Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Putri Calista
"Pencemaran udara menjadi ancaman besar bagi masyarakat dunia. Salah satu indikator yang umum adalah Particulate Matter 2.5 atau PM 2.5. PM 2.5 merupakan polutan yang dapat masuk ke paru-paru bahkan sampai pada alveolus dan dapat berdifusi ke pembuluh darah. PM 2.5 juga dapat mengandung ataupun mengadsorpsi logam berat, gas beracun, virus, bakteri, dan zat berbahaya lainnya. Tingginya konsentrasi PM 2.5 dapat menimbulkan berbagai efek kesehatan pada manusia. Salah satu sumber PM 2.5 adalah transportasi. Sekolah yang lokasinya dekat dengan jalan raya berisiko terhadap pajanan PM 2.5 yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi risiko kesehatan terhadap pajanan PM 2.5 pada siswa dan guru yang bekerja di SDN Cisalak 1 Tahun 2024. Penelitian ini dilakukan dengan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) dari Bulan Maret-Mei 2024. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 23 guru dan 63 siswa kelas 4 dan kelas 5. Pengukuran konsentrasi PM 2.5 dilakukan di 5 titik menggunakan alat DustTrak DRX 8533 selama 1 jam di tiap titiknya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi PM 2.5 di SDN Cisalak 1 adalah 0,208 mg/m3 atau 0,121 mg/m3 setelah dikonversi menjadi konsentrasi 24 jam. Konsentrasi tersebut masih berada di atas baku mutu Permenkes RI No. 2 Tahun 2023. Besar risiko secara realtime dan lifespan, baik pada siswa maupun guru secara keseluruhan menyatakan nilai RQ ≤ 1 yang artinya secara keseluruhan, siswa dan guru masih aman dari pajanan PM 2.5 dengan konsentrasi tidak lebih dari 0,208 mg/m3. Namun, jika dilakukan perhitungan secara individu, didapatkan sebanyak 4,48% dan 55,5% siswa berisiko terhadap pajanan PM 2.5 secara realtime dan lifespan. Sdangkan pada guru sebanyak 72,7% guru berisiko terhadap pajanan PM 2.5 secara lifespan selama 30 tahun. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir risiko tersebut adalah dengan melakukan pembatasan pajanan melalui pembersihan ruang kelas secara rutin, penyortiran barang atau berkas, dan melakukan penghijauan di area sekolah.

Air pollution is a major threat to world society. One common indicator is Particulate Matter 2.5 or PM 2.5. PM 2.5 is a pollutant that can enter the lungs and even reach the alveoli and can diffuse into the blood vessels. PM 2.5 can also contain or adsorb heavy metals, toxic gases, viruses, bacteria and other dangerous substances. High concentrations of PM 2.5 can cause various health effects in humans. One source of PM 2.5 is transportation. Schools that located close to highways have a high risk of PM 2.5 exposure. This study aims to estimate the health risk of exposure to PM 2.5 in students and teachers working at SDN Cisalak 1 in 2024. This research was conducted using the Environmental Health Risk Analysis (ARKL) method from March-May 2024. The sample in this study consisted of 23 teachers and 63 students in grades 4 and 5. PM 2.5 concentrations were measured at 5 points using a DustTrak DRX 8533 for 1 hour at each point. The results of this study show that the average PM 2.5 concentration at SDN Cisalak 1 is 0.208 mg/m3 or 0.121 mg/m3 after being converted to a 24 hour concentration. This concentration is still above the quality standards of  Permenkes RI No. 2 Tahun 2023. The overall RQ value, for both students and teachers, is RQ ≤ 1, which means that overall, students and teachers are still safe from exposure to PM 2.5 with a concentration of no more than 0.208 mg/m3. From individual calculations, the results showed that 4.48% and 55.5% of students were at risk of exposure to PM 2.5 in realtime and lifespan. Meanwhile, 72.7% of teachers are at risk of exposure to PM 2.5 over a lifespan of 30 years. To reduce exposure can be done by cleaning up the classrooms, sorting items or files, and planting trees in school area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani Azizah
"Penyakit tidak menular menjadi penyebab 41 juta kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. Salah satu yang memiliki prevalensi tertinggi adalah hipertensi. Kota Depok memiliki prevalensi hipertensi sebesar 34,13% di tahun 2018. Walaupun lebih banyak terjadi pada usia tua, namun kelompok usia muda juga berisiko mengalami hipertensi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Kota Depok. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular Kota Depok Tahun 2022 yang direkapitulasi oleh Dinas Kesehatan Kota Depok. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya prevalensi hipertensi sebesar 28,7% pada penduduk usia produktif di Kota Depok tahun 2022. Faktor-faktor yang berhubungan adalah usia 40-64 tahun (PR 3,084; 95% CI 2,808-3,388; p=0,001), tingkat pendidikan rendah (PR 1,534; 95% CI 1,344-1,750; p=0,001), riwayat hipertensi keluarga (PR 1,573; 95% CI 1,327-1,864; p=0,001), konsumsi garam berlebih (PR 2,094; 95% CI 1,766-2,483; p=0,001), obesitas (PR 2,089; 95% CI 1,888-2,311; p=0,001), obesitas sentral (PR 1,612; 95% CI 1,471-1,766; p=0,001), dan diabetes (PR 2,290; 95% CI 1,960-2,674; p=0,001). Variabel lain seperti jenis kelamin, pekerjaan, konsumsi sayur dan buah, kurang aktivitas fisik, merokok dan konsumsi alkohol tidak menunjukkan hubungan yang signifikan pada penelitian ini.

Non-communicable diseases are the cause of 41 million deaths worldwide. One that has the highest prevalence is hypertension. In 2018, the prevalence of hypertension in Depok City was 34,13%. Although it occurs more frequently in older age, the younger age group is also at risk of hypertension. This research was conducted to determine risk factors associated with the incidence of hypertension in the productive age population in Depok City in 2022. The design of this study is cross-sectional using Non-Communicable Disease Information System for 2022 from Depok City Health Agency. The results of this study indicate that the prevalence of hypertension in the productive age population in Depok City was 28.7%. The related factors are adults aged 40-64 years (PR 3.084; 95% CI 2.808-3.388; p=0.001), low level of education (PR 1.534; 95% CI 1.344-1.750; p=0.001), family history of hypertension (PR 1.573; 95% CI 1.327-1.864; p=0.001), excessive salt consumption (PR 2.094; 95% CI 1.766-2.483; p=0.001), obesity (PR 2.089; 95% CI 1.888-2.311; p=0.001), central obesity (PR 1.612; 95% CI 1.471-1.766; p=0.001), and diabetes (PR 2.290; 95% CI 1.960-2.674; p=0.001). Gender, occupation, vegetable and fruit consumption, lack of physical activity, smoking and alcohol consumption did not show a significant relationship in this study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Ayu Ramadhani
"Di Indonesia prevalensi kasus Diabetes Melitus (DM) pada anak meningkat 70 kali lipat pada tahun 2023. Jumlah kasus tersebut dibandingkan pada tahun 2010 yaitu 0,028 per 100 ribu jiwa, angkanya naik menjadi 2 per 100 ribu jiwa pada tahun 2023. Kasus penyakit DM pada anak di Kota Depok dilaporkan oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kota Depok mencapai 109 kasus sepanjang tahun 2022. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku orang tua dalam melakukan pencegahan penyakit DM pada anak di Kota Depok Tahun 2023. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, desain cross-sectional dilakukan pada 170 responden yang diambil secara quota sampling pada orang tua di Kota Depok. Data dikumpulkan secara online menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya serta dianalisis dengan uji Chi Square untuk melihat hubungan 11 variabel independen dengan perilaku orang tua dalam pencegahan penyakit diabetes pada anak. Hasil penelitian menunjukkan, responden memiliki perilaku pencegahan DM pada anak yang baik yaitu sebanyak 43,5%. Pendapatan (p=0,001), persepsi kerentanan (p=0,020), persepsi keparahan (p=0,030), persepsi manfaat (p=0,018), dan persepsi hambatan (p=0,046) menunjukkan hubungan dengan perilaku orang tua dalam pencegahan penyakit DM pada anak, sedangkan usia (p=0,085), jenis kelamin (p=0,378), pendidikan (p=0,530), pekerjaan (p=0,419), pengetahuan (p=0,425), dan self-efficacy (p=0,429) tidak berhubungan dengan perilaku orang tua dalam pencegahan penyakit DM pada anak. Perlu meningkatkan edukasi dan sosialisasi terkait bahaya DM pada anak dan risiko yang terjadi jika anak terkena DM untuk meningkatkan kesadaran akan kerentanan dan keparahan terhadap penyakit DM pada anak.

In Indonesia, the prevalence of Diabetes Melitus (DM) cases in children will increase 70 times by 2023. Compared to 2010, where the number of cases was 0.028 per 100.000 population, this figure will increase to 2 per 100.000 population by 2023. Cases of DM disease in children in Depok City were reported by the Depok City Health Center to reach 109 cases throughout 2022. The aim of study is to determine the behavior of parents in preventing DM disease in children in Depok City in 2023. This study used a quantitative approach with a cross-sectional design conducted on 170 respondents taken by quota sampling among parents in Depok City. Data were collected online using a questionnaire that had been tested for validity and reliability, and analyzed using the Chi Square test to see the relationship between 11 independent variables and parental behavior in preventing diabetes in children. The results showed that 43.5% of respondents had good diabetes prevention behavior. Income (p = 0.001), perceived vulnerability (p = 0.020), perceived severity (p = 0.030), perceived benefits (p = 0.018), and perceived barriers (p = 0.046) were relation with parental behavior in preventing diabetes in children, while age (p = 0.085), gender (p = 0.378), education (p = 0.530), occupation (p = 0.419), knowledge (p = 0.425), and self-efficacy (p = 0.429) were not relation with parental behavior in preventing DM in children. Increase education and socialization related to the dangers of DM in children and the risks that occur if children develop DM to increase awareness of the vulnerability and severity of DM disease in children.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyanti
"Tuberkulosis masih menjadi ancaman kesehatan utama secara global dan di Indonesia. Kota Depok salah satu penyumbang Beban TBC di Jawa Barat. Dinas Kesehatan Kota Depok memiliki bidang khusus yang berfungsi untuk menangani permasalahan penyakit TBC, namun pada pengolahan data menjadi informasi dari SITB masih manual menggunakan Microsoft Excel, data yang akan diolah harus disesuaikan kebutuhan sehingga menyita banyak waktu dan menyebabkan tahap analisis tidak maksimal. Tujuan penelitian ini untuk memantau evaluasi program TBC dengan merancangan dashboard Sistem Pemantauan dan Evaluasi program TBC di Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen, perancangan dashboard menggunakan metode Rapid Application Development yang terdiri atas kegiatan analisis kebutuhan dan perancangan prototipe. Penelitian ini menghasilkan rancang bangun dashboard pemantauan dan evaluasi program TBC yang dapat menganalisis data dan menyajikan informasi jumlah pasien TBC, Jumlah Penemuan & Pengobatan Pasien TBC, Data Kasus Berdasarkan Faskes, Laporan Penemuan & Pengobatan Pasien TBC dan Laporan Keberhasilan Pengobatan Pasien TBC berdasarkan jenis kelamin, data laboratorium TBC serta capaian program TBC berdasarkan indikator-indikator. Pengembangan sistem informasi dashboard yang dirancang menjadi platform analisis data program TBC dan dapat menampilkan informasi ke Dinas kesehatan secara langsung pada dashboard Informasi.

Tuberculosis is still a major health threat globally and in Indonesia. Depok City is one of the contributors to the TBC burden in West Java. The Depok City Health Service has a special field that functions to deal with TB disease problems, but processing data into information from SITB is still manual using Microsoft Excel, the data to be processed must be adjusted to needs, which takes up a lot of time and causes the analysis stage to not be optimal. The aim of this research is to monitor the evaluation of the TBC program by designing a dashboard for the Monitoring and Evaluation System for the TBC program in Depok City. This research is qualitative research with data collection carried out by conducting in-depth interviews, observations and document studies, using the Rapid Application Development method which consists of needs analysis and prototype design activities. This research resulted in the design of a TBC program monitoring and evaluation dashboard that can analyze data and present information on the number of TB patients, the number of TBC patient discoveries & treatment, case data based on health facilities, TBC patient discovery & treatment reports and TBC patient treatment success reports based on gender. TBC laboratory data and TBC program achievements based on indicators. Development of a dashboard information system designed to be a data analysis platform for the TBC program and can display information to the Health Service directly on the Information dashboard.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Sarita Dewi
"Latar Belakang: Tingginya angka prevalensi kanker serviks di Indonesia membuat pemerintah Indonesia berupaya untuk menurunkan angka kasus kanker serviks melalui program Deteksi Dini Kanker Serviks. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) merupakan suatu metode pemeriksaan visual seluruh permukaan leher rahim menggunakan asam asetat yang diencerkan dengan tujuan untuk mengetahui dini adanya kanker serviks.
Tujuan: Melihat gambaran implementasi dari program deteksi dini kanker serviks menggunakan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) yang ada di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam melalui pendekatan rapid assessment procedures. Teori yang digunakan adalah teori logic model. Informan dalam penelitian berjumlah 19 orang yang terdiri dari 4 informan kunci dan 15 informan utama. Peneliti mengambil data secara langsung dengan menerapkan protocol Covid-19.
Hasil: Sebagian besar pelaksanaan program IVA telah berjalan sesuai alur yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Namun terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaannya yaitu terdapat tenaga pelaksana yang belum terlatih tetapi dapat memberikan IVA, kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan IVA serta pemberian penyuluhan terkait IVA di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas masih sedikit.
Kesimpulan: Pemberian penyuluhan terkait IVA di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas perlu ditingkatkan lagi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat melakukan IVA agar tercapainya cakupan IVA sesuai target.

Background: High prevalence of cervical cancer in Indonesia makes Indonesian Government strive to reduce the number of cervical cancer cases through the cervical cancer early detection program. Visual inspection with acetic acid (IVA) is a method of visual inspection of the entire surface of the cervix using diluted acetic acid with the aim to detecting cervical cancer early.
Aim: Describing the implementation of Cervical Cancer Early Detection Program using Visual Inspection with Acetic Acid Method (VIA) at Public Health Center in Pancoran Mas District.
Methods: This study used a qualitative method with indepth interviews through a rapid assessment procedure approach with. There were 19 informants consisting of 4 key informants, 3 main informants, and 12 supporting informants. Researchers took data directly by applying the Covid-19 health protocol.
Result: Most of the implementation of IVA program had run according to the law set by the Ministry of Health. However, there are several obstacles in its implementation as there were untrained health workers who already gave an IVA test, lack of public awareness to do IVA test, and the provision of socialization related to IVA at Public Health Center in Pancoran Mas District was still small.
Conclusion: The provision of socialization related to IVA at Public Health Center in Pancoran Mas District needs to be increased again to increase awareness in public also the scope of IVA so the target can be achieved.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Ulayya
"Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi sebab dari morbiditas dan mortalitas utama di dunia. Sindrom metabolik adalah sekumpulan gejala klinis yang akan meningkatkan risiko berkembangnya PTM, khusunya penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus tipe 2. Hasil analisis Riskesdas menemukan bahwa prevalensi sindrom metabolik di Indonesia meningkat dari 10,8% (2013) menjadi 24,4% (2018). Pegawai kantoran sering dikaitkan dengan perilaku sedentari sehingga berpeluang untuk mengembangkan sindrom metabolik lebih tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian sindrom metabolik pada kelompok pegawai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kota Depok tahun 2022. Penelitian dengan desain cross-sectional ini menganalisis data hasil skrining PTM pegawai Pemerintah Kota Depok tahun 2022. Sebanyak 1.128 responden yang berasal dari 21 OPD diikutkan dalam penelitian ini. Prevalensi sindrom metabolik sebesar 33,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan signifikan secara statistik dengan kejadian sindrom metabolik meliputi usia, jenis kelamin, IMT, riwayat PTM dalam keluarga, kadar kolesterol total, rasio kadar kolesterol total terhadap kolesterol HDL, dan aktivitas fisik. Pada analisis multivariat, variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan sindrom metabolik adalah usia, IMT, dan rasio kadar kolesterol total terhadap kolesterol HDL. IMT merupakan faktor dominan yang memiliki hubungan bermakna dengan sindrom metabolik (PR: 3,128, 95% CI: 2,396 – 4,085).

Non-communicable diseases (NCDs) have become a leading cause of morbidity and mortality in the world. Metabolic syndrome is a group of clinical symptoms that can increase the risk of developing NCDs, especially cardiovascular disease and type 2 diabetes mellitus. The results of Riskesdas analysis found that the prevalence of metabolic syndrome in Indonesia went from 10.8% (2013) to 24.4% (2018). Office employees are often associated with sedentary behavior so that the chances of developing metabolic syndrome are higher. The objective of this study is to determine the prevalence and the factors associated with metabolic syndrome among Regional Device Organizations (OPDs) employees of Depok City Government in 2022. This cross-sectional study included secondary data from the result of health screening of Depok City Government employees in 2022. A total of 1,128 respondents from 21 OPDs were included in this study. Prevalence of metabolic syndrome was 33.2%. Bivariate analysis shows that the variables that were statistically significant with the metabolic syndrome included age, sex, BMI, family history of PTM, total cholesterol level, total-cholesterol-to-HDL ratio, and physical activity. In multivariate analysis, variables found to have significant association with metabolic syndrome were age, BMI, and total-cholesterol-to-HDL ratio. BMI was the dominant factor associated with metabolic syndrome (PR: 3,128, 95% CI: 2,396 – 4,085)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library