn-Zr alloy through calcium addition. The research method involves the preparation of Zn-Zr alloys with different compositions, including variations in calcium content. The physical and mechanical properties of the alloys are analyzed using characterization techniques such as optical microscopy (OM), hardness testing, and XRD analysis. Furthermore, the biocompatibility evaluation and osteogenic capability of the Zn-Zr alloy with calcium addition are also conducted through polarization testing. The research findings show that calcium addition to the Zn-Zr alloy significantly improves its mechanical strength, with higher hardness and tensile strength compared to the alloy without calcium addition. Moreover, the alloy with calcium addition exhibits better biocompatibility and promotes better bone cell growth, demonstrating its potential as a biomaterial implant for orthopedic treatment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Nugrahaningtyas
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan unsur timah (Sn) pada paduan aluminium-seng (Al-Zn) terhadap sifat fisik dan perilaku degradasinya sebagai anoda korban. Anoda korban berbasis Al-Zn dengan variasi penambahan Sn sebesar 0,4%, 0,8%, dan 1,2% dibuat melalui metode pengecoran dan diuji untuk sifat fisik menggunakan mikroskop optik (OM) dan scanning electron microscopy-energy dispersive spectroscopy(SEM-EDS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan  Sn memperkecil ukuran butir paduan, yang berkontribusi pada peningkatan ketahanan terhadap korosi pitting. Pengujian degradasi dilakukan menggunakan pengujian cyclic potentiodynamic polarization(CPDP), electrochemical impedance spectroscopy (EIS), dan electrochemical capacitance (DNV RP-B401). Sampel dengan penambahan Sn sebesar 1,2 wt% memiliki grafik OCP yang paling fluktuatif, yang mengindikasikan bahwa sampel tersebut sulit terepasivasi. Penambahan unsur Sn juga dapat meningkatkan nilai Epitt. Nilai Epitt yang lebih negatif menunjukkan semakin mudah suatu sampel mengalami pitting corrosion. Sampel dengan penambahan unsur Sn sebesar 0,8 wt% memiliki nilai potensial akhir terbesar, tetapi untuk nilai ECC dan consumption rate masih unggul sampel dengan penambahan 1,2wt%, sehingga sehingga performa keseluruhan sampel AlZn1,2Sn lebih baik dalam hal ECC yang lebih tinggi dan laju konsumsi yang lebih rendah, meskipun sampel AlZn1,2Sn memiliki kecenderungan pitting corrosion yang lebih besar dibandingkan sampel AlZn0,8Sn.

This study aims to evaluate the effect of adding tin (Sn) to aluminum-zinc (Al-Zn) alloys on their physical properties and degradation behavior as sacrificial anodes. Al-Zn-based sacrificial anodes with Sn additions of 0.4%, 0.8%, and 1.2% were produced through casting and tested for physical properties using optical microscopy (OM) and scanning electron microscopy-energy dispersive spectroscopy (SEM-EDS). The results indicated that the addition of Sn reduced the grain size of the alloy, contributing to increased resistance to pitting corrosion. Degradation testing was conducted using cyclic potentiodynamic polarization (CPDP), electrochemical impedance spectroscopy (EIS), and electrochemical capacitance (DNV RP-B401). The sample with a 1.2 wt% Sn addition had the most fluctuating OCP graph, indicating difficulty in repassivation. The addition of Sn also increased the Epitt value. A more negative Epitt value indicates that the sample is more prone to pitting corrosion. The sample with 0.8 wt% Sn addition had the highest final potential value, but for ECC and consumption rate, the sample with 1.2 wt% addition was superior. Therefore, the overall performance of the AlZn1.2Sn sample is better in terms of higher ECC and lower consumption rate, despite having a greater tendency for pitting corrosion compared to the AlZn0.8Sn sample."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Kusumo
"Heat Exchanger sering mengalami kegagalan yang disebabkan karena kurang tepat sambungan antara tube budle dan Tube Sheet. Terjadi karena berlebih nya nilai expansion yang terjadi pada tube bundle. Selama proses fabrikasi yang sering terjadi adalah berlebihnya nilai dari expnasi tube bundle. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahu kegagalan yang sering terjadi akibat korosi dan crack pada dinding pipa pada tube bundle heat exchanger. Analisa dilakukan pada tube dengan membandingkan nilai expansion rate sebesar 0%, 10%, 13%, 16% dan kemudian di observasi pada dinding tube badian luar dan dalam. Hasil dari penelitian dilakukan Analisa dengan Visual dan dimensi, Hardness, Polarisasi, Metallography. Strukture mikro material setelah di expansi nerubah bentuk menjadi lebih memanjang yang mempengaruhi nilai kekerasan, semakin tinggi nilai kekerasan maka laju korosi nya semakin meningkat. Microstructure of the material after expansion changes shape to be more elongated which affects the hardness value, the higher the hardness value, the corrosion rate increases.

Heat Exchanger often fails due to improper joint tube to tube sheet joint expansion. Among them is the excessive expansion rate on the tube. Based on common during the fabrication process, it can be found several cases related to excess tube expansion compared to international standards. The aim of this study was to analyst the failure of corrosion and tube wall cracks in the tube bundle heat exchanger. The analysis was carried out on the tube by comparing the expansion rate values of 0%, 10%, 13%, 16% and then observing the condition of the inner and outer walls of the tube. The experimental result were characterized using Visual Dimensional, Hardness test, Polarization, Metallography."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Susanti
"Magnesium merupakan logam yang cocok dijadikan biomaterial implant mampu luruh karena memiliki sifat biodegradabel. Namun mg sangat mudah terkorosi pada PH fisilogis karena unsur mg mudah tergradasi sehingga  sifat mekanik akan turun sebelum terjadinya penyembuhan dan pertumbuhan jaringan baru. Untuk meningkatkan sifat mampu bentuk dan ketahanan korosi dapat dilakukan penambahan paduan dengan unsur litium dan Seng. Selain itu dapat dilakukan perlakuan persen reduksi sehingga membuat terjadinya regangan pada mikrostruktur dan dengan waktu tahan anil dapat membuat penyempurnaan butir pada rekristalisasi. Penelitian diawali dengan melakukan pencanaian dingin LZ141 pada persen reduksi sebesar 60,70 dan 80% kemudian dilanjutkan dengan waktu tahan anil selama 1 dan 3 jam pada suhu 250°C. Secara menyeluruh penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh persen reduksi dan waktu tahan terhadap Mikrostruktur, Sifat Mekanik dan Sifat Korosi paduan LZ141 dalam Larutan Simulated Body Fluid (SBF) Sebagai Material Implan Mampu Luruh. Hasil pengujian OM menunjukkan mikrostruktur terdiri atas fasa α -Mg dan fasa β -Li serta endapan MgLi2Zn dan MgLiZn. Pada hasil pengujian tarik dan kekerasan mikro nilai elongasi yang lebih tinggi dan kekuatan yang lebih tinggi pada sampel setelah perlakuan anil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan persen reduksi dan waktu tahan anil dapat meningkatkan ketahanan korosi paduan LZ141.

Magnesium is a suitable metal to be used as an implant biomaterial because it is biodegradable. However, it is highly susceptible to corrosion in physiological pH due to the degradation of magnesium. To improve the formability and corrosion resistance. Alloying with lithium and Zinc is necessary. Additionally, cold working can be performed to induce strain in the microstructure, and holding  time can contribute to grain refinement during recrystallization. The experiment was started by cold rolling LZ141 at reduction percentages of 60,70, and 80% and then continued with annealing holding times of 1 and 3 hours at 250°C. This comprehensive research aims to investigate the influence of reduction percentage and holding time on the microstructure, mechanical properties, and corrosion behavior of LZ141 alloy in Simulated Body Fluid (SBF) as a biodegradable implant material. Optical microscopy (OM) testing reveals that the microstructure consists of α-Mg phase, β-Li phase, and precipitates of MgLi2Zn and MgLiZn. Tensile and microhardness testing results show higher elongation and strength values in samples after annealing. The research findings indicate that increasing the reduction percentage and annealing time can enhance the corrosion resistance of LZ141 alloy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfa Mutiara Faizah
"Kebutuhan biomaterial akan terus meningkat, khususnya implan berbasis logam dalam aplikasi ortopedi. Implan akan berinteraksi langsung dengan jaringan tubuh dan mengalami peluruhan dalam jangka waktu tertentu. Di antara kandidat Mg dan Fe, paduan berbasis Zn merupakan salah satu biomaterial biodegradable dengan kelebihan berupa laju degradasi yang sedang dibandingkan dengan Mg dan Fe serta memiliki sifat biocompatibility yang baik. Name, paduan berbasis Zn memiliki keterbatasan dalam sifat mekanik yang inferior khususnya terkait keuletan. Penelitian ini berupaya untuk meningkatkan sifat biocompatibility paduan dan membentuk paduan berbasis Zn yang lebih unggul dalam aplikasi biomaterial. Dalam penelitian ini, diteliti pengaruh penambahan kadar Mn sebesar 0,7%, 1,2%, dan 1,5% pada paduan berbasis Zn. Metode penelitian terdiri dari pembuatan master alloy dalam proses fabrikasi sampel, pengamatan mikrostruktur paduan dengan OM, SEM, EDS, dan XRD, pengujian mekanik dengan uji kekerasan microhardness Vickers, pengujian polarisasi menggunakan larutan r-SBF yang dipreparasi sebelumnya, serta pengujian XRD sampel setelah polarisasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan kadar Mn mempengaruhi bentuk partikel MnZn₁₃, memperhalus ukuran butir, meningkatkan kekerasan dan sifat mekanik paduan secara keseluruhan, menurunkan laju korosi, dan mendorong terjadinya korosi yang lebih uniform.

The demand for biomaterials is expected to continue growing, particularly for metal-based implants used in orthopedic applications. Implants directly interact with the body's tissues and gradually degrade into ions within a certain period. Among potential candidates such as Mg and Fe alloys, Zn-based alloys are considered promising biodegradable biomaterials due to their moderate degradation rate and favorable biocompatibility. However, Zn-based alloys face limitations in terms of lower mechanical properties, specifically in ductility. Therefore, this research aims to enhance their biocompatibility and develop superior Zn-based alloys for biomedical applications. This study investigates the impact of incorporating different percentages of manganese (0.7%, 1.2%, and 1.5%) into Zn-based alloys. The research methodology involves casting a master alloy during the sample fabrication process, followed by microstructure observations through OM, SEM, EDS, and XRD testing. Mechanical testing is conducted using the microhardness Vickers test, while polarization testing utilizes a pre-prepared r-SBF solution followed by another XRD testing. The findings of the analysis indicate that an increase in Mn content affects the morphology of MnZn₁₃ particles, refines the grain size, enhances hardness and overall mechanical properties, reduces the corrosion rate, and promotes more uniform corrosion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hanafiah
"Perkembangan biomaterial berbasis Zn mulai banyak digunakan sebagai aplikasi medis yang memiliki sifat utama yaitu biodegradable. Penggunaan paduan Zn sebagai aplikasi biomaterial sudah mulai digunakan pada sekitar tahun 2011 tetapi masih memerlukan beberapa material pendukung agar mampu memaksimalkan sifat mekanik dan ketahanan degradasi pada paduan Zn. Paduan utama Zn memiliki nilai laju degradasi yang sudah cukup baik tetapi memerlukan unsur pendukung agar dapat memperbaiki sifat mekaniknya. Penelitian ini dilakukan untuk mendukung aplikasi biomaterial berbasis Zn dengan penambahan unsur lain agar mampu memperbaiki sifat mekanik dan laju degradasi. Pada penelitian ini unsur yang ditambahkan yaitu zirkonium (Zr) dan Mangan (Mn) dengan komposisi Zr sebesar 1% dan komposisi Mn sebesar 0.25%, 0.50%, dan 1%. Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan cara membuat sampel dengan pengecoran pada temperature 650-750°C dan dilanjutkan pengujian mikrostruktur dan perilaku korosi. Dari hasil analisa mikrostruktur, penambahan variasi Mn pada paduan Zn-1Zr akan membentuk banyak presipitat apabila semakin banyak kandungan Mn yang diberikan dan pada kandungan tersebut, ukuran butir yang dihasilkan lebih kecil dan halus. Pengujian polarisasi dilakukan untuk mengetahui perilaku korosi. Laju korosi yang dihasilkan menunjukan bahwa semakin banyak penambahan unsur Mn pada paduan Zn-1Zr maka laju korosi yang dihasilkan semakin tinggi.

The development of Zn-based biomaterials has been widely used in medical applications due to their main characteristic of biodegradability. The use of Zn alloys as biomaterial applications started around 2011 but still requires some supporting materials to maximize the mechanical properties and degradation resistance of Zn alloys. The main Zn alloy has a decent degradation rate but requires supporting elements to improve its mechanical properties. This research aims to support Zn-based biomaterial applications by adding other elements to enhance the mechanical properties and degradation rate. In this study, zirconium (Zr) and manganese (Mn) were added with a composition of 1% Zr and Mn compositions of 0.25%, 0.50%, and 1%. The research method used in this study involved creating samples through casting at a temperature of 650-750°C, followed by microstructure analysis and corrosion behavior testing. The microstructure analysis results showed that the addition of various Mn compositions to the Zn-1Zr alloy would form numerous precipitates with an increase in Mn content. At this content level, the resulting grain size is smaller and finer. A polarization test was carried out to determine the corrosion. The corrosion rate demonstrated that the higher the addition of Mn to the Zn-1Zr alloy, the higher the resulting corrosion rate."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Steven Geovanli
"Penelitian ini membahas mengenai sifat mekanik dan perilaku korosi pada paduan Zn1Zr dengan variasi penambahan kadar tembaga. Penambahan tembaga pada paduan seng-zirkonium membentuk solid solution pada matriks seng serta membentuk fasa CuZn5 yang menyebabkan pembentukan butir yang jauh lebih halus. Semakin banyak penambahan tembaga yang ditambahkan pada paduan Zn1Zr, maka semakin tinggi nilai kekerasan yang dihasilkan. Penguatan paduan terjadi melalui mekanisme solid solution strengthening dan penghalusan butir. Penambahan tembaga pada paduan Zn1Zr meningkatkan nilai potensial korosi dan menghasilkan lapisan pasif oksida CuO yang dapat melindungi matriks Zn. Fasa CuZn5 menyebabkan terjadinya korosi mikro-galvanik akibat perbedaan potensial dengan matriks Zn. Paduan Zn1ZrxCu memiliki laju korosi yang lebih tinggi daripada paduan Zn1Zr, namun masih cocok untuk diaplikasikan untuk material implan mampu luruh karena lebih mendekati laju korosi seng murni dan masih dibawah batas maksimal laju korosi yang diperbolehkan untuk suatu biomaterial.

This research discusses the mechanical properties and corrosion behavior of the Zn1Zr alloy with variations in the addition of copper content. The addition of copper to the zinc-zirconium alloy forms a solid solution in the zinc matrix and forms the CuZn5 phase which causes the formation of much finer grains. The more additional copper added to the Zn1Zr alloy, the higher the hardness value produced. Alloy strengthening occurs through solid solution strengthening and grain refinement mechanisms. The addition of copper to the Zn1Zr alloy increases the corrosion potential value and produces a passive layer of CuO oxide which can protect the Zn matrix. The CuZn5 phase causes micro-galvanic corrosion due to the potential difference with the Zn matrix. The Zn1ZrxCu alloy has a higher corrosion rate than the Zn1Zr alloy, but is still suitable for application to wearable implant materials because it is closer to the corrosion rate of pure zinc and is still below the maximum permissible corrosion rate for a biomaterial."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>