Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widi Atmoko
"Latar belakangMekanisme patofisiologi yang menyebabkan terjadinya chordee pada pasien dengan hipospadia dan fase tersembunyi dari penis buried penis pada lemak prepubis masih belum sepenuhnya dimengerti. Reseksi dari jaringan dartos pada umumnya bisa membuat penis kembali menjadi lurus pada pasien dengan hipospadia dan mengkoreksi kasus ini sama pada buried penis, yang menunjukkan adanya patofisiologi yang mirip pada kedua kondisi tersebut yang terkait dengan jaringan dartos. TujuanStudi ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik jaringan ikat beserta vaskularisasi dari fascia dartos antara penis normal, buried penis, dan hipospadia. Desain studiKami melakukan studi ini dari Mei 2013 hingga November 2016. Dartos fascia dikumpulkan dari 3 kelompok, yaitu: normal penis, buried penis, dan hipospadia. Kami membandingkan jaringan dari 3 kelompok ini menggunakan pewarnaan Mason Trichrome, Gomori rsquo;s silver impregnasi, Weigert resorcin-fuchsin, dan CD 31 imunohistokimia untuk mengevaluasi serat kolagen, retikulin, elastin, dan sel endothelial dari pembuluh darah. Semua data yang didapatkan kemudian dikuantifikasi menggunakan image J dan dilakukan analisis statistic one way ANOVA. Penilaian dilakukan oleh dua orang ahli patologi secara tersamar tanpa mengetahui diagnosis klinis dari pasien. HasilTotal didapatkan 60 pasien dengan 20 pasien tiap grup. Sebagian besar serat kolagen pada buried penis dan hipospadia menunjukkan serat yang lebih tebal dan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan penis normal. Terdapatkan penurunan jumlah total kolagen dan elastin pada dartos fascia hipospadia dan buried penis. Di sisi lain, rasio dari retikulin yang merepresentasikan kolagen tipe III terhadap total kolagen mengalami peningkatan dibandingkan penis normal. DiskusiIni adalah studi pertama yang membandingkan karakteristik histopatologi, histokimia, dan imunohistokimia dari jaringan ikat pada pasien buried penis dan hipospadia. Walaupun dartos fascia pada buried penis dan hipospadia tebal dan inelastis saat dipalpasi atau saat traksi/counter traksi, jaringan ini memiliki vaskularisasi yang baik. Dartos fascia ini inelastis dan bukan merupakan jaringan normal, dan karakteristiknya berbeda dengan jaringan fibrosis. Akan tetapi, studi lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar diperlukan dan harus mendiferensiasikan derajat dari chordee pada pasien dengan hipospadia dan buried penis. KesimpulanTerdapat perbedaan antara jaringan dartos fascia pada hipospadia dan buried penis dengan jaringan penis normal. Jaringan ini merupakan jaringan abnormal padsa pasien hipospadia dan buried penis. Sehingga, kami merekomendasikan untuk dilakukan eksisi jaringan ini saat operasi rekonstruksi. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui patofisiologi dari kondisi ini.

IntroductionPathophysiological mechanisms leading to chordee in patients with hypospadias and to the hidden state of buried penis in the prepubic fat remain unclear. Resection of dartos tissue usually makes the penis straight in patients with hypospadias and corrects it in those with buried penis, suggesting a common pathophysiology related to dartos tissue. ObjectiveThis study aimed to compare connective tissue and vascularization of dartos fascia between normal penis, buried penis and hypospadias. Study designWe conducted this study from May 2013 to November 2016. We collected Dartos fascia specimens from 3 groups buried penis, hypospadias, and normal penis as control. We compared the fibers between these groups by Masson Trichrome histochemical staining, Gomori 39 s silver impregnation staining, Weigert resorcin fuchsin staining and CD31 immunohistochemical staining for evaluation of collagen fibers, reticulin fibers, elastin fibers, and endothelial cells of blood vessels, respectively. The collagen fibers, reticular fibers, elastic fibers and vascular vessels were counted with ImageJ, and were analyzed using one way ANOVA test. The assessment conducted by two pathologists was blinded, without knowing the clinical diagnosis of patients. ResultsA total of 60 patients with 20 patients for each group. Collagen fibers for most cases of buried penis and hypospadias showed thicker but lesser number of collagen fibers than normal penis. There was a reduction of total collagen and elastin of dartos fascia in hypospadias and buried penis cases. On the other hand, ratio of reticulin fibers which represent collagen type III to total collagen was increased in comparison to normal penis. DiscussionThis is the first study which compare the histopathological, histochemical, and immunohistochemical features of dartos fascia connective tissue in patients with buried penis and hypospadias.Although dartos fascia in buried penis and hypospadias is thick and inelastic in palpation or during traction counter traction, it is well vascularized tissue. This inelastic dartos fascia tissue is an abnormal tissue, but its characteristic is not similar to fibrotic tissue. However, further study with larger sample is warrant and should differentiate degree of chordee in patients with hypospadias and buried penis. ConclusionsThere was a difference between connective tissue of dartos fascia in buried penis and hypospadias patients compared to normal penis. Inelastic dartos fascia tissue in patients diagnosed with buried penis and hypospadias is an abnormal tissue. Therefore, it is suggested to excise this tissue during reconstructive surgery. Further research is needed to unveil the pathophysiology of the condition.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Atmoko
"Latar belakangMekanisme patofisiologi yang menyebabkan terjadinya chordee pada pasien dengan hipospadia dan fase tersembunyi dari penis buried penis pada lemak prepubis masih belum sepenuhnya dimengerti. Reseksi dari jaringan dartos pada umumnya bisa membuat penis kembali menjadi lurus pada pasien dengan hipospadia dan mengkoreksi kasus ini sama pada buried penis, yang menunjukkan adanya patofisiologi yang mirip pada kedua kondisi tersebut yang terkait dengan jaringan dartos. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik jaringan ikat beserta vaskularisasi dari fascia dartos antara penis normal, buried penis, dan hipospadia. Desain studi: Kami melakukan studi ini dari Mei 2013 hingga November 2016. Dartos fascia dikumpulkan dari 3 kelompok, yaitu: normal penis, buried penis, dan hipospadia. Kami membandingkan jaringan dari 3 kelompok ini menggunakan pewarnaan Mason Trichrome, Gomori's silver impregnasi, Weigert resorcin-fuchsin, dan CD 31 imunohistokimia untuk mengevaluasi serat kolagen, retikulin, elastin, dan sel endothelial dari pembuluh darah. Semua data yang didapatkan kemudian dikuantifikasi menggunakan image J dan dilakukan analisis statistic one way ANOVA. Penilaian dilakukan oleh dua orang ahli patologi secara tersamar tanpa mengetahui diagnosis klinis dari pasien. Hasil: Total didapatkan 60 pasien dengan 20 pasien tiap grup. Sebagian besar serat kolagen pada buried penis dan hipospadia menunjukkan serat yang lebih tebal dan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan penis normal. Terdapatkan penurunan jumlah total kolagen dan elastin pada dartos fascia hipospadia dan buried penis. Di sisi lain, rasio dari retikulin yang merepresentasikan kolagen tipe III terhadap total kolagen mengalami peningkatan dibandingkan penis normal. Diskusi: Ini adalah studi pertama yang membandingkan karakteristik histopatologi, histokimia, dan imunohistokimia dari jaringan ikat pada pasien buried penis dan hipospadia. Walaupun dartos fascia pada buried penis dan hipospadia tebal dan inelastis saat dipalpasi atau saat traksi/counter traksi, jaringan ini memiliki vaskularisasi yang baik. Dartos fascia ini inelastis dan bukan merupakan jaringan normal, dan karakteristiknya berbeda dengan jaringan fibrosis. Akan tetapi, studi lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar diperlukan dan harus mendiferensiasikan derajat dari chordee pada pasien dengan hipospadia dan buried penis. Kesimpulan: Terdapat perbedaan antara jaringan dartos fascia pada hipospadia dan buried penis dengan jaringan penis normal. Jaringan ini merupakan jaringan abnormal padsa pasien hipospadia dan buried penis. Sehingga, kami merekomendasikan untuk dilakukan eksisi jaringan ini saat operasi rekonstruksi. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui patofisiologi dari kondisi ini.
Introduction Pathophysiological mechanisms leading to chordee in patients with hypospadias and to the hidden state of buried penis in the prepubic fat remain unclear. Resection of dartos tissue usually makes the penis straight in patients with hypospadias and corrects it in those with buried penis, suggesting a common pathophysiology related to dartos tissue. Objective: This study aimed to compare connective tissue and vascularization of dartos fascia between normal penis, buried penis and hypospadias. Study design: We conducted this study from May 2013 to November 2016. We collected Dartos fascia specimens from 3 groups buried penis, hypospadias, and normal penis as control. We compared the fibers between these groups by Masson Trichrome histochemical staining, Gomori's silver impregnation staining, Weigert resorcin fuchsin staining and CD31 immunohistochemical staining for evaluation of collagen fibers, reticulin fibers, elastin fibers, and endothelial cells of blood vessels, respectively. The collagen fibers, reticular fibers, elastic fibers and vascular vessels were counted with ImageJ, and were analyzed using one way ANOVA test. The assessment conducted by two pathologists was blinded, without knowing the clinical diagnosis of patients. Results: A total of 60 patients with 20 patients for each group. Collagen fibers for most cases of buried penis and hypospadias showed thicker but lesser number of collagen fibers than normal penis. There was a reduction of total collagen and elastin of dartos fascia in hypospadias and buried penis cases. On the other hand, ratio of reticulin fibers which represent collagen type III to total collagen was increased in comparison to normal penis. Discussion: This is the first study which compare the histopathological, histochemical, and immunohistochemical features of dartos fascia connective tissue in patients with buried penis and hypospadias. Although dartos fascia in buried penis and hypospadias is thick and inelastic in palpation or during traction counter traction, it is well vascularized tissue. This inelastic dartos fascia tissue is an abnormal tissue, but its characteristic is not similar to fibrotic tissue. However, further study with larger sample is warrant and should differentiate degree of chordee in patients with hypospadias and buried penis. Conclusions: There was a difference between connective tissue of dartos fascia in buried penis and hypospadias patients compared to normal penis. Inelastic dartos fascia tissue in patients diagnosed with buried penis and hypospadias is an abnormal tissue. Therefore, it is suggested to excise this tissue during reconstructive surgery. Further research is needed to unveil the pathophysiology of the condition."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Handayani
"ABSTRAK
Latar Belakang : Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan salah satu keganasan yang sering ditemukan di Indonesia dengan insiden 6,2/100 000 penduduk. Pemeriksaan serologik imunoglobulin A (IgA) terhadap viral capsid antigen (IgA-VCA) merupakan petanda tumor yang digunakan sebagai standar serodiagnostik karena memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi terhadap KNF. Titer antibodi IgA terhadap Epstein-Barr Virus (EBV) meningkat lebih dulu sebelum tampak tumor, dan titer pada usia ≤ 30 tahun lebih rendah daripada usia > 30 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi ekspresi IgA pada jaringan biopsi KNF tidak berkeratin, tidak berdiferensiasi (WHO tipe 3) yang terinfeksi EBV pada kelompok usia ≤ 30 tahun dan usia > 30 tahun.
Bahan dan Metode : Studi potong lintang terhadap jaringan biopsi pasien KNF WHO tipe 3 yang terinfeksi EBV yang ditandai dengan positifitas EBER pada 13 pasien usia ≤ 30 tahun dan 20 pasien usia > 30 tahun, kemudian dilakukan pemeriksaan imunohistokimia terhadap IgA.
Hasil dan pembahasan : Positifitas EBER ditemukan pada seluruh kasus KNF WHO tipe 3. IgA terekspresi pada epitel permukaan jaringan tumor dan terdapat positifitas ekspresi IgA sel plasma yang berbeda-beda di stroma sekitar jaringan tumor, dengan rerata pada kelompok usia ≤ 30 tahun lebih rendah dari kelompok usia > 30 tahun. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara ekspresi IgA sel plasma pada KNF WHO tipe 3 pada kelompok usia ≤ 30 tahun dan > 30 tahun dengan nilai p=0,025.
Kesimpulan: Ekspresi IgA sel plasma disekitar jaringan tumor pada jaringan KNF WHO tipe 3 dipengaruhi oleh kelompok usia.

ABSTRACT
Background : Nasopharyngeal carcinoma (NPC) is one of the most frequent malignant tumors in Indonesia, with incidence rate 6.2 / 100 000. The IgA-VCA serologic examination is considered as a useful marker for early detection of NPC because its high sensitivity and specificity to NPC. IgA antibody titer to Epstein-Barr Virus (EBV) increased before the tumor arise, and it lower in ≤ 30 years old patients compare to > 30 years old patients. The aim of this study is to evaluated the expression of IgA in biopsy specimen of EBV infected undifferentiated NPC among both ≤ 30 and > 30 years old patients.
Materials and methods : A cross-sectional retrospective study was performed in 13 young and 20 old groups of age of undifferentiated NPC. The EBER positive undifferentiated NPC was stained with IgA by immunohistochemistry, and then analized it between the two of age groups.
Results : EBER positivity was found in all undifferentiated NPC. IgA was expressed in the normal surface epithelial submucous plasma cells and stromal plasma cells surounding the tumor mass in all cases of undifferentiated NPC with differented positivity. Statistical analysis with unpaired t test showed that IgA expression is significantly lower in ≤ 30 years old patients than > 30 years old patients with p value 0,025.
Conclusion : IgA is expressed in plasma cell cytoplasm in the stromal site of undifferentiated NPC and influenced by age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T33121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilania Saraswati
"ABSTRAK
Tujuan: Menilai ekspresi protein Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR) pada Karsinoma Sel Ginjal (KSG) serta kaitannya dengan faktor-faktor prediktor prognosis yang dinilai secara histopatologik (subtipe, staging histopatologik, derajat anaplasia inti Fuhrman)
Metode: Studi potong lintang terhadap jaringan yang difiksasi formalin dan diletakkan di dalam parafin dari pasien-pasien dengan KSG, yang diwarnai menggunakan metode imunohistokimia terhadap protein EGFR.
Hasil: Ekspresi EGFR pada membran ditemukan pada 46% dari keseluruhan kasus (N=41) dan ekspresi EGFR di sitoplasma ditemukan pada 49% dari keseluruhan kasus (N=41). Terdapat hubungan antara subtipe histopatologik dan derajat anaplasia inti Fuhrman dengan ekspresi EGFR di sitoplasma (nilai p 0,017 dan 0,014 dengan uji Fisher’s exact). Tidak ditemukan asosiasi antara staging histopatologik dengan ekspresi EGFR.
Diskusi: Perlu dibuat penelitian lanjutan dengan membandingkan ekspresi EGFR terhadap angka kesintasan pasien serta dibandingkan dengan faktor prediktor prognosis yang lain. Kemaknaan lokasi ekspresi EGFR di sitoplasma juga memerlukan perhatian khusus dan pembuktian secara ilmiah.

ABSTRACT
Objective: To study the expression of Epidermal Growth Factor Receptor protein in Renal Cell Carcinoma (RCC) and its relationship with prognostic predictor factors evaluated histopathologically (subtype, histopathological staging, Fuhrman nuclear grading).
Methods: This was a cross-sectional study on 41 formalin-fixated paraffin-embedded tissue of patients with RCC, stained using immunohistochemical method against EGFR protein.
Result: Membranous EGFR expression was found in 46% of cases (N=41), while cytoplasmic EGFR expression was found in 49% of cases. There was a significant association between histopathological subtype or Fuhrman nuclear anaplasia grading and cytoplasmic expression of EGFR (p value 0,017 and 0,014, respectively, using Fisher’s exact test). No significant association was found between histopathological staging and EGFR expression
Discussion: A further study on the association EGFR expression and survival, and its comparison to other prognostic factors is necessary. The significance of EGFR expresion in the cytoplasm requires special attention and further scientific evidence."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romi Beginta
"ABSTRAK
Latar belakang: Penentuan faktor risiko metastasis kelenjar getah bening dan prognosis pasien Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) penis tidak sebanyak KSS pada organ lain. Penggunaan parameter patologik, ekpresi p53 dan Ki67 dapat digunakan sebagai variabel penentu prognosis maupun terapi KSS penis namun masih diperlukan data yang lebih banyak. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara ekspresi p53 dan Ki67 terhadap parameter histopatologik yang mempengaruhi risiko metastasis.
Bahan dan Cara: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan melakukan pulasan imunohistokimia p53 (Novocastra DO-7) dan Ki67 (Biocare CRM 325) pada 25 sampel KSS penis.
Hasil: Ekspresi p53 positif ditemukan pada 48% KSS penis dan ekspresi Ki67 tinggi ditemukan pada 52% kasus. Tidak temukan hubungan yang bermakna antara ekspresi p53 dan parameter-parameter histopatologik. Didapatkan hubungan bermakna antara ekspresi Ki67 terhadap derajat diferensiasi tumor dan adanya invasi uretra.
Kesimpulan: Ekspresi p53 tidak dapat digunakan sebagai faktor prediktif risiko metastasis KSS penis. Ekspresi Ki67 secara sebagian berhubungan dengan faktor risiko metastasis KSS penis.

ABSTRACT
Background: Determination of lymph node metastasis risk factors and prognosis of patients with Squamous Cell Carcinoma(SCC) of the penis is not as much as SCC in other organs. Pathological parameters, expression of p53 and Ki67 could be used as a determinants of prognosis and therapy in SCC of the penis but more data is still needed. This study aims to clarify the relationship between the expression of p53 and Ki67 to histopathological parameters that affect the risk of metastasis.
Methode: This study was a cross-sectional study by using immunohistochemical staining of p53 (Novocastra DO-7) and Ki67 (Biocare CRM 325) in 25 samples of SCC of the penis
Result: Expression of p53positive was found in 48% of SCC of the penis and higher expression of Ki67f was found in 52% of cases. No significant association between p53 expression and histopathologic parameters. Obtained significant correlation between the expression of Ki67 on the degree of tumor differentiation and invasion urethra.
Conclusion: P53 expression can not be used as a predictive factor of risk metastatic in SCC of the penis. Ki67 expression is partially associated with risk factors for metastatic SCC of the penis."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendy Setyo Yudhanto
"ABSTRAK
Latar belakang: Karsinoma urotelial kandung kemih merupakan kasus terbanyak di organ kandung kemih mencapai 90% kasus. Stadium dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu non invasif jika belum menembus lapisan muskularis dan invasif jika sudah menembus lapisan muskularis. Kesintasan 5 tahun tergantung dari derajat keganasan dan stadium. Derajat keganasan rendah dan belum invasi muskuler dapat mencapai 90 %, tetapi angka rekurensi berkisar 40-60%. Derajat keganasan tinggi dan sudah invasi hanya berkisar 10-17%. Mitosis dan invasi limfovaskuler berhubungan dengan angka rekurensi tinggi. Namun masih terdapat kontroversial terhadap ekspresi Bcl-2 pada karsinoma urotelial kandung kemih. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbedaan ekspresi Bcl-2 dengan 4 faktor yang berhubungan dengan prognosis yaitu derajat keganasan, stadium, mitosis, dan invasi limfovaskuler.
Bahan dan cara: Dilakukan penelitian deskriptif analitik secara potong lintang pada karsinoma urotelial kandung kemih tahun 2010-2014 di Departemen Patologi Anatomi FKUI/RSCM. Didapatkan 21 kasus derajat keganasan rendah dan 21 kasus derajat keganasan tinggi. Dilakukan pulasan Bcl-2 pada seluruh kasus dan dihitung persentasenya dan dilakukan skoring 0-3.
Hasil: Usia terbanyak pada dekade 5 sebanyak 27 kasus. Didapatkan 4 kasus ditemukan invasi limfovaskuler. Penelitian ini mendapatkan hubungan antara mitosis dengan derajat keganasan(p:0,000)dengan koefisien korelasi 0,512 Penelitian ini mendapatkan hampir seluruh kasus mengekspresikan Bcl-2 (39 dari 42 kasus), 1 kasus tidak mengekspresikan dan 2 kasus mengekpresikan sedikit. Tidak didapatkan perbedaan antara ekspresi Bcl-2 dengan derajat keganasan (p:0,232), stadium(p:0,455), mitosis(p:0,835), dan invasi limfovaskuler(p:0,087).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan ekspresi Bcl-2 dengan derajat keganasan, stadium, mitosis, dan invasi limfovaskuler.

ABSTRACT
Background: Urothelial carcinoma comprises of 90% of all cases in bladder. There are two groups which are non invasive depend on whether the tumor has reached muscularis mucosa. 5-Years survival rate depend on grading and staging. Low malignant grade and non invasive can reach 90% survival rate, with recurrence rate 40-60%. High malignant grade and invasive tumor has only10-17% survival rate. Mitosis and lymphovascular invasion are related with recurrency. However, there are some controvesi regarding Bcl-2 expression in bladder urothelial carcinoma. This study aimed to evaluate different expression of Bcl-2 with 4 related factors contributy to survival, which are degree of malignancy, stage, mitosis, and lymphovascular invasion.
Material and methods: A retrospective and cross sectional study of urothelial carcinoma of the bladder was conducted in 2010-2014 in the Department of Anatomical Pathology, Faculty of medicine / RSCM. In this study found 21 cases of low grade and 21 cases of high high grade. Bcl-2 staining performed in all cases and percentages are calculated and made scoring 0-3.
Results: Most case is fifth decade as many as 27 cases. Obtained 4 cases found limfovaskuler invasion. This study obtains the relationship between mitosis with grade of tumor (p: 0.000). There were no differences between the expression of Bcl-2 with the degree of malignancy stage , mitosis and lymphovascular invasion.
Conclusions: There were no associated expression of Bcl-2 with the degree of malignancy, stage, mitosis, and invasion limfovaskuler.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Novita
"ABSTRAK
Latar Belakang: Beberapa studi menyebutkan bahwa penilaian kelainan yang terjadi pada prostat adalah dengan mengukur jumlah Androgen Receptor AR pada setiap kasus dan dipakai sebagai evaluasi terhadap keberhasilan terapi hormonal baik pada hiperplasia prostat/benign prostat hyperplasia BPH maupun adenokarsinoma prostat /adenocarcinoma prostate CaP . AR memerankan peran dalam proses pertumbuhan, differensiasi dan memelihara kondisi jaringan prostat tetap normal. Pada penelitian lain menyebutkan bahwa ekspresi AR positif berhubungan erat dengan gambaran derajat dan differensiasi tumor serta nilai skor Gleason. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan ekspresi AR pada hiperplasia prostat dan adenokarsinoma prostat.Bahan dan Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang. Sampel penelitian terdiri atas 20 kasus hiperplasia prostat dan 25 kasus adenokarsinoma prostat tipe asinar. Dilakukan pulasan imunohistokimia AR dan penilaian intensitas pulasan pada inti stromal dan inti epitel dengan menggunakan histoscore H-score . Hasil: Terdapat perbedaan bermakna kadar PSA antara hiperplasia prostat dan adenokarsinoma prostat p=0,004 . Ekspresi AR pada inti sel stromal pada hiperplasia prostat lebih tinggi dibandingkan pada adenokarsinoma prostat, dan mempunyai hasil statistik yang bermakna p=0,000 . Sedangkan ekspresi AR pada inti sel epitel menunjukkan hasil yang tidak bermakna pada kedua kelompok kasus p=0,152 . Intesitas ekspresi AR pada adenokarsinoma prostat dengan skor Gleason rendah le;7 lebih kuat dibandingkan adenokarsinoma prostat dengan skor Gleason tinggi >7 .Kesimpulan: Ekspresi AR pada inti sel stromal pada hiperplasia prostat lebih tinggi dibandingkan pada adenokarsinoma prostat. Peningkatan skor Gleason cenderung diikuti dengan penurunan intensitas ekspresi AR. Ekspresi AR pada hiperplasia prostat dan adenokarsinoma prostat dapat digunakan dalam prognosis dan prediksi serta evaluasi keberhasilan terapi hormonal.

ABSTRACT
"Background Previous studies suggested that Androgen Receptor AR expression could be used to evaluate the successful rate among patient with Benign prostate hyperplasia BPH or Adenocarcinoma acinar of the prostate CaP treated with hormonal therapy. AR plays role in prostate growth and differentiation, and maintains the normal state of the tissue. While in pathologic state, AR expression correlate with tumor grade and differentiation, and Gleason score GS . This study aimed to compare the expression of AR between BPH with CaP.Method This research use a cross sectional study conducted twenty cases of BPH and twenty five cases of CaP. Each tissue were stained using antibody against AR, and histologically reviewed. The captured photomicrographs were further analyze using histoscore H score .Result There was statistically signifinat levels PSA between BPH and CaP p 0,004 . The nucleus of stromal AR expression in BPH group compare to CaP group was statistically significant difference diagnose vs nucleus of stromal AR expression p 0,000 . Meanwhile, no significant difference is found between nucleus of epithelial AR expression between two group p 0,152 . The intensity expression AR in CaP with low Gleason score GS le 7 is higher than CaP with high Gleason score GS 7 Conclusion BPH expresess more nucleus of stromal AR than CaP. The higher Gleason score tends followed by declining intensity expression of AR. Thus suggest AR rsquo s role can use in prognosis, prediction and evaluation of hormonal theraphy of BPH or prostate malignancy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Shalmont
"ABSTRAK
Latar belakang : Buried penis adalah suatu kondisi penis dengan ukuran normal tetapi terbenam di bawah lapisan kulit. Penyebab utama terjadinya kelainan ini belum jelas, tetapi hipotesis yang diterima secara luas hingga saat ini adalah adanya inelastisitas atau fibrosis dari fascia dartos penis. Hipotesis tersebut belum banyak didukung oleh penelitian yang menghubungkan buried penis dengan kelainan fascia dartos ditinjau dari segi histopatologisnya. Pemeriksaan secara histopatologik, histokimia, dan imunohistokimia pada jaringan fascia dartos diharapkan dapat mencari kelainan anatomi yang terjadi sehingga dapat berperan membantu klinisi dalam penentuan teknik operasi rekonstruksi buried penis.Bahan dan Cara : Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan sampel penelitian adalah 20 kasus buried penis dan 20 kasus dengan penis normal. Bahan penelitian adalah jaringan fascia dartos dan dipulas dengan pulasan histokimia Masson Trichrome, impregnasi perak, serta Weigert resorcin-fuchsin dan imunohistokimia CD31. Serabut jaringan ikat dan pembuluh darah dihitung menggunakan image J. Hasil perhitungan dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan.Hasil : Serabut kolagen dan elastin pada jaringan fascia dartos buried penis ditemukan lebih rendah dan berbeda bermakna dibandingkan penis normal dengan masing-masing nilai p=0,000. Tidak terdapat perbedaan jumlah serabut retikulin dan pembuluh darah antara buried penis dan penis normal.Kesimpulan : Jaringan fascia dartos pada buried penis merupakan jaringan yang patologis sehingga sebaiknya jaringan ini dieksisi pada operasi rekonstruksi buried penis.

ABSTRACT
Background Buried penis is a condition that characterized by a normal size penis buried under layers of the skin.The main cause of this condition is not clear, but the hypothesis that widely accepted today is inelasticity or fibrosis of dartos fascia penis. The hypothesis has not been supported by studies that linking the abnormality of dartos fascia with histopathological overview. Histopathological, histochemical, and immunohistochemical examinations was performed on dartos fascia tissue which are expected to find the anatomical abnormalities. The result of this study are expected to help clinician in determining the reconstruction surgery for buried penis.Methods This study was a cross sectional study. Dartos fascia tissue from 20 cases buried penis and 20 cases normal penis was stained with histochemical staining of Masson Trichrome, silver impregnation, Weigert resorcin fuchsin, and immunohistochemical staining of CD31. The collagen, reticular, elastic fibers and vascular was counted with image J, and then was analyzed using independent t test.Results The collagen and elastic fibers in dartos fascia of buried penis were found lower and significantly different than normal penis with p value 0,000. No significant differences between reticular fibers and vascular density in dartos fascia of buried penis and normal penis.Conclusions The result of this study showed that there is abnormality dartos fascia on buried penis. Therefore, the dartos fascia should be excised on the reconstruction surgery."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gandi Haryono
"Latar belakang: Kanker prostat merupakan tumor ganas terbanyak ketiga pria di dunia. Penyebabnya dipengaruhi faktor usia, genetik, ras, hormonal, diet dan lingkungan. Kanker prostat dapat mengalami Neuroendocrine Differentiation NED , meningkat pada kanker prostat berdiferensiasi buruk terutama yang tidak merespon baik terhadap terapi hormonal. NED akan menentukan prognosis dan pemilihan alternatif terapi.Tujuan: Mengetahui perbedaan ekspresi Chromogranin A CgA pada adenokarsinoma prostat berdiferensiasi baik, sedang dan buruk serta kaitannya dengan derajat keganasan berdasarkan grading tumor yang diharapkan dapat menentukan prognosis dan pemilihan alternatif terapi.Metode: Studi potong lintang terhadap jaringan biopsi yang difiksasi formalin, diletakkan dalam parafin dari pasien dengan adenokarsinoma prostat berdiferensiasi baik, sedang dan buruk. Sampel penelitian dipulas dengan pewarnaan imunohistokimia CgA, diidentifikasi dan dianalisa hubungan ekspresi CgA berdasarkan usia, diagnosis histopatologik, grade groups, skor Gleason dan kadar PSA.Hasil: Ekspresi CgA positif dengan median 40 0,4-100 banyak terjadi pada kelompok usia 7. Ekspresi CgA positif dengan median 35,4 0,4-88,6 banyak terjadi dengan kadar PSA > 52,4 ?g/ml. Didapatkan hubungan bermakna antara ekspresi CgA dengan diagnosis histopatologik, grade groups dan skor Gleason p = 0, 006;p = 0,021;p = 0,006 . Tidak didapatkan hubungan bermakna antara ekspresi CgA dengan usia dan kadar PSA p = 0,412;p = 0.969 . Kesimpulan: Terdapat kecenderungan positivitas ekspresi CgA lebih banyak terjadi pada kasus adenokarsinoma prostat berdiferensiasi buruk dengan grade tinggi, yang dapat mempengaruhi prognosis dan pemilihan alternatif terapi.Kata kunci: Ekspresi Chromogranin A, adenokarsinoma prostat, grade groups, skor Gleason.

Background Prostate cancer is the third most common malignant tumor in men worldwide. Predisposing factors of prostate cancer are influenced by age, genetics, race, hormonal, diet and environment. Prostate cancer may undergo Neuroendocrine Differentiation NED , and it found to be increase in poorly differentiated type of prostate cancer, especially who do not respond well to hormonal therapy. NED will determine the prognosis and selection of therapeutic alternatives.Objective To determine differences in expression of Chromogranin A CgA in prostate adenocarcinoma well, moderately and poor differentiated and its relationship to the tumour grading, and its effect on determining prognosis and selecting therapeutic alternatives.Methods A cross sectional study conducted to formalin fixed paraffin embedded biopsy tissue that are taken from a patient with prostate adenocarcinoma well, moderately and poor differentiated. The sample are immunohistochemical stained with CgA, identified and analyzed. The reviewed and analized it rsquo s relationship to the parameter on age, histopathological diagnosis, grade groups, Gleason score and PSA level.Results Chromogranin A positive expression with median 40 0.4 100 was found in the age 7 of prostate adenocarcinoma. CgA positive expression with median 35.4 0.4 88, 6 was found with PSA level 52.4 g ml. There were a significant difference between CgA expression with histopathological diagnosis, grade groups and Gleason score p 0, 006 p 0.021 p 0.006 . There were no significant difference between CgA expression with age and PSA level p 0.412 p 0969 .Conclusion There is a statistically significant difference of CgA expression with histopathologycal diagnosis and grade groups of prostate adenocarcinoma that reflect a worse prognosis in CgA positive group among prostate adenocarcinoma, which will need alternative therapies beside widely used hormonal therapy.Keywords Expression Chromogranin A, prostate adenocarcinoma, grade groups, Gleason score."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Widya Rukmi
"ABSTRAK
Latar belakang : Insiden Adenokarsinoma di RSCM meningkat pada periode 2001-2006 dibanding periode sebelumnya 1995-2000 . Banyak penderita yang resisten terhadap pengobaan hormonal. Resistensi ini diduga akibat sel tumor mengalami transformasi Neuroendokrin. Akan dilakukan penelitian untuk melihat ekspresi Androgen Receptor AR dan Chromogranin A CgA pada adenokarsinoma prostat di RSCM tahun 2011-2015.Tujuan : Membuktikan korelasi ekspresi AR dan CgA dengan derajat keganasan.Metode : Studi potong lintang analitik terhadap 70 kasus adenokarsinoma prostat di departemen PA FKUI/RSCM tahun 2011-2015. Kasus dipulas imunohistokimia AR dan Cg A serta dilakukan interpretasi hasil. AR dinilai prosentase positivitasnya pada inti epitel dan stromal. CgA dinilai prosentase positivitasnya pada sitoplasma. Uji korelasi dilakukan untuk melihat kemaknaan dan kekuatan korelasi antar variabel terikat.Hasil : Karakteristik sampel usia 47,1 >70 tahun; diferensiasi histopatologik/skor gleason 42,9 buruk/>7, grade group 28,6 grade5 dan PSA 64,3 dalam rentang 11-100ng/ml. Ekspresi CgA berkorelasi negatif lemah dengan ekspresi AR epitel r=-0,288;p=0,016 . Ekspresi CgA tidak berkorelasi dengan ekspresi AR stromal p=0,886 . Terdapat hubungan bermakna ekspresi AR epitel dengan grade group p=0,003 . Tidak terdapat hubungan bermakna ekspresi AR epitel dengan usia, diferensiasi histopatologik/skor gleason dan PSA. Ekspresi CgA berhubungan bermakna dengan diferensiasi histopatologik/skor gleason dan grade group p=0,018;p=0,038 . Tidak terdapat hubungan bermakna ekspresi CgA dengan usia dan PSA. Ekspresi AR stromal tidak berhubungan bermakna dengan usia, diferensiasi histopatologik, grade group, skor gleason, maupun PSA.Kesimpulan : Terdapat korelasi yang lemah antara AR dan CgA sehingga pulasan AR dan CgA dapat dipakai untuk pemilihan terapi.

ABSTRACT
Background Prevalence of prostate adenocarcinoma doubled in 2001 2006 compared to 1995 2000 in RSCM. Many patients resistant to hormonal treatment. This resistance is thought to be due to tumor cells undergoing neuroendocrine transformation. Study will be conducted to analyze the expression of Androgen Receptor AR and Chromogranin A CgA in prostate adenocarcinoma at RSCM in 2011 2015. Objective To prove correlation of expression of AR and CgA with degree of malignancy. Methods A cross sectional study was carried out on 70 cases of prostate adenocarcinoma in department of Anatomic Pathology FKUI RSCM from 2011 2015. AR expressed in stromal and epithelial nuclei, CgA expressed in cytoplasm. Statistical tests used to discover significance and correlation between the dependent variables. Results Most samples are more than 70 years old 47,1 , has poor histologic gleason score 42.9 , are in clinical grade 5 28.6 , and has PSA score range between 11 100 ng ml. CgA expression negatively correlates to epithelial AR expression r 0,288 p 0.016 , while no correlation are found between CgA expression and stromal AR expression p 0.886 . There is significant difference between epithelial AR expression with grade group p 0.003 , but not with age, histopathologic differentiation Gleason score and PSA. There are significant difference between CgA expression and histopathologic differentiation grade group and Gleason score p 0.018 p 0.038 , but not with age and PSA. No significant difference observed between stromal AR expression with age, histopathologic differentiation gleason score, grade group or PSA. Conclusion There rsquo s a weak correlation between AR and CgA so that AR and CgA expression can be used for the selection of therapy. "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>