Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asih Setiawati
2016
D2197
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erman Aminullah
"Penelitian ini bertujuan menstrukturkan permasalahan rendahnya intensitas ristek industri, yang memiliki kerumitan, berubah cepat dan mengandung ketidakpastian. Hasil penstrukturan adalah sebuah model yang digunakan untuk menerangkan dan meramalkan pola dan kecendrungan ristek pemerintah, industri dan interaksinya dalam ekonomi. Analisis berdasarkan pendekatan sistem dengan metode sistem dinamis. Perilaku dan kinerja unsur-unsur yang menyusun sistem dijelaskan dalam perspektif ilmu administrasi. Analisis bersifat evaluasi waktu lampau dan mendatang. Struktur dan unsur yang mempengaruhi pola dan kecendrungan ristek dievaluasi, dalam menemukan alternatip kebijakan percepatan intensitas ristek industri, untuk meningkatkan daya saing industri dalam jangka panjang.
Proses penelitian menggunakan teknik dan prosedur pemodelan sistem dinamis. Model yang dibangun telah divalidasi, dan 'dapat diperoleh struktur model yang diyakini absah. Pemodelan dilengkapi dengan uji statistik, dan telah diperoleh kinerja model yang diyakini absah secara statistik.
Ada tiga kategori butir hasil penelitian ini, yaitu: tesis tentang tekno-ekonomi, sumbangan ilmiah dan sumbangan nyata. Pertama, tesis tentang tekno-ekonomi, yairu: intensitas ristek industri yang rendah di Indonesia disebabkan belum teciptanya umpan balik positif antara komponen teknologi dengan ekonomi dalam model administrasi telmo-ekonomi. Mekanisme umpan balik merupakan interaksi dinamis antara unsur-unsur: ristek industri, kinerja industri, efisiensi industri, somber teknologi, kebijakan dan iklim persaingan. Dua unsur yaitu kebijakan dan iklim persaingan yang belum mendukung, mempengaruhi lemahnya mekanisme umpan balik dalam model tersebut.
Kedua, sumbangan ilmiah yaitu : i) Model Dinamika Administrasi Tekno-Ekonomi, yang telah dapat menerangkan dan meramalkan pola, struktur, perilaku, dan kecendrungan ristek industri dalam jangka panjang, menyumbang kepada ilmu administrasi umumnya, evaluasi kebijakan publik khususnya; ii) Model Efisiensi Dinamis Total memperkaya teori efisiensi dalam lini ekonomi, dan; iii) penerapan Metode sistem Dinamis dalam evaluasi kebijakan telah menambah perbendabaraan metodologi ilmu administrasi di Indonesia.
Ketiga, sumbangan nyata untuk percepatan intensitas ristek industri yaitu kebijakan fungsional dan kebijakan penyesuaian struktur tekno-ekonomi. Kebijakan fungsional yang disarankan adalah: i)kebijakan pemanfaatan sistem nansfotmasi industri yang sudah ada untuk memupuk kemampuan teknologi industri; ii) kebijakan Industn untuk pemupukan basis kemampuan industri melalui pemberian rangsangan investasi modal, tenaga kerja, dan teknologi impor seiring dengan pengurangan proteksi secara bertabap. Kebijakan penyesuaian struktur yang disarankan adalah: i) Kebijakan Kemitraan Ristek untuk peningkatkan skala dan mute kemitraan ristek pemerintah-industri dengan koordinasikan dan pengelolaan oleh konsorsiunt lorganisasi industri, setta pemantapan struktur keterkaitan jenis ristek kemitraan dalam suatu pohon ristek komersial yang berorientasi ristek proses; ii) Kebijakan rancangan ulang kelembagaan ristek di Indonesia merupakan kebijakan terobosan untuk stimulasi intensitas ristek industri dalam jangka panjang.
Implikasi kebijakan adalah pentingnya strategi pembangunan industri berorientasi ke dalam (in-sourcing) melalui inovasi teknologi berbasis ristek untuk pembentukan kompetensi inti (core competence), sebagai pelengkap kelemahan strategi pembangunan berorientasi ke luar (out-sourcing) =fatal impor modal dan telatologi, untuk mengurangi ketergantungan pada pihak asing yang rentan terhadap gejolak ekonomi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
D34
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreo Wahyudi Atmoko
"ABSTRAK
Lingkungan bisnis berubah semakin kompleks, dinamis, menghujamkan informasi tanpa jeda pada organisasi. Masalah organisasi mencuat manakala informasi yang dihadapi berbeda dari pengalaman yang telah dimiliki. Konsekuensinya, organisasi yang mampu memaknai dan menginterpretasikan lingkungan (sensemaking), membangun Simpulan pertama, karakteristik knowing organization menunjukkan: (a) sensemaking mengakar pada identitas organisasi yang terkonstruk melalui outward looking dan inward looking, (b) knowledge creating dipengaruhi strategi hasil sensemaking, dan (c) mode decision making berpola process ketika menjamin service delivery, bounded rational ketika terkait market positioning, dan political ketika proses knowledge sharing. Kedua, dinamika knowing organization bersifat (a) self-fulfilling prophecy dengan identitas organisasi sebagai leverage, dan (b) eksistensi ?paradox of belonging? terjadi dengan dampak overshoot & collapse akibat menguatnya learning itu sendiri. Sebagai early warning paradoks: (a) waktu adaptasi untuk yakin terhadap produk dan metode service delivery, dan (b) intensitas konflik nilai komunitas praktek: selling, consulting, dan product developing.
Penelitian menghasilkan sintesis, modifikasi teori, bahwa knowing organization terjadi jika informasi mengalir berpola feedback di antara aktivitas sensemaking, knowledge creating, dan decision making, dimana identitas organisasi menjadi sumber nilai anggota organisasi dalam bertindak sehingga keluaran dari setiap aktivitas menyajikan konteks dan sumber daya yang terinci untuk aktivitas yang lainnya, dan paradoks learning melekat di dalam dinamika knowing organization. Sebagai kajian akademis, implikasi penelitian ini yaitu pada: (a) modifikasi teori knowing organization, (b) teorisasi deskriptif-preskriptif untuk kajian organizational learning, (c) metode preskripsi dari konstruktivisme dalam kajian strategi organisasi, dan (d) disain mixed model research untuk ilmu administrasi bisnis dengan karakter applied science.

ABSTRACT
The greatly and dynamically changing business environment has continuously hammered the organization with abundant information. The problem of organization comes up when the information faced by is different from the experience on organization that someone has had. Consequently, the organization able to conceive and to interpret the environment (sensemaking) must construct the knowledge to overcome the problem and mobilize the knowledge and its skill (knowledge creating) that it can provide the organization with the detailed context for decision making in managing the organizational resources (decision making) required by an environmentally adaptive organization. This Choo?s proposition of knowing organization has led to the strong interest in understanding more deeply the phenomenon of the social construction process of knowing in a Human Resources management consultant organization under the case study of ?Daya Dimensi Indonesia?.
This research applies the design of the mixed model research combining both the qualitative and the quantitative approaches. The etnomethodology method qualitative approach is used to answer questions about the characteristics of knowing organization observed in an organization. The system dynamics method quantitative approach is used to answer questions about what the dynamic of knowing organization is like. The research is aimed at presenting the knowledge about: Firstly, the characteristics of the knowing Human Resources consultant management organization or the learning organization; and secondly, the dynamic or the structure of cause and effect relationship among the activities of sensemaking, knowledge creating and decision making, the possible paradox of knowing organization, the prescription for managing the effects of paradox.
The first conclusion, the characteristics of knowing organization shows (a) the sensemaking underlines the organization identity constructed through both the outward looking and inward looking, (b) the knowledge creating is influenced by the sensemaking strategy, (c) the decision making has the process mode when it guarantees the service delivery, the bounded rational mode when related to marketing positioning, and the political mode when during the knowledge sharing process. The second, the dynamic of knowing organization is characterized by its self-fulfilling prophecy with the organization identity as its leverage, (b) the extension of the ?paradox of belonging? with its overshoot and collapse effects caused by the increase of the learning itself. As an early warning paradox: (a) the adaptation time to convince with the product and the method of delivery service, (b) the conflict intensity of the community value practice: selling, consulting, and product developing.This research results in a synthesized, modified theory saying that knowing organization happens when the pattern of the flowing information shows feedback among the activities of sensemaking, knowledge creating and decision making in which the organization identity serves as the value source for the members of the organization in their taking actions so as to gain each activity output providing any other activities with the detailed context and resources and with the learning paradox embedded in the dynamic of knowing organization. As an academic study, the implication of this research is on: (a) the modified theory of knowing organization, (b) the theorized descriptive-prescriptive method for the organizational learning, the prescriptive method of constructivism in a case study of organizational strategy; and (d) the design of the mixed model research for business administration science characterized as an applied science."
Depok: 2009
D984
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suryani Sidik Motik
"ABSTRAK
Fenomena tutupnya perusahaan besar, menengah dan kecil di Indonesia
akibat ?krismon" hampir sama dengan temuan penelitian Arie de Geus di
Amerika Serikat. Hasil temuan De Geus mengenai banyaknya perusahaan yang
tutup yaitu karena ketidakmampuan beradaptasi secara cepat dengan
perubahan lingkungan yang terjadi. Lebih jauh De Geus juga menemukan
bahwa mayoritas perusahaan tutup sebeium menginjak usia 15 tahun.
Pokok perrnasalahan penelitian ini adalah keberadaan perusahaan
Indonesia yang tangguh, yang mampu bertahan lebih dari 30 tahun dan melewati
masa krisis moneter. Bagaimanakah dinamika perusahaan yang telah berusia
lebih dari tiga puluh tahun. Bagaimanakah tingkah Iaku keterkaitan antar-
komponen dinamika organisasi dan BSC, dan komponen mana yang berfungsi
menjadi pengungkit.
Atas dasar hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah menganalisis
bentuk model dinamika organisasi pembeiajaran; menganaiisis hubungan antar-
komponen dinamika organisasi pembelajaran; serta menganalisis komponen
yang berfungsi sebagai pengungkit.
Penelitian ini menggunakan kerangka teori dinamika organisasi dari
Grecco dan Rigaby, leaming organization dan balance score card (BSC). Teori
dinamika organisasi Grecco dan Rigsby menitikberatkan pada analisis organisasi
yang bersifat integrative dan holistic. Menurut Grecoo mengkaji organisasi berarti
menganalisis komponen organisasi yaitu strategi, desain dan budaya. Namun
teori Grecoo dan Rigsby ditentang-kaum posmo karena masih memasukkan
struktur birokrasi. Selain itu juga menurut post modem, teori yang dapat
memperkuat kemampuan organisasi bertahan terhadap lingkungannya adalah
learning organisasi. Menurut Marquadt kemampuan organisasi beradaptasi
dengan Iingkungan clitentukan oleh suprastruktur (SDM) dan infrastruktur (iklim
organisasi). Dengan memasukan learning kedalarn setiap komponen dinamika
organisasi, maka diharapkan permasalahan struktur menjadi terseiesaikan.
Keberhasilan teori leaming dibuktikan oleh Takeuchi dan Nonaka pada kasus
parusahaan di Jepang. Untuk mengetahui kinerja suatu organisasi, diperlukan
metode sistem pengukuran. Metode yang digunakan di penelitian ini sistem
erpadu dengan alat bantu balance score card.
Setelah memahami konsep dasar ketiga teori diatas, maka dengan
menggabungkan ketiga teori dalam penelitian ini diharapkan mampu mengkaji
masalah bisnis secara integratff dan holistlk. Selain itu juga penggabungan
ketiga teori ini merupakan kebaharuan dalam penelitian ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah soft system
methodology dengan analisa sistem dinamik. Adapun alat yang digunakan
adalah behavior over time (BOT), robustness test, dan sensitivity analysis.
Proposisi teoritis yang merupakan hubungan antar-komponen teori
dinamika organisasi yang learning dan komponen BSC diuji dalam penelitian
dengan menggunakan soft system methodology. Dari hasil uji tersebut didapat
komponen environmental change yang sebelumnya tidak terdapat pada
proposisi teori. Komponen ini sangat berpengaruh terhadap keberadaan
komponen dinarnika organisasi pembelajaran dan BSC. Environmental change
terbukti berpengaruh negatif terhadap struktur organisasi dan keuangan. Namun
environmental change mampu memfokuskan strategi perusahaan dan
memperkuat kompetensi inti.
Hasil uji robustness test (ketegaran) didapat bahwa, strategi organisasi
tegar jika change terjadi di tahun ke 7. Arlinya dibutuhkan waktu tujuh tahun
untuk memantapkan strategi baru
Base run dengan menggunakan parameter 0,005 didapat bahwa dalam 5
tahun kedepan, strategi organisasi dan leaming & growth mengalami kenaikan
Iamban dan mencapai puncaknya di tahun ke-5. Strategi yang bertambah fokus
ini berpengaruh positif (kenaikan) terhadap hampir seluruh komponen kecuali
struktur organisasi yang mengalami penurunan.
Hasil uji sensitivitas didapat bahwa pelanggan adalah faktor pengungkit.
Dengan intervensi pengurangan pelanggan sebesar 50%, didapat perubahan
yang signifikan. Penurunan pelanggan menyebabkan penurunan: proses bisnis
internal, leamlng and growth, dan straiegi organisasi. Kesimpulan clari uji
sentititas yaitu PT Astra harus memperhatikan komponen pelanggan dalam
setiap pengambilan kebijakan perusahaan jika perusahaan ingin tetap bertahan
dan berkembang."
2006
D806
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
L. Misbah (Lalu Misbah) Hidayat, 1948-
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena kelangkaan minyak solar di Indonesia dengan studi kasus di Jawa Timur. Distribusi minyak solar, menyimpan dinamika kompleksitas yang tinggi dengan adanya keterkaitan banyak faktor dan kepentingan. Sebagai mata rantai dalam sistem saluran distribusi fisik, Distributor mengutamakan volume dan waktu pasokan untuk persediaan guna menjaga kelancaran distribusi. Sedangkan faktor yang non fisik dari konsumen adalah faktor ketersediaan (availability),dan bagi penyeleweng adalah faktor keuntungan (profitability). Faktor-faktor tesebut akan menjadi dinamis dan menyebabkan kelangkaan bila faktor volume dan waktu pasok terganggu. Hal tersebut dianalisis dengan menggunakan dinamika sistem (system dynamics) dan QPID (qualitative politicised influence diagram) serta pilihan rasional (rational choice). Untuk memahami mental models ini digunakan gagasan teori pilihan rasional (rational choice theory) yang menjelaskan mengapa dinamika sistem distribusi minyak solar mudah berfluktuasi dan menimbulkan kepanikan masyarakat, penimbunan, pengoplosan, dan penyelundupan.
Fenomena kelangkaan minyak solar di Jawa Timur dapat dipahami melalui model dinamika sistem distribusi dan mental model para aktornya. Ada empat subsistem dalam dinamika sistem distribusinya yang digambarkan melalui causal loop diagram, yaitu: (1) Subsistem pengadaan dengan mental model menjaga keseimbangan antara pengadaan dan permintaan minyak solar; (2) Subsistem konsumsi dengan mental model menjaga ketersediaan dan menekan biaya bahan bakar minyak solar bagi dirinya; (3) Subsistem pengawasan dengan mental model mencari keuntungan melalui keseimbangan antara sanksi hukum dan keuntungan ekonomi yang bisa diperoleh; dan (4) Subsistem penyelewengan dengan mental model mencari keuntungan ekonomi semata.Selain faktor fisik dan non fisik tersebut, faktor penting lainnya yang ikut mendorong sistem distribusi menjadi semakin kompleks dan sulit dikendalikan, ialah disparitas harga beberapa jenis BBM bersubsidi, yaitu premium, solar, dan minyak tanah.
Secara simultan, faktor-faktor itu menjadi leverage dinamika sistem distribusi minyak solar. Artinya, ketika salah satu faktor tersebut berubah maka lima sub sistem akan berinteraksi dinamis sehingga memunculkan kejadian-kejadian seperti: harga minyak solar melambung, penegakan hukum melemah, pengoplosan meningkat, kolusi bertambah, dan menurunnya kegiatan produksi. Disertasi ini mengusulkan model solusi penanggulangan kelangkaan minyak solar dapat didasarkan pada skenario simulasi model solusi.

This study is aimed to understand the phenomenon of diesel fuel oil scarcity in Indonesia based on a case study in the East Java. The diesel fuel oil distribution conceals the high complexity of dynamics due to its connection to various factors and interests respectively. As the links within the channel system of physical distribution, the distributor pays his main attention to the volume and suplying time for the availability aimed at maintaining the distribution smoothness. In the meantime, non-physical factors in terms of consumers is the availability while for the embezzlers is the profitability. Those factors will become dynamics and will result in the scarcity if the volume factor as well as supplying time is hampered. Those factors are analyzed by means of system dynamics and QPID or quantitative politicized influence diagram and rational choice. To understand these mental models we make use of rational choice theory which explains on how the system dynamics of diesel fuel oil distribution might easily fluctuate and cause panics among the society, and will result in piling up, mixing up with other products and smuggling of the product itself.
The phenomenon of diesel fuel oil scarcity in the East Java is understandable through distributional model of system dinamics as well as mental model of the agents. There are four subsystems within the system dynamics of its distribution as described through the causal loop diagrams namely: (1) The subsystem of the availability with mental model which maintains the equilibrum between the availability and diesel fuel oil demand; (2) The subsystem of consumption with mental model which maintans the availability and suppresses the cost of diesel fuel oil for himself; (3) The subsystem of monitoring with mental model which tries to gain profit through the equilibrum between the legal sanction and the economic profit which might be gained; and (4) The subsystem of the embezzlement with the mental model which searches for merely the economic profit.Beside of the physical and non-physical factors, another important factor contributing to the more complicated system of distribution and more difficult condition to overcome is the price disparity among a number of subsidized fuel oils namely premium, diesel fuel oil, and kerosene.
Simultaneously, those factors become the leverage of system dynamics for diesel fuel oil distribution, which means that when one of those factors is changing, the other four subsystems will interact dynamically leading to the happening of various things such as follows: diesel fuel oil price will soar up, law enforcement will decline, the mixing of the oil with other products will be increasing, collusion will grow up, while production activities will decline. This dissertation proposes for the solution model aimed at overcoming the scarcity of diesel fuel oil based on the scenario simulation in order to develop a solution model."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
D981
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Susana Indriyati Caturiani
"Aktivitas migrasi tenaga kerja membawa peningkatan penghasilan, pendidikan pun sosial pada Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan keluarganya. Bagi negara, migrasi tenaga kerja menyumbang devisa dan menyediakan peluang kerja. Aktivitas ini juga meninggalkan persoalan yang berulang, pada masa pra-penempatan, penempatan maupun purna penempatan. Pemerintah, organisasi non pemerintah dan swasta menyatakan bahwa sumber persoalannya berada pada masa pra-penempatan. Penempatan TKI diselenggarakan oleh pemerintah pusat, daerah termasuk desa serta pihak swasta, diantaranya perusahaan jasa penempatan.
Penelitian ini dilaksanakan pada lingkup daerah asal yaitu Kabupaten Indramayu dan Cianjur, Provinsi Jawa Barat, bertujuan menelaah tata kelola pra-penempatan TKI yang berlangsung dan dalam inspirasi good enough governance meneroka tata kelola di kemudian hari. Informan dalam penelitian kualitatif ini meliputi pemerintah kabupaten, pemerintah desa, kelompok masyarakat yang peduli pada isu TKI, asosiasi perusahaan jasa penempatan dan Kantor Imigrasi. Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan sponsor/calo dan budayawan setempat. Data diperoleh dari wawancara, diskusi kelompok terarah (FGD) dan sumber sekunder.
Pra-penempatan TKI diurus oleh dinas tenaga kerja sebagai bagian tugasnya. Pada aspek peraturan, peraturan yang telah terbit ditingkat kabupaten maupun desa dan prinsip kehati-hatian, belum sepenuhnya dapat melindungi CTKI. Ketegasan yang diberlakukan dapat menyebakan mereka menempuh jalan yang tidak sesuai prosedur. Sponsor/calo yang biasanya amat dikenal oleh CTKI dan keluarganya berperan besar dalam kegiatan rekrutmen dan penyiapan dokumen CTKI.
Namun demikian, ada praktik-praktik baik yang telah berlangsung di lingkup desa maupun kabupaten meskipun belum sempurna. Praktik baik tersebut dapat menjadi titik awal memperbaiki tata kelola prapenempatan secara bertahap. Dengan demikian, pilihan prioritas perlu dilakukan yaitu sosialisasi, pengembangan komunitas serta pendidikan dan pelatihan. Perluasan pemangku kepentingan merupakan salah satu jalan agar upaya perbaikan berkesinambungan. Dengan demikian, prapenempatan bukan melulu pada urusan administrasi dokumen melainkan juga sosialisasi migrasi tenaga kerja yang aman hingga tumbuh masyarakat yang melek migrasi di daerah kantong TKI.
Good enough governance perlu menegaskan unsur kesinambungan dan daya tahan didalamnya.
Worker migration activities increase incomes, education and social status to Indonesian Migrant Workers (TKI) and their families. For the country, worker migration contributes to foreign exchange and provides employment opportunities. This activity also left problems that were repeated, in the pre-placement, placement and after-placement. The government, non-governmental organization and private placement company association state that the source of the problem is in the pre-placement period. The placement of migrant workers is carried out by the central government, regions and private parties.
This research was conducted in the area of origin, namely Indramayu and Cianjur Regencies, West Java Province, aimed at examining the pre-placement governance of migrant workers that took place and in inspiring good enough governance to explore governance in the future. Informants in this qualitative study included district governments, village governments, community groups concerned with the issue of migrant workers, associations of placement companies and the Immigration Office. In addition, interviews were also conducted with brokers and local cultural figures. Data obtained from interviews, focus group discussions (FGD) and secondary sources.
Pre-placement of migrant workers is managed by the labor department as part of their duties. In terms of regulations, regulations that have been issued at the district and village levels and the precautionary principle, have not been able to fully protect prospective migrant workers. Assertiveness can cause them to take ways that are not in accordance with procedures. Sponsors brokers who are usually well known by prospective migrant workers and their families play a major role in the recruitment and preparation of their documents.
However, there are good practices that have taken place in both the village and district spheres, although not yet perfect. These good practices can be a starting point for gradually improving pre-placement governance. Thus, priority choices need to be made, namely socialization, community development and education and training. The expansion of stakeholders is one way for continuous improvement efforts. Thus, pre-placement is not only about the administration of documents but also the socialization of safe worker migration to the growth of people who are literate of migration in migrant worker enclaves.
Good enough governance needs to emphasize the element of sustainability and endurance in it."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Sarwoko
"Berfungsinya peran kelompok manajer dalam pengelolaan organisasi dapat meningkatkan produktifitas. Namun, fungsi tersebut juga menghadirkan fenomena hubungan antara prinsipal dan agen, dimana ada perbedaan kepentingan antara pemilik dan pengelola organisasi yang kemudian menciptakan agency problem, karena pada dasarnya agen memiliki kepentingan sendiri. Di sinilah peran kontrol sebagai penekan agency problem dibutuhkan. Berangkat dari sini penelitian ini bertujuan untuk memahami mekanisme kontrol dan perilaku rasional agen yaitu dalam praktek pemilihan rektor, praktek pelaporan keuangan, dan praktek kompensasi.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami mekanisme kontrol dan karakteristik perilaku rasional agen di Perguruan Tinggi Muhammadiyah Jakarta. Peneliti merupakan instrumen utama dengan wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan datanya. Teknik analisis data dilakukan dengan mengikuti kaidah Miles dan Huberman.
Penelitian menyimpulkan: 1) norma dan nilai-nilai budaya nampak lebih menonjol daripada nilai ekonomi dalam mekanisme kontrol. Norma dan nilai-nilai organisasi telah membatasi perilaku dan menjastifikasi sanksi perilaku apapun yang tidak sesuai di dalam sistem. Terjadi adanya komitmen dan sosialisasi yang relatif tinggi pada sistem dari anggota-anggota organisasi yang secara terus menerus mengorbankan beberapa atau semua kepentingan pribadi untuk menjadi anggota Muhammadiyah; 2) Rasionalitas yang terbangun dalam organisasi merupakan bentuk dari konstruksi mental agen yang didasarkan pada pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik.
Tradisi nilai-nilai Muhammadiyah yang dikembangkan oleh Ahmad Dahlan telah menjadi sumber rasionalisasi tindakan agen terutama dalam mendapatkan legitimasi dari lingkungan. Sekali lagi, norma dan nilai tidak semata digunakan oleh manajemen untuk secara ekslusif mengurangi masalah agensi; tetapi lebih digunakan sebagai alat simbolis, dalam pengertian yaitu menanggapi keinginan organisasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah Jakarta untuk meniru praktek-praktek perguruan tinggi lain Muhammadiyah. Sekalipun peniruan ini tidak menghasilkan efisiensi yang lebih baik, perusahaan menggunakan alat simbolis ini sebagai bagian untuk mendapatkan penerimaan dari lingkungan sesuai konteks sosial.
Sebagai saran praktis, pengendalian organisasi tidak cukup mendasarkan pada mekanisme kontrol administratif dan akuntansi, namun perlu memperhatikan juga peran kontrol rules dan rasionalitas mimetik sebagai sarana pengendalian tindakan agen. Isomorphisme mimetik dapat menjadi kapital atau aset besar organisasi yang dimiliki oleh Muhammadiyah.

Functioning of the role of group manager in the management of the organization can improve productivity. However, the function is also a phenomena in the relationship between principals and agents, where there is a divergence of interests between owners and managers of organizations who then created the agency problem, because basically the agent has his own interests. This is where the role of control is needed to suppress agency problems. Departure from this idea, the research aim is understanding the mechanisms of control and rational behavior of agents in the practices of elections, financial reporting, and compensation.
The qualitative approach is used to understand the control mechanism and the characteristics of rational behavior of agents on Colleges of Muhammadiyah in Jakarta. The researcher is the main instrument with in-depth interviews as data collection techniques. Engineering data analysis follows the rules engineered by Miles and Huberman.
The study concludes: 1) the norms and cultural values appear to be more prominent than economic value in the control mechanism. Norms and values restrict the organization's behavior and justify the sanction for any inappropriate behavior in the system. Lack of commitment and socialization occur relatively high on the system of organization members who continually give up some or all personal interests to become a member of Muhammadiyah; 2) The rationality that is developed within the organization is a form of mental construction agent based on social experience, character local and specific. Muhammadiyah values tradition developed by Ahmad Dahlan have become the source of agent, especially in the rationalization measures gain legitimacy from the environment. Once again, the norms and values not only used by management to be exclusively reduce agency problems, but rather used as a symbolic tool, in the sense that the organization wishes to respond to Colleges of Muhammadiyah in Jakarta to imitate the practices of other universities of Muhammadiyah. Although imitation does not produce better efficiencies, organizations are using this as part of a symbolic tool to gain acceptance from the environment to social context.
As a practical suggestion, the control of the organization is not enough to rely on administrative controls and accounting mechanisms, but needs to consider also the role of rules and rationality mimetik control as a means of controlling the action of agents. Isomorphisme mimetik can be a great asset to capital owned by the Muhammadiyah organization."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
D1283
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurudin
"Disertasi menguraikan tentang implementasi kebijakan pendidikan agama di Sekolah Katolik Kota Blitar ditinjau dari aspek Content of Policy, Context of Implementation, aspek kegagalan, dan dampak kegagalan implementasi kebijakan. Penelitian menggunakan paradigma postpositivisme, dengan metode kualitatif dan tipe deskriptif.
Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan: Pertama, aspek content of policy menunjukkan bahwa rumusan kebijakan pendidikan agama dinilai tidak mewakili agregasi kepentingan kelompok sasaran, sehingga mengalami kegagalan dalam implementasi. Kedua, aspek context of implementation menunjukkan bahwa implementasi kebijakan pendidikan agama tidak semata proses administrasi, namun dipengaruhi oleh 'interpenetrasi’ faktor politik dan nilai ideologi keagamaan. Ketiga, kegagalan implementasi kebijakan pendidikan agama disebabkan oleh adanya penolakan halus secara sistemik (sistemic subtle rejection), pendiaman pemegang kebijakan terhadap kendala implementasi (government silent on implementation gap), dan tidak adanya evaluasi terhadap kendala implementasi. Keempat, dampak kegagalan implementasi kebijakan pendidikan agama meliputi dampak pembelajaran, dampak psikologis dan dampak substansi nilai keagamaan.
Implikasi teoritik penelitian ini adalah bahwa nilai ideologi keagamaan (ideological values) merupakan faktor determinan dalam keseluruhan proses kebijakan publik semenjak formulasi, implementasi dan evaluasi. Konteks Indonesia, pada kasus dalam penelitian, ketaatan kepada agama lebih besar daripada ketaatan terhadap kebijakan negara. Nilai ideologi dalam hal implementasi kebijakan selama ini lebih menekankan pada dimensi ideologi politik. Sehingga ideologi dalam konteks keagamaan menjadi ruang koreksi bagi teori implementasi kebijakan.
Berkaitan dengan temuan penelitian, maka sebuah proses implementasi kebijakan memerlukan langkah-langkah. Pertama, optimalisasi sosialisasi isi kebijakan dengan harapan terjadi peningkatan respon masyarakat (citizens partisipation), baik dalam pemahaman rumusan kebijakan maupun partisipasi dalam implementasi sehingga agregasi kepentingan masyarakat maupun nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat terakomodir dalam sebuah proses kebijakan; Kedua, Implementasi kebijakan publik perlu mempertimbangkan pola hubungan struktural antar instansi (the structure of intergovermental relation) agar tidak terjadi konflik kewenangan. Ketiga, Implementasi kebijakan perlu merumuskan strategi pencapaian tujuan sesuai dengan karakteristik lingkungan implementasi dengan pola sintesis yaitu gabungan pendekatan top-down dan bottom up dan melakukan evaluasi dalam setiap tahapan kebijakan.

The dissertation describes the implementation of religious education policy in Catholic schools Blitar review of aspects: Content of Policy, Context of Implementation, aspect failure, and the impact of the failure of policy implementation. This research using postpositivisme paradigm, the qualitative and descriptive methods.
The research produce some finding: First, aspects of the content of the policy indicates that the religious education policy formulation is not considered to represent the interests of the target group aggregation, so that a failure in implementation. Second, aspects of the context of implementation indicate that the implementation of the policy of religious education is not only the administrative process, but were influenced by the 'interpenetration' political factors and the value of religious ideology. Third, religious education policy implementation failure caused by subtle rejection systemically (systemic subtle rejection), the standing of the constraints of implementation of the policy holder (government silent on implementation gap), and the absence of an evaluation of the implementation constraints. Fourth, the impact of policy implementation failure religious education includes learning impact, psychological impact and effects of the substance of religious values.
Theoretical implication of this study is that the value of religious ideology (ideological values) is a determinant factor in the whole process of public policy since the formulation, implementation and evaluation. The case study of Indonesian context, adherence to religion is greater than adherence to state policy. Value of ideology in terms of policy implementation has been more emphasis on the dimension of political ideology. So the ideology in religious context become a space correction to the theory of policy implementation.
In connection with the research findings, a process of policy implementation requires some steps. First, the optimization of content dissemination policy in the hope of an increase in the response community (citizens partisipation), both in understanding participation in policy formulation and implementation so that the aggregation of the interests of society and the values that flourish in a society accommodated in the policy process; Third, policy implementation need to formulate strategies to achieve goals in accordance with the implementation of the environmental characteristics of the pattern of synthesis of a combined top-down and bottom-up evaluation in all stages of policy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Theresia
"Perguruan tinggi adalah organisasi yang kompleks, beroperasi di lingkungan yang beragam dan selalu berubah. Oleh sebab itu, perguruan tinggi perlu untuk memperhatikan sistem pengelolaan lembaganya, berpikir lebih strategis, mengubah wawasan ke strategi jangka panjang yang efektif, dan memiliki dasar penting dalam penerapan dan pelaksanaan strategi yang dipilih.
Pengukuran kinerja sangat dibutuhkan untuk mengetahui efektifitas pengelolaan sebuah organisasi. Pengembangan sistem pengukuran kinerja harus dimulai dari apa yang dianggap penting untuk mengukur kinerjanya, yang lebih ditentukan oleh logika dominan organisasi, daripada template yang tidak familiar yang ditentukan oleh sumber lain. Balanced Scorecard dapat menjadi representasi penting dari logika dominan organisasi, sehingga dapat dianggap sebagai alat utama pengontrolan dan pembelajaran strategi.
Penelitian ini bertujuan mengukur kinerja ITI, guna mengetahui efektifitas kinerja pada periode pengukuran. Penelitian ini juga bertujuan untuk dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi (leverage factors) kinerja ITI, dan mengetahui strategi yang memungkinkan ITI memperbaiki kinerjanya lima tahun kedepan. Model Balanced Scorecard berbasis Sistem Dinamis digunakan untuk memahami kompleksitas kedinamisan dalam hubungan sebab akibat diantara indikator kinerja pengukuran.
Penelitian ini menemukan bahwa efektifitas kinerja ITI dengan 4 perspektif dan 19 indikator pada periode pengukuran 2010 sampai 2012 sejauh ini efektif karena kekuatan inward looking. Secara umum hal ini disebabkan faktor utamanya yaitu kepuasan kerja. Namun kedepan determinan tersebut tidak cukup.
ITI harus memperhatikan unsur outward looking agar memiliki kinerja yang lebih efektif. Pengukuran kinerja ITI pada periode pengukuran memberi penekanan pada unsur reinforcing, sedangkan kinerja ITI pada periode lima tahun kedepan harus memberi penekanan pada unsur balancing. Hal ini disebabkan karena sistem pada periode pengukuran kinerja sudah mulai tunak (stagnan).
Hasil simulasi menunjukkan untuk jangka panjang ITI perlu mengurangi unsur yang membatasi pertumbuhan (limit to growth), yang bersumber dari internal. Hasil penelitian ini mengusulkan dua buah strategi guna meningkatkan kinerja ITI untuk lima tahun kedepan. Strategi pertama adalah meningkatkan kepuasan pelanggan. Strategi kedua adalah pengembangan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan institusi.

College is a complex organization which operates an everchanging environment. Therefore, college have the need of paying good attention to its management system, strategic thinking, converting knowledge to effective long term strategy and creating foundation to implement the strategy being chosen.
Performance measurement is urgently needed to find out the effectiveness of an organization. The development of performance measurement system needs to start off from what is considered important for performance measurement which is determined more by organization?s dominant logic than unfamiliar template created by other sources. Balanced Scorecard can be positioned as an important representation of organization?s dominant logic. Therefore, it can be regarded as a main controlling and strategic learning device.
This research is aimed to measure the performance of ITI in order to recognize performance effectiveness in the period of measurement. This research is also aimed to find out the leveraging factors that affected the performance of ITI. Dynamic System-based Balanced Scorecard Model is utilized to understand the dynamic complexity in a causal relationship between performance measuring factors.
This research finds out that the performance measurement of ITI through four perspectives and 19 indicators from 2010 through 2012 is effective due to the inward looking strength. In general this is caused by work satisfaction as the main factor. Due to the insufficiency of the determinant in the future, ITI has to focus on outward looking elements in order to possess a performance of higher effectiveness. ITI performance measurement during the measurement period stresses on the reinforcing factors, on the other hand ITI performance within the next five year ought to focus on the balancing factors. This is due to the stagnancy of the performance measurement system.
The simulation result shows that in the long run ITI needs to reduce internal factors that limit its growth. The result of this research recommended two strategies to improve the performance of ITI in the next five years. The first strategy is increasing customer satisfaction. The second strategy would be the development of human resource according to the need of institution.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
D2110
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asih Setiawati
"ABSTRAK
Penelitian ini adalah tentang sumber daya manusia peneliti lembaga
penelitian dan pengembangan pemerintah di Indonesia, yang menemui tantangan
kondisi keluaran litbang yang minim menyentuh pasar. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis pengembangan SDM peneliti masa depan yang tepat.
Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivisme dengan metode
pengumpulan data kualitatif. Temuan penelitian menunjukkan bahwa lembaga
litbang memiliki kesadaran yang baik terhadap konsep pengembangan SDM
dengan memberikan kesempatan peneliti untuk belajar. Namun, dari hasil
penelitian ini, terbukti lembaga litbang tidak di jalur yang tepat dalam melakukaan
pengembangan SDM, yang meliputi pelatihan dan pengembangan, pengembangan
karir dan pengembangan organisasi. Penelitian ini merekomendasikan perlunya
dibentuk pimpinan (leader) baik sebagai ketua program/ ketua kelompok sebagai
tim perubahan serta suatu kerangka pengembangan SDM yang terintegrasi yang
mencakup aspek-aspek pengembangan individu, karir, dan organisasi yang
dilaksanakan secara teliti menggunakan tahapan mulai dari analisis, desain,
implementasi, dan akhirnya evaluasi. Penelitian ini juga berkontribusi secara
teoritis dengan menunjukkan adanya perubahan metode pengembangan SDM
khas lembaga litbang, perlunya analisis kebutuhan pelatihan dan pengembangan
teridentifikasi bahwa sebelum melakukan analisis pelatihan dan pengembangan
diperlukan terlebih dahulu rekam jejak masing-masing peneliti, bisnis dengan
berbagai database serta adanya aktivitas pengembangan dan evaluasi sebagai
masukan kepada tim perubahan dalam teori pengembangan SDM yang telah ada.
Studi ini mengusulkan langkah-langkah proses pengembangan SDM yang cocok
untuk kebutuhan lingkungan lembaga penelitian dan pengembangan berdasarkan
pendapat yang disampaikan beberapa pakar dan berdasarkan teori pengembangan
SDM.

ABSTRACT
This study focuses on researcher human resources of government research
and development institutions in Indonesia, who are facing the issues of low
research and development outputs and minimum impacts to the market.
Employing post-positivism paradigm and qualitative data collection method, it
aims to examine the ideal development of future researcher HRs. The findings
indicate that the research and development institutions had good awareness of the
concept of human resource development, giving opportunities for researchers to
learn. However, it is also revealed that the institutions were not on the right track
in developing human resources, which includes trainings and development, and
career and organization development. This research recommends the
establishment of leader (management), both as the head of the program/team that
acts as a team of change and a framework of integrated human resource
development, comprising individual development aspects, career, and
organizations accurately implemented using particular stages from analysis,
design, implementation and evaluation. Theoretically, this research also indicates
the change of method of human resource development which commonly
characterizes research and development institutions, the need to conduct needs
analysis of training and development. It has been identified that prior to the
analysis of training and development, track records of researchers, businesses
with their databases, and activities of development and evaluation are needed as
feedback for the team of change in the available human resource development
theory"
2016
D2197
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>