Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam , 2006
616.33 UNI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aurora Dhea Vanessa
"Latar belakang: Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah gangguan gastrointestinal yang memiliki manifestasi klinis paling umum berupa heartburn dan regurgitasi, dengan prevalensi sejumlah 57,6% di Indonesia. Stres, salah satu faktor risiko GERD, dapat terjadi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dengan prevalensi yang mencapai 88,9%. Selain itu, mahasiswa kedokteran umumnya mengalami perubahan tingkat kesehatan seiring dengan berjalannya tingkat perkuliahan. Adanya pandemi COVID-19 yang menyebabkan munculnya metode perkuliahan dalam jaringan (online) juga dapat memengaruhi tingkat kesehatan mahasiswa Fakultas Kedokteran. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara tingkat stres, tingkat perkuliahan, dan metode perkuliahan terhadap kejadian GERD pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di masa pandemi COVID-19.
Metode: Penelitian ini memiliki desain potong lintang dengan menggunakan data primer melalui kuesioner dalam jaringan. Sejumlah 224 responden kemudian dikelompokkan berdasarkan tingkat stres, tingkat perkuliahan, metode perkuliahan, dan kejadian GERD. Data kemudian dianalisis menggunakan chi square.
Hasil: Prevalensi GERD pada mahasiswa FKUI adalah sejumlah 12,1%. Ditemukan bahwa faktor-faktor tingkat stres (p=0,531), tingkat perkuliahan (p=0,202), dan metode perkuliahan (p=0,544) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian GERD.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres, tingkat perkuliahan, dan metode perkuliahan dengan kejadian GERD pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di masa pandemi COVID-19.

Introduction: Gastroesophageal reflux disease (GERD) is a gastrointestinal disorder with its most prominent clinical manifestations being heartburn and regurgitation, and the prevalence of 57.6% in Indonesia. Stress, one of the risk factors of GERD, can happen to medical students with the prevalence of 88.6%. Aside from that, medical students are prone to having health degree changes as they go through medical school. The online learning method due to the COVID-19 pandemic may have an impact on medical students' health. This research's purpose is to determine the relationship between stress levels, academic year, and learning methods to the incidence of GERD in medical students of Universitas Indonesia during the COVID-19 pandemic.
Method: This research was conducted with cross-sectional design using primary data collected through online questionnaires. The amount of respondents gathered was 224, which was further classified by stress levels, academic year, learning method, and incidence of GERD. The data was then further analysed using chi-square.
Result: The prevalence of GERD in medical students of Universitas Indonesia is 12.1%. It was found that the factors stress level (p=0.531), academic year (p=0.202), and learning method (p=0.544) have no significant relationship with the incidence of GERD.
Conclusion: There is no significant relationship between stress level, academic year, and learning method with the incidence of GERD in medical students of Universitas Indonesia during the COVID-19 pandemic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andito Mohammad Wibisono
"Pendahuluan: COVID-19 telah dilaporkan menyebabkan berbagai gejala, termasuk gejala pernapasan dan gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, dan diare. Standar emas untuk pengujian COVID-19 adalah RT-PCR menggunakan koleksi swab nasofaring. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengambilan swab nasofaring memiliki beberapa keterbatasan, terutama untuk mendeteksi gejala gastrointestinal. Salah satu variabel dalam pengujian RT-PCR adalah Nilai CT yang diketahui dapat meningkatkan spesifisitas pengujian. Namun, belum ada penelitian yang menghubungkan Nilai CT pasien dengan pengambilan sampel swab anal dengan gejala gastrointestinal terkait COVID-19. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik, khususnya penelitian potong lintang. Data sekunder diperoleh dan diolah yang berisi data pribadi, pekerjaan, dan hasil CT Value. Analisis lebih lanjut dilakukan pada hubungan antara gejala gastrointestinal dan tingkat Nilai CT pada swab anal. Hasil: Distribusi tingkat Nilai CT responden berdasarkan cut off >25 untuk tinggi, dan <25 untuk rendah dan sedang. Dari 37 subjek, 1 orang (2,7%) memiliki Nilai CT rendah dan 36 pasien memiliki Nilai CT tinggi. Distribusi gejala subjek didapatkan 15 pasien (40,5%) tidak mengalami gejala gastrointestinal dan sebanyak 22 pasien (59,5%) mengalami gejala gastrointestinal. Gejala gastrointestinal umum yang dilaporkan pada pasien meliputi: mual (54,1%), muntah (18,9%), sakit perut (16,2%) dan diare (13,5%). Namun, tidak ada hubungan yang signifikan (p>0,05) antara Nilai CT pada pengambilan anal swab dengan gejala gastrointestinal pada pasien COVID-19. Kesimpulan: Hubungan antara Nilai CT pada pengambilan anal swab dengan gejala gastrointestinal pada pasien COVID-19 tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Penelitian lebih lanjut tentang faktor risiko yang mempengaruhi hasil nilai CT direkomendasikan.

Introduction: COVID-19 has been reported to cause a range of symptoms, including respiratory symptoms and gastrointestinal symptoms such as nausea, vomiting, and diarrhea. The gold standard for COVID-19 testing is RT-PCR using nasopharyngeal swab collection. However, several studies have shown that taking nasopharyngeal swabs have some limitation, particularly to detect gastrointestinal symptoms. One of the variables in RT-PCR testing is CT Value, which known can increase specifity of the test. However, there has been no study linking the CT Value of patients with anal swab sampling with COVID-19 related gastrointestinal symptoms. Methods: This study used an analytical research design, particularly a cross-sectional study. Secondary data were obtained and processed which contained personal data, work, and CT Value results. Further analysis was conducted on the relationship between gastrointestinal symptoms and the level of CT Value on anal swabs. Result: The distribution of respondents' CT Value levels were based on a cut off of >25 for high, and <25 for low and moderate. From 37 subjects, 1 person (2.7%) had a low CT Value and 36 patients had a high CT Value. The distribution of the subject's symptoms found 15 patients (40.5%) had no gastrointestinal symptoms and as many as 22 patients (59.5%) had gastrointestinal symptoms. Common gastrointestinal symptoms reported in patients include: nausea (54.1%), vomiting (18.9%), abdominal pain (16.2%) and diarrhea (13.5%). However, there was no significant relationship (p>0.05) between CT Value in anal swab taking and gastrointestinal symptoms in COVID-19 patients. Conclusion: The association between CT Value in anal swab taking and gastrointestinal symptoms in COVID-19 patients did not show a significant relationship. Further research on risk factors affecting the CT value results are recommended"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fauzi
"Latar belakang: Perubahan pola hidup dan kondisi mental selama pandemi Covid-19 menyebabkan perubahan faktor risiko penyakit Gastrointestinal Tract (GIT) termasuk GERD. GERD-Q merupakan alat skrining yang umum digunakan di Indonesia dan dapat menilai pengaruh GERD dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan menilai perubahan proporsi GERD dan kualitas hidup akibat GERD selama pandemi Covid-19 di Indonesia. Metode: Penelitian ini berdesain potong lintang menggunakan data sekunder yang diambil menggunakan kuesioner daring. Sebanyak 9.843 responden dikelompokkan berdasarkan hasil GERD-Q, waktu pengisian data, gejala yang muncul, dan pengaruh GERD dalam kualitas hidup. Hasil: Terdapat peningkatan frekuensi dan intensitas heartburn (p<0,001), regurgitasi (p=0,005), gangguan tidur akibat gejala GERD (p<0,001), konsumsi obat OTC (p<0,001), prevalensi heartburn (p=0,015), prevalensi GERD (p<0,001), dan penurunan kualitas hidup (p=0,003) antar sebelum dan saat pandemi. Penurunan kualitas hidup juga terlihat pada Gelombang 2 dibandingkan Gelombang 1 Covid-19 di Indonesia (p=0,019). Kesimpulan: Terdapat peningkatan prevalensi GERD selama pandemi Covid-19 di Indonesia dengan heartburn menjadi gejala tersering. Tidak ditemukan perbedaan signifikan antar gelombang Covid-19 dengan prevalensi GERD. Penurunan kualitas hidup diamati pada pandemi Covid-19 dan gelombang 2 Covid-19 di Indonesia.

Introduction: Lifestyle and mental health shifting during the Covid-19 pandemic caused alteration of Gastrointestinal Tract (GIT) disease risk factors, including GERD. GERD-Q is a common screening tool in Indonesia and can assess GERD impact on daily life. This research aims to evaluate the difference of GERD proportion and GERD-related quality of life during the Covid-19 pandemic in Indonesia. Methods: This research was a cross-sectional study using secondary data collected online. About 9,843 respondents were grouped based on GERD-Q score, submission date, symptoms, and GERD impact on daily life. Results: We observed significance increase in frequency and intensity of heartburn (p<0.001) , regurgitation (p=0.005), GERD-related sleep disturbance (p<0.001), OTC drug consumption (p<0.001), heartburn prevalence (p=0.015), GERD prevalence (p<0.001), and decrease of QoL (p=0.003) in before and during pandemic. A QoL decrease was also observed in the second wave compared to the first wave Covid-19 (p=0.019). Conclusions: We found an increased GERD prevalence during the Covid-19 pandemic in Indonesia, with heartburn being the common symptom. There was no significant difference between Covid-19 waves compared to GERD prevalence. A decrease of QoL was also observed during the Covid-19 pandemic and the second wave of Covid-19 in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwin Tedja
"Pasien tuberkulosis paru yang dirawat inap memiliki kondisi nutrisi yang bervariasi. Sebuah metode skrining nutrisi yang sederhana dibutuhkan untuk memprediksi prognosis buruk, terutama mortalitas. Malnutrition Screening Tool (MST) merupakan sebuah metode skrining nutrisi yang sederhana, cepat dan valid untuk mengidentifikasi pasien dengan risiko malnutrisi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peran skor MST untuk memprediksi mortalitas pasien tuberkulosis paru selama perawatan inap.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif pada pasien tuberkulosis paru yang dirawat inap di RSCM dalam kurun waktu Januari 2011 sampai dengan September 2013. Skor MST didapatkan dari rekam medis saat masuk rawat inap, dilakukan pengamatan sampai selesai rawat inap, kemudian dikelompokkan menjadi: hidup atau meninggal. Data penyerta yang dikumpulkan adalah data demografis, status BTA, gambaran radiologis toraks, status HIV, skor Charlson Comorbidity Index, dan kondisi sepsis.
Hasil: Sebanyak 345 subjek diikutsertakan pada penelitian ini. Didapatkan angka mortalitas selama perawatan inap sebesar 25,8%. Median skor MST pasien tuberkulosis paru yang dirawat inap di RSCM adalah 3 (rentang 0 sampai 5). Hasil analisis ROC mendapatkan skor MST > 3 sebagai titik potong skor MST yang terbaik untuk mendeterminasi mortalitas pasien tuberkulosis paru selama perawatan inap dengan AUC 0,644 (IK 95% 0,581-0,707). Skor MST > 3 meningkatkan risiko kematian pasien tuberkulosis paru selama perawatan inap (RR 2,288; IK 95% 1,507-3,474; p < 0,001). Hasil analisis multivariat, dengan menyertakan variabel perancu, mendapatkan bahwa skor MST > 3 meningkatkan risiko kematian pasien tuberkulosis paru selama perawatan di rumah sakit, namun tidak bermakna secara statistik (fully adjusted OR 2,227; IK 95% 0,994-4,988; p = 0,052).
Simpulan: Skor MST > 3 berhubungan dengan mortalitas pasien tuberkulosis paru yang lebih tinggi selama perawatan inap.

Pulmonary tuberculosis patients who are hospitalized have varying nutritional conditions. A simple nutrition screening method is needed to predict a poor prognosis, especially mortality. Malnutrition Screening Tool (MST) is a simple, rapid and valid nutrition screening method for identifying patients at risk of malnutrition. This study was aimed to know the role of MST for predicting in-hospital mortality in pulmonary tuberculosis patients.
Methods: This study was a retrospective cohort study among pulmonary tuberculosis patients who were hospitalized in Cipto Mangunkusumo Hospital between January 2011 and September 2013. MST scores were obtained from medical records at admission, subjects were observed to evaluate their in-hospital mortality. The other collected data are demographic data, sputum smear status, pulmonary radiological lesion, HIV status, Charlson Comorbidity Index, and condition of sepsis.
Results: As many 345 subjects met the inclusion criteria. The in-hospital mortality rate was 25.8%. Median MST score of hospitalized pulmonary tuberculosis patients was 3 (range 0-5). ROC analysis got MST score > 3 as the best cut-off for determination in-hospital mortality in pulmonary tuberculosis patients (AUC 0.644; 95% CI 0.581-0.707). MST score > 3 increased the risk of in-hospital mortality in pulmonary tuberculosis patients (RR 2.288; 95 % CI 1.507-3.474, p < 0.001). Multivariate analysis found that the MST score > 3 increased the risk of in-hospital mortality in pulmonary tuberculosis patients, but was not statistically significant (fully adjusted OR 2.227; 95 % CI 0.994-4.988, p = 0.052).
Conclusion: MST score > 3 increased the risk of in-hospital mortality in pulmonary tuberculosis patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Radhiyatam Mardhiyah
"Latar belakang: Pada saat puasa Ramadhan, terjadi penurunan rerata pH lambung dan memendeknya selisih waktu antara makan terakhir dan jam tidur sehingga memperberat keluhan Penyakit Refluks Gastroesofageal (Gastro-esophageal Reflux Disease, disingkat GERD). Sementara itu juga terjadi keteraturan jadwal makan, dan perubahan dalam kebiasaan merokok dan alkohol. Meski demikian, belum diketahui dengan pasti keluhan penyakit GERD selama berpuasa Ramadhan.
Tujuan: Mengetahui pengaruh puasa Ramadhan terhadap keluhan GERD.
Metode: Penelitian ini merupakan studi longitudinal yang mengevaluasi keluhan GERD pada pasien yang menjalani puasa Ramadhan. Penelitian dilakukan selama bulan Juli (Ramadhan) sampai bulan Oktober (tiga bulan setelah Ramadhan) 2015. Subjek penelitian yang didapatkan melalui metode consecutive sampling ini dikelompokkan menjadi kelompok berpuasa Ramadhan (n=66) dan kelompok tidak berpuasa Ramadhan (n=64). Evaluasi dilakukan antara kedua kelompok tesebut, dan antara bulan Ramadhan dengan di luar bulan Ramadhan pada kelompok berpuasa, dengan menggunakan kuesioner GERD (GERD-Q) yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Hasil: Pada kelompok yang berpuasa Ramadhan, terdapat perbedaan median nilai GERD-Q yang bermakna secara statistik (nilai p < 0,01) antara bulan Ramadhan dengan nilai median 0, dan di luar bulan Ramadhan dengan nilai median yang meningkat menjadi 4. Sementara itu, bila dilakukan analisis untuk membandingkan median nilai GERD-Q antara kelompok yang berpuasa Ramadhan dan tidak, juga didapatkan perbedaan yang bermakna (nilai p < 0,01).
Simpulan: Pada subjek yang menjalani puasa Ramadhan, keluhan GERD dirasakan lebih ringan saat menjalani puasa Ramadhan dibandingkan di luar bulan Ramadhan. Di bulan Ramadhan, keluhan GERD lebih ringan dirasakan oleh subjek yang menjalani puasa Ramadhan dibandingkan subjek yang tidak menjalani puasa Ramadhan.

Background: During Ramadan fasting, increasing gastric acid levels as a result of prolong fasting can precipitate symptoms of Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Meanwhile, lifestyle changes during Ramadan (such as smoking cessation) can relieve its symptoms. To the best of our knowledge, this is the first study to evaluate effect of Ramadan fasting on GERD.
Objective: The purpose of this study was to determine the effect of Ramadan fasting on GERD symptoms.
Method: This is a longitudinal study done in July (Ramadan) to October (three months after Ramadan) 2015. Using consecutive sampling method, a total of 130 GERD patients participated in this study. Patients were divided into two groups: patients who underwent Ramadan fasting (n=66), and patients who didn?t undergo fasting (n=64). The evaluation was done using Indonesian version of GERD questionnaire (GERD-Q) between the two groups, and between Ramadan month and non-Ramadan month of Ramadan fasting group.
Results: In Ramadan fasting group, there was a statistically significant difference (p < 0.01) in median of GERD-Q during Ramadan month and non-Ramadan month (median GERD-Q 0 and 4 respectively). Statistically significant difference (p < 0.01) was also found between Ramadan fasting group and non-fasting group.
Conclusion: In Ramadan fasting group, GERD symptoms were lighter during fasting month (Ramadan). During Ramadan month, GERD symptoms were also lighter in Ramadan fasting group than in non-fasting group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Grace Nami
"Urtikaria kronik (UK) adalah urtikaria yang berlangsung lebih dari 6 minggu, dengan frekuensi minimal kejadian urtika sebanyak dua kali dalam 1 minggu. Urtikaria kronik merupakan penyakit yang umum dijumpai dengan insidens pada populasi umum sebesar 1-3%, serta melibatkan mekanisme patofisiologi yang kompleks. Urtikaria kronik lebih sering ditemukan pada orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak dan wanita dua kali lebih sering terkena daripada pria. Laporan morbiditas divisi Alergi-Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (IKKK) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta antara Januari 2001 hingga Desember 2005 menunjukkan jumlah pasien UK sebesar 26,6% dari total 4453 orang pasien baru.
Meski telah dilakukan pemeriksaan klinis maupun berbagai pemeriksaan penunjang, etiologi tidak ditemukan pada 80-90% pasien UK dan digolongkan sebagai urtikaria kronik idiopatik (UKI). Urtikaria kronik idiopatik seringkali menimbulkan masalah bagi dokter maupun pasien. Pada penelitian lebih lanjut ditemukan autoantibodi pelepas histamin pada 30-50% kasus UKI, sehingga digolongkan sebagai urtikaria autoimun (UA). Autoantibodi pada UA dapat dideteksi dengan beberapa pemeriksaan, antara lain uji kulit serum autolog (UKSA) atau disebut pula tes Greaves. Saat ini UKSA dianggap sebagai uji kiinik in vivo terbaik untuk mendeteksi aktivitas pelepasan histamin in vitro pada UA. Angka morbiditas UA di Indonesia belum pernah dilaporkan hingga saat ini. Soebaryo (2002) melaporkan angka kepositivan UKSA sebesar 24,4% pada 127 pasien UK, sedangkan Nizam (2004) memperoleh angka prevalensi kepositivan UKSA sebesar 32,1% pada 81 pasien UK.
Infeksi kuman Helicobacter pylori (Hp) merupakan infeksi bakterial kronik tersering pada manusia, mencapai 50% dari seluruh populasi dunia. Peran infeksi Hp sebagai etiologi kelainan gastrointestinal telah diterima luas. Studi lebih lanjut menemukan keterlibatan infeksi Hp pada berbagai kelainan ekstragastrointestinal, antara lain UKI.
Berbagai penelitian di Iuar negeri memperlihatkan tingginya prevalensi infeksi Hp pada pasien UKI, disertai dengan remisi klinis UKI pasca terapi eradikasi Hp. Pada penelitian-penelitian awal didapatkan angka prevalensi mencapai 80% dan remisi klinis pasta terapi eradikasi Hp terjadi pada 95-100% pasien. Pada penelitian-penelitian selanjutnya ditemukan prevalensi dan frekuensi keterkaitan yang bervariasi. Suatu studi meta-analisis mengenai infeksi Hp pada UKI menyimpulkan bahwa kemungkinan terjadinya resolusi urtika empat kali lebih besar pada pasien yang mendapat terapi eradikasi Hp dibandingkan dengan pasien yang tidak diterapi. Namun demikian, remisi total hanya terjadi pada 1/3 pasien yang mendapat terapi eradikasi. Pengamatan ini mendasari timbulnya pemikiran bahwa Hp berperan penting sebagai etiologi pada sebagian kasus UKI."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Pratama Putra
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh Citra Merek terhadap loyalitas konsumen melalui kepuasan konsumen pada konsumen smartphone Samsung Galaxy. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana data dan informasi dikumpulkan melalui survei dengan alat bantu kuesioner dan juga studi kepustakaan. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang konsumen smartphone Samsung Galaxy yang berusia 18 tahun keatas, tinggal di wilayah Jakarta, dan telah memiliki produk smartphone Samsung Galaxy terhitung 3 bulan semenjak pembelian, yang diambil dengan menggunakan teknik non-probability purposive sampling. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis multivariat dengan menggunakan analisis jalur dan Sobel Test pada SPSS 17.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Citra Merek memiliki pengaruh yang kuat dan positif terhadap loyalitas pelanggan secara tidak langsung melalui variabel kepuasan konsumen, dan juga memiliki pengaruh cukup kuat antara variabel citra merek terhadap loyalitas konsumen secara langsung.

The objective of this research is to analyze how the effect of Brand Image implementation toward consumer satisfaction and consumer loyalty in context of smartphone Samsung Galaxy users. This research uses a quantitive approach, in which data and information were collected through surveys with the tool of questionnaire and bibliographical studies. The sample of this research is 100 Samsung Galaxy's consumers who aged 18 and above, live in Jakarta area, and have bought the product three months since starting purchased, by using non- probability purposive sampling technique. Analysis technique of the data used in this study is multivariate analysis, using path analysis and Sobel Test on SPSS 17.0. The results showed that Brand Image has a significant and strong indirect effect toward consumer loyalty through consumer satisfaction as a mediating variable, and significant and strong enough direct effect toward customer loyalty."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2014
S53491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Pajar Yani
"Pendahuluan : GERD dapat menurunkan kualitas hidup yang dapat dipicu dan dieksaserbasi dengan stres. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dengan kejadian GERD.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang pada Januari hingga April 2021 terhadap 100 guru SD di Cipondoh, Kota Tangerang yang dipilih melalui metode multistage cluster random sample. Para guru mengisi kuesioner melalui google form. Kuesioner GERDQ digunakan untuk mendiagnosis GERD, sementara stres kerja dinilai menggunakan Teacher Stress Inventory (TSI). Seluruh faktor risiko yang mungkin ada dianalisa. Data yang didapat diolah dengan menggunakan analisis bivariat.
Hasil : Mayoritas guru adalah perempuan, berusia dibawah 40 tahun, mengajar sekolah swasta, dan memiliki pengalaman mengajar lebih dari lima tahun. Guru yang mengalami stres rendah sebanyak 77% dengan beban kerja sebagai stresor utama. Prevalensi GERD didapatkan sebanyak 23%. Dari hasil penelitian ini, tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara stres kerja pada guru dengan kejadian GERD (p=0,69). Faktor resiko yang bermakna secara statistik ialah merokok (p = 0,037; OR : 11,4). Karakteristik guru, obesitas, diet tinggi lemak, kafein serta peristiwa hidup yang stressful bukan merupakan faktor resiko yang bermakna.
Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara stres kerja dengan GERD.

GERD can reduce the quality of life and it can triggered and exacerbated by stress. The aim of this study is to find a relationship between occupational stress and GERD.
Method: This is a cross-sectional study, held in September 2020-July 2021. This study were involving 100 elementary teacher in Cipondoh, Kota Tangerang, whom selected by multistage cluster random sample method, and completing the questionnaire using google form application. The GERDQ Questioner were used to diagnose GERD, while occupational stress assessed using the Teacher Stress Inventory (TSI). All possible risk factors were analysed. Results were analysed using bivariate analysis.
Results: Most of the subject were female, under 40 years old, work in private school, and have more than five years experiences of teaching. They are having a low occupational stress (77%), workload being the most stressor. The prevalence of GERD was 23%. The result of this study failed to indicate a significant relationship between occupational stress among the teachers and GERD (p = 0,69). We found that the statistically significant risk factors of GERD is smoking (p = 0,037; OR = 11,4). Characteristic subject, obesity, fat dietary, caffein, and (stressful) life events were not a significant risk factors of GERD.
Conclusion: We didn’t find any significant relationship between teacher stress and GERD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dendi Kadarsan
"Latar belakang. Malnutrisi berkaitan dengan memburuknya kondisi selama di perawatan dan berkaitan dengan keluaran yang buruk. Kehilangan berat badan akan menyebabkan penurunan kekuatan otot yang akan menimbulkan penurunan fungsi. Kekuatan genggam tangan mungkin bermanfaat sebagai indikator status nutrisi khususnya bilamana pengukuran antropometri gagal untuk membedakan nutrisi kurang dengan orang yang berat badan kurang. Sampai saat ini belum ada data mengenai kekuatan genggam tangan dengan status nutrisi pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam di Indonesia. Tujuan Penelitian. Mendapatkan perbedaan rerata kekuatan genggam tangan pasien nutrisi kurang dan nutrisi baik di bangsal penyakit dalam. Metodologi. Studi potong lintang pada pasien di ruang perawatan penyakit dalam. Pemilihan subyek dengan cara konsekutif Pasien dinilai dengan Subjective Global Assessment, pengulcuran indeks massa tubuh dan pemeriksaan kekuatan genggam tangan. Basil. Pada bulan Juli - Nopember 2008 telah didapatkan 140 subyek yang memenuhi kriteria. Subyek terdiri dari 70 laki-Iaki dan 70 perempuan. Sebaran umur pada kelompok laki-laki berkisar 18 - 57 tahun dengan rerata umur 39,4 ± 11,4 tahun dan pada kelompok perempuan berkisar 19 - 59 tahun dengan rerata umur 40,1±12,4 tahun. Untuk menentukan perbedaan rerata digunakan uji t test. Rerata kekuatan genggam tangan kelompok laki-laki nutrisi kurang 19,5 ± 7,7 kg, nutrisi baik 29,5 ± 6,7 kg dan rerata kekuatan genggam tangan kelompok perempuan nutrisi kurang 10,2 ± 3,6 kg dan nutrisi baik 14,2 ± 3,7 kg. Penelitian mendapatkan perbedaan rerata yang bermakna pada subyek nutrisi kurang, baik pada kelompok laki-Iaki ataupun perempuan (kelompok lakilaki t = 5,805, P = 0,00 95% IK 6,6; 13,5, kelompok perempuan t = 4,555, P = 0,00 95% IK 2,2;5,7). Simpulan. Penelitian ini mendapatkan perbedaan kekuatan genggam tangan yang bermakna pada subyek kelompok nutrisi kurang dan nutrisi baik.

Background. Malnutrition is associated with a deterioration of clinical condition during hospitalization hence a poor outcome. A weight loss will cause a decrease of muscle strength thus the function. Handgrip may be useful as an indicator of the nutritional status, especially when the anthropometric measurement fails to differentiate malnutrition with a less than normal body weight person. Up to now, there has been no data regarding the correlation of handgrip and the nutritional status of patients confined at the internal medicine ward in Indonesia. Objective. To obtain a difference of the mean value of handgrip in patients with malnutrition and a good nutrition at the internal medicine ward. Methodology. This is a cross-sectional study of patients confined at the internal medicine ward. Subjects were consecutively included. Patients were evaluated using Subjective Global Assessment, body mass index calculation and handgrip. Result. From July to November 2008, there were 140 subjects who fulfilled the criteria. 70 were male and 70 were female. The range age for the male group was 18-57 years old with means 39,4 ± 11,-1 years old, and the female group was 19-59 years old with means 40, 1±12,4 years old. A t test was used to determine the difference of m~ value. Means handgrip in male subject with malnutrition was 19,5 ± 7,7 kg and good nutrition was 29,5 ± 6,7 kg. Means handgrip in female subject with malnutrition was 10,2 ± 3,6 kg and good nutrition was 14,2 ± 3,7 kg. This study showed a significant difference of mean value in subjects with malnutrition, both male and female groups (male t = 5,805, P = 0,00 95% CI 6,6;13,5, female group t = 4,555, P = 0,00 95% CI 2,2;5,7). Conclusion. This study showed a significant difference means handgrip in subjects with malnutrition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2008
T58993
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>