Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martuti Kuntoro
"ABSTRAK
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar menjadi komponen esensiai dalam banyak kegiatan hidup. Semakin meningkatnya persaingan di tengah era globalisasi seperti saat ini dan perkembangan teknologi yang semakin canggih, semakin banyak pula tuntutan terhadap siswa terutama dalam bidang matematika, Hal ini seringkali membuat matematika dianggap sebagai pelajaran yang maha penting oleh siswa., sehingga seringkali menyebabkan timbulnya kecemasan matematika (math anxiety) dalam diri siswa. Kecmasan matematika dapat disebabkan oleh banyak faktor, Flett, Greene, dan Hewitt (2004), menuujukkan adanya hubungan antara self-oriented peifectionism dengan rasa takut yang disebabkan oleh ketakutannya sendiri {anxiety sensitivity), sehlngga siswa yang menetapkan standar tinggi bagi dirinya sendiri sering merasa tidak puas hila tidak mencapai kesempurnaan dan mereka juga seringkali merasa cernas, terutama pad a bidang yang menuntut konsentrasi tinggi seperti matematika. Selain itu, Croley (2003) menyatakan bahwa orang tua yang tidak memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas matematika dan mempunyai tuntutan yang tidak realistis terhada:p kemampuan matematika siswa juga dapat meniugkatkan kecemasan maternatika. Namun, Flett, Hewitt dan Singer (1995) menemukan bahwa bentuk pola asuh orang tua yang otoritarian yaitu orang tua yang terlalu menuntut dan menekankan kepatuhan menyebabkan socially-prescribed perfectionism (perfeksionisme yang ditentukan oleh lingkungan, seperti persepsi seseorang tentang apa yang diharapkan oleh !ingkungan atau masyarakat, termasuk orang tua mereka, terbadap diri mereka). Dalam penelitiannya yang bersifat kualitatif, Croley (2003) juga menemukan babwa karakteristik kepribadian guru dan ketidakmarnpuannya da!am mendidik dapat menyebabkan timbulnya kecemasan dalam diri siswa melebihi faktor~faktor ekstemal Jainnya. Untuk memperjelas hubungan antara variabel perfeksionisme siswa, pola asuh orang tua dan karakteristik guru terhadap kecemasan matematika dan untuk melihat kontribusi terbesar ketiga variabel tersebut secara keseluruhan, dHakukan penelitian yang bersifat kuantitatif dl dua jenis sekolah, yairu SMP Negri dan SMP Swasta dengan menggunakan kuesioner yang diherikan kepada 261 siswa sekolah menengah pertama. HasH penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan perfeksionisme siswa dan pola asuh orang tua tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kecemasan matematika, sedangkan yang mempunyai hubungan sangat signifikan adalall karaktelistik guru. Namun hasil analisis yang lebih mendalam terhadap dimensi-dimensi dari masing~-masing variabel menunjukkan, bahwa socially prescribed perfectionism dan pola asuh orang tua yang permisif juga mempunyai hubungan yang sangat signifikan terhadap kecemasan matematika. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa bentuk pola asuh orang tua yang otoritarian mempunyai hubungan yang saugat signifikan dengan perfeksionisme siswa dan kedua dimensinya. HasH penelitian yang lebih menda!am pada variabel karakteristik guru membuktikan bahwa dengan memberikan motivasi yang tepat pada saat guru mengajar matematika dan meningkatkan bantuan serta dukungan dari orang tua di rumah dapat mereduksi kecemasan matematika khususnya siswa sekolah menengah pertama. Berdasarkan hal tersebut. maka disarankan kepada para guru matematika untuk lebih mendalaml dan menerapkan teori motivasi yang dikemukakan oleh Jolm KeUer (dalam Reigeluth. 1983) yang sekaiigusjuga meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

ABSTRACT
Mathematics is a basic component in many activities of our life. The more competition in teclmology, the more demand to students knowledge of Mathematics. This fact can cause mathematics anxiety among the children. Many other factors could also cause mathematics anxiety. Flett. Greene, and Hewitt (2004). indicated that there is a connections between self-oriented perfectionism and anxiety sensitivity. Students who want to reach a higher degree in mathematics often feel unsatisfaction of themselves and anxiety more than other students. It happens especially to students who failed to reach personal targets in mathematics, which demands from high level of concentration. Croley (2003), explained that parents who don't help their children in their studies of mathematics but have unrealistic demands regarding standard of children's knowledge, these parents could raise children's mathematics anxieties level. Flett, Hewitt, and Singer ( 1995). indicated that authoritarian parent which very demanding and emphasize obedience of their children could cause socially prescribed perfectionism in their children. In his qualitative research, Croley (2003) also found that teacher characteristic and their lack ability of teaching and educating students could cause more anxiety in their students than other external factors. This quantitative research on 261 Junior High School Students purpose is to make it clear how the student's perfectionism. parental authority, and teacher characteristic have a connection ?with mathematics anxiety. The result of this research indicated that student's perfectionism and the parental authority have not a significant relationship with mathematics anxiety generally. But, the result for deeper analyze in the dimension of each variable, indicated that socially prescribed perfectionism and permissive parents have significant relationship with mathematics anxiety especially in Junior High School Students. The result for deeper analyze in the dimension of characteristic teacher, found that motivation for students during mathematics lesson is very important to give in a right time, The motivation's theory that suggested in this study is the John Keller's theory of motivation (in Reigeluth, 1983) that could also improve students' learning capabilities and their thinking skill."
2007
T33726
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho
"Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan model peningkatan self regulated Iearning siswa di sekolah favorit. Penelitian ini dilakukan di sekolah-sekolah favorit di kota Semarang dengan pertimbangan bahwa sejumlah atribut variabel yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini lebih mudah diperoleh ketimbang di sekolah-sekolah umum. Sekolah favorit menjadi sentrum perhatian dalam penelitian ini mengingat bahwa meskipun jumlahnya kecil sedikit namun dalam kenyataanya sekolah favorit memiliki pengaruh yang besar terhadap sekolah-sekolah lain khususnya dalam hal praktek pembelajaran.
Meskipun keberadaannya banyak mengundang kontroversi namun apa yang dilakukan sekolah favorit sering ditiru oleh sekolah Iain. Kehadiran sekolah favorit menjadi trends setter bagi sekolah lain karena kenyataannya sekolah-sekolah favorit memberikan kontribusi yang besar terhadap usaha pengembangan sumber daya mansula. Siswa-slswa yang berada dl sekolah favorit umumnya siswa yang berbakat yang dapat dipahami sebagai anugerah Tuhan dan anugerah alam (Semiawan, 2000) dan jika mendapatkan layanan pendidikan yang bagus maka mereka bisa disebut anugerah dari pengasuhan.
Pertanyaan dasar penenltiian ini adalah: a. Bagaimanakah model hubungan struktural antar variabel penelitian yang tepat yang bisa mendeskripsikan peningkatan self regulated learning siswa; b. Seberapa besar sumbangan masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen ? Dengan menggunakan teknik analisis statistik LISREL saya melakukan pengujian terhadap model hubungan struktural antar variabel sekaligus menguji sembilan hipotesis yang diajukan sesuai konstruk terotitik yang disusun.
Hasil analisis data menggunakan LISREL menunjukkan bahwa diantara variabel penelitian yang dikaji mebuktikan bahwa model pembelajaran konstruktivistik yang dihayati siswa dan kemampuan berpikir kreatif merupakan variabel yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap terbentuknya self regulated Iearning siswa. Hal ini berarti untuk sampel penelitian siswa di sekolah favorit bentuk hubungan struktural antar variabel yang signifikan positif adalah model pembelajaran konstruktivisme dan kemampuan berpikir kreatif yang mampu meningkatkan self regulated Iearning siswa.
Temuan ini menunjukkan bahwa ternyata kekuatan utama yang dimiliki oleh sekolah favorit (SMA) adalah kemampuannnya dalam meningkatkan self regulated Iearning melalui proses pembelajaran yang bersifat konstruktivlstik dan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Kontribusi yang esensial dari temuan penelitian ini untuk dunia pendidikan dan pengembangan sumberdaya manusia adalah bagaimana seharusnya pendidikan membentuk individu-individu yang memiliki karakteristik mampu mengelola diri sendiri dalam belajar (self regulated learning) yang akhirnya mampu menjadi pribadi yang otonom dan authentic sehingga mampu mengembangkan potensi keberbakatan yang dimiliki. lndividu yang memiliki self regulated learning tinggi akan dapat membebaskan diri dari sikap benci dan permusuhan serta terbebas dari kecenderungan suka menyalahkan orang lain.
Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat diajukan rekomendasi sebagai berikut: 1) sangat penting untuk bisa mengembangkan desain proses pembelajaran khususnya yang bersifat konstruktivistik dan kaya rangsang emosional sehinga mampu menumbuhkan self regulated learning siswa. 2) sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam diri siswa melalui desain pembelajaran konstruktivism sebagai usaha untuk meningkatkan Self regulated learning siswa. 3). Diperlukan penelitian lanjutan untuk menguji seberapa kuat model yang ditemukan dalam penelitian ini dengan melibatkan sampel yang lebih luas bukan hanya di SMA favorit saja. 4). Diperlukan orientasi ideologi baru dalam praksis pendidikan dengan maksud untuk membangun karakter individu yang bercirikan self regulated Ieamlng ketimbang pemerolehan pengetahuan siap pakai secara instan.

This study was aimed at inventing a proposed model to enhance students' self-regulated learning at favorite schools. The study was conducted at favorite schools with respect to the fact that the number of attributes to be studied was more abundant and easily available than those in common schools. Favorite schools have challenging magnitude to explore in spite of the fact that they are small in number, however, their influence is very dominant in addressing determinant changes of teaming practices.
Although they have called for controversies, they have been much imitated by other schools. Their presence has been a trend setter for changes at other public schools; what is more, their contribution to human resources development is factual. At such schools, the students, regarded as a giit of God or gifi of nature (Semiawan, 200), and when given excellent education, deserve the label ofa gin of nurture.
The fundamental questions of the study are: a) what is the model of the structured relationship among appropriate and significant variables under study like? b) how big is the contribution of each exogenous variables to the endogenous ones' By applying the statistical analysis technique of LISREL, I conducted a test on the structural equation model of interrelated variables by way of examining nine proposed hypotheses compatible with the proposed theoretical construct.
The result of the data analysis based on LISREL technique proves that the really significant predicted contribution to the variety of self-regulated Ieaming is the constructivism leaming as perceived by the students besides their creative thinking competency. It means that for the sampled students of favorite schools, the form of the appropriate structural equation is the leaming processes which are perceived by students as the eonstructivism leaming and creative thinking competency contributive to the self-regulated learning style.
It is, therefore, obvious that one of the strong points possessed by favorite senior public schools is their capacity to enhance students self-regulated learning through the teaming processes perceived as constructivism teaming style and creative thinking competency of the students.
The essential contribution to education for the sake of human resources development is to shape individuals characterized by their highly acquired self-regulated teaming so that they become autonomous and authentic individuals capable to actualize their giiied potentials. Individuals with highly self-regulated learning possess high self-esteem alike so that they are free from hostile attitude and tendency to blame other people.
Based on the research findings, the following recommendations are offered here: 1) it is important to design learning processes, especially the constructivism one due to its rich emotional stimulation so as to generate students' self-regulated leaming. 2) It is important to enhance students? creativity through the constructivism leaming style so as to generate basal development for self-regulated learning. 3) It is necessary to conduct a further study to test the rigor of this discovered model by involving a wider sample size not only from favorite schools. 4) It is necessary to orient the ideological, educational praxis to attempts of individual character building featured with self-regulated learning rather than acquired knowledge ready for instant use.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
I Nyoman Surna
"Pengajuan masalah ini bersumber dari pengamatan, ungkapan kalangan pemakai jasa pendidikan, pengamat pendidikan di mana kinerja mengajar guru khususnya guru tamatan IKIP Manado program strata satu (S1) yang sudah mengajar pada Sekolah Menengah Umum dan Kejuruan di Kotamadya Manado, Kabupaten Minahasa dan Bolaang Mongondow belum.menampakkan kinerja mengajar yang diharapkan. Mereka siap untuk ditatar dan bukan siap untuk mengajar. Isu yang dilekatkan juga adalah menurunnya prestasi belajar subjek didik Sekolah Menengah Umum dan Kejuruan terutama dapat dilihat dari Nilai Ebtanas Murni (NEM) dan hasil ujian tulis Sipenmaru dari tahun ke tahun, di mana hasilnya menempati urutan yang kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan basil yang dicapai oleh subjek didik dari daerah lainnya di Indonesia.
Setelah ditelusuri bahwa ruang hidup psikologis guru diasumsi iaempunyai hubungan tertentu dengan kinerja menaaiarnya. Ruang hidup psikologis adalah inti teori Lewin. Ruang hidup psikologis adalah hasil interaksi antara pribadi, dengan lingkungan psikologisnya yang dihadapi sekarang ini (prinsip kekinian Lewin). Ada sebelas variabel yang diamati dalam ruang hidup psikologis guru. Lima variabel yaitu (1) sistem budaya birokrasi daerah, (2) gaya hidup masyarakat, (3) kepemimpinan kepala sekolah, (4) pelaksanaan tugas administrasi, dan (5) penghargaan masyarakat terhadap profesi guru ditetapkan sebagai variabel lingkungan psikologis. Enam variabel yaitu (1) keterpanggilan untuk menjadi guru, (2) kebutuhan hidup guru, (3) penghayatan terhadap pekerjaan guru, (4) komitmen terhadap etika profesi, (5) konsep diri guru, dan (6) sikap terhadap profesi guru ditetapkan sebagai variabel pribadi. Hasil interaksi antara variabel-variabel lingkungan psikologis dengan variabel-variabel pribadi diamati kontribusinya terhadap kinerja mengajar guru."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
D364
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukiat
"Tujuan penelitian ini adalah meneliti faktor-faktor apa saja yang terkandung pada konsep tanggung jawab, dan mengembangkan alat ukurnya. Penelitian ini dilakukan oleh karena sejauh ini konsep tentang tanggung jawab perlu diperjelas mengingat tanggung jawab sangat berperan daIam setiap aspek kehidupan manusia, khususnya dalam bidang profesi psikologi. Dalam kaitannya dengan profesi psikologi sangat esensial bahwa para ahli psikologi mampu menjalankan profesinya secara bertanggung jawab sesuai dengan Kode Etik Sarjana Psikologi dan mampu memberikan pelayanan kepada pemakai jasa psikologi dalam mengidentifikasikan secara tepat kemampuan dan tanggung jawab yang dimiliki calon karyawan, karyawan yang hendak ditempatkan di posisi tertentu, promosi karyawan, serta usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia menjadi tenaga yang Iebih produktif dalam pembangunan nasional.
Hal tersebut di atas merupakan partisipasi para ahli psikologi pada pembangunan nasional yang pada saat ini sedang digalakkan di Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa hakekat dari pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (GBHN 1988). Manusia Indonesia seutuhnya antara lain memiliki rasa tanggurlg jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pembangunan nasional memiliki dua faktor yaitu, 1) subjek yang menjadi sasaran pernbangunan agar menjadi manusia seutuhnya yang antara lain memiliki rasa tanggung jawab, dan 2) subjek sebagai manusia yang melaksanakan pembangunan. Dari para pelaksana pembangunan ini salah satunya dituntut suatu kualitas kepribadian tanggungjawab.
Kualitas tanggung jawab menurut Frankl (1973) rnerupakan suatu karakteristik dari eksistensi manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain seperti, hewan. Sejalan dengan pendapat Frankl, Yalom (1980) mengemukakan bahwa penghindaran diri untuk memiliki tanggung jawab akan menyebabkan manusia mengalami gangguan-gangguan psikis. Selanjutnya ia mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa dari sepuiuh faktor kuratif terpenting dari terapi yang dilakukannya secara kelompok, salah satunya adalah belajar memiliki tanggung jawab dalam menjalani kehidupan. Shoben (dalam Blocher, 1966 dan Severin, 1965) menyatakan bahwa tanggung jawab merupakan kriteria dari kematangan kepribadian. Jadi pendapat para ahli di atas, menunjukkan bahwa salah satu indicator dari manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia yang memiliki tanggung jawab.
Yang menjadi permasalahan adalah, upaya-upaya apakah untuk memperkirakan (assessment) sejauh mana individu memiliki tanggung jawab, dan upaya-upaya apakah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan tanggung jawab pada individu agar menjadi manusia seutuhnya sebagai sumber daya manusia yang produktif bagi pembangunan. Permasalahan ini muncul karena para ahli membahas tanggung jawab hanya melihat dari faktor tertentu saja. Sehingga konsep tentang tanggung jawab belum memberikan gambaran yang komprehensif Misalnya Renzulli (1981) melihat tanggung jawab dalam kaitannya dengan pengikatan diri pada tugas. Mc Clelland (1971) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa Salah satu ciri orang yang memiliki motif berprestasi tinggi adalah mempunyai tanggung jawab pribadi dalam setiap tindakannya baik yang sukses maupun yang gagal. Hal ini berarti Mc Clelland memandang tanggung jawab sebagai suatu kesediaan menanggung resiko. Certo (1985), Hellziegel (1978) mengemukakan bahwa tanggung jawab adalah kewajiban untuk menyelesaikan suatu tugas secara tuntas. Bagi Spiro (1969) tanggungjawab merupakan kewajiban (obligation), tanggung gugat (accountabilily) dan penyebab terjadinya suatu akibat (cause).
Mengingat belum jelasnya konsep tanggung jawab maka dilakukan kajian kepustakaan, yang hasilnya dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang terkandung dalam tanggung jawab adalah 1) Usaha melaksanakan kewajiban degan hasil kerja yang bermutu; 2) Kesediaan menanggung resiko; 3) Pengikatan diri pada tugas; 4) Keterikatan sosial. Di mana tindakannya harus memberikan dampak yang positif bagi kehidupan sosial, orang lain dan masyarakat. Selain dari itu disimpulkan pula bahwa sumber dari tanggung jawab adalah di dalam diri individu sendiri. Hal ini menunjukkan suatu kemandirian yang menurut Shoben mencirikan adanya suatu kematangan kepribadian bagi individu tersebut. Kesimpulan lainnya adalah bahwa tanggung jawab mempunyai suatu orientasi yaitu orientasi tanggung jawab unluk menentukan sikap, pilihan, keputusan dan orientasi tanggung jawab kepada dirinya sendiri maupun sesuatu yang di luar dinnya atas tindakan-tindakan yang telah di|akukannya. Hasil kajian kepustakaan lainnya adalah dinamika terjadinya tingkah laku tanggung jawab pada individu, yang dikaitkan dengan teori dari Dollard dan Ternyata terbentuknya tanggung jawab pada diri individu adalah melalui suatu proses belajar yang sangat dipengaruhi oleh faktor sosial dan antropologi.
Namun demikian telaah dan bahasan kepustakaan yang dilakukan di atas, mengungkapkan belum tuntasnya kajian teoritis tentang tanggung jawab. Untuk keperluan itu perlu dilakukan suatu kajian empiris. Salah satu pendekatan empiris adalah analisis faktor. Cattell (dikutip Hall dan Lindzey, 1978) menggunakan metode analisis faktor untuk aspek kepribadian. Kepribadian menurut Cattell adalah semua tingkah laku individu, yang nampak maupun yang tidak nampak. Kajian empiris ini terhadap populasi mahasiswa Universitas Indonesia yang berjumlah l2,823 orang dan 50 orang ahli psikologi.
Hasil temuan kajian empiris menunjukkan bahwa faktor-faktor yang terkandung dalam tanggung jawab adalah 1) Hasil kelja yang bermutu, 2) Kesediaan menanggung resiko, 3) Pengikatan diri pada tugas, 4) Tujuan hidup, 5) Kedirian, dan 6) Keterikatan sosial. Keenam faktor ini merupakan suatu totalitas, yang tidak dapat dikurangi satu faktorpun. Temuan empiris ini menujukan bahwa faktor yang terkandung pada tingkah laku tanggung jawab lebih banyak daripada yang terungkap pada telaah dan kajian kepustakaan yang hanya mengandung empat faktor. Faktor-faktor yang tidak terdapat pada telaah dan kajian pustaka adalah faktor tujuan hidup dan faktor kedirian.
Selanjutnya atas dasar faktor-faktor dari temuan tentang tanggung jawab itu dikonstruk suatu alat ukur dan diuji cobakan pada sampel mahasiswa Universitas Indonesia. Hasilnya temyata alat ukur itu memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang dapat diandalkan.
Temuan-temuan penelitian empiris ini memberi manfaat yang besar sebagai masukan untuk memperkaya teori tentang tingkah laku tanggung jawab, bagi para profesional yang berkecimpung dalam sumber daya manusia dan khususnya bagi para ahli psikologi dalam partisipasinya dalam pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Indianti
"[ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini berawal dari masalah yang sering muncul dalam perkembangan karir pada remaja terutama dalam hal memilih, meningkatkan, dan mempertahankan konsistensi dalam memilih karir seperti pilihan pendidikan. Kemampuan itu disebut adaptabilitas karir. Penelitian ini mempertanyakan faktor apa yang mempengaruhi peningkatan adaptabilitas karir. Asumsi yang ditegakkan adalah ketika individu berhasil menerapkan regulasi diri dalam belajar, yang pembentukannya dipengaruhi oleh dukungan sosial, maka perencanaan, pemilihan dan pengembangan karir akan lebih mudah dilakukan. Untuk membuktikan asumsi tersebut, penelitian ini melihat keterakaitan antara dukungan sosial sebagai sumber yang membantu pembentukan keterampilan regulasi diri dalam belajar dengan pembangunan adaptabilitas karir sebagai sikap dan kesiapan dalam menghadapi tantangan perkembangan karir. Penelitian ini menguji kesesuaian model yang melihat peranan dukungan sosial dalam internalisasi regulasi diri dalam belajar sehingga dapat meningkatkan pembangunan adaptabilitas karir yang tinggi. Penelitian ini mengukur tiga variabel yaitu dukungan sosial sebagai variabel independen, regulasi diri dalam belajar sebagai variabel mediator dan adaptabilitas karir sebagai variabel dependen. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 1012 mahasiswa baru dari semua fakultas yang ada di UI dengan pengolahan data menggunakan structural equation model dari Lisrel 8.80, teknik regresi berganda untuk menguji hipotesis yang ditegakkan dan menggunakan anovar untuk memperkaya hasil penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan model yang diajukan sesuai dengan data di lapangan dan membuktikan bahwa variabel regulasi diri dalam belajar adalah mediator penuh antara variabel dukungan sosial dengan variabel adaptabilitas karir. Artinya dukungan sosial hanya akan bermakna dalam pembangunan adaptabilitas karir apabila dimediasi oleh regulasi diri dalam belajar. Perlunya peningkatan peranan dukungan sosial untuk membantu remaja dalam internalisasi regulasi diri dalam belajar agar mereka dapat membangun adaptabilitas karir yang kuat.;

ABSTRACT
The background of this study come from problems that often arise in career developmental skill, especially in terms of choosing a career, improve, and maintain consistency in choosing a career (e.g. education). That ability is called career adaptability. This study questioned what factors influence the increase career adaptability. The assumption made is when an individual successfully implementing self-regulation in learning, that its formation is influenced by social support, the planning, selection and career development will be easier to do. To prove these assumptions, this study will look at a relationship between social support as an agent of the formation of self-regulation skills in the development of career adaptability as attitude and readiness to face the challenges of career development task and the situational changes. This study examined the suitability of the model that saw the role of social support in the internalization of self-regulated learning to improve the development of strong and high career adaptability. This study measured three variables: social support as an independent variable, self-regulated learning as mediator variables and career adaptability as the dependent variable. Participants in this study amounted to 1012 new students of all faculties at the UI. For processing the data, this study using structural equation model of Lisrel 8.80, and using multiple regression techniques to test the hypothesis. Anovar was used to rich the rusult. The results of this study indicate that the model proposed in accordance with the data in the field and prove that the variables of self-regulated learning is a full mediator between social support and career adaptability. The implication from this study is, social support such as parents, teachers and peers, had a strategic influence in building regulated learning skill in order to strengthen career adaptability in young people;The background of this study come from problems that often arise in career developmental skill, especially in terms of choosing a career, improve, and maintain consistency in choosing a career (e.g. education). That ability is called career adaptability. This study questioned what factors influence the increase career adaptability. The assumption made is when an individual successfully implementing self-regulation in learning, that its formation is influenced by social support, the planning, selection and career development will be easier to do. To prove these assumptions, this study will look at a relationship between social support as an agent of the formation of self-regulation skills in the development of career adaptability as attitude and readiness to face the challenges of career development task and the situational changes. This study examined the suitability of the model that saw the role of social support in the internalization of self-regulated learning to improve the development of strong and high career adaptability. This study measured three variables: social support as an independent variable, self-regulated learning as mediator variables and career adaptability as the dependent variable. Participants in this study amounted to 1012 new students of all faculties at the UI. For processing the data, this study using structural equation model of Lisrel 8.80, and using multiple regression techniques to test the hypothesis. Anovar was used to rich the rusult. The results of this study indicate that the model proposed in accordance with the data in the field and prove that the variables of self-regulated learning is a full mediator between social support and career adaptability. The implication from this study is, social support such as parents, teachers and peers, had a strategic influence in building regulated learning skill in order to strengthen career adaptability in young people;The background of this study come from problems that often arise in career developmental skill, especially in terms of choosing a career, improve, and maintain consistency in choosing a career (e.g. education). That ability is called career adaptability. This study questioned what factors influence the increase career adaptability. The assumption made is when an individual successfully implementing self-regulation in learning, that its formation is influenced by social support, the planning, selection and career development will be easier to do. To prove these assumptions, this study will look at a relationship between social support as an agent of the formation of self-regulation skills in the development of career adaptability as attitude and readiness to face the challenges of career development task and the situational changes. This study examined the suitability of the model that saw the role of social support in the internalization of self-regulated learning to improve the development of strong and high career adaptability. This study measured three variables: social support as an independent variable, self-regulated learning as mediator variables and career adaptability as the dependent variable. Participants in this study amounted to 1012 new students of all faculties at the UI. For processing the data, this study using structural equation model of Lisrel 8.80, and using multiple regression techniques to test the hypothesis. Anovar was used to rich the rusult. The results of this study indicate that the model proposed in accordance with the data in the field and prove that the variables of self-regulated learning is a full mediator between social support and career adaptability. The implication from this study is, social support such as parents, teachers and peers, had a strategic influence in building regulated learning skill in order to strengthen career adaptability in young people, The background of this study come from problems that often arise in career developmental skill, especially in terms of choosing a career, improve, and maintain consistency in choosing a career (e.g. education). That ability is called career adaptability. This study questioned what factors influence the increase career adaptability. The assumption made is when an individual successfully implementing self-regulation in learning, that its formation is influenced by social support, the planning, selection and career development will be easier to do. To prove these assumptions, this study will look at a relationship between social support as an agent of the formation of self-regulation skills in the development of career adaptability as attitude and readiness to face the challenges of career development task and the situational changes. This study examined the suitability of the model that saw the role of social support in the internalization of self-regulated learning to improve the development of strong and high career adaptability. This study measured three variables: social support as an independent variable, self-regulated learning as mediator variables and career adaptability as the dependent variable. Participants in this study amounted to 1012 new students of all faculties at the UI. For processing the data, this study using structural equation model of Lisrel 8.80, and using multiple regression techniques to test the hypothesis. Anovar was used to rich the rusult. The results of this study indicate that the model proposed in accordance with the data in the field and prove that the variables of self-regulated learning is a full mediator between social support and career adaptability. The implication from this study is, social support such as parents, teachers and peers, had a strategic influence in building regulated learning skill in order to strengthen career adaptability in young people]"
2015
D2087
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjut Rifameutia Umar Ali
"Perguruan tinggi merupakan salah satu institusi yang ?mempersiapkan? sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya. Interaksi pengajar dengan mahasiswa, khususnya dalam pembelajaran, perlu mendapat perhatian agar tercapai kualitas pada hasil belajar rnahasiswa. Dalam penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas, pemberian umpan balik oleh mahasiswa tanpa tindak lanjut nyata merupakan inefisiensi dalam pelaksanaan pendidikan, dan tidak efektif dalam usaha pencapaian akuntabilitas pelaksanaan pendidikan serta lulusan yang berkualitas. Bila institusi memiliki komitmen pembelajaran yang berorientasi kcpada pembelajar, maka seyogyanya evaluasi pengajaran berfokus pada usaha yang dilakukan pengajar untuk membangun atmosfir pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik, dalam hal ini mahasiswa. Bagaimana pengajaran dan pengajar yang berhasil menurut pendapat mahasiswa seharusnya ditelaah. Bila tidak, umpan balik dari mahasiswa yang diperoleh pengajar akan tidak akurat dan sia-sia sebagai pendukung pemelajaran aktif.
Menurut Biggs (199l) belajar melibatkan tiga variabel yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu variabel masukan (presagc), variabel proses (process), dan variabel hasil (product). Setelah mengikuti pembelajaran dalam instilusi perguruan tinggi, mahasiswa memiliki pengalaman belajar dan pendapat tertentu mengenai pengajar yang efektif.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan model teoritik pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk (1) membuktikan bahwa konsep belajar dan orientasi belajar mahasiswa memiliki pengaruh Iangsung yang bermakna terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif (2) membuktikan bahwa motif mahasiswa memiliki pengaruh tidak langsung yang bermakna, yaitu melalui orientasi belajar, terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan ulama pengajar yang efektif; (3) membuktikan bahwa focus of control mahasiswa memiliki pengaruh tidak langsung yang bermakna, yaitu melalui orientasi belajar, terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif; (4) membuktikan bahwa konsep belajar mahasiswa memiliki pengaruh tidak langsung yang bermakna, yaitu melalui orientasi belajar, terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif; (5) membuktikan bahwa lamanya mahasiswa belajar di perguruan tinggi memiliki pengaruh tidak langsung yang bernakna, yaitu melalui konsep belajar dan orientasi belajar, terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengaiar yang efektif.
Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori motif mahasiswa ke perguruan tinggi dari Gibbs, Morgan dan Taylor (Morgan, 1993), teori locus of control dari Rotter (Robinson Shaver, 1973), teori orientasi belajar dari Ramsden (1992), teori konsep belajar clari Marten, dall? Alba, dan Beary (Chalmers & Fuller, 1996), dan teori keterampilan pengajar yang efektif dari Centra (1993).
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan teknik pengambilan sampel convenience sampling (Schwab, 1999). Responden penelitian ini berjumlah 360 yang mewakili 12 fakultas di Universitas Lndoncsiag terdiri dari laki-laki (49.2%) dan perempuan (50.8%) Alat ukur yang digunakan adalah Internal. Poweful others, and Chance Scales (or untuk internal scale=0.73, or untuk external scale=0.76), Skala Orientasi Belajar (cr meaning 0rientation= 0.79, 0. reproduction orientation=0.74, or. achievement orientation?-?0.72). Alat ukur konsep belajar dan lama belajar adalah pilihan jawaban. Pendapat mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif diperoleh dari peringkat pertama yang diberikan responden terhadap keterampilan pengajar efektif yang dikemukakannya.
Analisis jalur (path analysis) dengan bantuan perangkat lunak Linear Structural Relations (LISREL) terhadap model utama menunjukkan bahwa model teoritik utama yang diajukan dapat diterima, artinya variabel karakteristik mahasiswa (motif locus of control, dan konsep belajar), Serta variabel orientasi belajar dan variabel lama belajar dapat digunakan untuk memprediksi dan menerangkan variabel pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep belajar mahasiswa paling besar pengaruhnya terhadap pendapat mereka mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif. Makin konstruktif konsep belajar mahasiswa, maka pendapat mereka mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif adalah keterampilan motivasional.
Dari analisis tambahan untuk masing-masing semester, hanya data dari mahasiswa semester empat dan enam yang dapat digunakan untuk memprediksi model yang dikemukakan pada penelitian ini. Mahasiswa semester dua sangat beragam dalam motif dan pengalaman belajar. Pengaruh pembelajaran di pendidikan menengah masing-masing diperkirakan masih sangat besar, sehingga data yang diperoleh pada semester dua menjadi sangat beragam. Mereka cenderung tidak tahu secara pasti tujuan mereka melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Mahasiswa semester delapan pada penelitian ini motifnya kembali kuat pada motif vokasional. Diperkirakan ada kecenderungan pada mereka untuk mencari Jalan menyelesaikan pendidikannya, sehingga usaha belajar mereka menjadi sangat bcrvariasi, tergantung yang menurut mereka akan mempermudah cara mereka untuk selesai dan bekerja.
Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan membuat alat ukur yang diujicobakan untuk mahasiswa dari berbagai program studi. memasukkan faktor konteks pengajaran agar dapat diteliti secara lebih komprehensif pengaruh variabel presage dan process terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang elektif dan melakukan penelitian tidak saat mahasiswa menghadapi ujian tengah semester, agar dapat diperoleh data yang lebih akurat.

This research was aimed to prove a theoretical model of students opinion about the primary skills of ejective teachers. Specyically, the objectives of this research are ( I ) to prove that student 's learning conception and learning orientation will have direct and significant eject to the student 's opinion about the primary skills of ejfective teachers, (2) to prove that student?s motivation has indirect yet signyicant effect, through the learning orientation, to the students opinion about the primary skills of ejjective teachers, (3) to prove that student 's locus of control has indirect yet signwcant effect. through the learning orientation, to student 's opinion about the primary skills of effective teachers, (4) to prove that students learning conception has indirect yet significant eject, through the learning orientation, to student 's opinion about the primary skills of effective teachers, (5) to prove that the duration of study at the university will have indirect yet significant effect, through learning conception and learning orientation, to students opinion about the primary skills of effective teachers.
Path Analysis, with the help of software called Linear Structural Relations (LISREL), to the model .showed that the primary theoretical model can be accepted. It means that the student 's characteristic (motivation, locus of control, and learning conception), learning orientation and duration ofstudy are variables that can be used to predict and explain the student 's opinion about the primary skills of effective teachers.
The result of this research showed that student?s learning conception has the strongest eject on their opinion about the primary skills of ejective teachers. Students with constructive learning conception consider motivational skills as the primary skills of effective teachers.
In the additional analysis of data from students in dyferent semesters, only the data from the students who are in their 4 and 6 .semester that can be used to predict the model proposed in this research. ln the analysis of data from students of different branch of science, only the data from the students ofthe humanities science that can be used to predict the model proposed in this research.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
D681
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lanawati
"ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan atas dasar kenyataan bahwa prestasi akademik yang tercermin dalam indeks prestasi kumulatif (IPK) tidak selamanya mencerninkan kemampuan intelektual yang dimiliki mahasiswa. Mereka yang memiliki kemampuan intelektual tinggi dapat saja memiliki IPK rendah karena faktor nonintelektual dan lingkungan yang kurang mendukung, sebaliknya mereka yang memiliki kemampuan intelektual sedang atau rata-rata dapat memiliki IPK tinggi karena faktor nonintelektual dan lingkungan yang mendukung. Karena itu penelitian ini dilakukan untuk menguji sejauh mana peran faktor intelektual dan nonintelektual yang mencakup inteligensi, kreativitas, kecerdasan emosional dan kepribadian berperan dalam mewujudkan prestasi akademik mahasiswa di perguruan tinggi.
Dalam penelitian ini diyakini bahwa faktor intelektual dan nonintelektual berperan dalam mewujudkan prestasi akademik. Tujuan penelitian ini adalah menguji model struktural yang menggambarkan pengaruh langsung dari inteligensi dan kepribadian, serta pengaruh tidak langsung dari kecerdasan emosional dan kreativitas untuk menjelaskan prestasi akademik.
Penelitian ini melibatkan sampel sejumlah 222 mahasiswa yang berasal dari tiga universitas di Jakarta. Data diperoleh dari tes inteligensi (CFIT), tes kreativitas verbal dan figural (TKV dan TKF), inventori kecerdasan emosional (EII), Mayer SaIovey Caruso Emotional Intelligence Test (MSCEIT) dan inventori kepribadian yang terdiri dari tiga skala penelitian MMPI yaitu skala college arjustment, ego strength dan social responsibility. Prestasi akademik diperoleh dari IPK semester empat dan jumlah SKS empat semester yang dicapai oleh mahasiswa. Data dianalisis dengan menggunakan program LISREL.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model struktural yang diuji dalam penelitian, terbukti sesuai (fit) untuk menjelaskan prestasi akademik. Dengan demikian inteligensi dan kepribadian memberikan pengaruh langsung dan bermakna terhadap prestasi akademik, sedangkan keoerdasan emosional dan kreativitas memberikan pengaruh tidak Iangsung namun berrnakna, yaitu melalui kepribadian.
Saran yang diajukan untuk penelitian lanjutan ialah penggunaan sampel yang Iebih bervariasi agar dapat digeneralisasikan secara lebih Iuas. Skor prestasi akademik hendaknya diperoleh dari tes prestasi akademik yang dibuat khusus untuk penelitian yang bersangkutan- Saran yang diajukan untuk universitas ialah peningkatan program pembentukan karakteristik kepribadian yang menunjang keberhasilan belajar mahasiswa melalui konseling individu dan bimbingan kelompok. Berilah perhatian khusus pada perkembangan kemampuan mengatasi masalah emosional mahasiswa. Sediakan kesempatan dan fasilitas untuk pengembangan kreativitas mahasiswa. Dalam mengambil keputusan pendidikan yang berkaitan dengan seleksi, gunakan kepribadian sebagai salah satu kriteri untuk menentukan penerimaan dalam suatu program perguruan tinggi atau program beasiswa.

Abstract
The purpose of this research was to prove a theoretical model of students characteristics, the cognitive and non cognitive factors in determining academic achievement at university. Specifically, the objectives of the research is to prove that intelligence and personality will have direct and significant elfect to the academic achievement; creativity and emotional intelligence will have indirect yet signilicant effect through the personality to the academic achievement. The result of this research may provide input about the predictors that influence student's academic achievement at university.
Structural equation model with LlSREL program is used to analyze the direct effect of intelligence, personality and indirect effect of creativity emotional intelligence, through the personality, to the academic achievement.
Results supported that the intelligence and personality have direct etfects on academic achievement, while creativity and emotional intelligence has an indirect elfect. These findings are consistent with previous researches that show how cognitive and non cognitive factors affect the student?s academic achievement at university."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriana Soekandar Ginanjar
Depok: Universitas Indonesia, 2007
D1782
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library