Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abiyoga Pradata
"ABSTRAK
Penerapan dan penelitian terkait efektivitas automated dose dispensing (ADD) di Indonesia masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas ADD di salah satu Rumah Sakit Indonesia yang telah menerapkannya, yaitu RSU Kabupaten Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan membandingkan jumlah resep dengan dispensing error dan dispensing time dari populasi resep yang menggunakan ADD dan manual dispensing (MD). Sampel didapat dari resep unit dose dispensing (UDD) bangsal rawat inap RSU Kabupaten Tangerang periode Mei-Juli 2019. Hasil penelitian dari 1086 resep untuk masing-masing populasi menunjukan ADD memiliki rerata geometrik dispensing time 53,70 detik, berbeda signifikan (p<0,001) dengan MD yaitu 144,54 detik. Jumlah resep dengan dispensing error resep pada ADD sebanyak 44 error, berbeda signifikan (p < 0,001) dengan MD yaitu 77 error. Hasil ini menunjukan bahwa di RSU Kabupaten Tangerang, ADD lebih efektif dibandingkan dengan MD dilihat dari rerata geometrik dispensing time dan jumlah dispensing error. Meskipun ADD dapat mempercepat pelayanan resep dan menurunkan jumlah dispensing error, penting untuk mempertimbangkan beberapa hal sebelum menerapkan mesin ini seperti faktor biaya, sistem informasi Rumah Sakit, resep elektronik, dan keterampilan sumber daya manusia.

ABSTRACT
The application and research related to the effectiveness of the automated dose dispensing (ADD) in Indonesia are still very limited. Therefore, this study aims to see the effectiveness of ADD in one of the Indonesian hospitals that have implemented in, Tangerang district general hospital. The method of this study is a cross-sectional by comparing the number of dispensing errors and dispensing time from the prescriptions of recipes using ADD and manual dispensing (MD). Samples were obtained from the unit dose dispensing (UDD) prescription in inpatient ward of Tangerang District General Hospital, May-July 2019. The results of 1086 prescriptions for each population showed ADD had an average dispensing time of 144,54 seconds, significantly different (p<0,001) from MD, 53,70 seconds. The number of dispensing errors prescribed by ADD is 44 errors, while MD is significantly different (p<0,001) with 77 errors. These results indicate that in the District Hospital of Tangerang, ADD is more effective than MD seen from the average dispensing time and number of dispensing errors. Even though ADD can speed up prescription services and reduce the number of dispensing errors, it is important to considering some factor before applying this machine such as cost factor, Hospital information system, electronic prescription, and human resources skills."
2019
T54016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Farhanah Syafhan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T39562
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lailan Azizah
"Meskipun telah digunakan secara luas, obat anti inflamasi non steroid dihubungkan dengan insiden efek samping yang tinggi terhadap saluran cerna. Penghambatan enzim siklooksigenase merupakan dasar efikasi dan toksisitas obat anti inflamasi non steroid. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi jenis obat anti inflamasi non steroid yang digunakan di poliklinik penyakit saraf Rumkital Dr. Mintohardjo Jakarta dan mengevaluasi tolerabilitas meloxicam 15 mg dengan natrium diklofenak 100 mg terhadap saluran cerna.
Metode dalam penelitian ini adalah observasi cross-sectional dan cohort prospektif pada periode Desember 2010 - Maret 2011. Pengambilan data mengenai keluhan dispepsia terkait penggunaan obat anti inflamasi non steroid terdiri dari nyeri abdomen atas, mual, muntah, kembung abdomen dan cepat kenyang dilakukan melalui wawancara berdasarkan kuesioner PADYQ (The porto alegre dyspeptic symptoms questionnaire) yaitu sebelum, setelah 2 minggu dan setelah 4 minggu pengobatan.
Hasil penelitian menyatakan bahwa obat anti inflamasi non steroid yang paling banyak diresepkan di poliklinik penyakit saraf Rumkital Dr. Mintohardjo adalah meloxicam (48,21%), selanjutnya natrium diklofenak (31,07%), asam mefenamat (15,36%), piroxicam (3,93%) dan asetaminofen (1,43%). Meloxicam secara bermakna menunjukkan resiko yang lebih kecil terhadap insiden saluran cerna daripada natrium diklofenak setelah 2 minggu pengobatan dalam hal keluhan nyeri abdomen atas dan kembung abdomen dengan nilai kebermaknaan pengujian masing-masing sebesar 0,020 dan 0,037. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui meloxicam memiliki tolerabilitas saluran cerna lebih baik daripada natrium diklofenak setelah 2 minggu pengobatan.

Although widely used, non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) are associated with a high incidence of gastrointestinal side-effects. Inhibition of the cyclooxygenase (COX) enzyme is the basis for both the efficacy and toxicity of NSAIDs. The aim of this study was to avaluate the non-steroidal antiinflammatory drugs were used in neuro polyclinic hospital of Dr. Mintohardjo Jakarta, and to evaluate gastrointestinal tolerability of meloxicam 15 mg compared with diclofenac sodium 100 mg.
The methode of this study was crosssectional observation and cohort prospective on December 2010-March 2011. The data of dyspepsia associated were used non-steroidal anti-inflammatory drugs consist of pain in upper abdomen, nausea, vomiting, upper abdominal bloating and early satiety collected with PADYQ (The porto alegre dyspeptic symptoms questionnaire) were assessed at baseline and after 2 and 4 weeks of treatment.
The non-steroidal anti-inflammatory drugs used in neuro polyclinic hospital of Dr. Mintohardjo Jakarta were meloxicam (48,21%), diclofenac sodium (31,07%), mefenamic acid (15,36%), piroxicam (3,93%) dan acetaminophen (1,43%). Insiden of adverse event after 2 weeks treatment was significantly lower in the meloxicam group compared with diclofenac sodium group in pain in upper abdomen and upper abdominal bloating (P=0.020 and P=0.037). These result suggest that meloxicam was much better tolerated than diclofenac sodium after 2 weeks treatment.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T28573
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pipit Irawati
"Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai cita cita bangsa Indonesia Hal ini perlu didukung oleh sarana pelayanan kesehatan yang memenuhi standar pelayanan kesehatan yang baik penyediaan obat dan alat kesehatan yang mencukupi dan bermutu baik dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan Oleh karena itu pemerintah hendaknya melakukan pengawasan dimulai dari perizinan pembinaan serta pengendalian sarana pelayanan kesehatan untuk menjamin bahwa sarana pelayanan kesehatan senantiasa mematuhi peraturan perundang undangan yang berlaku Suku Dinas Kesehatan khususnya Koordinator Farmasi Makanan Minuman merupakan unit pelaksana yang mempunyai peranan penting dalam pemberian izin praktek kefarmasian SIPA SIKA dan SIKTTK memberikan layanan perizinan pembinaan pengawasan dan pengendalian binwasdal terhadap sarana apotek toko obat dan industri kecil obat tradisional IKOT dan industri rumah tangga pangan IRTP Prosedur perizinan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara sudah tertata dengan jelas serta sudah dilaksanakan dengan baik karena telah diterapkannya sistem menejemen mutu sesuai standar ISO sedangkan kegiatan binwasdal sudah dilakukan tetapi masih belum optimal Tugas khusus yang diberikan berjudul gambaran pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Puskesmas Penjaringan Jakarta Utara Tujuan yang diharapkan dari tugas khusus ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pelayanan kefarmasian baik manajerial maupun profesional Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang pertumbuhannya cukup pesat di Indonesia Untuk itu apotek sebagai sarana yang bergerak dibidang jasa pelayanan harus mampu memberikan pelayanan kefarmasian secara tepat dan bermutu Asuhan kefarmasian dapat diterapkan sebagai peranan apoteker memberi informasi kepada pasien namun dapat juga dimanfaatkan sebagai strategi untuk meningkatkan layanan dan penjualan obat di apotek Apotek Kimia Farma No 96 merupakan salah satu dari sekian banyak apotek pelayanan Kimia Farma yang tersebar diseluruh Indonesia Apoteker Pengelola Apotek APA berperan dalam menentukan kebijakan pengelolaan apotek serta melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap semua komponen yang ada di apotek disamping melaksanakan fungsinya sebagai seorang apoteker untuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat Sistem manajemen dan administrasi yang mencakup kegiatan teknis kefarmasian dan non kefarmasian telah dilaksanakan dengan baik di Apotek Kimia Farma No 96 Walaupun ada beberapa kendala yang dihadapi seperti waktu tunggu layanan karena keterbatasan petugas Tugas khusus yang diberikan berjudul analisis resep depresi yang bertujuan untuk memahami tentang depresi penyebab dan obat obat yang digunakan serta dapat memberikan informasi dan edukasi yang tepat bagi pasien Rumah sakit merupakan salah satu dari fasilitas pelayanan kesehatan Upaya kesehatan di rumah sakit dapat berjalan dengan baik jika masing masing tenaga kesehatan yang berperan memahami serta melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik Apoteker adalah profesi pelaksana praktek pelayanan kefarmasian Pelayanan kefarmasian merupakan penunjang bagi pelaksanaan upaya kesehatan yang bermutu di rumah sakit Instalasi farmasi di rumah sakit berperan sebagai bagian fungsional dari organisasi rumah sakit yang menjamin terselenggarakannya pelayanan kefarmasian yang komprehensif Apoteker di rumah sakit bertanggung jawab melaksanakan pelayanan kefarmasian yaitu pengelolaan perbekalan kefarmasian dan pelaksanaan kegiatan farmasi klinis Apoteker juga berperan sebagai seorang manajer yang berperan dalam mengelola sumber daya manusia SDM sarana dan prasarana serta upaya peningkatan pendapatan rumah sakit Pelaksanaan pelayanan kefarmasian di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo sudah dilaksanakan dengan baik mendekati standar pelayanan kefarmasian yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI Namun terdapat beberapa hal yang belum terpenuhi dengan baik yaitu jumlah SDM dan fasilitas Tugas khusus yang diberikan adalah penyimpanan obat termolabil serta revisi daftar obat kulkas di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Tugas khusus ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai cara penyimpanan obat termolabil serta melakukan revisi daftar obat obat kulkas yang terdapat di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo sesuai formularium tahun 2012

Health is a human right and one of the elements that must be implemented in accordance welfare ideals of the nation of Indonesia This needs to be supported by a health service that meets the standards of good medical care provision of drugs and medical devices are adequate and good quality in order to maintain and improve health Therefore the government should start from licensing oversight guidance and control of health care facilities to ensure that health care facilities continue to comply with laws and regulations Sub health department especially Coordinator Pharmaceutical Food and Beverage Farmakmin are implementing units that have an important role in the practice of pharmacy licensing SIPA SIKA and SIKTTK providing licensing services guidance supervision and control of the means of pharmacies drug stores and small industrial medicine traditional IKOT food and household industries IRTP Licensing procedures in at Health Sub Service of North Jakarta State Administration are clearly organized and has done well because it has been the implementation of the quality management system in accordance with ISO whereas binwasdal activities have been done but still not optimal Special assignment given titled is picture implementation of pharmaceutical care at the Community Health Care of Penjaringan in North Jakarta The expected goals of the special assigment is to find a picture of the implementation of pharmaceutical care both managerial and professional Pharmacy is one of health care facilities in Indonesia is growing rapidly For that pharmacy as a facilities moved in services must be able to provide pharmaceutical services in a timely and quality Pharmaceutical care can be applied by pharmacist to provide information to patients but can also be used as a strategy to improve services and drug sales in pharmacy Apotek Kimia Farma No 96 is one of the many pharmacy services Kimia Farma throughout Indonesia Pharmacist APA plays a role in determining a pharmacy management policy and implementing the functions of supervision and control over all the components in the pharmacy in addition to carrying out its function as a pharmacist for health services to the community System management and administration was include activities of pharmaceutical and non pharmaceutical has been done well in Apotek Kimia Farma No 96 Although there are several obstacles faced as the waiting time due to limited personnel services Special assignment given titled is depression recipe analysis that aims to understand about depression causes and medications used and can provide the right information and education for patients Hospital is one of the health care facility Health efforts of hospital could implemented well if each of health workers understand and carry out the functions and duties properly Pharmacists are implementing the practice of the profession of pharmaceutical care Pharmaceutical care is the support for the implementation of quality health efforts at the hospital Department of pharmacy in the hospital acts as a functional part of the hospital organization that ensures a comprehensive pharmaceutical care Pharmacist in hospital has responsible for carrying out the management of pharmaceutical supplies and implementation of clinical pharmacy Pharmacists also play a role as a manager in managing human resources HR facilities and infrastructure as well as efforts to increase hospital revenue Implementation of pharmacy services in RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo approach has been implemented with good pharmacy practice standard established Ministry of Health However there are some things that have not been met with both the number of human resources and facilities The special assigment given is thermolabile drug storage and revised list of refrigerator drugs at RSUPN Dr Cipto Mangunkusuumo The special assigment aims to get an idea how safe thermolabile drugs and revised list of refrigerator drugs in RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo appropriate formulary in 2012
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Purnamasari
"Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit untuk mempelajari dan mengamati secara langsung peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan mengetahui dan memahami peran tugas fungsi wewenang serta tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Pharmacist Professional Internship at Indonesian Red Cross Hospital PMI Bogor aimed to learn and observe directly the role of Hospital Pharmacy in performing their duties and functions in the pharmacy services in the hospital and to understand their roles duties functions powers and responsibilities responsible Apothecary in pharmacy's hospital.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vincent Pratama
"Infeksi kaki diabetik (IKD) menjadi masalah utama secara global untuk pasien dan sistem pelayanan kesehatan. Selain mempertimbangkan efektivitas antibiotik, beban biaya medis pengobatan juga menjadi perhatian utama dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah analisis efektivitas-biaya antara ampisilin/sulbaktam dan non-ampisilin/sulbaktam pada pasien IKD rawat inap. Desain penelitian ini kohort retrospektif dengan menggunakan data rekam medis dan data biaya pengobatan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Perbaikan klinis infeksi kaki dinilai pada periode 5-7 hari dan dihitung total biaya medis langsung. Total 135 pasien IKD rawat inap teriklusi terdiri dari 93 pasien kelompok ampisilin/sulbaktam dan 42 pasien kelompok non-ampisilin/sulbaktam. Tidak ada perbedaan signifikan dalam efektivitas perbaikan klinis IKD pada kedua kelompok (55,9% vs 64,3%; p = 0,361). Pada analisis bivariat, derajat infeksi luka ringan 1,63 kali lebih berpeluang mencapai perbaikan klinis infeksi dibandingkan dengan pasien derajat sedang-berat (p = 0,026). Tidak ada perbedaan signifikan pada total biaya medis langsung antara ampisilin/sulbaktam dengan non-ampisilin/sulbaktam (Rp30.645.710 vs Rp32.980.126; p = 0,601). Pada perhitungan ACER dan model decision-tree, kelompok non-ampisilin/sulbaktam lebih cost-effective dibandingkan ampisilin/sulbaktam. Pada perhitungan ICER non-ampisilin/sulbaktam, untuk penambahan 1% perbaikan klinis IKD, dibutuhkan biaya tambahan sebesar Rp 277.907.

Diabetic foot infections (DFI) is a major problem globally and health system services. In addition to considering effectiveness of antibiotics, the burden of medical treatment costs is also a major concern in this study. This study aimed to analyze cost-effectiveness between ampicillin/sulbactam and non-ampicillin/sulbactam in hospitalized DFI patients. The design of this study was a retrospective cohort using medical record data and medical cost data at Dr. Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital. Assessment of clinical improvement of foot infections in 5-7 days and calculated total direct medical costs. A total of 135 inpatients with DFI, consisting of 93 patients in the ampicillin/sulbactam group and 42 patients in the non-ampicillin/sulbactam group. There was no significant difference in the effectiveness of clinical improvement between two groups (55.9% vs. 64.3%; p = 0.361). In bivariate analysis, mild infection had a 1.63 times probability of clinical improvement compared to moderate-severe infection (p = 0.026). There was no significant difference in total direct medical costs (IDR 30,645,710 vs IDR 32,980,126; p = 0.601). In ACER and decision-tree models, non-ampicillin/sulbactam group was more cost-effective. In ICER of non-ampicillin/sulbactam, for an additional 1% of clinical improvement in DFI, an additional fee of IDR 277,907 is required."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Arista Ningrum Kumesan
"Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati bertujuan untuk mengetahui gambaran umum RSUP Fatmawati, mengetahui struktur dan pembagian kerja di instalasi farmasi RSUP Fatmawati, dan mengetahui peran dan tanggung jawab apoteker dalam Peran Lintas Farmasi. Tugas khusus yang diberikan berjudul Pemantauan Terapi Obat Pasien Tuberkulosis Paru dan Hospital Acquired Pneumonia (HAP) di Lantai V Selatan Teratai RSUP Fatmawati bertujuan agar calon apoteker dapat mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat pada pasien terpilih dan memberikan rekomendasi intervensi untuk masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat yang dapat terjadi.

Pharmacists Professional Practice in Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati aims to know a general overview of the RSUP Fatmawati, knowing the structure and division of work in pharmacy installation of RSUP Fatmawati, and to know the roles and responsibilities of pharmacists at the other of division of work in RSUP Fatmawati. While the tittle of the special assignment is Therapeutic Drug Monitoring of Pulmonary Tuberculosis Patient and Hospital Acquired Pneumonia (HAP) in South V Floor Teratai Fatmawati aims to prospective pharmacists can identify the problems associated with drug use in selected patients and provide recommendations for the intervention of the problems associated with the use of drugs that can happen.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yovita Endah Lestari
"Acinetobacter baumannii adalah salah satu bakteri gram negatif oportunis yang ada di lingkungan. Karbapenem merupakan salah satu agen antibiotik yang digunakan untuk pengobatan infeksi Acinetobacter baumanni. Beberapa tahun terakhir laju resistensi karbapenem terhadap Acinetobacter baumannii selalu meningkat dengan prevalensi di seluruh dunia mencapai 30%. Peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian terkait hubungan kejadian CRAB dengan penggunaan antibiotik karbapenem di rumah sakit St. Carolus. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain studi case control. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit St. Carolus pada bulan Juni-Agustus 2019. Jumlah sampel dalam penelitian ini sejumlah 149 pasien (110 terinfeksi CRAB, 39 terinfeksi Carbapenem Sensitive Acinetobacter baumannii (CSAB)). Data yang didapatkan dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat menggunakan SPSS. Analisis multivariat dilakukan dengan analisis regresi logistik etiologik. Hasil penelitian ini adalah pasien yang dirawat di ICU dan menggunakan antibiotika golongan karbapenem berpeluang 32 kali meningkatkan risiko infeksi CRAB (OR=32.266; p=0.020).

Acinetobacter baumannii is one of the opportunistic gram-negative bacteria in the environment. Carbapenem is an antibiotic agent used for the treatment of Acinetobacter baumanni infections. The last few years the rate of carbapenem resistance to Acinetobacter baumannii has always increased with a worldwide prevalence of 30%. Researchers intend to conduct research related to the correlation between the incidence of CRAB and the use of carbapenem antibiotics in the St. Carolus Hospital. This research was an observational analytic study using a case control study design. The study was conducted at the St. Carolus Hospital in June-August 2019. The number of samples in this study were 149 patients (110 infected with CRAB, 39 infected with Carbapenem Sensitive Acinetobacter baumannii (CSAB)). The data obtained were analyzed univariate, bivariate and multivariate using SPSS. Multivariate analysis was performed with an etiologic logistic regression analysis. The results of this study are patients who were treated in ICU and used antibiotics carbapenem 32 times increasing the risk of CRAB infection.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T55096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Hulliyyatul Jannah
"Penggunaan Obat Anti-Epilepsi (OAE) jangka panjang merupakan strategi terapi yang optimal setelah diagnosis epilepsi. Kepatuhan terhadap pengobatan merupakan salah satu masalah utama dalam keberhasilan terapi jangka panjang pada pasien epilepsi. Salah satu faktor yang berpotensi kuat mempengaruhi kepatuhan adalah adanya Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Epilepsi Lobus Temporal (ELT) merupakan tipe epilepsi fokal yang paling banyak; lebih dari 80% pasien ELT berpotensi resisten obat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ROTD OAE pada pasien ELT dan hubungannya dengan kepatuhan pengobatan. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yang membandingkan ada/tidaknya ROTD menggunakan kuisioner Liverpool Advesre Event Profile (LAEP) dengan tingkat kepatuhan menggunakan kuisioner Morisky Adherence Questionaire (MAQ). Subyek penelitian adalah pasien ELT di Unit Rawat Jalan Departemen Neurologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo periode Agustus-Oktober 2019.
Hasil penelitian menunjukkan dari 88 pasien, 78.40% mengalami kejadian ROTD dan sebanyak 47.73% pasien memiliki tingkat kepatuhan sedang-rendah. Terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian ROTD dan tingkat kepatuhan (p=0.039;OR 4.313). Hasil ini menunjukan pasien ELT yang mengalami kejadian ROTD memiliki kecenderungan untuk tidak patuh terhadap pengobatannya. Faktor lain yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan pengobatan pasien yaitu jenis OAE (p=0,011; OR 0,249)). Jenis OAE yang memperlihatkan hubungan yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan pengobatan adalah jenis OAE kombinasi (generasi lama dan generasi baru). Perlu dilakukan intervensi konseling secara berkala oleh farmasis untuk meningkatkan pemahaman mengenai ROTD yang terjadi selama penggunaan OAE dan edukasi terkait pentingnya kepatuhan pengobatan pasien.

The long-term use of Anti-Epileptic Drugs (AED) is an optimal therapeutic strategy after the diagnosis of epilepsy. Adherence to treatment is one of the main problems in the long-term success of therapy in epilepsy patients. One factor that has the potential to strongly influence adherence is the presence of Adverse Drug Reaction (ADR). Temporal Lobe Epilepsy (TLE) is the most common type of focal epilepsy; more than 80% of TLE patients are potentially drug resistant. This study aimed to explore the ADR of AED in TLE patients and its correlation with medication adherence. The research method used was a cross sectional study comparing the presence of ADR using the Liverpool Adverse Event Profile (LAEP) questionnaire with the level of compliance using the Morisky Adherence Questionaire (MAQ). The research subjects were TLE patients in the Outpatient Unit of the Department of Neurology, Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, August-October 2019.
The results showed that of 88 patients, 78.40% experienced ADR and 47.73% of patients had moderate-low adherence. There is a significant correlation between the incidence of ADR and the level of compliance (p = 0.031;OR = 4.35). Another factor that significantly affected patient adherence was type of AED (p = 0.011; OR 0.249). The type of AED that shows a significant relationship to the level of medication adherence is combination of old and new generation AED. These findings indicate that patients who experience ADR have a tendency to disobey their treatment. Interventions programmed by pharmacists need to be done to increase the understanding of ADR that occurs during AED use and education related to the importance of medication adherence.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T55347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Intan Nadya F.
"Pharmacist Professional Practice at Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan aims to identify and understand the role of pharmacists in Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan and to understand the duties and functions of each of the Sub-Directorate contained in Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Given a special task titled Vigilance Analysis About Ventilator Based On e-watch Report.

Pharmacist Professional Practice at Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan aims to identify and understand the role of pharmacists in Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan and to understand the duties and functions of each of the Sub-Directorate contained in Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Given a special task titled Vigilance Analysis About Ventilator Based On e-watch Report."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2015
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>