Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Suryowati
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini berusaha mencari hubungan antara kinerja dan risiko perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Kinerja merupakan sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja. Indikator kinerja bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah capital asset ratio (CAR), interest income to total produclive cm-set (IITTPA), coefficient of variation of return on asset (CVROA), coefficient of variation of return on equity (CVROE), operating expense to operating income (OETOI), loan to deposit ratio (LDR), liquidity (LIQ), coefficient of variation of total deposit (CVDEP), coefficient of variation of earning pershare (CVEPS), dividend payout ratio (DPR) dan loan loss experience dan (LOSS). Risiko merupakan suatu keadaan dimana lebih dari satu kemungkinan basil terjadi. Konsep risika dalam penelitian ini adalah risiko yang berhubungan dengan investasi modal pemilik saham sehingga digunakan ukuran risiko yang ditentukan pasar yang berasal dari teori portofolio_Ukuran risiko yang digunakan adalah beta untuk risiko sistematis, deviasi standar dari residual untuk risiko tidak sistematis dan deviasi standar dari tingkat keuntungan saham individu untuk risiko total.

Bank-bank yang menjadi obyek penelitian adalah bank-bank go public yang berjumlah 22 bank. Ukuran kinerja diperoleh melalui data-data yang ada pada laporan keuangan berupa neraca dan laporan nlgi labs tiap-tiap bank tahun 1992 - 1997. Ukuran risiko diperoleh melalui estimasi persamaan Ra = ai + bi Rml + eit, dimana Rit dan Rml, adalah perubahan harga saham bank i dan portofolio pasar tiap bulan. Koefisien b merupakan estimasi β (beta) yang mencerminkan ekpektasi investor terhadap hubungan antara return perusahan dan return pasar (ukuran resiko sistematis) dan untuk ukuran risiko total adalah deviasi standar dari return saham i sedangkan ukuran risiko tidak sistematis merupakan deviasi standar dari residual i, Data untuk mendapatkan ukuran risiko berasal dari daftar kurs resmi bulanan Bursa Efek Jakarta, periode Januari 1992 - Juni 1997.

Analisis hubungan antara kinerja dan risiko ini menggunakan persamaan regresi linier berganda dengan kinerja sebagai vanabel bebas dan risiko sebagai variabel tergantung. Guna mendapatkan persamaan regresi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) maka dilakukan pengujian terhadap tiga dari enam asumsi dasar klasik regresi yaitu multikoliniaritas, heterokedastisitas dan otokorelasi. Proses perhitungan regresi dan pengujian asumsi dasar klasik dilakukan dengan menggunakan bantuan software program TSP 7. Dalam analisis ini dilihat hubungan antara kinerja dan risiko keseluruhan bank dan dilihat pula perbedaan pengaruh kinerja terhadap risiko antar kelompok bank.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja terhadap risiko baik risiko sistematis, risiko total juga risiko tidak sistematis. Pada industri perbankan secara keseluruhan bank besarnya kontribusi variasi capital asset ratio, interest income to total productive asset , coefficient of variation of return on equity, operating expense to operating income, loan to deposit ratio, likuiditas, coefficient of variation of total deposit, coefficient of variation of earning pershare, dividend payout ratio dan loss terhadap risiko sistematis sebesar 88,87%, terhadap risiko tidak sistimatis sebesar 88,50% dan terhadap risiko total sebesar 88,32%. Dari kesepuluh variabel bebas tersebut yang mempunyai pengaruh terhadap risiko sistematis, risiko tidak sistematis dan risiko total adalah coeefcient of variation of return of equity. Variabel bebas yang mempunyai pengaruh terhadap risiko tidak sistematis dan risiko total adalah coefficient of variation of earning pershare dan operating expense to operating income. Variabel bebas yang mempunyai pengaru hanya terhadap risiko sistimatis adalah capital asset ratio.

Terdapat perbedaan pengaruh kinerja terhadap risiko antar kelompok bank besar dan kelompok bank kecil. Besarnya perbedaan pengaruh loan to deposit ratio terhadap risiko sistematis, risiko tidak sistematis dan risiko total antara kelompok bank besar dan bank kecil adalah sebesar 0,003 untuk risiko sistimatis, sebesar -0,125 untuk risiko tidak sistimatis dan sebesar -0,121 untuk risiko total. Perbedaan pengaruh coefficient of variation of earning pershare terhadap risiko sistematis dan risiko total antar kelompok bank besar dan bank kecil besarnya adalah -0,013 untuk risiko sistimatis dan sebesar -0,184 untuk risiko total. Kinerja yang mempunyai perbedaan pengaruh terhadap risiko tidak sistimatis dan risiko total antar kelompok bank adalah coefficient of variation of return on equity, coefficient of variation of deposit dan loan loss experience. Besar perbedaan pengaruh loan loss experience terhadap risiko tidak sistimatis dan risiko total masing-masing sebesar -2,132 dan -2,098. Besar perbedaan pengaruh coefficient of variation of deposit terhadap risiko tidak sistimatis sebesar -0,619 dan terhadap risiko total sebesar 0,637. Besar perbedaan pengaruh coefficien of variation of return on equity terhadap risiko tidak sistimatis dan risiko total masing-masing sebesar -2,644 dan -2,643. Perbedaan pengaruh capital asset ratio terhadap risiko sistimatis antar kelompok bank besar dan bank kecil adalah sebesar -0,024.

1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Walji Sugita
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui besarnya likuiditas saham dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta untuk mengetahui hubungan antara dividen dan earning per share terhadap likuiditas saham. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas saham yang tinggi dan rendah berbeda, maka likuiditas saham dilompokkan saham ke dalam 4 (empat) kelompok saham, yaitu saham sangat likuid, saham likuid, saham tidak likuid dan saham sangat tidak likuid. Analisis data dilakukan dengan analisis diskriminan dan analisis regresi. Analisis diskriminan digunakan untuk mengetahui apakah nilai variabel masing-masing kelompok saham berbeda secara nyata dan analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan likuiditas saham. Sebagai variabel bebas digunakan harga saham, ekses return saham relatif terhadap sampel, dividen, sales turnover, asset per share dan deb equity ratio. Sedangkan uji beda dividen dan earning per share dilakukan pada masingmasing tahun pengamatan. Sampel penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang go publik dan sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa data laporan keuangan dan data pendukung lainnya. Sumber data utama diambil dari Indonesian Capital Market Directory yang dikeluarkan oleh Ecfn dan data yang digunakan adalah data dari tahun 1990 sampai dengan 1995. Dalam hubungannya dengan keadaan pasar, untuk analisa regresi sampel dikelompokkan dalam periode bearish (data 1990-1992) dan periode bullish (data .1993-1995). Hasil penelitian memberikan kesimpulan: (1) Pengelompokan saham ke dalam saham sangat likuid, saham likuid, saham tidak likuid dan saham sangat tidak likuid menunjukkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam pengaruh variabel bebas terhadap likuiditas, hasil uji Chow juga menunjukkan hasil yang sama, (2) Hasil regresi menunjukkan bahwa pada periode bearish model yang dipergunakan tidak signifikan namun ada variabel yang berpengaruh secara partial yaitu: harga saham dan sales turn over. (3) Pada periode bullish model yang dipergunakan tidak signifikan dan secara partial faktor yang berpengaruh adalah asset per share. (4) Pada total periode model yang dipergunakan signifikan sangat berpengaruh terhadap likuiditas saham adalah harga saham dan dummy variabel yailu pembedaan pasar saham ke dalam pasar bearish dan pasar bullish. (5) Dividen saham likuid (yang terdiri dari saham sangat likuid dan saham likuid) berbeda secara nyata dengan dividen saham tidak likuid (yang terdiri dari saham tidak likuid dan saham sangat tidak likuid) pada periode bearish, namun pada pasar bullish tidak berbeda secara nyata. (6) Earning per share saham likuid tidak berbeda secara nyata dengan saham tidak likuid, kecuali data tahun 1990.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurhayati
Abstrak :
Menyalurkan kredit merupakan salah satu tugas utama bank sebagai lembaga perantara keuangan. Namun penyaluran kredit bank kepada suatu perusahaan selalu diiringi oleh resiko tidak tetagihnya kredit. Oleh karena itu, bank akan semaksimal mungkin untuk meminimalkan resiko ini. Permasalahannya, bagaimana cara untuk meminimalkan resiko tidak tertagih nya kredit itu? Dan Bagaimana memprediksi suatu kredit akan menjadi bermasalah atau tidak untuk suatu bidang industri? Berdasarkan pada permasalahan tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada penelitian Beaver 1960, dan Altman 1968. Beaver 1966, melakukan penelitian dengan mengamati rasio keuangan perusahaan yang mengalami kegagalan usaha (failure) dan perusahaan yang sehat (non failed), dengan pengamatan nilai rata-rata dua kelompok sampel tersebut, atau lebih dikenal dengan metode profile analysis, dan menghasilkan temuan bahwa terdapat 6 rasio keuangan utama yang digunakan sebagai alat prediksi kebangkrutan yaitu, Cash flow to Total Debt, Net Income to Total Assets, Total Debt to Total Assets, Working Capital to Total Assets ,Current Ratios dan No Credit Interval. Sedangkan Altman 1968, melakukan penelitian dengan metode multiple discrimination analysis untuk memprediksi kebangkrutan suatu badan usaha.Sebanyak 22 buah rasio keuangan yang dikelompokkan dalam 4 kategori rasio yaitu: Liquidity, Profitability, Leverage Ratio dan Activity Ratio, menghasilkan 5 rasio keuangan unggulan yang digunakan dalam prediksi kebangkrutan yaitu: Working Capital to Total assets, Retained Earning to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value Equity to Book Value of Total Debt dan Sales to Total Assets. Data yang digunakan dalam penilaian ini adalah debitur industri kayu pada bank "X", dengan tahun observasi 1992, 1993 dan 1994, sebagai sampel tambahan untuk pengujian terhadap basil penelitian digunakan data keuangan tahun 1995. Analisis dilakukan dari sudut pandang bank, dengan tujuan penelitian mencari nilai cut off probabilitas faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kredit. Digunakan sebanyak 91 buah variabel keuangan sebagai variabel bebas (independent variable) dan variabel kolektibilitas debitur sebagai variabel terikat (dependent variable), diproses dengan model probit Iogit pada program TSP komputer, menghasilkan 4 variabel keuangan utama yang perlu dipertimbangkan bank dalam memberikan pinjaman kepada debitur di industri kayu yang terdiri dan Net Income to Net Worth, Net Worth to Fixed Assets, Sales to Cost of Good Sold dan Log of Sales. Hasil temuan membentuk persamaan: Y = -11,55 + 1,48 NINW + 0,49 NWFA + 2,04 SCOGS + 0,40 LSALES yang kemudian di substitusikan dengan nilai rata-rata masing-masing variabel independen pada D=1 menghasilkan nilai cut-off sebesar 79,60% dan dengan mensubstitusikan nilai rata- rata variabeI independen pada D=0 menghasilkan nilai cut-off sebesar 30,62 %. Untuk menghitung R2 sebagai perhitungan korelasi antara variabel independen dan variabel dependennya digunakan rumus-rumus dari Effron , Mc Fadden, Maddala dan Cragg Uhler. Setelah dihitung dengan menggunakan fasilitas program TSP pada komputer diperoleh hasil bahwa tingkat keakuratan prediksi dari persamaan diatas sebesar 91,49% jadi tingkat kegagalannya adalah sebesar 8,51% dan penelitian dilanjutan dengan menguji sampel tambahan yaitu data 1 tahun kemudian pada bank yang sama , diperoleh hasil bahwa tingkat keakurasian prediksi sebesar 90,90% atau dengan tingkat kegagalan sebesar 9,1%. Dengan demikian penelitian ini mengungkapkan bahwa laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi kemampuan debitur dalam memenuhi kewajiban membayar cicilan pinjaman dan bunganya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahdi Purnomo
Abstrak :
Index harga saham gabungan (IHSG) yang merupakan indikator bursa di Bursa Efek Jakarta telah menunjukkan penurunan terus menerus sampai minggu kedua bulan Juni 1996 sebesar 14,570 point. Keadaan ini menyebabkan para Investor melakukan aksi penjualan secara besar-besaran sehingga terjadi over supply di Bursa Efek Jakarta. Disisi lain investor menunggu adanya initial Public Offering (IPO) dari 8 (delapan) Perusahaan Publik dengan harapan dengan membeli saham -saham baru pada harga perdana dapat menjualnya di pasar sekunder dengan selisih harga yang cukup memadai. Investor hanya akan membeli saham jika harga saham adalah lebih rendah daripada nilai intrinsiknya yaitu nilai sekarang dari seluruh penerimaan investor yaitu dividen yang diharapkan dan selisih harga saham yang terjadi pada waktu saham tersebut dijual dengan harga saham pada waktu saham tersebut dibeli sebagai capital gain yang didiskontokan pada tingkat bunga dengan risiko tertentu. Tesis ini meneliti untuk melihat sejauh mana harga saham di Bursa Efek Jakarta telah mencerminkan nilai intrinsiknya. Dengan menggunakan dividen discount model (DDM) dari model Gordon pada pertumbuhan dividen perusahaan konstan yang dirumuskan sebagai : Do (I+g) Dl P6 = vQ = = dengan syarat k8 > g. ks -g ks ?g Berdasarkan asumsi bahwa faktor-faktor lainnya dianggap tetap, maka hipotesa kerja untuk penelitian tesis ini adalah: Semakin besar dividen tunai yang diberikan emiten semakin tinggi harga saham di Bursa Efek Jakarta. Semakin besar return yang diharapkan investor yang dicerminkan dengan beta sebagai risiko pasar semakin rendah harga saham di Bursa Efek Jakarta. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan dividen emiten yang di ukur dengan dividen per share (DPS) semakin tinggi harga saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian yang diperoleh dengan paket Statistical Analysis system 65A 5) menunjukkan bahwa : Harga saham di Bursa Efek Jakarta belum sepenuhnya mencerminkan nilai intrinsiknya karena hanya terdapat 2 (dua) variabel yang memenuhi hipotesa hipotesa kerjanya yaitu dividen dan tingkat pertumbuhan dividen saja. dimana kedua independen variabel ini mempunyai hubungan positif dengan harga saham. Untuk variabel independen beta yang mewakili risiko pasar yang diharapkan mempunyai hubungan negatif ternyata mempunyai hubungan positif dengan harga saham. Melihat hasil penelitian tersebut kemungkinan besar telah terjadi; kesalahan pengukuran dari variabel beta dan tingkat pertumbuhan dividen, atau asumsi penggunaan model tingkat pertumbuhan konstan dalam penelitian dengan model Gordon ini belum tentu dapat diterapkan untuk 100 Perusahaan publik yang diambil sebagai sampel. cemungkinan lain jika melihat pada adjusted R2 yang bernilai kecil sekitar 24,25% ` 39,30% terdapatnya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham yang tidak dapat dikendalikan seperti : risiko politik, isu-isu politik, fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah terhadap U.S. dollar, peraturan Pemerintah mengenai perpajakan, Adanya penjualan saham-saham emiten pada Perusahaan asing yang dianggap sebagai capital flight.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Satmoko
Abstrak :
Penelitian ini menyangkut tentang penilaian harga saham yang berdasarkan pada analisis fundamental dengan pendekatan PER. Model yang digunakan tetap mengacu pada multiple regression model yang dipergunakan para peneliti sebelumnya, baik yang dilakukan di dalam maupun luar negeri.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kestabilan faktor penentu harga saham blue chip atau saham dari perusahaan besar, well establihed and mature. Sejalan dengan itu, maka penelitian ini menggunakan sampel saham perusahaan-perusahaan dengan peringkat berdasarkan nilai penjualan terbesar yang dapat dianggap sebagai saham blue chip. Penggunan sampel perusahaan dengan nilai penjualan terbesar, dianggap bahwa perusahaan yang mencapai penjualan besar merupakan perusahaan yang besar, well estabished and mature. Dengan penggunaan sampel tesebut, maka hasil yang dicapai dalam peneltian ini kurang cocok untuk diaplikasikan pada perusahaan yang nilai penjualannya relatif sedang atau kecil. Tujuan penelitian ini kemudian dirinci, untuk mengetahui: (1) apakah earnings growth rate, dividend payout ratio dan proksi risiko (earning instability atau financial Leverage) mempengaruhi besarnya PER; (2) variabel manakah di antara earnings instability dan financial leverage yang paling berpengaruh dan lebih mampu menjelaskan variabilitas PER; (3) apakah pertgaruh masing-rnasing variabel eksplanatori tersebut tetap konsisten dari tahun ke tahun.

Hasil analisis dari tahun 1992-1995 menunjukkan bahwa hasil model persamaan regresi secara keseluruhan mempunyai nilai F -test yang signifikan untuk 5 (lima) versi model (modl-94, modl-95, mod2-93, mod2-94 serta mod2-95), sedangkan pada periode observasi tahun 1992 model tidak signifikan (modl-92 dan mod2-92). Secara parsial berdasarkan hasil t-test, variabel earnings growth rate menunjukkan signifikan pada periode observasi tahun 1994 (modl-94 dan mod2-94), variabel dividend payout ratio menunjukkan signitikasi pada periode observasi tahun 1993-1995 (mod2-93, modl-94 dan modl-95), sedangkan variabel pengganti risiko menunjukkan signifikasi pada observasi tahun 1992 dan 1995 (modl-92, mod2-92 dan mod2-95).

Berdasarkan pemilihan model persamaan regresi antar proksi risiko (earnings instability atau financial leverage), menunjukkan bahwa faktor financial leverage lebih mampu menjelaskan variabilitas PER dibanding dengan faktor earnings Instability, di samping itu terdapat keterkaitan hubungan yang signifikan berdasar uji koefisien korelasi parsial antara PER dengan financial leverage pada periode observasi tahun 1992-1995. Dengan menganggap model hasil persamaan regresi yang dipilih mampu menjelaskan variabilitas PER, maka dapat diketahui faktor yang mendominasi pengaruh terhadap variabilitas PER berdasarkan nilai koefsien beta. Pada umumnya faktor deviden payout ratio merupakan faktor yang dominan dari tahun observasi 1993-1995, sedangkan dominasi pengaruh pada periode observasi tahun 1992 ada pada variabel financial leverage.

Bertolak dari hasil penelitian, maka dapat diketahui besamya PER rata-rata dengan anggapan bahwa faktor eksplanatori konstan (=0), yaitu 13,06 kali (1992-FL), 28,04 kali (1993-FL), 17,18 kali (1994-FL) dan 7,36 kali (1995-DevEG). Dengan keadaan ini himbauan Bapepam yang menetapkan batas PER tidak boleh melebihi 15 kali kiranya perlu ditinjau kembali.

Akhirnya, dengan menggunakan analisis PER dapat diketahui saham-saham yang kemahalan (overprice) dan yang kemurahan (underprice), dengan membandingkan PER aktual dan PER hasil regresi. Dengan mempertimbangkan frekuensi perdagangan saham, maka dapat diketahui saham-saham mana yang cocok untuk pemodal sejati maupun pemodal pedagang.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Adji Prabawa
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan hutang pada- industri tekstil yang listed di Bursa Efek Jakarta dapat meningkatkan pendapat an per lembar saham (EPS) nya. Teori struktur modal membahas apa yang terjadi dengan nilai perusahaan bi la struktur modal berubah sementara itu keputusan investasi dan kebijakan divi den dipegnng konstan. Banyak model yang bisa dipakai dalam analisis strnktur modal. Knrenn sn1tt'mcngnknr binyn modal pcrusahnnn dcngan tingknt lcvcrnge yang bervarlasi antar wnktu maku Mndcl nnnllsu EBIT-EPS yung ini nada dasarnya untuk mengukur atas atau dl bawah "indifference dianggap cukup besar mencapai di dipilih model yung relntif muduh dltcrupkun. bnnynk dipnkai dalom nnalisis struktur modnl probabilitas expected EBIT dalam mencapai di point". Sehingga bila probabilitas tersebut atas indifference point nya maka penggunaan - hutang akan meningkatkan pendapatan per lembar sahamnya. Sebaliknya bila proba hilitas tersebut dianggap terlalu kecil mencapni di atas indifference point ma ka penggnnaan hucang tidnk ukun mcningkatkan pendapatan per lembar saham (EPS) nyn. Banyak hasil Studi yang menemukan hahwa saham yang memiliki "future grow- th" tertinggi dalnm EPS nyn memperlihntknn "risk adjusted returns" yang terti- nggi pula. Sehingga "growth" dalam laporan pendapatan mempengaruhi harga saham adalah sangat signlfikan. Hasil penelitian pnda perusahaan-perusahaan tekstil yang listed di Buren Efek Jakarta dengan periode tahun 1988 hingga 1996 dan dengan menggunakan mo- del analisa EBIT-EPS menunjukkan bahwa dari sepuluh perusahaan hanya scmbilan- perusahaan yang dapat digambarkan perkiraan indifference point nya. Dari hasil perhitungan probabilitas EBIT dalam mencapai di atas atau di bawah indifferen~ ce point nya maka 56% atau lima perusahaan yang probabilitas EBIT nya memung - kinkan menggunakzn hutang. Sementara itu 64% atau empat perusahaan probabili - tas EBIT nya tidak memungkinkan menggunakan hutang.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Augustina Kurniasih
Abstrak :
Dalam upaya memaksimalkan nilai perusahaan, ada tiga keputusan penting yang perlu diambil perusahaan yaitu keputusan investasi, pendanaan, dan dividen. Kebijaksanaan dividen yang diambil suatu perusahaan publik akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut. Selama ini kajian kebijaksanaan dividen perusahaan-perusahaan publik yang listed di Bursa Efek Jakarta lebih banyak ditujukan terhadap dividen tunai. Padahal pembagian dividen dalam bentuk saham termasuk pemberian saham bonus cukup banyak dilakukan perusahaan publik di bursa tersebut.

Pemberian saham bonus merupakan salah satu bentuk corporate action di Bursa Efek Jakarta. Adanya informasi resmi mengenai pemberian saham bonus secara material dapat mempengaruhi harga saham yang selanjutnya juga akan mempengaruhi aktivitas perdagangan saham di bursa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengumuman pemberian saham bonus mengandung informasi yang berpengaruh terhadap harga saham dan volume perdagangan di Bursa Efek Jakarta. Jika pengumuman pemberian saham bonus mempunyai kandungan informasi yang relevan, maka akan terjadi perubahan harga dan aktivitas perdagangan di sekitar waktu pengumumannya.

Pemberian saham bonus serupa dengan pembagian dividen saham. Penelitian yang dilakukan Foster 111 dan Vickrey (1978) menemukan bahwa pasar menggunakan informasi stock dividend dalam membentuk keseimbangan harga sekuritas. Pada penelitian tersebut reaksi pasar terjadi tidak lama dari declaration date, dan informasi tersebut cenderung menghasilkan abnormal return yang positif, Selanjutnya pada penelitian ini juga dilihat pengaruh size perusahaan terhadap abnormal return dan abnomal volume. Kemudian juga diteliti keberadaan hubungan antara perubahan harga dengan perubahan aktivitas perdagangan.

Penelitian ini merupakan event study, dengan menggunakan periode pengamatan tahun 1990 sampai dengan tahun 1993. Periode tersebut diambil dengan pertimbangan pada tahun-tahun itu Bursa Efek Jakarta berada pada kondisi bearish maupun bullish. Perusahaan yang dijadikan sampel penelitian adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan memenuhi beberapa kriteria seleksi yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini untuk penghitungan abnormal return digunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan market model, market adjusted return, dan mean adjusted return. Sedangkan untuk penghitungan abnormal volume digunakan pendekatan median dan mean.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 1990-1993, dengan menggunakan tiga pendekatan pengukuran abnormal return ternyata pengumuman pemberian saham bonus mengandung informasi yang relevan sehingga mempengaruhi harga saham yang menyebabkan investor memperoleh abnormal return.Hal ini terlihat dari terjadinya nilai abnormal return yang positif dan signifikan di sekitar waktu pengumuman pemberian saham bonus, baik pada pengamatan sampel secara keseluruhan maupun terhadap saham-saham yang aktif diperdagangkan. Demikian pula halnya dengan volume perdagangan. Informasi pemberian saham bonus digunakan investor untuk melakukan transaksi di pasar modal sehingga di sekitar waktu pengumuman saham bonus terjadi perubahan aktivitas perdagangan saham, yang terlihat dari terjadinya abnormal volume yang signifikan.

Selanjutnya, pada penelitian ini ditemukan bahwa size perusahaan mempengaruhi besar/kecil abnormal return dan abnormal volume yang terjadi. Setelah melakukan kontrol terhadap variabel beta (risiko) ditemukan bahwa hubungan antara abnormal return dengan size perusahaan adalah terbalik. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi yang negatif dan signifikan. Kondisi yang sama dijumpai pada hubungan antara abnormal volume dengan size perusahaan.

Kemudian dengan menggunakan uji korelasi Pearson maupun rank Spearman ditemukan bahwa antara perubahan harga dan perubahan volume perdagangan terdapat korelasi yang positif dan signifikan.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desyetti
Abstrak :
Dalam kegiatan di pasar modal, laporan keuangan perusahaan yang go publik merupakan salah satu informasi yang tersedia bagi investor dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham perusahaan. Informasi mengenai laba akuntansi merupakan salah satu informasi yang dapat diperoleh dari laporan keuangan suatu perusahaan. Laba akuntansi yang sering digunakan oleh investor untuk menilai kinerja perusahaan adalah laba per lembar saham (earning per share). Penelitian ini merupakan event study yang tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana reaksi harga saham dan volume perdagangan saham di sekitar waktu pengumuman laba akuntansi. Apabila pengumuman laba akuntansi mempunyai kandungan informasi yang relevan maka akan terjadi reaksi harga saham dan volume perdagangan saham disekitar waktu pengumuman. Dalam penelitian ini juga akan dilihat apakah ada hubungan yang positif antara besarnya laba tak terduga (unexpected EPS) dengan besarnya reaksi harga (abnormal return) dan antara perubahan harga saham dengan perubahan volume perdagangan. Penelitian terdahulu seperti yang dilakukan di luar negeri oleh Ball & Brown (1968), Beaver (1968), dan Dale Morse (1981), dan di dalam negeri oleh Affandi & Utama (1997), Husnan, Hanafi dan Wibowo (1995), menemukan bahwa disekitar pengumuman labs akuntansi terjadi perubahan harga saham dan volume perdagangan saham yang signifikan. Sedangkan penelitian oleh Linda Smith Bamber (1986&1987) serta Bamber & Atiase (1994), menemukan bahwa ada hubungan yang positif antara besarnya unexpected EPS dengan besarnya abnormal return dan antara perubahan harga dengan perubahan volume perdagangan. Periode observasi dimulai tahun 1994 sampai tahun 1996 dengan mengambil sampel perusahaan go publik yang telah terdaftar di BEJ dan memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan. Laba akuntansi (EPS) dikelompokkan atas 2 yakni kelompok EPS naik dimana !aim aktual lebih besar dari !aim prediksi dan kelompok EPS turun dimana laba aktual lebih kecil dari laba prediksi. Laba prediksi diasumsikan sama dengan laba tahun sebelumnya. Ada 4 pendekatan yang digunakan untuk menentukan expected return yakni market model, aktual return, market adjusted return dan mean adjusted return serta 2 pendekatan untuk menentukan expected volume yakni pendekatan median dan pendekatan mean. Uji statistik yang digunakan selain uji parametrik juga menggunakan uji non parametrik. Berdasarkan analisis hasil penelitian, dengan uji parametrik maupun non parametrik bahwa selama periode 1994-1996 dengan menggunakan empat pendekatan pengukuran abnormal return yang berbeda, pengumuman laba mengandung informasi yang relevan sehingga mempengaruhi harga saham dan menyebabkan investor memperoleh abnormal return. Hal ini terlihat dari nilai kumulatif abnormal return yang positif dan signifikan disekitar pengumuman kenaikan EPS dan kumulatif abnormal return yang negatif dan signifikan disekitar pengumuman penurunan EPS. Begitu juga halnya dengan volume perdagangan. Informasi pengumuman laba akuntansi digunakan oleh investor untuk melakukan transaksi di pasar modal, sehingga disekitar waktu pengumuman laba akuntansi aktifitas perdagangan saham meningkat dan menyebabkan investor memperoleh abnormal volume. Akan tetapi reaksi harga dan volume perdagangan terhadap informasi tersebut terjadi secara lambat yakni sesudah pengumuman laba akuntansi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ball & Brown (1968), Beaver (1968), Dale Morse (1981), Affandi & Utama (1997) dan Husnan, Hanafi & Wibowo (1995), walaupun dipasar modal Indonesia reaksi harga dan volume perdagangan terhadap informasi tersebut terjadi secara lambat yakni sesudah pengumuman laba akuntansi. Uji korelasi dengan korelasi spearman menunjukkan bahwa selama periode 1994-1996, membuktikan bahwa hubungan antara besarnya unexpected EPS dengan abnormal return adalah positif. Demikian juga halnya dengan uji korelasi pearson, kecuali untuk tahun 1994-1995, dimana tidak ada satupun koefisien korelasi yang signifikan. Begitu juga dengan uji korelasi antara perubahan harga dan perubahan volume perdagangan, baik uji korelasi spearman maupun korelasi pearson menunjukkan adanya korelasi yang positif dan signifikan antara perubahan harga dengan perubahan volume perdagangan. Hasil penelitian juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Linda Smith Bamber (1986 &1987) dan Bamber & Atiase (1994).
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Susanti Toha
Abstrak :
Salah satu analisis fundamental yang sering digunakan untuk menilai harga saham adalah analisis PER. PER dapat dihitung dengan membagi harga saham pada suatu saat dengan laba perlembar saham (earning per share IEPS) suatu periode tertentu. PER mencerminkan seberapa besar investor bersedia membayar harga suatu saham dibandingkan dengan labanya. Analisis ini sering digunakan karena kesederhanaannya yaitu mudah menghitungnya karena informasi mengenai harga dan laba mudah diperoleh. variabel deviden payout ratio, return on equity dan risiko perusahaan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi PER, dimana variabel risiko perusahaaan diwakili oleh standard deviasi tingkat pertumbuhan EPS, standard deviasi return dan beta, penulis ingin mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap PER. Untuk proxy resiko akan dilihat variabel manakah dari ketiga proxi resiko tersebut yang lebih mewakili faktor risiko di Bursa Efek Jakarta. Disamping itu juga penulis mencoba untuk menilai kewajaran harga saham perusahaan-perusahaan go publik di BEJ berdasarkan analisis PER dan ingin mengetahui apakah saham-saham yang dinyatakan undervalued berdasarkan analisis PER dapat memberikan return yang lebih tinggi daripada saham-saham yang dinyatakan overvalued. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linear berganda berdasarkan Dividend Discount Model. Periode observasi dimulai tahun 1994 sampai dengan tahun 1996 dengan mengambil sampel perusahaan go publik yang telah terdaftar di BEJ dan memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan. Perusahaan akan dimasukkan sebagai sampel jika : perusahaan membagikan deviden selama periode pengamatan, laba dan ROE perusahaan tidak negatif selama periode pengamatan dan perusahaan tidak mengeluarkan ekuiti baru. Kriteria yang terakhir adalah bahwa saham perusahaan minimal telah tercatat di BEJ selama 4 tahun sebelum periode pengamatan. Berdasarkan analisis hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata PER tahun 1994 - 1996 adalah 11.85 - 12 kali, dengan standard deviasi 6.55 - 6.72. Secara keseluruhan dari tahun 1994 - 1996 korelasi antara PER dan ROE tidak sesuai dengan ekspektasi. Bahkan korelasi keduanya adalah negatif dan signifikan, yang berarti berlawanan dengan yang diharapkan. Sedangkan korelasi PER dengan variabel babas lainnya tidak signifikan. Hasil pooling regression menunjukkan bahwa ROE dan risiko yang diwakili oleh standard deviasi return adalah signifikan dan berpengaruh negatif terhadap PER dengan kesalahan duga (a) 5%, sedangkan beta adalah signifikan dan berpengaruh positif terhadap PER dengan kesalahan duga 10%. Hasil regresi juga menunjukkan bahwa rata-rata PER pada tahun 1995 adalah signifikan dan lebih rendah dari rata-rata PER pada tahun 1994. Sedangkan rata-rata PER pada tahun 1996 adalah lebih tinggi dari rata-rata PER tahun 1994, namun perbedaannya tidak signifikan. Secara keseluruhan untuk ketiga tahun pengamatan F-statistik menunjukkan hasil yang signifikan. Sedangkan Adjusted R Square untuk ketiga model dalam tahun pengamatan 1994, 1995 dan 1996 mampu menjelaskan variabilitas PER 9.25% - 18.3% oleh pengaruh-pengaruh variabel bebasnya. Keadaan ini mengindikasikan bahwa lebih dari 81.7% - 90.75% variabilitas PER dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar variabel-variabel tersebut. Regresi pertahun (annual regression) yang dilakukan juga memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dari hasil pooling regression. Untuk menilai kewajaran harga saham penulis menggunakan dua pendekatan. Metode pertama adalah dengan membandingkan besamya rasio PER/ROE. Metode kedua membandingkan PER aktual dengan PER prediksi yang diperoleh dari hasil regresi. Untuk pengamatan 1994, hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa rata-rata return kelompok saham yang dinyatakan undervalue adalah tidak lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok saham yang dinyatakan overvalue. Hal ini tidak sesuai dengan ekspektasi semula dimana diharapkan saham yang dinyatakan dalam kelompok undervalue akan memberikan rata-rata return yang lebih tinggi dari saham yang dinyatakan overvalu. Namun pengamatan 1995 pada kedua metode yang digunakan menunjukkan bahwa rata-rata return kelompok saham yang dinyatakan undervalue adalah lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok saham yang dinyatakan overvalue. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua metode yang digunakan tidak memberikan hasil yang konsisten dan tahun ke tahun. Ternyata kelompok saham yang dinyatakan undervalue tidak selalu memberikan return lebih tinggi dari kelompok saham yang dinyatakan overvalue. Ketidak konsistenan tersebut nampaknya dikarenakan investor di BET melakukan investasi dalam saham tidak hanya melihat faktor-faktor fundamental saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktorfaktor nonfundamental seperti rumor-rumor yang beredar di pasar modal, kondisi politik dan lain-lain. Disamping itu juga mungkin dikarenakan adanya factor-faktor lain yang mempengaruhi harga saham di BET yang tidak dimasukkan dalam model yang digunakan dalam analisis ini. Sehingga harga saham tidak hanya mencerminkan variabel-variabel yang termasuk dalam model saja.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Rosaline Nindita Radyati
Abstrak :
ABSTRAK
Pada saat ini perekonomian dunia mengarah kepada perekonomian global sehingga muncul global financial market. Dengan demikian transaksi antar pelaku ekonomi negara-negara dengan mata uang, tingkat inflasi dan kebijakan moneter yang berbeda-beda perlu mengadakan penyesuaian-penyesuaian tertentu agar terjadi kondisi yang saling menguntungkan (win and win condition).

Perusahaan multinasional dalam melakukan perdagangannya selalu menggunakan mata uang asing. Perusahaan tersebut juga memiliki aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya yang nilainya sangat sensitif terhadap perubahan nilai tukar, tingkat bunga dan harga barang dan jasa. Dengan demikian jika nilai tukar berubah ke arah yang berlawanan dengan yang diharapkan, maka perusahaan dapat mengalami kerugian, jadi perusahaan menanggung resiko atas perubahan nilai tukar (currency exposure).

Banyak perusahaan-perusahaan mengatasi currency exposure dengan cara hedging. Tindakan hedging tujuannya adalah melindungi perusahaan dari penurunan nilai aktiva maupun pasiva dari kerugian akibat perubahan nilai tukar dengan cara memindahkan resiko dari satu individu atau perusahaan kepada individu atau perusahaan lain. Salah satu tindakan hedging yang paling umum dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional adalah dengan cara transaksi swap, khususnya currency swaps. Transaksi swap merupakan tindakan pembelian dan penjualan valuta asing pada waktu yang bersamaan, tetapi tanggal penyerahan yang berbeda. Sedangkan currency swap adalah persetujuan antara perusahaan dengan swap dealer atau bank untuk menukar dua jenis mata uang pada periode tertentu.

Transaksi swap sangat penting dalam interbank market dan transaksi ini makin berkembang dari tahun ke tahun. Menurut survey Bank of International Settlements, Switzerland, pada tahun 1992 transaksi swap mewakili 39% dari seluruh transaksi antar bank. Dalam melakukan transaksi swap, "harga' yang perlu diperhatikan adalah swap rate, yang merupakan selisih antara forward rate dan spot rate (forward rate - spot rate). Swap rate dapat berubah-ubah jika tingkat bunga berubah. Jika tingkat bunga suatu negara berubah menjadi lebih tinggi atau lebih rendah relatif terhadap tingkat bunga negara lain, maka swap rate juga dapat berubah. Karena dengan adanya perubahan tingkat bunga, maka selisih antara forward dan spot rate juga dapat berubah.

Pada kondisi keseimbangan pasar menurut teori Interest Rate Parity, perbedaan tingkat bunga pada dua negara besarnya sama dengan persentase perbedaan antara forward dan spot rate, yang disebut dengan forward premium/discount. Jika forward rate lebih tinggi nilainya dari spot rate, maka mata uang dalam kondisi forward premium, sedangkan jika lebih rendah disebut forward discount.

Jika tidak terjadi keseimbangan pasar, maka dapat dilakukan covered interest arbitrage, yakni tindakan para pelaku pasar valuta asing untuk mengambil keuntungan dari perbedaan antara interest differential dengan forward premium/discount. Contoh tindakan covered interest arbitrage jika terjadi kondisi perbedaan tingkat bunga antara dua negara lebih tinggi dari forward discount, adalah : para trader dapat meminjam uang pada negara dengan tingkat bunga lebih rendah dan menginvestasikannya pada negara dengan tingkat bunga lebih tinggi, kemudian mengkompensasi di pasar valuta asing melalui transaksi forward. Maka pendapatan yang diperoleh dari selisih tingkat bunga akan lebih besar dari discount mata uang tersebut.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>