Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fildzah Auliaul Haq
"Benzena merupakan cairan tidak berwarna yang memiliki bau khas dan bersifat toksik yang dapat terkonsentrasi di udara ambien sebagai zat pencemar udara. Salah satu penggunaan Benzena adalah menjadi unsur pokok pada bahan bakar di mana dia berperan sebagai bahan pengikat oktan dan anti-knock dengan konsentrasi 1-5 sehingga Benzena dapat terkonsentrasi udara dari gas buang kendaraan bermotor dan gas uap dari staisun pengisian bahan bakar. Penelitian ini dilakukan guna mengestimasi tingkat risiko kesehatan pajanan Benzena di udara terhadap siswa-siswi di SMPN 16 Bandung yang dekat dengan sumber pencemar Benzena. Penelitian dilakukan pada Mei-Juni 2017 dengan metode yang digunakan adalah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ARKL. Dari penelitian didapatkan hasil konsentrasi Benzena di udara ambien memiliki rata-rata sebesar <0,316 mg/m3.

Benzene is a toxic colorless liquid which has sweet odor that can be concentrated in ambient air as pollutant. Benzene is used as constituent element in fuels which has function to bind octant and as anti knock with concentration of 1 5 , so that Benzene can be released to ambient air from vehicle exhaust gases and vapor gases from fueling stations. This study was conducted to estimate the health risk of exposure to air Benzene among the student at SMPN 16 Bandung which is located close to the source of pollutants Benzene. The study run during May June 2017 using Environmental Health Risk Analysis EHRA. The result showed that Benzene concentration in ambient air had average of <0,316 mg/m3.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delyna Agustia Ning Tias
"Tempat Pembuangan Akhir TPA sampah yang menggunakan teknik open dumping dalam pengelolaan sampahnya dinilai sangat berisiko terhadap lingkungan di sekitarnya karena adanya proses perlindian yang dapat mencemari tanah. Masyarakat yang menggunakan air tanah sebagai sumber air minumnya berisiko untuk terkena dampak kesehatan dari kandungan logam berat yang berasal dari cemaran air lindi. Kadmium dan timbal merupakan logam yang dapat bersifat toksik apabila dikonsumsi secara berlebihan. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko kesehatan lingkungan untuk mengestimasi risiko kesehatan akibat pajanan logam kadmium dan timbal yang terdapat pada air minum masyarakat di sekitar TPA sampah Namo Bintang. Terdapat 96 sampel individu dewasa yang diperoleh melalui data sekunder dalam penelitian ini yang berasal dari dusun IV dan V Desa Namo Bintang. Sampel lingkungan adalah sampel air sumur masyarakat yang telah diambil pada penelitian sebelumnya oleh Ashar 2013 untuk kandungan timbal dan Ashar 2013 untuk kandungan kadmium. Dari hasil perhitungan analisis risiko menunjukkan bahwa tingkat risiko pajanan kadmium dan timbal melalui air minum pada masyarakat dengan skenario intake minimal dan rata-rata tidak berisiko atau aman untuk pajanan realtime maupun lifespan RQ < 1 sedangkan untuk skenario maksimal, pajanan kadmium dan timbal untuk pajanan realtime dan pajanan lifespan dinyatakan berisiko RQ > 1 sehingga diperlukan manajemen risiko yaitu dengan mengurangi konsentrasi asupan dan laju asupan. Selain itu, masyarakat juga harus menjaga TPA dengan tidak membuang sampah kembali disana dikarenakan TPA tersebut sudah ditutup, dan pemerintah juga dapat membantu dengan menyuplai air, baik itu air minum maupun air bersih dari sumber lain yang aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Landfill using open dumping method has potential risk to contaminate groundwater of the surrounding environment because of leaching process. Population that use groundwater as their drinking water source has health risk from heavy metal exposure. Cadmium and lead are toxic if they consumed in exessive ammount. This study use health environment risk analysis to estimate health risk from cadmium and lead exposure through drinking water at population around landfill Namo Bintang. There are 96 samples of secondary data from Dusun IV and V Namo Bintang village. Environment samples is well water from population households from Ashar 2013 for lead and Ashar 2016 for cadmium contains. From the calculation of risk analysis showed that risk level of cadmium and lead exposure through drinking water with minimum and mean scenario are not risky or safe for realtime and lifespan exposure RQ 1 . For maximum intake scenario, cadmium and lead exposure are risky RQ 1 and need risk management with reduce consuming rate and agent concentration. Since the landfill was closed, the population also have to keep the landfill clean and do not throwing the waste into the landfill. The governance also can helping the population to fulfill their need of water with supplying water from safe and clean source."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Astarina
"Demam berdarah dengue di Kota Administrasi Jakarta Selatan mengalami fluktuasi selama 5 tahun terakhir dan pada tahun 2016 angka insiden naik lebih dari 3 kali lipat dari tahun sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim curah hujan, kelembaban, suhu dan kepadatan penduduk dengan angka insiden DBD. Studi ini merupakan studi ekologi time series dan dianalisis dengan uji korelasi. Data angka insiden DBD diperoleh dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Data iklim bulanan diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Jakarta. Data kepadatan penduduk diperoleh dari Badan Pusat Statistika DKI Jakarta. Hasil penelitian menyatakan bahwa suhu dan kepadatan penduduk tidak memiliki hubungan bermakna dengan angka insiden DBD p > 0,05 . Angka insiden DBD memiliki hubungan yang bermakna dengan curah hujan r = 0,384 ; p = 0,002 , kelembaban r = 0,496 ; p = 0,000.

Dengue hemorrhagic fever DHF in South Jakarta Administration City was fluctuating during 2012 2016 and in 2016 the incidence rate IR was more than tripled from the previous year. This study aims to determine the relationship between climatic factors rainfall, humidity, temperature and population density with the incidence rate IR of DHF. This study is a time series ecology study and was analyzed by correlation test. Incidence rate IR data was obtained from the South Jakarta District Health Office. Monthly climate data was obtained from the Meteorology, Climatology and Geophysics Department of Jakarta. Population density data was obtained from the Central Statistics Department of DKI Jakarta. The results demonstrate that temperature and population density have no significant correlation with dengue incidence rate p 0,05 . The incidence rate IR had a significant correlation with rainfall r 0.384 p 0.002 , humidity r 0.496 p 0,000."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ony Rosalia
"Peningkatan kendaraan transportasi menyebabkan pencemaran udara. PM2,5 polutan utama memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan. Kondisi cekungan Bandung menyebabkan polutan terperangkap karena penyebaran polutan terhambat. Penelitian bertujuan menganalisis risiko kesehatan pada remaja siswa SMPN 16 Bandung akibat pajanan inhalasi PM2,5 di lingkungan sekolah. Desain studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ARKL . Pengukuran konsentrasi PM2,5 dilakukan pada 10 titik menggunakan Haz Dust EPAM 5000. Sampel siswa kelas VIII sebanyak 66 siswa yang dipilih secara acak. Rata-rata konsentrasi PM2,5 sebesar 29,34 g/m3 , masih di bawah nilai baku mutu menurut PP Nomor 41 Tahun 1999 65 g/Nm3. Adanya peningkatan Intake realtime, 3 tahun dan 12 tahun secara berturut-turut 7.53x10-5, 1.25x10-4, 5.02x10-4 mg/kg/hari. Intake PM2,5 tinggi pada siswa dengan berat badan rendah dibandingkan dengan siswa dengan berat badan yang besar. Estimasi risiko kesehatan dinyatakan sebagai risk quotient RQ yang dihitung dari rata-rata intake pajanan PM2,5 terhadap siswa dan dosis referensi RfC , RQ>1 menunjukkan risiko perlu dikendalikan. Hasil analisis dengan durasi pajanan realtime, 3 tahun, dan 12 tahun menunjukkan batas aman terhadap pajanan PM2,5 RQ < 1 . Secara keseluruhan siswa kelas VIII tidak berisiko terhadap pajanan inhlasi PM2,5 di Lingkungan sekolah.

Increase in transport vehicles causes air pollution. Major pollutant of PM2.5 provides an enormous impact on health. Basin condition in Bandung causes the pollutants to be trapped because the pollutant cannot be released. The aim of this research is to analyze the health risks of junior high school students of SMPN 16 Bandung due to PM2.5 inhalation exposure in the school environment by using Environmental Health Risk Assessment method. PM2.5 concentration assessment was conducted at 10 points with a sample of 66 students rsquo grade VIII selected randomly. The average concentration of PM2.5, which was 29.34 g m3 was still below the standard value regulated by Government Regulation No. 41 of 1999 65 g Nm3. The increased in real time intake for 3 years and 12 years respectively were 7.53x10 5, 1.25x10 4, 5.02x10 4 mg kg day. PM2.5 intake was higher in students with light weight than students with heavy weight. Estimated health risks was expressed as risk quotient RQ calculated from the average of PM2.5 exposure intake on students and reference dose RfC , RQ 1 indicated the risk needed to be controlled. The results of the analysis with the duration of real time exposure for 3 years and 12 years showed a safe limit to PM2.5 exposure RQ.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69320
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zani Suhananto
"Kromium (VI) adalah elemen alami yang ditemukan di dalam bebatuan, tanah, tumbuhan, hewan, abu dan gas gunung berapi, serta bersifat karsinogen. Penelitian sebelumnya menunjukkan tingginya konsentrasi kromium pada air minum (rata-rata 0,29 mg/L) penduduk di area Ring-1 pertambangan emas tradisional Gunung Pongkor-Bogor dan nilai tingkat risiko 3,371. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kontaminasi kromium (VI) pada area Ring-1 telah menyebar keluar Ring-1 dan dan bagaimana tingkat risiko pajanan kromium (VI) dari air minum dan makanan terpilih beserta gangguan ? gangguan kesehatan penduduknya. Desa Curug Bitung, Kecamatan Nanggung, Bogor terpilih sebagai wilayah penelitian yang letaknya di luar Ring-1. Metode Public Health Assessment digunakan dalam penelitian ini dengan menggabungkan metode analisis risiko kesehatan lingkungan (evaluasi pemajanan) dan Type-1 Health Study (evaluasi efek kesehatan). Konsentrasi kromium (VI) pada air minum diambil dari 35 sampel rumah tangga, sedangkan untuk makanan diambil dari sampel makanan terpilih berdasarkan hasil food frequency penduduk Curug Bitung. Data antropometri, pola konsumsi, dan pola aktivitas penduduk dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner untuk mengetahui laju asupan (intake) pajanan kromium (VI) penduduk Curug Bitung. Evaluasi efek kesehatan dilakukan dengan melihat proporsi gangguan gastrointestinal dan gangguan kulit yang merupakan efek kritis dari pajanan kromium (VI) secara ingesti. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi kromium (VI) pada air minum sebesar 0,0089 mg/L, masih di bawah baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/IV/2010 sebesar 0,05 mg/L dalam kromium total. Konsentrasi kromium (VI) tidak terdeteksi pada makanan terpilih yang berupa nasi (karbohidrat), daun singkong (sayur), ikan (lauk) , dan pisang (buah) (batas deteksi alat / LOD sebesar 0,0322 mg/L). Tingkat risiko pajanan kromium (VI) bernilai kurang dari 1 yang berarti tidak berisiko. Proporsi kejadian diare (mewakili gastrointestinal) dan gangguan kulit masing-masing sebesar 8,9% dan 25%. Kesimpulan yang didapatkan bahwa konsentrasi kromium (VI) belum menyebar keluar Ring-1 area pertambangan emas tradisional Gunung pongkor.

Chromium (VI) is natural element found in rocks, soil, plants, animals, ash and volcanic gases, and is a carcinogen. Previous study showed a high concentration of chromium in drinking water (0,29 mg/L) of the population in the area of Ring-1 artisanal gold mining site in Gunung Pongkor, Bogor with value risk quotient (RQ) 3,371. Present study aims to determine whether the contamination of chromium (VI) in the area of Ring-1 has spread beyond the Ring-1 and how the risk quotient of chromium (VI) exposure from water and selected food and the health effects on population. Curug Bitung village, Bogor was selected as the study area that is located outside the Ring-1. Public Health Assessment methods used in this study with combining encironmental health risk assessment and Type- 1 Health Study. Concentration of chromium (VI) in drinking water taken from 35 housholds sample, while in food samples taken from selected foods based on food frequency of Curug Bitung population. Anthropometric data, consumption patterns, and the patterns of activity of the populationwas taken by interviewed using questionnaire. Evaluation of health effects conducted by looking at the proportion of gastrointestinal and skin disorder which is a critical effect of oral chromium (VI) exposure. The results showed an average concentration of chromium (VI) in drinking water of 0,0089 mg/L, still below the standards Regulation of the Minister of Health 492/2010 (0,05 mg/L,total Chromium). Concentration of chromium (VI) was not detected in selected foods such as rice, cassava leaves, fish, and banana the level of risk exposure of chromium (VI) is less than 1 that means no risk. The proportion of diarrhea and skin disorders respectively by 8,9 % and 25 %. The conclusion was found that the concentration of chromium (VI) has not spread beyond the Ring-1 traditional gold mining area of Gunung Pongkor."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43175
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Puspita Sari
"ABSTRAK
Kromium merupakan salah satu di dalam 129 polutan prioritas di dalam catatan
The Environmental Protection Agency (EPA). Pada penelitian sebelumnya
kromium memiliki risiko (RQ) paling tinggi sebesar 3,371 pada air minum
(konsentrasi 0,29 mg/l). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi risiko
pajanan kromium dari sumber air minum dan bahan pangan terpilih. Metode
Public Health Assessment (PHA) digunakan untuk melihat evaluasi pemajanan
dan evaluasi efek kesehatan, serta kepedulian masyarakat. Sampel penelitian ini
adalah 60 rumah tangga dengan menguji 12 sampel air, 12 sampel beras, 4 sampel
labu siam, dan 4 sampel buah pisang dengan laju konsumsi tertinggi. Data
antropometri, pola konsumsi, dan pola aktivitas penduduk dikumpulkan dengan
wawancara kuesioner untuk mengetahui intake pajanan kromium penduduk.
Proporsi gangguan gastrointestinal dan gangguan kulit dilihat sebagai efek kritis
dari pajanan kromium (VI) secara ingesti. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
konsentrasi kromium (VI) pada beras sebesar 0,093 mg/kg, pada labu siam 0,048
mg/kg, dan 0,268 mg/kg pada pisang. Sampel makanan diukur berdasarkan nilai
limit batas alat ukur 0,035 mg/kg. Sedangkan untuk air, nilai kandungan kromium
(VI) tidak terdeteksi, nilai ini masih di bawah nilai baku mutu Peraturan
Pemerintah No. 8 Tahun 2001 yaitu 0,05 mg/liter di dalam kromium total. Tingkat
risiko pajanan kromium pada air yang dikonsumsi bernilai kecil dari 1 yang
berarti tidak berisiko, sedangkan untuk semua bahan makanan pada kelompok
usia dewasa nilai risiko nya adalah lebih dari 1. Proporsi kejadian diare adalah
sebanyak 13,33% dan 30% mengalami gangguan kulit

ABSTRACT
Chromium is one of 129 pollutants priority in the Environmental Protection
Agency listed. Previous studies show that chromium have the highest risk 3,371in
drinking water with 0,29 mg/l concentration. This research aims to know the
estimated risk exposure of chromium from drinking water and food elected. The
methods of Public Health Assessment (PHA)is used to evaluated exposure and
health effect, and the community concern. Research sample are 60 households
with 12 samples of water, 12 rice, 4 chayote, and 4 bananas (food with the highest
consumption). Anthropometry data, consumption and activity patterns of residents
gathered with questionnaires to know the exposure intake of chromium in the
population. The proportion of gastrointestinal and skin disorders are seen as the
critical effects of chromium (VI) exposure. The results showed an average of
chromium (VI) in rice 0,093 mg/kg, in chayote 0,048 mg/kg, and 0,268 in
bananas. All food samples are measured by limit of detection 0,035 mg/kg. The
results for chromium (VI) in the sample of water is not detected and still safe
below the Government Regulation No.8/2001(0,05 mg/l in chromium total). The
risk exposure of chromium in the water consumed worth less than 1 which means
no risk, while for all foods in adult age was greater than 1. The proportion of
diarrhea is 13,33% and 30% have skin disorders."
2016
T46403
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Fadhillah
"ABSTRAK
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu bagian dari wilayah Indonesia yang memiliki keanekaragaman geologi, biologi dan budaya, yang wajib untuk dilestarikan. Salah satu cara yang dapat membantu pelestarian keanekaragaman ini adalah dengan menciptakan Geopark. Pengembangan wilayah yang dilakukan dapat mempengaruhi kualitas hidup masyarakat di wilayah geopark. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pengembangan Geopark Ciletuh Pelabuhan Ratu terhadap kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial dan aktivitas spiritual kualitas hidup masyarakat yang tinggal di wilayah geopark. Metode Public health Assessment PHA digunakan untuk melihat hasil awal dampak dari pengembangan lingkungan terhadap kesehatan. Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai 101 responden yang tinggal di wilayah geopark serta mengobservasi wilayah geopark dan juga melakukan pengujian pada 16 sampel air bersih. Hasil statistik dan hasil wawancara yang dilakukan pada penelitian ini menunjukkan perubahan lingkungan fisik yang terjadi di wilayah geopark tidak mempengaruhi kualitas hidup masyarakat yang tinggal di wilayah geopark, untuk hasil observasi terlihat adanya perubahan lingkungan yang terjadi di wilayah Geopark Ciletuh. Kesimpulannya, pengembangan wilayah geopark Ciletuh tidak berpengaruh kepada kualitas hidup masyarakat. Partisipasi masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan dalam pengendalian pembangunan di sekitar wilayah Geopark Ciletuh dalam menjaga kelestarian lingkungan.

ABSTRACT
Sukabumi regency is part of Indonesia region which has geodiversity, biodiversity and cultural diversity, which are required to be preserved. One way that can help preserve this diversity is by creating a Geopark. The development of the region can affect the quality of life of the community in the geopark. This study aims to determine the impact of the development of Geopark Ciletuh Pelabuhan Ratu on physical health, psychological health, social relations and spiritual activity of quality of life of people living in geopark areas. The Public Health Assessment PHA method is used to see the preliminary impact of environmental development on health. This research was conducted by interviewing 101 respondents who live in the geopark region as well as observing the geopark region and also conducted experiments on 16 water samples. The results of statistics and interview conducted in this study indicate that the physical environment changes that occur in the geopark area does not affect the quality of life of people living in the geopark area, for the observation results seen environmental changes that occur in the Geopark Ciletuh region. In conclusion, the development of Geopark Ciletuh area has no effect on the quality of life of the community. Community and government participation are essential in controlling the development around Geopark Ciletuh areas to protecting the environment."
2017
T47734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Prakasiwi
"Latar Belakang: Merkuri telah dikenal sebagai global concern dalam bidang kesehatan dan masalah lingkungan, senyawa-senyawa merkuri sangat toksik terhadap sistem saraf pusat dan perifer. Merkuri telah dikaitkan secara kausal sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi dengan merusak fungsi sel endotel. Akumulasi merkuri dapat mempengaruhi fungsi sel endotel dengan menghambat sintesis nitric oxyde, oksigen reaktif dan Angiotensin converting enzym ACE yang berpartisipasi dalam aksi merkuri dengan meningkatkan produksi Angiotensin II.
Tujuan: Studi ini mengevaluasi konsentrasi merkuri dalam urin terhadap tekanan darah masyarakat di kawasan PESK. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, dengan pemilihan sampel menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi. Kami menggunakan data dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2016 dengan memeriksa konsentrasi merkuri dalam spesimen urin dari 92 sampel orang sehat usia > 20 tahun yang tinggal di kawasan PESK lebih dari 5 tahun.
Hasil: Rata-rata konsentrasi merkuri subyek penelitian adalah sebesar 24,33 49,24 g/L dengan tekanan darah tidak normal sebanyak 27,2 dan konsentrasi merkuri urin tidak normal sebanyak 76,1 , sedangkan pengaruh merkuri urin terhadap tekanan darah diperoleh proporsi merkuri urin tidak normal dan tekanan darah normal sebanyak 74,3 dibandingkan subyek penelitian yang mempunyai kadar merkuri urin normal dan tekanan darah normal (p= 0,774, 95% CI: 0,261-2,109).
Kesimpulan: Variabel umur sebagai variabel confounding merupakan vairabel yang berhubungan signifikan dibandingkan dengan variabel confounding lain. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh faktor risiko pola makan dan aktifitas fisik terhadap tekanan darah serta pengukuran konsentrasi merkuri di udara untuk mengetahui paparan merkuri melalui inhalasi.

Background: Mercury has been recognized as a global concern in health and environmental issues, because it is highly toxic to the central and peripheral nervous system. Mercury has been associated as a risk factor for cardiovascular disease, such as high blood pressure by decreasing endothelial cell function. Accumulation of Hg may affect endothelial cell function by inhibiting the synthesis of nitric oxyde, reactive oxygen and Angiotensin Converting Enzyme ACE which participate in Hg action to the body by increasing the production of Angiotensin II.
Objective: This study evaluated the concentration of urineHg against blood pressure in community at artisanal small scale gold mining ASGM area. Methods This study used a cross sectional design, with data from the Ministry of Health Republic of Indonesia in 2016 by examining the concentration of urine Hg specimens from 92 samples of healthy people age 20 years living in ASGM area more than 5 years.
Result: The average urine Hg concentration was 24.33 49.24 g L with abnormal blood pressure is 27.2 and abnormal urine Hg concentration as much as 76.1 . Urine Hg effect on blood pressure is obtained by the proportion of abnormal urine Hg and normal blood pressure is 74.3 compared to subjects with normal urine Hg levels and normal blood pressure (p= 0.774, 95% CI 0.261-2.109).
Conclusion: Age is consider as confounding variable which significantly related to other confounding. Further research is needed on the influence of other risk factors, such as diet and physical activity against blood pressure in communities at ASGM area. Measurement on Hg air concentration at ASGM area also needed for reference of Hg exposure through inhalation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47999
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Fitria Ningrum
"[ABSTRAK
PM2,5 dapat masuk ke alveoli dan menjadi pemicu terjadinya inflamasi sehingga menyebabkan penurunan fungsi paru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis secara spasial hubungan antara konsentrasi PM2,5 udara dalam rumah dengan penurunan fungsi paru pada ibu rumah tangga sekitar industri Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi tahun 2015. Desain penelitian cross sectional modifikasi geographical epidemiology pada 125 ibu rumah tangga berusia 20-45 tahun yang akan diperiksa fungsi parunya
menggunakan spirometri serta 125 sampel PM2,5 udara dalam rumah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 58,4% ibu rumah tangga yang mengalami penurunan fungsi paru. Hasil analisis multivariat dapat disimpulkan bahwa ibu rumah tangga berusia 20-45 tahun yang tinggal di rumah dengan konsentrasi PM2,5 tidak memenuhi syarat berisiko 2,4 kali lebih besar mengalami penurunan fungsi paru dibandingkan ibu rumah tangga yang tinggal di dalam rumah dengan
konsentrasi PM2,5 memenuhi syarat setelah dikontrol variabel ventilasi dan pajanan asap rokok. Analisis spasial menunjukkan RW 5 dan RW 8 Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat merupakan wilayah RW dengan zona prioritas untuk dilakukan intervensi kesehatan.

ABSTRACT
Fine particles more dangerous because they penetrate more deeply into the lung and may reach the alveolar region and reduce lung function. The aim of this study was to analys spatially association between indoor fine particles and lung function levels among housewife around steel industry. A cross sectional design study combine with geographical epidemiology of 125 houses that the unit analysis were 125 housewives from 20 to 45 years. The results showed that there were 58,4% housewives had decline lung function. Multivariate analysis concluded that housewives aged 20-45 years with indoor fine particles (PM2,5) inadequate 2.4 times risk higher to reduced lung function than adequate indoor fine particles after controlled by ventilation and tobacco smoke exposure. Spatial analysis concluded that RW 5 and RW 8 Sukadanau, West Cikarang were in priority zone with very high risk area.;Fine particles more dangerous because they penetrate more deeply into the lung
and may reach the alveolar region and reduce lung function. The aim of this study
was to analys spatially association between indoor fine particles and lung function
levels among housewife around steel industry. A cross sectional design study
combine with geographical epidemiology of 125 houses that the unit analysis
were 125 housewives from 20 to 45 years. The results showed that there were
58,4% housewives had decline lung function. Multivariate analysis concluded that
housewives aged 20-45 years with indoor fine particles (PM2,5) inadequate 2.4
times risk higher to reduced lung function than adequate indoor fine particles after
controlled by ventilation and tobacco smoke exposure. Spatial analysis concluded
that RW 5 and RW 8 Sukadanau, West Cikarang were in priority zone with very
high risk area.;Fine particles more dangerous because they penetrate more deeply into the lung
and may reach the alveolar region and reduce lung function. The aim of this study
was to analys spatially association between indoor fine particles and lung function
levels among housewife around steel industry. A cross sectional design study
combine with geographical epidemiology of 125 houses that the unit analysis
were 125 housewives from 20 to 45 years. The results showed that there were
58,4% housewives had decline lung function. Multivariate analysis concluded that
housewives aged 20-45 years with indoor fine particles (PM2,5) inadequate 2.4
times risk higher to reduced lung function than adequate indoor fine particles after
controlled by ventilation and tobacco smoke exposure. Spatial analysis concluded
that RW 5 and RW 8 Sukadanau, West Cikarang were in priority zone with very
high risk area.;Fine particles more dangerous because they penetrate more deeply into the lung
and may reach the alveolar region and reduce lung function. The aim of this study
was to analys spatially association between indoor fine particles and lung function
levels among housewife around steel industry. A cross sectional design study
combine with geographical epidemiology of 125 houses that the unit analysis
were 125 housewives from 20 to 45 years. The results showed that there were
58,4% housewives had decline lung function. Multivariate analysis concluded that
housewives aged 20-45 years with indoor fine particles (PM2,5) inadequate 2.4
times risk higher to reduced lung function than adequate indoor fine particles after
controlled by ventilation and tobacco smoke exposure. Spatial analysis concluded
that RW 5 and RW 8 Sukadanau, West Cikarang were in priority zone with very
high risk area., Fine particles more dangerous because they penetrate more deeply into the lung
and may reach the alveolar region and reduce lung function. The aim of this study
was to analys spatially association between indoor fine particles and lung function
levels among housewife around steel industry. A cross sectional design study
combine with geographical epidemiology of 125 houses that the unit analysis
were 125 housewives from 20 to 45 years. The results showed that there were
58,4% housewives had decline lung function. Multivariate analysis concluded that
housewives aged 20-45 years with indoor fine particles (PM2,5) inadequate 2.4
times risk higher to reduced lung function than adequate indoor fine particles after
controlled by ventilation and tobacco smoke exposure. Spatial analysis concluded
that RW 5 and RW 8 Sukadanau, West Cikarang were in priority zone with very
high risk area.]"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T42960
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library