Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lien Herlina
"ABSTRAK
Penetapan gaji secara kualitatif yang biasa diterapkan di lembaga-lembaga pemerintah sering dirasakan kurang adil karena hak yang diterima untuk jenis pekerjaan yang beban tugasnya lebih berat tidak berbeda dengan hak untuk jenis pekerjaan yang beban tugasnya lebih ringan, demikian juga untuk seseorang yang berprestasi baik tidak berbeda dengan untuk yang berprestasi biasa-biasa saja.
Sistem penetapan gaji yang membedakan gaji berdasarkan kinerjanya masing-masing dikenal dengan nama "sistem merit" Idenya adalah bahwa janji akan adanya pemberian gaji yang lebih tinggi untuk yang lebih berprestasi akan mendorong karyawan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitasnya.
Salah satu penerapan sistem merit di Lembaga Pemerintahan adalah melalui penerapan jabatan fungsional peneliti, sedangkan tolok ukur produktivitas dalam penerapan jabatan fungsional peneliti adalah melalui pengumpulan angka kredit.
Satu sampel berjumlah 201 responden yang terdiri dari 104 peneliti dan 97 bukan peneliti digunakan untuk menguji beberapa hipotesa berkaitan dengan [earl tentang sistem merit. Analisa data untuk menguji hipotesa tersebut meliputi uji beda dua rata-rata dan analisa korelasi. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup dengan memakai skala Likert untuk mendapatkan data primer.
Uji beda dua rata-rata menunjukkan bahwa terdapat perbedaan produktivitas antara peneliti dan bukan peneliti dimana produktivitas peneliti Iebih tinggi dibandingkan produktivitas bukan peneliti. Selanjutnya analisa korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi positip antara pelaksanaan sistem merit melalui penerapan jabatan fungsional peneliti dengan produktivitas. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan positip antara jenjang jabatan fungsional peneliti dengan produktivitas.
Dengan asumsi bahwa pegawai yang mengikatkan dirinya kedalam jabatan fungsional peneliti adalah orang-orang yang sudah mempunyai "achievement need" yang tinggi, maka dengan adanya tugas, peluang dan balas jasa yang sudah jelas, akan semakin terdorong baginya untuk menghasilkan produktivitas tertentu yang dipersyaratkan dalam jabatan fungsional peneliti.
Temuan penelitian dapat menjadi masukan bagi organisasi secara umum yang ingin sistem penggajiannya sebagai alat memotivasi pegawai untuk meningkatkan produktivitas. Untuk lebih memperkuat hasil penelitian ini disarankan agar dikembangkan penelitian lanjutan antara lain : studi tentang faktor lain yang mempengaruhi produkivitas, studi tentang faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk melaksanakan sistem merit, studi perbandingan penerapan sistem merit pada organisasi lainnya.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Indrawati
"ABSTRAK
Daur hidup teknologi bagi bank lebih banyak ditentukan oleh kondisi eketernal sehingga teknologi dilihat bersama dengan lingkungan eketernal organisasi. Lingkungan eksternal merupakan pedoman untuk membuat inovasi dan menentukan tingkat penerapan teknologi informasi yang ideal bagi sebuah bank. Selanjutnya, inovasi dan penerapan teknologi informasi sebagai faktor internal bank harus menciptakan nilai bagi konsumen maupun keunggulan dalam persaingan perusahaan.
Satu sampel berjumlah 122 responden dari sembilan bank swasta umum di Jakarta, digunakan untuk menunjukkan pengaruh variabel lingkungan dan teknologi terhadap frekuensi (kekerapan) penggunaan peran interpersonal, informational, dan decisional seperti yang didefinisikan oleh Mintzberg {1973). Lingkungan sebagai faktor eksternal dan teknologi sebagai faktor internal bersama-sama mempengaruhi peran interpersonal, informational, dan decisional. Analisis data untuk menguji beberapa hipotesa meliputi penggunaan dummy variable, koefisien korelasi Pearson, uji t, uji F, uji F partial, dan analisis regresi berganda. Metode pengumpulan data menggunakan kuisioner tertutup yang memakai Skala Likert, untuk mendapatken data primer.
Penemuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa meningkatnya rutinitas pekerjaan menurunkan frekuensi penggunaan peran decisional. Teknologi informasi yang diterapkan dalam sebuah bank, kenyataannya dapat meningkatkan rutinitas pekerjaan dan memberikan dukungan terhadap peran decisional. Ini berarti penggunaan teknologi informasi oleh bank seyogyanya bukan hanya untuk kelancaran operasional bisnis, melainkan juga untuk menunjang peran informational maupun decisional.
Rentang kendali sebagai variabel kontrol dapat meramalkan peningkatan ketiga kategori peran manajer secara signifikan. Jadi peningkatan rentang kendali seorang manajer perlu diimbangi dengan penguasaan penggunaan teknologi informasi oleh manajer.
Selain rutinitas pekerjaan, dimensi teknologi lainnya adalah kaitannya dengan peraturan dan saling ketergantungan antar departemen. Penelitian ini menunjukkan adanya peraturan dapat meramalkan peningkatan frekuensi penggunaan peran interpersonal. Dengan demikian berarti bank seyogyanya menyederhanakan peraturan, prosedur, den standar yang ada.. Saling ketergantungan center departemen berkorelasi positif dengan ketiga kategori peran manajer, namun jika dikontrol oleh variabel bebaa lainnya tidak signifikan untuk meramalkan pelbagai peran manajer.
Di Indonesia terdapat sejumlah 240 bank yang menunjukkan kompleksnya lingkungan bank dan ramainya persaingan antar bank. Penelitian ini menemukan bahwa kompleksitas lingkungan menuntut peningkatan peran informational, peran decisional, dan peran interpersonal. Namun interaksi antara kompleksitas lingkungan dan dinamisme lingkungan tidak signifikan untuk meramalkan pelbagai peran manajer.
Baik kompleksitas lingkungan maupun dinamisme lingkungan merupakan dimensi dari lingkungan luar organisasi. Kompleksitas lingkungan menunjukkan banyaknya komponen-komponen/faktor-faktor dalam lingkungan luar organisasi yang berhubungan dengan pengambilan keputusan organisasi. Sedangkan dinamisme lingkungan menunjukkan derajat perubahan komponen-komponen/faktor-faktor tersebut.
Sebagian besar responden beranggapan bahwa dinamisme lingkungan tidak terlalu tinggi. Dengan kata lain lingkungan luar bank tidak terlalu turbulen. Walaupun dinamisme lingkungan berkorelasi positif dengan ketiga kategori peran manajer, namun jika dikontrol oleh variabel babas lainnya dinamisme lingkungan tidak signifikan untuk meramalkan pelbagai peran manajer.
Penelitian ini ingin membantu manajer bank dalam menentukan peran apa yang akan dimainkannya, agar cukup fleksibel dalam menghadapi era globalisasi. Manajer bank dituntut agar tanggap terhadap kompleksitas lingkungan, mampu menyederhanakan peraturan yang diterapkan dalam bank, den mampu menggunakan teknologi informasi. Disamping semua ini, manager bank juga dituntut agar dapat mengentisipasi peningkatan dinamisme lingkungan dan saling ketergentungan antar departemen yang akan terjadi dalam waktu dekat.
Walaupun sudah digunakan skor kompleksitas (centered) den skor dinamisme (centered), namun tidak berhasil menghilangkan masalah multikolinieritas antara variabel kompleksitas lingkungan dan dinamisme lingkungan. Diharapkan penelitian selanjutnya dilakukan dengan menambah data pengamatan atau variabel bebas yang baru, untuk mengatasi masalah multikolinieritas. Variabelvariabel bebas yang disarankan dimasukken ke dalam model persamaan regresi yang baru adalah gaya kepemimpinan, budaya organisasi, den birokrasi organisasi. Dengan menambah data pengamatan, memungkinkan untuk melakukan uji beda tiga rata-rata untuk meneliti apakah ada perbedaan frekuensi peran manajer pada setiap tingkat manajemen (atas, menengah, dan bawah).
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Murtiani Munajat
"Penelitian ini bertujuan mengetahui kontribusi budaya organisasi terhadap relevansi lulusan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka analisis dimulai dengan mengidentifikasi budaya organisasi serta relevansi lulusan, dan kemudian mencoba mengaitkan kontribusi budaya organisasi tersebut dengan relevansi lulusan yang ada.
Penelitian ini didasari oleh penelitian yang telah dilakukan oleh William Ouchi, Peters dan Waterman. Kotter dan Hesket pada beberapa perusahaan di Amerika, yang mencoba menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja perusahaan. Penelitian mengenai pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja tersebut relatif sering dilakukan terhadap perusahaan/dunia usaha, dibandingkan terhadap organisasi pendidikan, khususnya penelitian yang mencoba menganalisis kontribusi budaya organisasi terhadap relevansi lulusan. Namun demikian, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu dalam skala kecil, karena hanya menggunakan satu objek penelitian saja, yakni perguruan tinggi "X" dengan alumni yang telah dihasilkan, juga dalam dimensi waktu yang relatif singkat. Selain itu penggunaan data primer dalam penelitian ini juga diduga dipengaruhi oleh persepsi responden, sehingga untuk mengambil kesimpulan yang komprehensif tidak mudah dilakukan.
Adapun teori yang menjadi landasan kerangka konseptual penelitian ini adalah teori budaya organisasi serta relevansi. Beberapa variabel budaya organisasi yang diduga memberikan kontribusi terhadap relevansi lulusan adalah komunikasi, inovasi, sikap terhadap tugas, etika kepribadian serta tanggap terhadap kebutuhan pelanggan, sedangkan variabel relevansi alumni diidentifikasi dari bidang studi serta pekerjaan alumni. Agar budaya yang dimiliki oleh anggota organisasi tersebut memberikan kontribusi yang optimal terhadap relevansi lulusan, maka budaya tersebut harus diyakini oleh seluruh anggota organisasi sehingga menjadi budaya yang tangguh. Oleh karena itu, dalam studi ini peneliti menduga, bahwa antara variabel budaya organisasi terdapat hubungan yang signifikan, selain itu karena budaya organisasi juga dipengaruhi oleh attribute/karakteristik responden, sehingga dalam studi ini peneliti menduga, bahwa karakteristik responden tersebut memiliki hubungan yang signifikan dengan budaya organisasi.
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner. Untuk mendapatkan data budaya organisasi tidak digunakan teknik sampel, tetapi populasi dengan seluruh anggota perguruan tinggi "X" menjadi responden penelitian, sedangkan data relevansi diperoleh melalui teknik stratified random sample dengan alumni dari angkatan 1988 sampai 1992 menjadi sampel penelitian. Data mengenai budaya organisasi didapatkan melalui identifikasi nilai-nilai budaya yang hidup pada anggota organisasi, yang kemudian menjadi realitas budaya organisasi, terlepas dari peraturan yang dikehendaki oleh pimpinan.
Beberapa kesimpulan yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah secara umum budaya organisasi yang telah dimiliki oleh PTS "X" cukup kontributif terhadap relevansi lulusan, namun terdapatnya beberapa anggota organisasi dengan jabatan penting yang masih memiliki budaya kurang kontributif menunjukkan, bahwa budaya organisasi PTS "X" belum optimal. Selain itu, kurang optimalnya budaya organisasi PTS "X" tersebut dapat dibuktikan melalui uji statistik yang menunjukkan (1) beberapa variabel budaya organisasi tidak saling berhubungan secara signifikan, misalnya; tidak adanya hubungan yang signifikan antara budaya komunikasi dan respon terhadap kebutuhan pelanggan, budaya inovasi terhadap sikap terhadap tugas, budaya inovasi dan respon terhadap pelanggan, budaya sikap terhadap tugas dan etika kepribadian maupun respon terhadap pelanggan, serta etika kepribadian dan respon terhadap pelanggan (2) terdapatnya budaya kontradiktif, misalnya; anggota organisasi yang mempunyai
budaya komunikasi tertutup ternyata lebih adaptif daripada yang memiliki budaya komunikasi terbuka, dan budaya kontradiktif ini terdapat pada hampir semua karyawan yang menjadi sampel penelitian, serta (3) terdapatnya pengaruh atau hubungan yang signifikan dari attribut/karakteristik responden, yang berarti bahwa budaya organisasi yang dimiliki belum diyakini oleh seluruh anggota organisasi, dengan perkataan lain nilai-nilai yang diyakini oleh seluruh anggota PTS "X" belum seragam. Kurang optimalnya (belum kuatnya) budaya yang dimiliki oleh anggota organisasi tersebut, telah memberikan kontribusi yang tidak optimal pula terhadap kerelevanan lulusan, dimana hanya 51,09% saja dari alumni yang memiliki status relevan dan 48,91% yang tidak relevan (diantaranya terdapat 27,17% yang tidak memiliki kegiatan).
Dalam rangka memperkuat budaya organisasi yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan kerelevanan para alumni PTS "X", peneliti menyarankan agar Pimpinan PTS"X" menemukan kembali atau menciptakan budaya yang fungsional terhadap pencapaian tujuan dan agar seluruh anggota organisasi memiliki persepsi yang seragam, make budaya organisasi tersebut perlu dikomunikasikan secara ekspilisit, baik melalui slogan atau perilaku sehari-hari. Perlu pula ada tekanan serta pengawasan dan penghargaan dalam pelaksanaanya. Dalam rangka meningkatkan kerelevanan lulusan, perlu dilakukan komunikasi yang terarah dengan pihak eksternal dan dilakukannya penyempurnaan (inovasi) terhadap program studi, kurikulum, sarana dan prasarana.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irastuty
"ABSTRAK
Sampai dengan tahun 1998 penyediaan, distribusi dan harga tepung terigu
diatur oleh Bulog, Pemerintah juga menetapkan proteksi untuk berinvestasi di industri
ini. Hak monopoli dalam penggilingan gandum hanya diberikan kepada PT Indofood
Sukses Makmur Bogasari Flour Mills serta PT Berdikari Sari Utama Flour Mills.
Pemilik kedua perusahaan inipun sama yaitu Grup Salim.
Dicabutnya wewenang Bulog, menyebabkan industri tepung terigu harus
melaksanakan semua kegiatannya sendiri, mulai dari menyediakan gandum untuk
digiling, pengolahan, pemasaran serta distribusinya. Apalagi dengan ditetapkannya
UU No. 5/1999 mengenai Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, menyebabkan perusahaan-perusahaan dalam industri ini harus menjalankan
kegiatannya secara profesional.
Citra Bogasari yang baru yaitu sebagai sebuah perusahaan yang profesional,
akan sangat mendukung jalannya kegiatan perusahaan tersebut. Seperti diketahui
bahwa selain bersaing dengan perusahaan sejenis di dalam negeri, persaingan juga
terjadi dengan perusahaan-perusahaan luar negeri di dalam era globalisasi ini. Akan
tetapi citra perusahaan yang lama, yaitu sebagai perusahaan yang erat kaitannya
dengan monopoli dan KKN telah melekat dalam pandangan stake holders.
Menyadari pentingnya peranan Humas dalam membentuk opini masyarakat,
maka merupakan salah satu tugas Humas Bogasari untuk membentuk citra perusahaan
yang baru yaitu bahwa Bogasari merupakan perusahaan yang profesional dan dapat
bersaing secara sehat dalam industri ini. Humas harus melakukan riset untuk mencari
fakta yang ada pada stakeholders mengenai citra perusahaan saat ini. Kemudian
Humas harus menselaraskan antara citra dan reputasi yang perusahaan inginkan ada
dalam pandangan stake holders, dengan target publik, cara-cara serta ¡si dari
kampanye, sehingga program pembentukan citra berhasil baik.
Karenanya studi ini bertujuan untuk mempelajari peranan kegiatan humas
Bogasari dalam membentuk citra perusahaan di mata stake holders , serta memberikan
masukan mengenai strategi yang perlu dilakukan untuk meningkatkan efektivitas
kegiatan-kegiatan humas dalam membantu terciptanya citra yang dikehendaki.
Untuk itu metode peneilitian yang dilakukan adalah dengan mempelajari
berbagai sumber informasi yang tersedia, teori, data, literatur serta wawancara dengan
pihak-pihak yang dapat menjadi nara sumber dalam studi ini. Persepsi stakeholders
kepada perusahaan didapatkan dengan meneliti banyaknya jumlah pemberitaan yang
positif maupun negatif mengenai perusahaan di 12 media cetak.
Dari studi ini disimpulkan bahwa citra perusahaan yang positif di mata
stake/solders mulai terbentuk, terlihat dari semakin berkurangnya pemberitaan negatif
mengenai perusahaan dan semakin banyaknya pemberitaan positif. Akan tetapi yang
diinginkan bukan sekedar citra positif saja, tetapi citra perusahaan yang profesional
yang harus ditanamkan pada stake holders.
Sampai saat ini Humas belum pernah melakukan riset Iangsung dan
menyeluruh untuk mengetahui citra perusahaan dalam persepsi stake holders .
Penelitian terhadap citra perusahaan hanya dilakukan dengan melihat jumlah
pemberitaan yang ada di media masa. Setelah itu Humas Bogasari menjalankan
program-program perbaikan maupun program-program baru.
Pemberitaan mengenai profesionalisme perusahaan tidak dilakukan dalam
suatu program khusus. Profesionalisme terlihat dalam proses menjalankan
perusahaan, baik ke dalam maupun ke luar perusahaan. Salah satu ciri profesionalime
perusahaan seperti transparansi memang telah berhasil ditanamkan melalui hubungan
baik antara Humas dengan media masa. Media masa dapat memperoleh informasi
dengan mudah mengenai perusahaan baik dari Humas maupun top manajemen. Gaya
manajemen profesional yang mencerminkan kemandirian usaha serta bersaing secara
sehat di pasar sebenarnya juga terdapat pada falsafah perusahaan. Akan tetapi ini tidak
disosialisasikan secara khusus kepada semua lapisan stakeholders. Demìkian pula ciri
profesional dalam bentuk kerja tim yang tangguh serta kesempatan yang setara dalam
jenjang karir serta pelatihan tidak diinformasilcan kepada seluruh stake holders.
Melihat kenyataan diatas, maka tampak bahwa pemberitaan yang menyiratkan
profesionalisme perusahaan tidak dilakukan dalam suatu program yang khusus. Tidak
ada kesatuan ?wama? profesionalisme yang berkesinambungan dalam pemberitaan
yang dilakukan, menyebabkan hasilnya tidak optimal dirasakan oleh stake holders.
Karena itu studi ini merekomendasikan agar apabila memungkinkan dilakukan
riset mengenai citra perusahaan saat ini dimata stakeholders, sehingga dapat diketahui
sejauh apa perubahan cara itu telah diterima. Dari hasil riset tersebut dibuat
pembenahan ke dalam, kemudian dibuat suatu program kampanye yang menyelunuh
dan berkesinambungan untuk menunjang cara profesionalisme perusahaan. antara lain
dengan memasukkan falsafah perusahaan yang mencerminkan profesionalisme
perusahaan sebagai salah satu bahan program.
Walaupun Bogasari telah melakukan spin off untuk menghadapi UU
No.5/1999, namun yang masih dipertanyakan oleh stake holders yaitu apakah
sebenarnya Bogasari masih ?mencintai? monopoli? Karena itu dibutuhkan kerjasama
dengan bagian/departemen lain sehingga tercipta citra profesionalisme yang bebas
dari KKN dan monopoli. Bentuk kerjasama itu seperti strategi pemasaran serta
periiaku yang profesional dan individu-individu dalam perusahaan untuk menunjang
terciptanya citra perusahaan yang diinginkan.
"
2001
T3262
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Irawan
"ABSTRAK
Seperti telah diketahui bersama. ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia Sangat
besar, Menurut hasil sensus ekonomi tahap III yang dihimpun oleh Biro Pusat Statistik,
pengusaha besar yang jumlahnya di: bawah 1% dari total 16 juta unit usaha menguasai 70%
produk domestik bruto. Hal ini terjadi karena kebijakan pemerintah dan lembaga keuangan
pada Masa Orde Baru memprioritaskan pertumbuhan usaha besar dengan pernbiayaan secara
besar-besaran dan cenderung berorientasi korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Model pembiayaan usaha besar seperti di atas ternyata berakibat kontraproduktif dan
mulai terlihat sejak krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Banyak pengusaha besar
yang berjatuhan karena tidak didukung o!eh dasar bisnis yang kuat dan sehat. dan terlalu
banyak menanggung hutang dalam mata uang asing yang sulk dikembalikan saat terjadi
fluktuasi kurs yang tajam terhadap rupiah.
Menyadari hal itu, pemerintah mulai memperhatikan pertumbuhan usaha kecil yang
justru dapat bertahan saat krisis ekonomi terjadi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya RUU
perkreditan yang mencakup bebcrapa pasal yang terkait dengan pengembangan usaha kecil
Salah satu pasal mewajibkan bank untuk mengalokasikan sedikitnya 40% dari portofolio
kreditnya bagi usaha kecil. Pasal lain menyebutkan pula bahwa jaminan kredit bagi usaha
kecil adalah prospek usahanya, dan bank kreditur wajib mengawasi dan niembimbing debitur
usaha kecil.
Dengan adanya RUU tersebut, BRI yang selama ini telah dengan konsisten menyalurkan
kredit kepada usaha kecil dan menengah perlu melakukan pembenahan untuk menghadapi
persaingan yang akan semakin ketat di masa mendatang. Walaupun BRI memiliki
keunggulan banyaknya jaringan di wilayah pedesaan, namun demikian perbaikan pola kerja
dan kualitas pelayanan perlu dilakukan, agar tetap dapat mempertahankan kompetensinya.
Adapun tujuan khusus studi ini adalah memperbaiki pedoman kerja penyaluran kredit umum
pedesaan BRI unit dalam proses pendaftaran, pemeriksaan kelayakan kredit, pengambilan
keputusan dan penyaluran pinjaman, sera pembinaan dan pengawasan kinerja kredit.
Mengingat permasalahan dalam penyaluran Kupedes ini bersifat tidak terstruktur karena
diperigaruhi oleh karakter debitur dan sumber daya manusia BRI unit, budaya dan
kebijaksanaan perusahaan, serta kebijaksanaan pemerintah, studi ini menggunakan metode
Soft System Methodology (SSM) untuk menstrukturkan permasalahan dan mencari pemecahan
dengan model konseptual. Proses pembahasan masalah dalam SSM meliputi penggambaran
permasalahan dengan kartun (rich picture), analisis CAT WOE (Customers, Actors,
Transformation process, Work/view, Owners, dan Environment) untuk mengkaji faktor-faktor
yang mempengaruhi sistem dalam penyaluran kredit, identifikasi model konseptual dan sistem
tersebut. membandingkan model konseptual dengan kenyataan yang ada, dan membuat suatu
rekomendasi untuk perbaikan.
Sesuai dengan tujuan studi ini, pembahasan pedoman kerja penyaluran Kupedes dibagi
menjadi empat bagian, yaitu proses pendaftaran, pemeriksaan kelayakan kredit, pengambilan
keputusar. dan penyaluran pirij aman. serta prnbïnaan dan pengawasan kinerja kredìt.
Pada proses pendaftaran terlihat bahwa pembuku bersifat pasif dalarn melayani calon
debitur dan fungsinya lebih bersifat administratif. Seharusnya, pembuku lebih bersifat
proaktif dengan turut berperan dalam pemasaran Kupedes dan juga analisis awal calon debitur.
Pada proses pemeriksaan kelayakan kredit, kepala dan BRI unit desa (kepaia unit desa)
dapat pula melakukan pemeriksaan lapangan. Hal ini tidak sejalan dengan model konseptual
yang membedakan pembagian tugas antara pengambil keputusan dengan analis kredit. Untuk
itu, kepala unit desa sebaiknya fokus dalam perannya sebagai penanggung jawab dan
koordinator bagi BRI unit, dengan mendelegasikan tugas tersebut kepada mantri.
Pada proses pengambilan keputusan dan penyaluran pinjaman, terdapat kekurangan pada
pedoman kerja bag kepala unit desa dan kasir. Berkaitan dengan proses sebelumnya, jika
kepala unit desa melakukan pemeriksaan lapangan, maka wewenang pengambilan keputusun
terletak pada kantor cabang. Dengan diperbaiknya proses pemeriksaan kelayakan kredit,
maka kepala unit desa tidak perlu melakukan pemeriksaan lapangan dan wewenang
pengambilan keputusan terletak padanya. Sedangkan, pedoman kerja bagi kasir terlihat tidak
menunjukkan koordinasi dengan pembuku sehingga kasir masih menanyakan kepada nasabah
mengenai besar pinjaman, jangka waktu, ataupun cara mengangsur. Untuk itu, perlu
diperbaiki koordinasi antara kasir dengan pembuku.
Pada proses pembinaan dan pengawasan kinerja kredit, kepala unit desa turut pula
berperan sebagai petugas pemberantas tunggakan di lapangan. Sebaiknya, peran kepala unit
desa cukup sebagai koordinator sehingga dapat lebih efektif dalam menjalankan tugasnya
sebagai penanggung jawab BRI unit. Pada proses ini, hal lain yang perlu diperbaiki adalah
perlunya diberikan laporan secara berkala mengenai kinerja Kupedes kepada kantor cabang,
dan pembayaran tunggakan Iangsung kepada kasir (tidak melalui petugas).
Di luar pedoman kerja tersebut, perlu pula dilakukan pelatihan bagi setiap fungsi yang
terlibat sehingga memahami pula karakteristik pemasaran jasa dan usaha kecil. dengan tujuan
memperkecil kesenjangan antara harapan debitur, persepsi manajemen, spesifikasi kualitas
jasa, komunikasi eksternal, dan jasa yang diterima debitur, Tindakan-tindakan yang dapat
dilakukan yailu mempelajarí apa yang diinginkan debitur, membangun standar kualitas
penyaluran Kupedes, memastikan bahwa kinerja jasa memenuhi standar, dan memastikan
bahwa penyerahan jasa sesuai dengan yang dijanjikan.
"
2002
T3076
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Steven Budisusetija
"ABSTRAK
PT. TRIPATRA ENGINEERS AND CONSTRUCTORS sebagai perusahaan yang bergerak pada industri jasa rekayasa dan konstruksi di sektor MIGAS merasakan akibat langsung dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 dengan dibatalkan dan atau dijadwal ulangnya sejumlah proyek yang sedang dikerjaan maupun baru diperoleh.
Menilai mempunyai kemampuan yang memadai, TRIPATRA merencanakan untuk mcmperluas pasar ke wilayah regional lain guna mengurangi dampak dari terganggunya kondisi ekonomi dari salah satu pasar tempatnya beroperasi. Analisa yang dilakukan menunjukkan bahwa yang pertama kali akan dilaksanakan adalah melakukan penyesuaian terhadap ?Visi Perusahaan" guna memberi penekanan pada pasar intemasional sebagai pasar yang harus diterjuni. Visi yang telah disesuaikan tersebut selanjutnya akan dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan strategi yang dipilih, kompetensi yang diperlukan serta implementasinya.
Pasar internasional industri jasa rekayasa dan konstruksi sektor MIGAS dikuasai oleh lebih kurang 19 buah perusahaan multinasional. Persaingan dipasar ini sangat ketat dan sangat di warnai oleh persaingan harga antara perusahaan-perusahaan yang sudah tidak dipertanyakan lagi mutu produk jasa yang dihasilkannya. Dalam jangka panjang meningkatnya tekanan pada harga MIGAS akan meningkatkan intensitas persaingan harga ini. Untuk dapat bersaing di pasar tersebut maka akan diandalkan kemampuan untuk melakukan produksi dengan biaya rendah, menyelesaikan proses produksi secepat mungkin dengan tetap mengutamakan keselamatan kelja dan menghasilkan produk yang memenuhi standar internasional. Kombinasi ?strategi keunggulan biaya? dan ?straregi differensiasi"? adalah strategi yang akan dijalankan.
Keterbatasan dalam sumber daya, usaha untuk memanfaatkan keunggulan biaya dengan sebesar-besarnya serta usaha untuk mengurangi resiko terhadap pasar dalam negeri yang masih merupakan sumber utama kehidupan perusahaan mendorong pemilihan strategi ?strategi ekspor? sebagai usaha jangka pendek dalam memasuki pasar internasional kompetensi dasar kemampuan ?rekayasa? dan ?manajemen proyek? akan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya guna dapat memilih dan membuat produk yang dapat di ekspor dengan biaya yang rendah. ?Strategi diversifikasi produk? akan diterapkan sejalan dengan ?strategi ekspor"."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Andriyanto Nugroho
"The background of this thesis was the starting of war in telecommunication sector after the government issued Act no 361199 about Telecommunication. The war became sharper when Telkom as an incumbent fixed telecommunication company must close its cross ownership toward all of subsidiary company with Indosat as the only one company who served in international telecommunication services, and when the government gave license to new entrants to enter to telecommunication sector. Telkom and Indosat must compete each other in all fields, include in fixed telecommunication sector. In this sector, Telkom as an incumbent must face Indosat as a new entrant. As an incumbent, Telkom must maintain its business growth. On the other hand, as new entrant, Indosat will attempt to defeat Telkom in the sector which as long was dominated by Telkom.
This thesis was case study which focused on Competitive Intelligence Analysis based on Competitive Early Warning (CEW) Process. The purposes of this thesis were to describe Telkom's risk identification through anticipation and prediction toward Indosat's competitive moves, to describe the result of intelligence monitoring toward Indosat's competitive moves, and to create scenarios and strategy recommendations as intelligence product to support Telkom Management to win in fixed telecommunication battle field in Jakarta.
Data was collected through four collection sources: people (human intelligence), objects, emanations and records. Analysis tools which were used in this thesis were: SWOT analysis to take new entrant's big picture look and predict new entrant's grand strategy, BCG Matrix to identify centre of gravity as the battle field in fixed telecommunication sector, CEW Process to map new entrant's competitive moves, and 5W+H Question to guide intelligence monitoring and analysis.
The result of this thesis as the answer of key intelligence topics are:
(1) Indosat has taken some competitive moves in fixed telecommunication battle field in Jakarta. Indosat has launched its fixed wire line product and fixed wireless product in some potential market niches in Jakarta. These competitive moves are triggered by the good prospect in fixed telecommunication business, the emerging of new technology, and the changing regulation in telecommunication sector.
(2) In the beginning, Indosat has used aggressive grand strategy to enter in the fixed telecommunication market. In fixed wire line market, Indosat used frontal offensive and bypass offensive as tactical strategy. In fixed wireless market, Indosat used flank offensive as tactical strategy. Overall Indosat has not succeeded to take over Telkom's customer in Jakarta. Nevertheless, in fact, Indosat has succeeded to increase its leased customer drastically.
(3) The war has not finished. Indosat is predicted will take other competitive moves. There are six possible scenarios: Guerilla Strategy, Encirclement Strategy, Position Strategy, Counter Offensive Strategy, Contraction Strategy, and By Pass Strategy. Some indicators inclined to show that Indosat will take Contraction Strategy. Thus, Telkom should focus on this strategy. The strategy recommendation to defeat Indosat's Contraction Strategy is Encirclement Strategy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Y. Handratno
"ABSTRAK
Di Jakarta saat ini telah banyak bermunculan gedung-gedung tinggi sebagai tempat perkantoran. Kita menngenal daerah ?Segi Tiga Emas? yaitu Jl. Thamrin ? Sudirman, Gatot Subroto dan Rasuna Said/Kuningan dimana dapat ditemui gedung yang berderet sepanjang jalan. Persewaan gedung ternyata telah berkembang menjadi bisnis yang menguntungkan, terbukti dari makin banyaknya pengusaha yang ikut terjun dalam bisnis ini.
Terlampau banyaknya pembangunan gedung gedung baru telah mengakibatkan kelebihan pasok sehingga mempertajam persaingan, kemudian timbul perang harga dan berakibat pada turunnya tarip sewa gedung perkantoran.
Salah satu gedung yang menjadi obyek penulisan ini adalah Gedung ?Thamrin? (bukan nama sebenarnya) yang mengalami penurunan tingkat hunian (occupancy ratio) akibat persaingan yang tajam dan turunnya tarip sewa tersebut sehingga banyak tenant yang pindah ke gedung lain. Pindahnya tenant juga disebabkan oleh kelemahan Gedung ?Thamrin? sendiri miaalnya tidak memiliki ?jalan belakang? untuk menghindari peraturan ?3 in 1?.
Gedung ?Thamrin? memang telah menempuh strategi bersaing yang ternyata memang berhasil secara perlahan manaikkan kembali tingkat hunian tersebut. Strategi yang ditempuh seperti melepaskan diri dari keterkaitan tunggal dengan hanya satu property consultant yang lalu bebas berhubungan dengan konsultan manapun juga sehingga memperluas pasar.
Strategi lain yang ternyata cukup ampuh adalah mengganti pola ?single tenancy? menjadi ?multi tenancy? sehingga mengurangi ?powerful buyers/tenant? yang dapat menekan manaiemen untuk mengikuti kemauan tenant tersebut.
Saat ini memang masih kita temui adanya pembangunan gedung baru. Namun ini semua sebenarnya merupakan ?warisan? lama yang terpaksa harus diselesaikan pembangunannya, karena akan mengalami kerugian lebih besar jika tidak diteruskan. Dengan adanya ?pengereman? pembangunan gedung baru berarti tidak akan memperburuk kondisi persaingan sehingga diramalkan tarip sewa akan membaik kembali tahun mendatang.
Strategi baru yang bisa dijalankan ?Gedung ?Thamrin? sebenarnya mengupayakan peimanfaatan kekuatan yaitu pemilik perusahaan yang sudah punya nama dalam dunia bisnis di Indonesia sehingga dapat diminta bantuannya untuk memperoleh tenant baru. Juga penambahan kelengkapan fasilitas seperti kantor POSE restoran dan kantin, serta perbaikan pelayanan agar tenant yang sekarang ada betah berkantor di Gedung ?Thamrin?."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aminah
"Perusahaan jasa transportasi udara (JTU) , sangat peka terhadap lingkungan politik, ekonomi internasional dan negara tempat persinggahan. Negara dimana gross domestik produknya tinggi merupakan pangsa pasar yang berarti, karena potensi pasar cukup tinggi. Tetapi keuntungan yang diperoleh bisa sangat marginal, karena persaingan, pelbagai biaya dan lingkungan usaha yang cepat berubah. Karena itu pemilihan sektor yang menguntungkan harus dilakukan dengan teliti.
Sejak tahun 1986, dengan manajemen baru dari P.T Garuda Indonesia maka perusahaan ini memperoleh kemajuan dalam pemasaran JTU ini. Jumlah penumpang yang memakai JTU ini naik terus, hanya pada tahun 1990 mengalami penurunan akibat perang teluk. Kenaikan pemasaran antara 1986-1990 kami pelajari untuk memperoleh pengalaman dalam mempelajari pemasaran JTU Garuda Indonesia dan JTU lainnya. Faktor muat penumpang naik, jumlah pesawat terbang yang tak beroperasi sedikit demi sedikit berkurang, yang pada akhirnya dirasakan kekurangan pesawat terbang.
Untuk memperoleh pangsa pasar yang baik, selain upaya melalui kerja sama komersil, maka promosi wisata seperti VISIT INDONESIA YEAR 1991, konperensi PATA di Bali, di Bandung dan pada tahun depan adalah VISIT ASEAN YEAR 1992, perlu peramalan, perencanaan dan antisipasi JTU dalam menjaring para wisatawan. Fasilitas pendukung dari pemasaran yaitu lkomputerisasi/reservasi otomatis, keandalannya perlu dinaikkan, untuk memberikan JTIJ yang bermutu. Kelincahan dari petugas dilapangan perlu ditingkatkan, supaya pemakai jasa mendapatkan seat yang dikehendaki, yaitu tempat dan waktu yang tepat."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryani
"Peningkatan pendapatan masyarakat marginal menjadi suatu hal yang menjadi perhatian Peraerintah, karena merupakan salah satu jalan untuk mengurangi kesenjangan sosial dan memerangi kemiskinan. Industri kecil kerajinan merupakan salah satu sarana dari peningkatan perekonomian yang berakar pada masyarakat. Selain itu, kemajuan industri kerajinan di suatu daerah pedesaan juga akan mengurangi urbanisasi dan pengangguran serta meningkatkan pemerataan pendapatan.
Banyak instansi telah rnemberikan perhatian kepada usaha kecil dengan caranya masing-masing, dalarn bentuk pendanaan dan pelatihan. Tidak dapat disangkali pula bahwa pertumbuhan usaha kecil semakin marak di Indonesia, tetapi untuk tumbuh menjadi usaha menengah yang berkelanjutan, seperti yang ditargetkan pada Pelita VI, masih menjadi suatu hal yang harus diperjuangkan bersama.
Pada usaha kecil kerajinan yang dibahas, tahapan usaha masih pada tahapan pertumbuhan dengan peningkatan penjualan. Pasar masih bertumbuh, maka dapat dilaksanakan strategi Intensif dan diikuti dengan 'concentric diversification'. Secara umum permasalahan pada tahapan pertumbuhan adalah pada manaj emen, pemasaran dan efisiensi. Karena usaha kecil kerajinan tersebut berlokasi di desa yang mempunyai budaya tertentu yang selain berdampak positif bisa pula berdampak negatif. Dampak negatif seperti etos kerja yang santai, perlu diatasi dengan manajemen tenaga kerja yang tepat.
Untuk mengantisipasi tahapan selanjutnya, yaitu ke tahapan ekspansi/perluasan, maka diversifikasi produk dan ketersediaan tenaga kerja harus dipersiapkan secara terencana. Di samping memahami perraasalahan yang dihadapi, pengusaha perlu pula memahami tingkat tahapan pertumbuhan perusahaannya, agar dapat mengantisipasi tahapan pertumbuhan selanjutnya dengan segala tuntutan bagi peningkatan manajemen pada tahapan tersebut.
Setelah permasalahan diidentifikasi dengan tepat, maka dapat disusun strategi yang efektif untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan memperhatikan tuntutan kondisi eksternal dan kemampuan internal yang ada. Usaha kecil kerajinan ini sangat rentan terhadap perubahan kondisi eksternal, maka pengusaha harus tetap aktif rnengikuti perubahan eksternal dan mengantisipasi perubahan yang mungkin terj adi.
Akhirnya kesimpulan dan saran yang diberikan pada bahasan ini ditujukan kepada para pengusaha dengan strategi yang direkomendasikan. Karena pemerintah dan instansi pembina usaha kecil juga berperan penting bagi kemajuan pengusaha kecil secara umum maka beberapa saran juga disampaikan pada akhir bahasan ini. Kesimpulan ini dimaksudkan agar dapat menjadi perhatian dan ditindaklanjuti sesuai dengan perannya masing-masing."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>