Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Thianti Sylviningrum
"Ketrampilan komunikasi merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter. Kemampuan mahasiswa mencapai ketrampilan komunikasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah karakteristik (usia, suku dan jenis kelamin) dan keaktifan pengalaman berorganisasi. Hasil penelitian dari faktor-faktor tersebut bervariasi berdasarkan situasi dan kondisi di tempat penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keaktifan pengalaman berorganisasi dengan ketrampilan komunikasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jendcral Soedinnan ( FK Unsoed). Penelitian dilakukan secara cross-sectional sejak Mei sampai Agustus 2007 di FK Unsoed.Ketrampilan komunikasi mahasiswa dinilai oleh dosen yang sudah mengikuti pelatihan dengan mengisi kuesioner modifikasi dari The Harvard Medical School Communication Skill Tool. Mahasiswa semester empat FK UNSOED menjadi subyek penelitian ini dan melengkapi kuesioner data-data karakteristik (usia,jenis kelamin, suku) dan keaktifan pengalaman berorganisasi.
Sejumlah 82 dari 91 mahasiswa semester IV FK Unsoed menjadi sampel penelitian ini.Sebagian besar mahasiswa berusia 19 tahun (42,68%) dan 20 tahun (43,90%}, jenis kelamin perempuan (67,07%), bersuku Jawa (70,73%) dan keaktifan pengalaman berorganisasi tinggi (54,88%). Prevalensi mahasiswa dengan ketrampilan komunikasi baik sebesar 78,05%.
Analisis statistik regresi eox menunjukkan mahasiswa dengan aktif pengalaman berorganisasi memiliki ketrampilan komunikasi lebih baik (Hazard Ratio=2.8l,95%CI=l.48~5.35, P=0.002) yang berarti dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki pengalaman berorganisasi pasif; mahasiswa dengan pengalaman berorganisasi aktif memiliki ketrampilan komunikasi hampir tiga kali lebih baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah mahasiswa FK Unsoed dengan aktif pengalaman berorganisasi memiliki ketrampilan komunikasi lebih baik dari pada mahasiswa dengan pengalaman berorganisasi pasif.

Communication skills are part of doctor's competencies. Students communication skills are influenced by many factors, namely students characteristics and participation in organizational experiences. Another research on factors that influence communication skills results vary according to the situation and condition where the research took place.
The research was aimed to confirm the relationship between participation in organizational experiences with communication skills among medical faculty students. A cross sectional study has been conducted from May to August 2007 in Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Students communication skills were assessed by trained teachers through filled in a modification questionnaire based on The Harvard Medical School Communication Skill Tool. Fourth semester Unsoed medical faculty students were participated in the research and completed questionnaires about organizational participation and students? characteristics (age, gender, ethnicity).
From 91 students, 82 students involved in this study. Most of students were 20-year-old (43.9%), female (67.l%), Javanese (70.7%) and participated actively in organizational experience (53.7%). The prevalence of the students with good communication skills was 78.l%.
Cox regression statistical analysis showed active participation in organizational experiences had better communication skills (Hazard Ratio=2.8l, 95%Cl=I.48-5.35, P=0.002) which means that compared to students with passive participation in organizational experiences, students with active participation had almost three times better communication skills. Students with active organizational experience had better communication skills than students with passive participation in organizational experiences.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T33070
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Reza Prabowo
"Salah satu cara menurunkan angka kematian ibu adalah meningkatkan kualitas pelayanan antenatal. Penelitian ini mencari hubungan kualitas pelayanan antenatal dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil mengenai pemeriksaan kehamilan. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Koja pada Maret 2013. Sampel diambil sebanyak 109 orang dengan metode konsekutif. Kualitas pelayanan antenatal dinilai melalui daftar tilik. Sedangkan pengetahuan, sikap, dan perilaku melalu kuesioner. Data dianalisis dengan uji chi-square. Mayoritas ibu hamil dalam golongan tidak berisiko, berpendidikan lebih tinggi, tidak bekerja, beban finansial keluarga di bawah rata-rata, paritas tidak lebih dari dua, dalam trimester ketiga, memiliki kunjungan yang lebih, ditemani saat berkunjung, dan tidak memiliki pengalaman pemeriksaan kehamilan. Kualitas pelayanan antenatal yang baik 42,2% dan tenaga kesehatan belum mencuci tangan, menggunakan sarung tangan, dan memberi edukasi menyusui. Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil baik. Ada hubungan kualitas pelayanan antenatal (p=0,010) dan pendidikan (p=0,020) serta pekerjaan (p=0,039) ibu hamil terhadap pengetahuan mengenai pemeriksaan kehamilan. Ditambah, ada hubungan antara pendidikan (p=0,017) ibu hamil dengan perilaku mengenai pemeriksaan kehamilan. Kualitas pelayanan antenatal di Puskesmas Kecamatan Koja perlu ditingkatkan dengan memperketat aturan mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan serta edukasi menyusui untuk meningkatkan keamanan dan wawasan pasien.

One way to reduce maternal mortality rate is to improve antenatal care (ANC) quality. This research finds association between quality of ANC with knowledge, attitude, and practice about pregnancy assessment. Research design is cross-sectional. Data collection was performed at Puskesmas Kecamatan Koja on March 2013 and 109 subjects taken with consecutive sampling method. Quality of ANC is valued in checklist, while knowledge, attitude, and practice is valued by questionnaire. Data was analyzed with chi-square test. The majority of pregnant women there are in unrisk, higher education level, unemployed, below average finance, not more than two parities, in third trimester, have more visits, accompanied while visiting ANC, and no pregnancy assessment?s experience. Good quality of ANC is 42,2% and healthcare giver haven?t washed their hands, wore gloves, and given lactacy education. Knowledge, attitude, and practices is good. There is significant difference between quality of ANC (p=0,010), education level (p=0,020), and occupation (p=0,039) with knowledge about pregnancy assessment. In addition, there is siginificant differences between education level and pregnant women?s knowledge (p=0,017). Quality of ANC at Puskesmas Kecamatan Koja needs improving by strict policy in washing hands, wearing gloves, and lactacy education in order to increase patient safety and knowledge."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Anugraheni
"Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi di Indonesia, yaitu 22 pada perempuan tidak hamil. Anemia merupakan salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu yang tersering di Indonesia. Dalam rangka membantu upaya pencegahan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada remaja perempuan di Depok. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian analitik menggunakan studi cross-sectional menggunakan data sekunder pemeriksaan kesehatan pada 2112 mahasiswa baru perempuan Universitas X tahun ajaran 2015/2016 di Depok.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi anemia pada remaja perempuan di Depok adalah 10,8 9,4 -12,1. Melalui analisis bivariat, didapatkan asal daerah p=0,038 dan dismenorrhea p=0,001 berhubungan dengan anemia. Pada analisis multivariat, didapatkan variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan anemia adalah dismenorrhea OR, 0,617; IK 95 , 0,467-0,815; p:0,001 , dengan hubungan terbalik bahwa kejadian anemia 1,6 kali lebih banyak pada remaja perempuan yang tidak dismennorhea.

Anemia is one of the health problem with high prevalence in Indonesia. It accounts for 22 proportion in non pregnant women. Anemia is one of the most common indirect cause of maternal death in Indonesia. In order to assist prevention efforts, this study aimed to determine the factors associated with anemia in adolescent girls in Depok. A cross sectional study using secondary data from medical checkup results was performed on 2112 female freshman of University X academic year 2015 2016 in Depok.
The results showed that the prevalence of anemia among adolescent girls in Depok was 10.8 9.4 12.1. Through the bivariate analysis, it was found that the freshman's hometown p 0.038 and dysmenorrhea p 0.001 were associated with anemia. On multivariate analysis, it was found that dysmenorrhea was associated with anemia OR, 0.617 CI 95, from 0.467 to 0.815 p 0.001, with an inverse association that the incidence of anemia 1,6 times greater among gilrs without dysmenorrhea.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhma Nur Aziza
"Hipertensi merupakan penyakit dengan komplikasi yang berbahaya terutama penyakit jantung dan stroke. Hipertensi dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko seperti jenis kelamin, riwayat keluarga hipertensi, riwayat keluarga diabetes mellitus, kebiasaan merokok, kondisi stres, ras dan suku bangsa, Indeks Massa Tubuh IMT , dan sebagainya. Terdapat kecenderungan hipertensi dapat juga dialami oleh usia yang lebih muda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor risiko tersebut terhadap hipertensi pada remaja dengan berat badan berlebih overweight dan obesitas . Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan data sekunder yang didapatkan dari hasil pemeriksaan kesehatan mahasiswa baru pada sebuah universitas di Depok. Sebanyak 1237 data dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan besarnya prevalensi hipertensi pada remaja dengan berat badan berlebih adalah 28,9 . Melalui analisis bivariat dengan uji Chi Square, ditemukan bahwa terdapat peningkatan risiko kejadian hipertensi pada laki-laki sebesar 4,83 kali dibandingkan dengan perempuan IK 95 =3,62-6,44 , dan sebesar 1,92 kali pada kelompok IMT obese II dibandingkan dengan kelompok overweight dan obese I IK 95 =1,49-2,47 . Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik menunjukkan jenis kelamin laki-laki merupakan faktor yang memiliki hubungan paling kuat dengan hipertensi dengan nilai OR = 5,11 IK 95 =3,80-6,87. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin dan Indeks Massa Tubuh IMT merupakan faktor-faktor berhubungan dengan hipertensi pada remaja dengan berat badan berlebih.

Hypertension is a disease which causing many serious complications,, especially heart diseases and stroke. Hypertension can be caused by many factors, such as gender, family history of hypertension, family history of diabetes mellitus, smoking, stress condition, race and ethnic, Body Mass Index BMI , and many others. Hypertension could be occured in younger age too. This study was determined to find factors associated to hypertension among overweight and obese adolescences. This research is a cross sectional study, using secondary data from new college students rsquo medical checkup results. 1237 data was analyzed by using univariate, bivariate, and multivariate analysis. The result showed that the prevalence of hypertension among overweight and obese adolescences is 28,9 . Through bivariate analysis using Chi Square rsquo s test hypertension was associated with a 4,83 fold increased risk in males CI 95 3,62 6,44 , and associated with a 1,92 fold increased risk in obese II group compared to overweight and obese I group CI 95 1,49 2,47 . Multivariate analysis using logistic regression showed that gender male was the strongest factor associated to hypertension with OR 5,11 CI 95 3,80 6,87 . In conclusion, gender and BMI are the factors associated to hypertension among overweight and obese adolescences."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syougie
"Latar Belakang: Penggunaan video display terminal VDT oleh pemandu lalu lintas udara PLLU dalam pekerjaan mereka dapat menyebabkan sindrom mata kering SMK yang berbahaya bagi keselamatan dan keamanan penerbangan.
Tujuan: Menilai efektifitas pemberian obat tetes mata sodium hyaluronate pada PLLU Bandara Soekarno Hatta dengan sindom mata kering.
Metode Penelitian: Penelitian potong lintang dengan total sampling dilakukan pada PLLU Bandara Soekarno Hatta untuk mencari prevalensi sindrom mata kering. Dilanjutkan penelitian intervensi pre-post pada lima puluh PLLU Bandara Soekarno Hatta yang didiagnosis SMK derajat ringan dengan tes Schirmer kemudian diberikan obat tetes sodium hyaluronate. Efektivitas obat dinilai secara obyektif dengan uji Schirmer dan secara subyektif dengan kuesioner Ocular Surface Disease Index OSDI sebelum dan sesudah pemberian obat.
Hasil: Prevalensi sindrom mata kering pada PLLU Bandara Soekarno Hatta sebanyak 60,3 . Ada peningkatan yang signifikan secara statistik untuk kedua uji Schirmer dari 14,58 2,56 menjadi 8,22 1,33 dan skor OSDI dari 16,7 0-46 menjadi 25 0-64,6 setelah tujuh hari pemberian obat. Hal ini juga sejalan dengan kondisi klinis yang menunjukkan pergeseran dari derajat ringan menjadi normal baik untuk tes Schirmer dan kuesioner OSDI.
Kesimpulan: Obat tetes Sodium hyaluronate efektif dalam mengatasi sindrom mata kering derajat ringan pada pemandu lalu lintas udara.

Background: The use of video display terminals VDT by air traffic guides ATC can lead to dry eye syndrome DES that rsquo s harmful for safety and security of aviation.
Objective: Assess the effectiveness of sodium hyaluronate SH eye drops on ATC of Soekarno Hatta Airport with DES.
Research Methods: Cross sectional studies with total sampling were conducted on ATC of Soekarno Hatta Airport to find prevalence of DES. Followed with pre post intervention study on fifty ATC of Soekarno Hatta Airport which was diagnosed DES mild degree with Schirmer test and then administered SH eye drops. The effectiveness of the drug was assessed objectively by Schirmer test and subjectively by Ocular Surface Disease Index OSDI questionnaire before and after drug administration.
Result: Prevalence of DES on ATC of Soekarno Hatta Airport is 60,3. There was a statistically significant increase for both Schirmer tests from 14.58 2.56 to 8.22 1.33 and OSDI scores from 16.7 0 46 to 25 0 64.6 after seven days administration of drugs. This is also in line with clinical conditions that indicate a shift from mild degrees to normal for both Schirmer test and OSDI questionnaire.
Conclusion Sodium hyaluronate eye drops are effective in treating mild DES on ATC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andaresta Dhinda Sasdana
"Penelitian ini membahas tentang cyberbullying pada penyandang disabilitas pendengaran yang dialami oleh anggota Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN) yaitu penyandang disabilitas seluruh Indonesia berusia 17 tahun ke atas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengalaman cyberbullying terhadap penyandang disabilitas pendengaran pada masa remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cyberbullying pada penyandang disabilitas pendengaran pada masa remaja terjadi melalui berbagai metode komunikasi yaitu jejaring sosial, pesan singkat dan chat room. Cyberbullying terhadap korban disebabkan oleh preferensi fisik, prasangka, dan pembalasan. Bentuk cyberbullying yang dialami bersifat langsung dan tidak langsung berupa penghinaan dan penghinaan terhadap korban. Akibat dari cyberbullying ada pada aspek psikososial, reputasi, pendidikan dan kesehatan korban. Dukungan yang diberikan oleh orang tua kepada korban adalah dengan mengajari korban untuk berkomunikasi secara tegas dengan membantu korban merumuskan kata-kata yang baik sebelum merespon pelaku dan menganjurkan untuk mengabaikan korban. Dukungan yang diberikan oleh teman sebaya adalah dengan menjadi pendengar bagi korban dan meminta teman sebaya korban untuk menghentikan perilaku cyberbullying terhadap korban.

This research discusses cyberbullying in persons with hearing disabilities experienced by members of the Indonesian Deaf Welfare Movement (GERKATIN), namely persons with disabilities throughout Indonesia aged 17 years and over. This study aims to describe the experience of cyberbullying against persons with hearing disabilities during adolescence. This study uses a descriptive approach with qualitative methods. The results of this study indicate that cyberbullying to persons with hearing disabilities in adolescence occurs through various communication methods, namely social networks, short messages and chat rooms. Cyberbullying against victims is caused by physical preference, prejudice, and retaliation. The forms of cyberbullying that are experienced are direct and indirect in the form of insulting and insulting the victim. The consequences of cyberbullying are on the psychosocial, reputation, education and health aspects of the victim. The support provided by parents to victims is by teaching victims to communicate assertively by helping victims to formulate good words before responding to the perpetrators and encouraging them to ignore the victim. The support provided by peers is to listen to the victim and ask the victim's peers to stop cyberbullying behavior towards the victim."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadiyati Fudla
"Obesitas merupakan konsekuensi morbiditas metabolik yang disebabkan oleh konsumsi yang berlebihan serta kurangnya aktivitas fisik. Secara etiologis, obesitas seharusnya dapat dicegah. Namun tinjauan kepustakaan menunjukkan bahwa hingga saat ini belum ada negara di dunia yang dapat dengan sukses menurunkan angka obesitas, meskipun sudah melakukan berbagai upaya. Intermittent fasting (IF) dipandang sebagai sebuah cara yang efektif untuk mengurangi prevalensi obesitas, tetapi pendekatan ini memiliki banyak protokol; salah satunya adalah 5:2 Intermittent Fasting.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh puasa dua hari tidak berturut- turut per minggu terhadap asupan energi dan indeks masa tubuh (IMT) pada mahasiswa obesitas laki-laki usia 18-25 tahun di Universitas Indonesi. Studi randomized controlled trial dilakukan kepada empat puluh mahasiswa laki-laki obesitas di Universitas Indonesia. Kebiasaan asupan selama enam bulan sebelum penelitian diukur dengan semi-quantitative food frequency questionnaire (SQ-FFQ).
Presentase IMT diukur menggunakan metode analisis bioelectrical impedance analysis (BIA) dan perkiraan dengan rumus konversi secara bersamaan. Kelompok intervensi melaksanakan puasa dua hari tidak berturut-turut dalam seminggu, dan asupan puasa mereka dicatat dengan buku diari makanan, sementara kelompok kontrol melaksanakan pola makan seperti sebelumnya, yang dicek dengan tiga hari 24 jam food recall. Setelah empat minggu intervensi, kelompok intervensi mengalami penurunan yang signifikan (P<0,005) dalam asupan energi dan IMT.

Obesity is a consequence of the metabolic morbidities caused by overconsumption and lack of physical activity. Etiologically, obesity should be preventable, but reviews show that no country has yet been successful in reducing obesity, even though many efforts have been taken around the globe. Intermittent fasting (IF) is seen as an effective way to reduce obesity prevalence, but it has diverse protocols; one of them is 5:2 Intermittent Fasting.
This study aimed to assess effects of two non-consecutive days fasting per week on energy intake and body mass index (BMI) among obese male students aged 18-25 years at Universitas Indonesia. A randomized controlled trial study was conducted on forty obese male students at Universitas Indonesia. Their habitual intake six months before the study was measured through a semi-quantitative food frequency questionnaire.
The BMI percentage was measured using a bioelectrical impedance analysis (BIA). Intervention group did two non-consecutive days fasting per week, and recorded their fasting intake by food record diary; while control group did their habitual eating as before, and being recorded by three days 24-hour recall. As the conclusion, after a four-week intervention, the intervention group saw a significant reduction (P <0.005) in energy intake and BMI.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chikih
"Latar Belakang : International Olympic Committee (IOC) menganjurkan untuk melakukan monitoring kondisi kesehatan berkesinambungan namun belum tersedia self-reported tools yang dapat digunakan untuk monitoring di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Kuesioner OSTRC tentang cedera dan sakit ke dalam versi Bahasa Indonesia dan digunakan untuk monitoring kondisi kesehatan. Metode: Adaptasi dilakukan menurut kaidah ISPOR, dengan tahap uji validitas dan reliabilitas dilakukan kepada 40 atlet remaja selama 2 minggu, dan tahap surveilans yang dilakukan kepada 46 atlet remaja selama 8 minggu. Sensitivitas dan spesifisitas di hitung berdasarkan hasil surveilans 8 minggu. Hasil : Kuesioner OSLO versi Bahasa Indonesia (Sakit dan Cedera) memiliki validitas yang baik dengan Pearson Correlation Test (p<0.001). Cronbach-α mencapai 0,905, 0,940, 0,933 dan 0,840. Interclass corelation coefficient kuesioner sakit 0,905, kuesioner cedera bahu 0,94, kuesioner cedera lutut 0,933 dan kuesioner cedera pergelangan kaki 0,840. Sensitivitas kuesioner sakit mencapai 97,6% dan spesifisitas 99,4%, sedangkan sensitivitas kuesioner cedera mencapai 100% dan spesifisitas mencapai 99,4%. Kesimpulan: OSLO Sports Trauma Research Center Injury and Health Problem versi Bahasa Indonesia valid dan reliabel serta memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi.

Background: The International Olympic Committee (IOC) recommends continuous monitoring of health conditions, but until now, there are no self-reported tools that can be used for monitoring in Indonesia. This research aims to develop the OSTRC Questionnaire into Bahasa version and use it to monitor athlete conditions. Method: Adaptation was carried out according to ISPOR rules, with the validity and reliability testing, and the surveillance stage carried out for 8 weeks. Sensitivity and specificity were calculated based on the results of 8 weeks of surveillance. Results: The Indonesian version of the OSLO Questionnaire (Pain and Injury) has good validity with the Pearson Correlation Test (p<0.001), with cronbach-α reached 0.905, 0.940, 0.933 and 0.840. The interclass correlation coefficient for the pain questionnaire was 0.905, the shoulder injury questionnaire was 0.94, the knee injury questionnaire was 0.933 and the ankle injury questionnaire was 0.840. The sensitivity of the pain questionnaire reached 97.6% and specificity 99.4%, while the sensitivity of the injury questionnaire reached 100% and specificity reached 99.4%. Conclusion: The Indonesian version of OSLO Sports Trauma Research Center Injury and Health Problems is valid and reliable and has high sensitivity and specificity."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soraya Ningrum Putri Nauli
"Health-related quality of life (HRQoL) is an important indicator for physical, mental and social well-being of adolescents. Health risk behaviors, including poor
dietary behavior, physical inactivity, and underweight or overweight, are
associated with low HRQoL among adolescents. There is limited data regarding
the health-related quality of life among students in Islamic boarding school, which
seen as a strategic place to promote healthy living behavior. This study aimed to
assess eating behavior, physical activity, nutritional status and HRQoL among the
students, and determine whether eating behavior, physical activity, and nutritional
status are the associated factors of HRQoL. A cross-sectional approach was used
in this study in which two schools in South Tangerang City of Banten Province
were purposively selected. The study was conducted in July 2020. There were 302
students aged 15-18 years completed this study, which included the measurement
of eating behavior using the Adolescent Food Habit Checklist (AFHC), physical
activity using Physical Activity Questionnaire for Adolescents (PAQ-A),
anthropometry, and HRQoL using the Pediatric Quality of Life (PedsQL) 4.0
Generic Core Scales. Multiple linear regression was used to determine the
associated factors of HRQoL. The results showed that most of students had
unhealthy eating behavior (76.5%) and physically inactive (64.6%). The
prevalence of overweight among the students was 22% and about half of the
students were having impaired HRQoL (48.3%) that particularly shown in the
dimensions of emotional and school functioning. Gender differences occurred
where girls reported lower HRQoL than boys. This study found that eating
behavior, physical activity, and nutritional status were not associated factors of
HRQoL after adjusted for gender and mental health as confounding factors.
However, it is suggested to improve eating behavior, physical activity, nutritional
status, and HRQoL among the students.

Kualitas hidup terkait kesehatan merupakan salah satu indikator penting untuk
kesehatan fisik, mental, dan sosial remaja. Perilaku yang berisiko bagi kesehatan,
seperti perilaku makan yang buruk, kurang aktivitas fisik, dan memiliki berat
badan kurang atau berlebih, memiliki hubungan dengan kualitas hidup terkait
kesehatan yang rendah pada remaja. Terdapat keterbatasan data mengenai kualitas
hidup terkait kesehatan pada siswa di sekolah Islam berasrama yang merupakan
tempat strategis untuk mempromosikan perilaku kesehatan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur perilaku makan, aktivitas fisik, status gizi, dan kualitas
hidup terkait kesehatan pada siswa di sekolah Islam berasrama, serta menentukan
apakah perilaku makan, aktivitas fisik, dan status gizi merupakan faktor yang
berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan. Metode potong lintang
digunakan pada penelitian ini, di mana dua sekolah yang berlokasi di Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten, dipilih secara purposive. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juli 2020. Terdapat 302 siswa berumur 15-18 tahun yang
mengikuti penelitian ini secara lengkap mulai dari pengukuran perilaku makan
menggunakan kuesioner Adolescent Food Habit Checklist (AFHC), aktivitas fisik
menggunakan kuesioner Physical Activity Questionnaire for Adolescents (PAQA),
antropometri, dan kualitas hidup terkait kesehatan menggunakan kuesioner
Pediatric Quality of Life (PedsQL). Regresi linier berganda digunakan untuk
menentukan faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan.
Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki perilaku makan yang
tidak sehat (76.5%) dan kurang aktivitas fisik (64.6%). Terdapat 22% siswa
dengan berat badan berlebih dan hampir setengah dari seluruh responden memiliki
kualitas hidup terkait kesehatan yang buruk, terutama pada fungsi emosional dan
sekolah. Siswa putri memiliki kualitas hidup terkait kesehatan yang lebih rendah
daripada siswa putra. Perilaku makan, aktivitas fisik, dan status gizi bukan
merupakan faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan pada
penelitian ini setelah disesuaikan dengan faktor perancu, yaitu jenis kelamin dan
kesehatan mental. Meskipun demikian, perilaku makan, aktivitas fisik, status gizi,
dan kualitas hidup terkait kesehatan pada siswa dalam penelitian ini perlu untuk
ditingkatkan.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Estivana Felaza
"Latar bclakang: Sepanjang proses pendidikan. mahasiswa menghadapi berbagai stressor. Mahasiswa tahun pertama berada pada masa transisi dari sistem pembelajaran di sekolah lanjutan yang bersifat pedagogis menjadi Sistem yang Iebih mandiri di perguruan tinggi. Pada tahap ini dibutuhkan kemampuan penyesuaian diri agar dapat menjalani pendidikan secara optimal. Peran Pembimbing Akademik (PA) sangat diperlukan pada proses penyesuaian ini, diantaranya untuk mencegah terjadinya strcs. Stres berlebihan mengganggu pembelajaran, menghambat keberhasilan studi, bahkan menimbulkan gangguan psikologis, berupa kecemasan dan depresi. Karcnanya, upaya menangani strcs dengan benar perlu dibiasakan pada mahasiswa, di antaranya dengan membentuk sistem dukungan yang kuat. Untuk mendukung penanganan strcs mahasiswa perlu adanya suatu pcnelitian untuk mencari kaitan antara cfcktivitas pemanfaatan PA dengan strcs pada mahasiswa tahun pertama di FKUI.
Metode: Penelitian bersifat kuantitatif dengan desain kasus kontrol. Pengumpulan data melalui pengisian kuesioner dipakai untuk memperoleh gambaran pemanfaatan pembimbing akademik dengan rnenggunakan Mentorship Ejfzctiveness Scale (MES) Serta tingkat strcs mahasiswa dengan menggunakan General Health Questionnaire 12 (GHQ-12). Mahasiswa digolongkan menjadi kelompok yang mengalami strcs (kasus) dan kelompok tanpa strcs (kontroI}, untuk selanjutnya ditclusuri cfcktivitas pemanfaatan PA oleh mahasiswa yang bersangkutan. Faktor lain, yaitu kepribadian dan strategi coping, juga diteliti kaitannya dengan kejadian stres.
Hasil: Responden yang mengembalikan kuesioner berjumlah 175 mahasiswa dari jumlah total 243 mahasiswa tahun pertama (r-esponse rare 72.0%). Ditemukan 47 mahasiswa dalam kelompok kasus (prevalensi stres 26.8%) dan 94 mahasiswa tampa strcs dipilih secara acak scbagai kontrol. Mahasiswa yang mcmanfaatkan PA secara efcktif lebih sedikit yang mengalami stres dibandingkan mahasiswa yang tidak memanfaatkan PA secara cfcktif, namttn tidak bemtakna secara statistik (89.4% vs 95.7%, p>0.05, OR 0.160). Faktor lain yang mempengaruhi kejadian stres adalah exrraversion (38.3% vs 57.4%, P<0.05, OR 2.175) dan conscfenfiousness (44.7% vs 26-6%, p<0.05, OR 0446) sebagai /mit kepribadian; serta ventilasi (48.9% vs 26.6%, p<0.05, OR 0378) dan penggunaan humor (59.6% vs 76.6%, p<0.05, OR 2221) sebagai strategi coping.
Simpulan: Pembimbing Akademik sebagai sistern dukungan mahasiswa dapat digunakan untuk mencegah kejadian stres pada mahasiswa tahun pertama dcngan mcmanfaatkannya sccara cfektif, terutama dengan melatihkan mahasiswa menggunakan strategi coping yang sesuai.

During their education, students have to cope with numerous stressors. First year students are more prone to stress as they are still adapting to the new environment. While stressors on some level are needed to challenge and motivate, but if managed incorrectly it may disturb the learning process and might even cause mental disorder, such as depression. Mentoring as a form of support systems is needed to assist first year students upon settling in and help them cope with stressors in their new academic life. This study is conducted to determine the effect of academic mentoring on preventing stress in first year medical students. Several attributes, such as personality, and coping strategy in relation to stress are also analyzed.
Method: This is a quantitative study using case-control approach. Students are divided into two groups, with the students experiencing stress as the case group, and those without stress as the control group. Effectiveness of mentoring are measured using the Mentorship Effectiveness Scale, while the occurrence of stress are determined by General 1-lealth Questionnaire-12 (GIIQ-12). Each group are further analyzed on the effectiveness of mentoring process and several attributes related to stress such as personality and coping strategy used.
Result: Of the total 243 first year students in FMUI, 175 responded to our questionnaire, given the response rate of 72.0%. We found 47 cases, resulting in prevalence rate of 26.8%. From the rest of the respondents, 94 students were chosen randomly to act as the control group. Students with effective mentoring were less likely to develop stress, although it failed to show significant relationship between the two variables (89.4% vs 95.7%, p>0.05, OR 0.l60). Other factors such as extraversion (38.3% vs 57.4%, P<0.05, OR 2.l75) and conscientiousness (44.7% vs 26.6%, p<0.05, OR O.446), as pan of personality; as well as ventilation (48.9% vs 26.6%, p<0.05, OR 0378) and use of humor (59.6% vs 76.6%, p<0.05, OR 2221) as coping strategies significantly affected the occurrence of stress.
Conclusion: Mentoring as part of the support system can be utilized to help preventing stress in tirst year medical students directly by forming effective mentoring relationship, especially by teaching them in using the right coping strategy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32065
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>