Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Angela Puji Sulystio Handayani
Abstrak :
Fenomena perubahan fungsi jalan di kawasan shopping street merupakan suatu fenomena baru yang diterapkan dalam penataan kawasan perbelanjaan. Perubahan fungsi jalan dari jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor menjadi jalur khusus pedestrian ini lahir dari tuntutan kebutuhan manusia terhadap kawasan perbelanjaan yang aman, nyaman dan menyenangkan. Faktor-faktor lain yang menjadi penyebabnya adalah karena menurunannya kualitas lingkungan di kawasan perbelanjaan, dan karena area parkir yang tidak memenuhi persyaratan baik secara kualitas maupun kuantitas dalam menampung pengunjung yang datang ke kawasan tersebut. Fenomena pembahan fungsi jalan di lcawasan perbelanjaan ini membawa keuntungan bagi berbagai pihak, baik pengunjung, penjual, masyarakat sekitar maupun pemerintah sendiri terutarna karna menciptakan pengaturan sirkulasi yang lebih baik, menghidupkan perekonomian kawasan setempat, serta meningkatkan kualitas kondisi lingkungan fisik dan sosial. Hanya saja untuk menawarkan suatu ide baru yang membawa konsekuensi perubahan kultur dan kebiasaan dalam masyarakat tidaklah mudah. Maka sebelumnya diperlukan sosialisasi kepada masyarakat, agar mereka dapat memahami dan mendukung salah satu program pemerintah ini, dan juga kesiapan serta kesatuan antara pemerintah dan masyarakat.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S48225
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid
Abstrak :
Kota Satelit merupakan salah satu jenis dan Kota baru. Akibat dari pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan kepadatan penduduk yang terjadi di kota besar, maka bermunculanlah kota satelit sebagai alternatif tempat tinggal bagi penduduk kota besar.Suatu Kota Satelit memiliki manajemen Kota sendiri, Iain daripada manajemen pada kota besar. Pada Kota besar, pemerintah memegang peranan penting dalam manjemennya, sedangkan pada kota satelit menejemen dipegang oleh pengembang yang merupakan pihak swasta. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui model manajemen yang seperti apa yang terdapat pada kota satelit di Indonesia dan sebagai pembandingnya adalah kota satelit yang terdapat di Singapura.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S47891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Basuki
Abstrak :
ABSTRAK
Seklor informal sebagai salah satu cara mencari nafkah di sebuah kota menjadi sebuah atau bahkan satu-satunya pilihan bagi kaum migran ataupun para pengangguran di Jakarta yang semakin bertambah.Kemudahan untuk memasuki, kecilnya modal yang diperiukan, serta rendahnya tingkat ketrampilan yang dibutuhkan 1,» it di sektor ini ngapjadikan sgktQr¢ini5sebpah¢ pIIihan yang menarik.

Keberadaan pedagang kaki lima, sebagai bagian dari sektor ekonomi informal semakin menjamurdi Jakarta. Hampir di setiap ruang publik yang diisi oleh pedagang kaki lima. Pertambahan ruang publik yang hampir tidak ada, serta semakin banyaknya pedagang kaki lima telah membuat Jakarta menjadi sebuah kota yang semrawut. Kinilah saatnya kita merenungkan kembali mengapa pedagang kaki lima timbul di sebuah kawasan ? Bagaimana keadaan sebuah ruang publik setelah kedatangan pedagang kaki lima ?
2000
S48221
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlene
Abstrak :
Mendengar kata mal, maka akan terbersit dalam benak kita sebuah bangunan besar sebagai tempat berbelanja yang modem. Meskipun kondisi perekonomian di Indonesia belum sepenuhnya pulih, mal tetap ramai dikunjungi_ Hal yang menarik untuk diamati adalah bahwa hampir sebagian besar pengunjung mal tidak datang untuk berbelanja saja tapi juga untuk rekreasi. Di sisi Iain, Jakarta sudah tidak mampu menyediakan fasilitas rekreasi umum yang murah, sehat dan nyaman. Di saat Iokasi tempat rekreasi umum semakin jauh dan harganya sudah tidak terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah, mal tampaknya dijadikan tempat rekreasi altematif yang gratis untuk dikunjungi. Tapi apakah mal tersebut ideal sebagai sebuah tempat rekreasi? Olah sebab itu, skripsi ini ditujukan untuk membahas : Besar perbandingan antara kegiatan beianja dengan kegiatan rekreasi dalam suatu mal. Jenis-jenis kegiatan rekreasi apa saja yang terjadi di dalam mal ~ Fasilitas-fasilitas apa saja menampung kegiatan rekreasi tersebut Dengan menekankan pembahasan pada ketiga aspek tersebut diharapkan dapat diambil sebuah kesimpulan mengenai keberadaan tempat rekreasi di dalam mal.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Maneli
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48270
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Listinia Rozana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48296
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Zara
Abstrak :
Keluarga dan Iingkungan tempat tinggal merupakan suatu wadah utama bagi berlangsungnya siklus kehidupan seorang manusia, Ia memberikan pengamh yang kuat. dalam proses pertumbuhan sisi-sisi fisik, kognitif maupun psikologis seseorang. Lingkungn tempat tinggal yang baik adalah yang dapat mengakomodasi kebutuhan pada tiap-tiap masa secara optimal, sehingga perkembangan pada seluruh sisi manusia tersebut dapat berlangsung secara balk dan seimbang pula. Masa anak-anak (childhood) merupakan salah satu dari beberapa tahapan dalam siklus kehidupan. Ia menjadi istimewa bagi lingkungan tempat tinggal karena pada masa tersebutlah seorang manusia umumnya banyak menghabiskan waktunya di sana selain di sekolah. Sudah sejauh mana lingkungan tempat tinggal -dalam hal ini perumahan formal (Studi kasus: rumah sederhana Perumnas)- mengakomodir kebutuhan ruang bagi anak menjadi pertanyaan yang penting berkaitan dengan siklus hidup seorang manusia.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48289
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Ervina
Abstrak :
Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia mengalami permasalahan yang serius di bidang perumahan dan permukiman, khususnya di kota-kota besar. Permasalahan ini timbul karena tingginya arus urbanisasi yang tidak dibarengi oleh pertumbuhan ekonomi yang merata dimasyarakat. Tingginya laju pertumbuhan tidak sesuai dengan kemampuan penyediaan sarana perumahan, sehingga merangsang pertumbuhan permukiman yang tidak teratur (siam area) dan pembangunan gubuk- gubuk liar yang dibangun secara liar di tanah yang liar juga (sguatter). Banyak program-program pembangunan yang dilakukan oleh sektor fonual dan swasta yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan kota yang semakin tidak teratur dan buruk karena banyaknya *slum area’ dan ‘sguatter’ namun tidak berhasil mencapai sasaran. Contoh dari program ini adalah penyedian rumah sederhana ‘Perumnas’ yang dianggap dapat di jangkau oleh masyarakat tingkat ekonomi rendah. Hal ini menjelaskan bahwa semakin besarnya suatu organisasi dan semakin memusatnya manajemen pembangunan maka semakin sering dan besarnya ketidakcocokan terjadi antara prioritas kebutuhan bagi penghuni dengan produk yang mereka dapat.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Noorjannah
Abstrak :
Istilah permukiman kumuh sering didengar dalam berbagai bidang dan terus dibicarakan ditengah perkembangan perekonomian dan pergolakan mayarakat Indonesia yang Iabil saat ini. Pada bidang Arsitektur permasalahan permukiman kumuh tidak lepas dari pemasalahan Tata Kota. Permukiman kumuh bertambah dan berkembang dengan ciri dan karakter yang berbeda dengan permukiman perkampungan atau permukiman elit, bagaimana mengidentitikasi kawasan kumuh tersebut, bagaimana dengan kehidupan bermukimnya dan perkembangan persebarannya dalam ruang kota Jakarta. Keterlibatan pemerintah dalam menangani permukiman kumuh telah dimulai sejak di keluarkannya Inpres No 5 /1960 mengenai permukiman kumuh. Kebijakan apa saja yang dibuat dan seberapa berpengaruhnya hal tersebut terhadap penyelesaian permasalahann pemukiman kumuh di Jakarta. Dalam kebijakan penanganan permasalahan permukiman kumuh, pemerintah rnengharapkan peran semua pihak. Sehingga keberhasilan strategi dan program yang di jalankan juga tergantung keberhasilan tiap-tiap pelaku dalam melaksanakan peranannya. Hingga saat ini permukiman kumuh di Jakarta makin bertambah jumlahnya dengan kwalitas kekumuhan yang buruk. Keterbatasan pemerintah dalam hal ini telah di sadari sehingga mengubah peranannya hanya sebatas pemberi tugas bukan pelaksana, dapatkah arsitek menjawab tantangan dan mengambil peran tersebut.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48288
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herendraswari K.W.
Abstrak :
Rumah susun yang dibangun oleh pemerintah karena keterbatasan lahan di DKI Jakarta menuntut penghuninya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Pola bermukim secara vertikal menuntut penghuninya untuk hidup bersama dengan penghuni lainnya dalam satu bangunan, berinteraksi, bersosialisasi dengan lingkungannya. Hal tersebut membuat penghuninya memiliki perasaan senasib, dan cenderung memiliki gaya hidup yang sama. Karena adanya persamaan itulah, maka timbul berbagai kepentingan yang sama dengan tujuan yang sama pu1a. Untuk mewujudkan berbagai tujuannya, maka penghuni melakukan berbagai aktivitas, termasuk di dalamnya adalah berorganisasi, berkumpul untuk mengutarakan berbagai aspirasinya. Hal tersebut membuat mereka memiliki ikatan-ikatan di antara warga komunitas. Untuk melakukan berbagai aktivitas yang dilakukan secara bersama-sama, mereka membutuhkan tempat-tempal umum, yang disebut dengan ruang umum. Namun apakah ruang-ruang yang bersifat umum yang disediakan oleh pengelola rumah susun tersebut dapat memfasilitasi, memotivasi warganya untuk datang dan berkegiatan didalamnya. Apakah ruang publik yang tercipta dengan baik, indah, terawat, diciptakan untuk memberikan kesan dan suasana yang ingin diwujudkan dapat membentuk dan menggerakkan warganya untuk melakukan kegiatan berkomunitas?,ataukah hanya ruang umum yang sederhana, tidak terawat, kotor, yang dapat memfasilitasi kebutuhan warga komunitas? Dengan mengkaji dua rumah susun di Jakarta Pusat dengan kondisi ekonomi yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa ruang umum yang tercipta dengan baik, indah, terawat, belum dapat dikatakan dapat membentuk, menggerakkan komunitas di rumah susun. Ruang umum yang sederhana, minimalis, justru dapat memenuhi kebutuhan hidup warga komunitasnya. Hal ini disebabkan karena gaya hidup yang berbeda di kedua rumah susun tersebut. Warga yang tingkat ekonominya lebih tinggi, dengan jam kerja yang padat, dengan ikatan komunitas di lingkungan pekerjaan lebih kuat, menyebabkan warga hidup individualis, tidak dapat bersosialisasi di lingkungan tempat tinggalnya.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>