Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jensen, Margaret Duncan, 1921-
St Louis: C.V Mosby company, 1981
618.2 JEN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Nurul Aziziah
Abstrak :
Latar belakang: Periodontitis kronis merupakan jenis penyakit periodontal yang umum ditemukan pada orang dewasa, dengan prevalensi mencapai angka 74,1% di Indonesia menurut Riskesdas 2018. Tantangan utama pada perawatan periodontitis adalah waktu dan ketepatan dari diagnosis. Periodontitis kronis tidak menyebabkan timbulnya rasa sakit, sehingga pasien sering tidak mencari perawatan untuk penyakit tersebut. Menurut penelitian Grover et al. (2013), keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang datang untuk perawatan gigi dan mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu keluhan utama yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal, berkaitan dengan estetik, serta berkaitan dengan kegawatdaruratan pada gigi dan mulut. Melalui penelusuran berbagai penelitian, ditemukan berbagai macam keluhan utama pada pasien dengan periodontitis kronis dengan proporsi yang berbeda-beda, dan belum pernah dilakukan studi serupa di Indonesia. Tujuan: Mendapatkan distribusi keluhan utama pada pasien periodontitis kronis di RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deksriptif untuk distribusi keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang didapat dari data sekunder berupa 588 rekam medis RSKGM FKG UI dalam rentang tahun kunjungan 2016 - 2018. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat menggunakan SPSS untuk menggambarkan distribusi. Hasil: Secara umum, keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang paling sering ditemukan adalah keluhan utama yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal (39,8%), diikuti dengan keluhan utama yang berkaitan dengan estetik (39,1%), dan keluhan utama yang berkaitan dengan kegawatdaruratan pada gigi dan mulut (0,9%). Ditemukan kelompok keluhan utama lainnya sebesar 20,2% yang sebagian besar meliputi rujukan (6,8%) dan sakit gigi (5,6%). Pada jenis kelamin laki-laki, keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal (20,2%), sedangkan pada jenis kelamin perempuan adalah keluhan yang berkaitan dengan estetik (21,6%). Pada kelompok usia remaja awal, lansia awal, dan lansia akhir, paling sering ditemukan keluhan utama yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal, dan pada kelompok usia remaja akhir, dewasa awal, dan dewasa akhir, paling sering ditemukan keluhan utama yang berkaitan dengan estetik. Kesimpulan: Terdapat gambaran distribusi keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang berbeda menurut usia dan jenis kelamin. Keluhan berkaitan dengan gejala penyakit periodontal paling sering ditemukan pada laki-laki, serta pada kelompok usia remaja awal dan lansia, sedangkan keluhan berkaitan dengan estetik paling sering ditemukan pada perempuan, serta pada kelompok usia remaja akhir dan dewasa. Keluhan berkaitan dengan kegawatdaruratan ditemukan di beberapa kelompok usia dan kedua jenis kelamin. ......Background: Chronic periodontitis is one of the common periodontal diseases found on adults. The prevalence of chronic periodontitis in Indonesia is 74,1% according to Indonesian Health Survey 2018. The main challenge on treating chronic periodontitis is a proper time of diagnosis. Chronic periodontitis is a painless disease and is often undiagnosed until it has reached moderate to advanced stage, and many patients rarely seek care. A research by Grover et al. describes the common chief complaint in chronic periodontitis patients based on three major groups; periodontitis symptoms related, esthetic related, and dental emergency related. Other researches describe different distribution on patients’ chief complaints, and currently there are no similar research in Indonesia. Objectives: To describe the distribution of chief complaints in patients with chronic periodontitis in RSKGM FKG UI. Methods: A descriptive study using secondary data from 588 periodontal medical records of chronic periodontitis subjects in RSKGM FKG UI throughout 2016 - 2018. Result: The highest distribution of chief complaint found in patients with chronic periodontitis is periodontitis symptoms related (39,8%), followed by esthetic related (39,1%), and dental emergency (0,9%). Patients with other chief complaints (20,2%) found mainly came through referral (6,8%) and pain (5,6%). In male, the common chief complaint found is periodontitis symptoms related (20,2%), while in female is esthetic related (21,6%). According to age, periodontitis symptoms related complaints were mainly found in early adolescents and elderly, while esthetic related complaints were mainly found in late adolescents and adults. Conclusion: There are different distributions of chief complaint in patients with chronic periodontitis according to gender and age. Periodontitis symptoms related complaints were mainly found in males, and found in early adolescents or elderly. Esthetic related complaints were mainly found in females, and found in late adolescents and adult. Dental emergency related complaints were found in various age group and both genders equally.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahratul Umami Annisa
Abstrak :
Latar Belakang: Poket periodontal merupakan karakteristik periodontitis. Scaling dan root planing merupakan standar emas untuk perawatan periodontitis. Antimikroba lokal tambahan direkomendasikan pada pasien dengan kedalaman probing ≥5 mm. Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas klorheksidin dibandingkan dengan antimikroba lokal lainnya pada periodontitis. Metode: Pencarian dilakukan dengan menggunakan panduan Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta Analysis (PRISMA). Meta-analisis dilakukan pada studi yang memenuhi kriteria inklusi setelah penilaian risiko bias. Hasil: Meta-analisis antara chip klorheksidin dan antimikroba lain menunjukkan perbedaan rata-rata kedalaman probing setelah satu bulan sebesar 0,58 mm (p<0,00001) sedangkan setelah tiga bulan perbedaan rata-rata kedalaman probing adalah 0,50 mm (p=0,001), indeks plak 0,01 (p=0,94) dan indeks gingiva -0,11 mm (p=0,02). Antara gel chlorhexidine dan antimikroba lainnya menunjukkan perbedaan rata-rata kedalaman probing 0,40 mm (p=0,30), indeks plak 0,20 mm (p=0,0008) dan indeks gingiva -0,04 mm (p=0,83) setelah satu bulan. Kesimpulan: Chip klorheksidin lebih efektif pada indeks gingiva dibandingkan antimikroba lainnya setelah tiga bulan. Antimikroba lainnya lebih efektif daripada chip klorheksidin pada kedalaman probing setelah satu dan tiga bulan, dan dari gel klorheksidin pada indeks plak setelah satu bulan. ......Background: Periodontal pockets are characteristic of periodontitis. Scaling and root planing is the gold standard for periodontitis treatment. Additional local antimicrobials are recommended in patients with a probing depth of ≥5 mm. Objective: To determine the effectiveness of chlorhexidine compared to other local antimicrobials in periodontitis. Method: Searches were conducted using the Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta Analysis (PRISMA) guidelines. Meta-analysis was performed on studies that met inclusion criteria after risk of bias assessment. Results: Meta-analysis between chlorhexidine chips and other antimicrobials showed a mean difference in probing depth after one month of 0.58 mm (p<0.00001) whereas after three months the mean difference in probing depth was 0.50 mm (p=0.001), index plaque 0.01 (p=0.94) and gingival index -0.11 mm (p=0.02). Between chlorhexidine gel and other antimicrobials showed a mean difference in probing depth of 0.40 mm (p=0.30), plaque index of 0.20 mm (p=0.0008) and gingival index of -0.04 mm (p=0.83) after one month. Conclusion: Chlorhexidine chips were more effective on the gingival index than other antimicrobials after three months. The other antimicrobials were more effective than chlorhexidine chips on probing depth after one and three months, and than chlorhexidine gels on plaque index after one month.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aysha Azzahra Bachmimsyah
Abstrak :
Latar Belakang: Prevalansi penyakit periodontitis di Indonesia tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan berbagai penyakit gigi dan mulut lainnya. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, prevalansi periodontitis prevalansinya mencapai 74,1% pada tahun 2018. Beban ekonomi dari biaya perawatan periodontitis mencapai hingga 812 milyar rupiah secara global. Negara lain seperti negara Eropa dan Malaysia telah memiliki analisis biaya perawatan periodontitis yang dibutuhkan untuk menanggulangi prevalansi periodontitis. Peneliti tertarik untuk melakukan analisis biaya perawatan periodontitis stage I-IV pada penelitian ini dikarenakan Indonesia sendiri belum memiliki data tersebut. Tujuan: Untuk mendapatkan perkiraan biaya perawatan periodontitis yang dihitung berdasarkan perubahan status periodontal (Indeks Plak (IP), Papillary Bleeding Index (PBI), Indeks Kalkulus (IK)) setelah perawatan. Metode: Dari 210 rekam medik yang diambil dari Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI periode April 2020 - Juli 2022, terdapat 64 rekam medik yang dianalisis. Pendekatan deskriptif dan observasional analitik dibuat dan diolah dengan analisis univariat dan bivariat dengan SPSS 26.0. Dilakukan pengambilan data diantaranya adalah biaya perawatan periodontitis dan perubahan skor status periodontal pada variabel IP, PBI, dan IK. Hasil: Biaya perawatan periodontitis stage I-IV berhasil diperoleh, namun biaya perawatan tersebut tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perubahan variabel IP, PBI, dan IK. Perubahan variabel IP, PBI, dan IK juga tidak memiliki hubungan signifikan dengan jumlah kunjungan. Kesimpulan: Didapatkan analisis biaya perawatan berdasarkan stage I-IV dan sekuens perawatan, serta hasil analisis hubungan antara biaya perawatan dengan perubahan variabel IP, PBI, dan IK dan jumlah kunjungan. ......Background: The prevalence of periodontitis in Indonesia is relatively higher compared to various other oral and dental diseases. According to data from the Ministry of Health, the prevalence of periodontitis reached 74.1% in 2018. The economic burden of periodontitis treatment globally amounted to 812 billion rupiah. Other countries, such as those in Europe and Malaysia, have conducted cost analyses of periodontitis treatment to solve its prevalence. Authors of this study are interested in conducting a cost analysis of periodontitis treatment stages I-IV in this study since Indonesia itself lacks such data. Objective: To estimate the cost of periodontitis treatment calculated based on changes in periodontal status (Plaque Index (PI), Papillary Bleeding Index (PBI) and Calculus Index (CI)) after treatment and number of visits. Method: Out of 210 medical records collected from the Periodontology Clinic at Dental and Oral Health Hospital (RSKGM) of Dentistry University of Indonesia during the period of April 2020 to July 2022, 64 medical records were analyzed. A descriptive and analytical observational approach was employed and processed using univariate and bivariate analysis with SPSS 26.0. Data collection included the cost of periodontitis treatment and changes in periodontal status scores for the PI, PBI and CI variables. Results: The cost of periodontitis treatment stages I-IV was successfully obtained; however, these treatment costs did not show a significant relationship with changes in variables PI, PBI and CI. Neither that the changes of PI, \PBI and CI showed a significant relationship with number of visits. Conclusion: An analysis of treatment costs based on stages I-IV and treatment sequences was obtained, along with the results of the analysis of the relationship between treatment costs and changes in variables PI, PBI and CI and number of visits.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Jesson
Abstrak :
Latar Belakang: Gigi dengan kerusakan periodontal yang berat akan mengakibatkan peningkatan pada mobilitas gigi. Hal itu menjadi indikasi untuk perawatan splin. Penelitian mengenai distribusi status periodontal pada pasien periodontitis dengan terapi temporary periodontal splint belum pernah dilakukan terutama di Indonesia. Tujuan Penelitian: Mendapatkan distribusi status periodontal gigi pada pasien periodontitis dengan perawatan temporary periodontal splint. Metode: Penelitian deskriptif retrospektif menggunakan data sekunder dari 47 rekam medik dari pasien dengan terapi temporary periodontal splint di klinik Periodonsia RSKGM FKG UI periode 2018-2020. Hasil: Perawatan temporary periodontal splint paling banyak dilakukan pada Regio gigi anterior mandibular (49,8%). Mayoritas mobilitas gigi adalah mobilitas derajat 2 (49,2%).  Mayoritas derajat kerusakan tulang adalah kerusakan hingga 1/3 tengah (49,2%) dengan pola kerusakan terbanyak pola horizontal (62,8%). Kehilangan perlekatan klinis terbanyak adalah buruk (76,8%). Uji-T Berpasangan menunjukan adanya perbedaan bermakna antara indeks plak sebelum dan sesudah 1 minggu perawatan (p<0,05) dengan rerata sesudah 1 minggu lebih rendah dibanding sebelum perawatan. Kesimpulan: Perawatan temporary periodontal splint paling sering dilakukan pada gigi dengan derajat mobilitas 2, kerusakan tulang mencapai 1/3 tengah akar, dan kehilangan perlekatan klinis buruk. Perawatan paling banyak dilakukan pada gigi anterior mandibula. Terdapat perbedaan bermakna antara indeks plak sebelum dan sesudah 1 minggu perawatan dengan indeks plak sesudah mengalami penurunan. ......Background: Tooth with severe periodontal damage will result in an increase in tooth mobility. This tooth will be splint to prevent further damage. There has been no research on the distribution of periodontal status in periodontitis patient who were treated with temporary periodontal splint in Indonesia. >Objective: Determine the distribution of periodontal status of tooth with periodontitis who were treated with temporary periodontal splints. Method: This retrospective descriptive study was conducted using 47 periodontal medical record patient who were treated with temporary periodontal splints in RSKGM FKG UI Periodontia clinic period of 2018-2020. Result: Temporary periodontal splint treatment was mostly performed on the anterior mandible (49,8%). The majority mobility of the tooth are grade 2 mobility (49,2%). Majority degree of bone damage is damage up to middle 1/3 (49.2%) with the most damage pattern is horizontal pattern (62.8%). Most of the clinical attachment loss is poor (76,8%). Dependent T-test result showed that there is a significant difference (p<0,05) between plaque index before and after 1 week of treatment with the mean after 1 week of treatment lower than before treatment. Conclusion: Temporary periodontal splint treatment is most often performed on teeth with mobility grade 2, bone damage reaching the middle 1/3 of the root, and poor clinical attachment loss. Treatment is mostly done on mandibular anterior teeth. There is a significant difference between the plaque index before and after 1 week of treatment with the plaque index after 1 week decreased.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Sania
Abstrak :
Latar belakang: Prevalensi penyakit periodontal baik pada negara maju maupun negara berkembang sekitar 20-50% dari seluruh populasi global. Perawatan periodontal berupa pembersihan karang gigi atau scaling merupakan salah satu perawatan periodontal yang efektif sebagai upaya preventif untuk mencegah penyakit periodontal Selama pandemi COVID-19, terjadi penurunan kepedulian pasien terhadap kesehatan gigi dan mulut dan rutinitas untuk melakukan perawatan dental, termasuk perawatan periodontal berupa scaling. Tujuan: Mendapatkan persepsi Mahasiswa UI mengenai perawatan periodontal berupa scaling pada pandemi COVID-19. Metode: Studi analisis potong lintang pada Mahasiswa Universitas Indonesia Angkatan 2018, dengan menggunakan kuisioner melalui Google Form. Hasil: Sebanyak 473 responden yang mengisi kuisioner. Terdapat perbedaan pengetahuan mengenai penyakit periodontal dan COVID-19 berdasaarkan jenis kelamin dan rumpun ilmu, serta perbedaan persepsi mengenai kunjungan ke dokter gigi untuk perawatan scaling sebelum pandemi dan selama pandemi COVID-19. Kesimpulan: Pengetahuan mengenai penyakit periodontal dan COVID-19 pada mahasiswa perempuan lebih tinggi dari laki-laki, dan pada mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan lebih tinggi dibanding mahasiswa dari rumpun ilmu lainnya. Selain itu, terdapat perubahan persepsi berupa penurunan mengenai pentingnya melakukan perawatan scaling antara sebelum pandemi dengan selama pandemi COVID-19. ......Background: Prevalence of periodontal disease in developed and developing countries are about 20-50% of global population. Scaling as a periodontal treatment is one of the effective treatment to prevent the periodontal disease. During pandemic COVID-19,there is a patient decreased concern regarding oral and dental health, including scaling treatment. Objective: To evaluate the perception about scaling as a periodontal treatment among students of Universitas Indonesia class 2018. Methods: Cross-sectional analysis study on students of Universitas Indonesia class 2018, using quistionnaire via Google Form. Results: The research subjects were 473 students. There is a difference in the level of knowledge regarding the periodontal disease and COVID-19 among Universitas Indonesia class 2018 based on gender and faculties clusters, and there is a difference in the perception about scaling treatment on dental care visits before the pandemic and during the pandemic COVID-19. Conclusion: The level of knowledge regarding periodontal disease in female students was higher than that of male students, and in health science faculties (RIK) students was higher than students of pther diciplines. Beside that, there is a decreased perceptions about the importance of scaling treatment before the pandemic and during the pandemic COVID-19.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edlyn Dwiputri
Abstrak :
Pendahuluan: Periodontitis adalah penyakit inflamasi oleh mikroorganisme spesifik yang mengakibatkan kerusakan progresif pada jaringan periodontal / pendukung gigi dan dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Penyakit periodontal memiliki hubungan erat dengan kadar Reactive Oxygen Species (ROS) yang berlebihan. Peningkatan nilai rasio RANKL/OPG terlihat pada kerusakan tulang pada periodontitis. Indonesia berada pada urutan ke-4 sebagai negara pemasuk umbi porang terbesar di Indonesia. Konjac Glukomannan adalah sediaan dari akar umbi porang yang telah terbukti memiliki banyak kemampuan seperti antioksidan dan pengaruhnya terhadap tulang. Tujuan: Menganalisis aktivitas inhibitor osteoklastogenesis dan antioksidan dari Konjac Glukomannan melalui nilai histomorfometrik, rasio RANK/OPG dan ROS pada mencit Swiss Webster model periodontitis. Metode: Studi eksperimental laboratoris (in vivo) pada mencit Swiss Webster jantan berusia 8 minggu yang dibagi ke dalam empat kelompok perlakuan dengan jumlah sampel pada tiap kelompok penelitian adalah 12. Suspensi Konjac Glukomannan diberikan selama 14 hari. Induksi periodontitis dilakukan pada hari ke-7 hingga hari ke-14. Pengukuran dilakukan pada sampel maksila, gingiva, dan cairan sulkus gingiva mencit untuk mendapatkan nilai kerusakan tulang secara histomorfometrik, ekspresi gen RANKL/OPG, dan nilai protein ROS. Hasil: Kelompok periodontitis yang diawali dengan pemberian Konjac Glukomannan menunjukkan nilai kerusakan tulang alveolar secara histomorfometrik linear, rasio RANKL/OPG, dan ROS yang lebih rendah signifikan secara statistik dibandingkan tanpa pemberian Konjac Glukomannan. Pemberian Konjac Glukomannan pada mencit sehat tidak memberikan perubahan signifikan secara statistik pada nilai-nilai tersebut. Kesimpulan: Pemberian Konjac Glukomannan dinilai mampu menghambat periodontitis melalui aktivitas inhibitor osteoklastogenesis dan antioksidan. ......Introduction: Periodontitis is an inflammatory disease caused by specific microorganisms that result in progressive damage to the periodontal/dental supporting tissues and can affect a person's quality of life. Periodontal disease is closely related to excessive Reactive Oxygen Species (ROS) levels. An increase in the RANKL/OPG ratio is seen in bone damage on periodontitis. Indonesia is in 4th place as the largest importer of porang tubers in Indonesia. Konjac Glucomannan is a preparation from porang root which has been proven to have many abilities such as antioxidants and its effect on bones. Objectives: To analyze the osteoclastogenesis inhibitor and antioxidant activity of Konjac Glucomannan through histomorphometric values, RANK/OPG ratio, and ROS in the Swiss Webster mice model of periodontitis. Methods: Laboratory experimental study (in vivo) on 8 weeks old male Swiss Webster mice divided into four treatment groups with 12 samples in each study group. Konjac Glucomannan suspension was given for 14 days. Periodontitis induction was carried out from the 7th to the 14th day. Measurements were made on samples of the maxilla, gingiva, and gingival crevicular fluid of mice to obtain histomorphometric values ​​of bone damage, RANKL/OPG gene expression, and ROS protein values. Results: The periodontitis group pre-treated with Konjac Glucomannan showed lower alveolar bone damage, RANKL/OPG ratio, and ROS significantly than without Konjac Glucomannan. Administration of Konjac Glucomannan to healthy mice did not provide significant changes to these values. Conclusion: Administration of Konjac Glucomannan is considered capable of inhibiting periodontitis through the activity of inhibitors of osteoclastogenesis and antioxidants.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marius Marcello Utomo Koerniadi
Abstrak :
Latar Belakang: Gingivektomi merupakan metode yang lebih dianjurkan sejak temuan pada tahun 1884. Seiring waktu, metode ini berkembang dari scaling subgingival "buta" menjadi "eksisi dinding jaringan lunak kantung periodontal patologis". Meskipun demikian, penggunaan teknik ini tidak lagi bersifat wajib dalam situasi klinis, sehingga para peneliti telah mencari banyak publikasi yang terdaftar mengenai gingivektomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengisi kekosongan dengan mengevaluasi lebih lanjut analisis bibliometrik mengenai gingivektomi. Tujuan: Menghitung tren publikasi global yang terdaftar yang membahas gingivektomi dalam 21 tahun terakhir. Metode: Observasi deskriptif dan analitis dengan mengevaluasi hasil pemetaan VOSviewer dan perhitungan melalui data bibliografis dari publikasi yang diperoleh dari database online SCOPUS pada Juli 2022. Hasil: Sampel penelitian adalah 660 publikasi dari enam jenis publikasi yang berbeda. Kata kunci terkait dikompilasi dan divisualisasikan melalui pemetaan jaringan. Terdapat kesenjangan signifikan di antara negara-negara yang berkontribusi berdasarkan jumlah dokumen, namun kesenjangan minimal terlihat pada tujuan lain, seperti penulis, jurnal, dan institusi dalam kontribusinya terhadap publikasi mengenai topik gingivektomi. Jumlah sitasi per jurnal juga menunjukkan perbedaan signifikan antara yang paling banyak dikutip dan yang paling sedikit dikutip. Kesimpulan: Sebanyak 660 dari 1.914 artikel dimasukkan dalam analisis setelah proses penyaringan, dan artikel-artikel ini dikutip sebanyak 5.910 kali, dengan rata-rata 9 sitasi per artikel. ......Background: Gingivectomy is the preferred method since the findings in 1884. Eventually, it evolved from “blind” subgingival scaling to “the excision of the soft tissue wall of a pathologic periodontal pocket”. Nevertheless, the use of these techniques is no longer mandatory in clinical situations, therefore researchers have searched for numerous publications that have been registered regarding gingivectomy. This research aims to fill the niche area by assessing more about the bibliometric analysis of gingivectomy. Objective: To Calculate the trend of registered global publications discussing gingivectomy in the last 21 years. Methods: Descriptive and analytical observation by evaluating the result of the VOSviewer mapping and calculation throughout the bibliographic data from publications that have been obtained from the SCOPUS online database in July 2022. Results: The research samples are 660 publications from six different included types of publication. Related keywords are compiled and visualized by network mapping. There is a significant gap among the contributing countries by the number of documents, however minimal gap is seen on other objectives, such as authors, journals, and institutions on their contribution towards the publication of gingivectomy topic. The number of citations per journal has also shown a significant difference between the most cited and the least cited. Conclusion: A total of 660 of 1.914 articles were included in the analysis after the filtering process and these articles were cited 5.910 times, with an average of 9 citations per article.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marius Marcello Utomo Koerniadi
Abstrak :
Latar Belakang: Gingivektomi merupakan metode yang lebih dianjurkan sejak temuan pada tahun 1884. Seiring waktu, metode ini berkembang dari scaling subgingival "buta" menjadi "eksisi dinding jaringan lunak kantung periodontal patologis". Meskipun demikian, penggunaan teknik ini tidak lagi bersifat wajib dalam situasi klinis, sehingga para peneliti telah mencari banyak publikasi yang terdaftar mengenai gingivektomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengisi kekosongan dengan mengevaluasi lebih lanjut analisis bibliometrik mengenai gingivektomi. Tujuan: Menghitung tren publikasi global yang terdaftar yang membahas gingivektomi dalam 21 tahun terakhir. Metode: Observasi deskriptif dan analitis dengan mengevaluasi hasil pemetaan VOSviewer dan perhitungan melalui data bibliografis dari publikasi yang diperoleh dari database online SCOPUS pada Juli 2022. Hasil: Sampel penelitian adalah 660 publikasi dari enam jenis publikasi yang berbeda. Kata kunci terkait dikompilasi dan divisualisasikan melalui pemetaan jaringan. Terdapat kesenjangan signifikan di antara negara-negara yang berkontribusi berdasarkan jumlah dokumen, namun kesenjangan minimal terlihat pada tujuan lain, seperti penulis, jurnal, dan institusi dalam kontribusinya terhadap publikasi mengenai topik gingivektomi. Jumlah sitasi per jurnal juga menunjukkan perbedaan signifikan antara yang paling banyak dikutip dan yang paling sedikit dikutip. Kesimpulan: Sebanyak 660 dari 1.914 artikel dimasukkan dalam analisis setelah proses penyaringan, dan artikel-artikel ini dikutip sebanyak 5.910 kali, dengan rata-rata 9 sitasi per artikel. ......Background: Gingivectomy is the preferred method since the findings in 1884. Eventually, it evolved from “blind” subgingival scaling to “the excision of the soft tissue wall of a pathologic periodontal pocket”. Nevertheless, the use of these techniques is no longer mandatory in clinical situations, therefore researchers have searched for numerous publications that have been registered regarding gingivectomy. This research aims to fill the niche area by assessing more about the bibliometric analysis of gingivectomy. Objective: To Calculate the trend of registered global publications discussing gingivectomy in the last 21 years. Methods: Descriptive and analytical observation by evaluating the result of the VOSviewer mapping and calculation throughout the bibliographic data from publications that have been obtained from the SCOPUS online database in July 2022. Results: The research samples are 660 publications from six different included types of publication. Related keywords are compiled and visualized by network mapping. There is a significant gap among the contributing countries by the number of documents, however minimal gap is seen on other objectives, such as authors, journals, and institutions on their contribution towards the publication of gingivectomy topic. The number of citations per journal has also shown a significant difference between the most cited and the least cited. Conclusion: A total of 660 of 1.914 articles were included in the analysis after the filtering process and these articles were cited 5.910 times, with an average of 9 citations per article.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Popy Sandra
Abstrak :
Latar belakang : Penyakit periodontal disebabkan oleh akumulasi plak mengandung kumpulan mikroorganisme patogen yang memicu respons imun host, menyebabkan pelepasan mediator inflamasi. Peradangan jaringan periodontal yang bersifat kronis menyebabkan inflamasi sistemik derajat rendah dan peningkatan kadar sitokin, seperti Interleukin 1 Beta (IL-1β). Respons imun yang konstan terhadap antigen terus menerus terjadi pada penderita long Covid. Terdapat persamaan respons inflamasi menunjukkan potensi hubungan antara periodontitis dengan infeksi COVID-19. Evaluasi parameter klinis periodontal subjek dengan dengan dan tanpa riwayat COVID-19 memberikan pemahaman dampak COVID-19 terhadap kesehatan periodontal Tujuan: Menganalisis hubungan penyakit periodontal dan riwayat COVID-19 dengan parameter klinis periodontal dan kadar sitokin IL-1β. Metode : Subjek penelitian berjumlah 36 orang terbagi menjadi tiga kelompok yaitu sehat periodontal, gingivitis dan periodontitis dengan parameter klinis periodontal yang diperiksa yaitu kehilangan perlekatan klinis / CAL, indeks plak / PI, perdarahan papila interdental / PBI dan gingival index (GI). Peneliti menganalisis hasil perbandingan nilai CAL, PI, PBI, dan GI pada subjek penyakit periodontal dengan riwayat COVID-19 dan kadar interleukin dengan ELISA. Hasil: Terdapat perbedaan subjek sehat, dan subjek penyakit periodontal dengan parameter klinis periodontal CAL, PI, PBI, GI yang signifikan (p<0.05). Kecenderungan peningkatan parameter klinis periodontal CAL, PI, PBI, GI sesuai keparahan penyakit periodontal. Subjek riwayat COVID-19 memiliki kadar sitokin IL-1β lebih tinggi dibandingkan tanpa riwayat (p<0.05). Terdapat hubungan parameter klinis Gingival Index (GI) pada subjek Gingivitis dan PBI dengan kadar sitokin IL-1β pada subjek riwayat COVID-19. Kesimpulan: Terdapat hubungan penyakit periodontal dan riwayat COVID- 19 dengan parameter klinis periodontal dan kadar sitokin IL-1β. Studi ini menunjukkan bahwa penyakit periodontal merupakan faktor resiko keparahan dari infeksi COVID dan sebaliknya. ......Background: Periodontal disease, including gingivitis and periodontitis, is caused by the accumulation of plaque containing a group of pathogenic microorganisms that trigger the host's immune response, leading to the release of inflammatory mediators. Chronic inflammation of the periodontal tissues causes low-grade systemic inflammation and an increase in cytokine levels, such as Interleukin 1 Beta (IL-1β). Constant immune responses to continuous antigen exposure occur in individuals with long Covid. The similarity in inflammatory responses indicates a potential connection between periodontitis and COVID-19 infection. Evaluating the clinical parameter periodontal of subjects with and without a history of COVID-19 provides insights into the impact of COVID-19 on periodontal health Objective: To analyze the relationship between periodontal disease and a history of COVID-19 with clinical parameter periodontal and IL-1β cytokine levels. Methods: The study included 36 participants divided into three groups: a healthy periodontal group, a gingivitis group, and a periodontitis group. The clinical parameter periodontal was assessed using clinical attachment loss (CAL), plaque index (PI), papillary bleeding index (PBI), and gingival index (GI). The researcher analyzed the mean values of CAL, PI, PBI, and GI in patients with periodontal disease, considering their history of COVID-19 and interleukin levels using ELISA. Result: Significant differences were found between subjects with healthy clinical parameter periodontal and those with periodontal disease, as indicated by the values of CAL, PI, PBI, and GI (p <0.05). There was a trend of increasing CAL, PI, PBI, and GI values in line with the severity of periodontal disease. Subjects with a history of COVID-19 showed higher levels of IL-1β cytokine compared to those without a history (p <0.05). There was a relationship between clinical parameter periodontal (Gingival Index - GI) in subjects with gingivitis and PBI with the IL-1β cytokine levels in subjects with a history of COVID-19. Conclusion: There is relationship between periodontal disease and a history of COVID-19 with clinical parameter periodontal and IL-1β cytokine levels. This study suggests that periodontal disease is a risk factor for the severity of COVID-19 infection.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library