Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
Irawati Dewi
"
ABSTRAKLatar air yang hadir dalam cerpen-cerpen Chopin memiliki peran yang lebih dari hanya sekedar latar. Latar air yang sering muncul tersebut membentuk suatu pola tertentu. Tokoh-tokoh dalam cerita mengalami suatu perubahan setelah mereka melewati suatu krisis dalam hidup mereka. Seringkali pada masa krisis tersebut latar air hadir.
Untuk menelusuri peran tersebut digunakan teori psikoanalisa Mirror-stage dari tokoh psikoanalisa Eropa, Jacques Lacan. Menurut teori ini seorang anak melewati beberapa tahapan dalam hidupnya menuju kedewasaan. Tahap pertama adalah apa yang disebut tahap Imaginary, di mana ia masih menyatu dengan ibunya, tahap kedua adalah Mirror-stage, saat ia mulai menyadari idientitas dirinya, dan yang terakhir adalah tahap Symbolic. Pada tahap terakhir ini anak tersebut diharapkan bisa menjaiani hidupnya sesuai dengan aturan-aturan dalam masyarakat.
Kesimpulan yang didapat adalah bahwa air memiliki peran sebagai pembatas antara dua kehidupan yang dijalani tokoh, kehidupannya yang dulu dan yang baru. Juga batas antara tahap Imaginary dan tahap Symbolicnya. Batas ini sangat penting karena menentukan kehidupan tokoh yang baru.
"
1995
S14126
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ester Johana Rotua
"Pelecehan seksual merupakan isu persisten yang berkontribusi pada ketidaksetaraan gender. Di Amerika Serikat, meskipun undang-undang pelecehan seksual telah dibentuk sejak tahun 1964, isu pelecehan seksual terus menjadi masalah luas di negara ini. Pelecehan seksual hanya menjadi isu utama dan dianggap serius ketika gerakan #MeToo dimulai dalam gelombang feminisme keempat. Narasi Hollywood pada tahun 2010, seperti Bombshell (2019), menjadi representasi bagi perempuan yang mengalami pelecehan seksual di lingkungan kerja meskipun terdapat ketidakakuratan mengenai peristiwa nyata bagaimana pelecehan seksual dialami oleh Megyn Kelly. Megyn Kelly adalah tokoh terkenal yang pernah bekerja sebagai pembawa berita di Fox News. Ia menjadi terkenal karena kecenderungannya untuk mengatakan pendapatnya sendiri di tengah gerakan #MeToo karena ia berhasil berbicara tentang pelecehan seksual yang dialaminya saat bekerja di Fox News. Ia juga mengungkapkan bagaimana kekuasaan beroperasi di sebuah institusi, khususnya industri media. Artikel ini merefleksikan bagaimana maskulinitas hegemonik berperan dalam mengecualikan perempuan bukan hanya dari akses ke kekuasaan tetapi juga menindas otonomi mereka untuk menyatakan diri. Artikel ini berpendapat bahwa maskulinitas hegemonik digunakan oleh pria berkuasa untuk menindas perempuan melalui strategi kekuasaan. Akibatnya, perempuan merasa perlu membentuk aliansi satu sama lain yang menyerupai essensi persaudaraan di mana perempuan bersatu dalam perasaan saling asing dan diskriminasi dan bekerja bersama untuk membalas dendam terhadap pelaku pelecehan seksual mereka.
Sexual harassment is a persistent issue that contributes to gender inequality. In the United States, despite the establishment of the sexual harassment law in 1964, the issue of sexual harassment continues to be widespread in the country. Sexual harassment only became a prominent issue and was taken seriously when the #MeToo movement began in the fourth wave feminism. Hollywood narrative in the 2010, such as Bombshell (2019), becomes a representation for women who experienced sexual harassment in a work setting despite its inaccuracies of the real events of how sexual harassment occurred to Megyn Kelly. Megyn Kelly is a notable figure who once worked as a news anchor at Fox News. She became prominent due to her penchant for speaking her mind amid the #MeToo movement because she managed to spoke out about the sexual harassment she endured when she worked at Fox News. She also shed light on how power works in an institution, specifically the media industry. This article reflects on how hegemonic masculinity plays a part in excluding women not only from access to power but also repress their autonomy to express themselves. This article contends that, hegemonic masculinity is employed by men in power to subordinate women through power strategies. As a result, women felt the need to form an alliance with each other that resembles the essence of sisterhood where women unite under mutual feeling of alienation and discrimination and work together to retaliate against their sexual harassment perpetrators."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Azarra Nayla Kirana Prasetyo
"The Artful Dodger (2023) is a spin-off from the novel Oliver Twist (1838) by Charles Dickens. The series reimagines the Dodger’s life 15 years after the events in the novel. The main character, Jack Dawkins, leads a double life, which blurs the lines between good and bad. This article applies Sigmund Freud’s psychoanalytic approach to investigate how Freud’s anxiety and defense mechanisms are reflected in Jack’s behavior. This article uses a descriptive qualitative method by analyzing the dialogue and scenes that reflect anxiety and defense mechanisms. The findings of this research show that Jack dominantly experiences realistic anxiety and moral anxiety and uses denial, projection, displacement, rationalization, and regression as his defense mechanisms. It is hoped that the results of this research will provide a deeper understanding of the psychological complexity of characters in films as well as provide a basis for further research in the fields of psychoanalysis and the series The Artful Dodger (2023).
The Artful Dodger (2023) merupakan spin-off dari novel Oliver Twist (1838) karya Charles Dickens. Serial ini menggambarkan kembali kehidupan Dodger 15 tahun setelah kejadian di dalam novel tersebut. Jack Dawkins, selaku karakter utama, menjalani kehidupan ganda yang mengaburkan batas antara kebaikan dan keburukan. Artikel ini menerapkan pendekatan psikoanalitik Sigmund Freud untuk menyelidiki bagaimana kecemasan dan mekanisme pertahanan Freud tercermin dalam perilaku Jack. Artikel ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menganalisis dialog dan adegan yang di dalamnya mencerminkan kecemasan dan mekanisme pertahanan diri. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Jack dominan mengalami kecemasan realistik dan kecemasan moral serta menggunakan penyangkalan, proyeksi, pemindahan, rasionalisasi, dan regresi sebagai mekanisme pertahanannya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kompleksitas psikologis karakter dalam film serta memberikan landasan untuk penelitian lebih lanjut di bidang psikoanalisis dan The Artful Dodger (2023)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Dewa Gede Abisha Yogananda
"Fallout: New Vegas is a western RPG made by Obsidian taking place in a post-apocalyptic western coast United States, specifically the Mojave desert, located in modern-day Arizona. The game, among other things, is well known for its surprisingly deep and nuanced narrative and world-building, particularly regarding the main factions and how they fit into the narrative and world-building of the game. However, this paper aims to highlight a far less discussed aspect of the factions: how the factions work as parts of the long-standing tradition of the Fallout franchise as a commentary on American Society. This paper analyzes specifically three factions within the game that the player encounters and interacts with the most: the New California Republic, Caesar’s Legion, and Mr. House. Qualitative Analysis was conducted between the nature and behavior of the three factions and various aspects of American society based on the question of which aspect of American society corresponds the best to each of the three factions around the time of the game’s release of 2010 and earlier. This paper shows that the three main factions of New Vegas, the New California Republic (NCR), the Caesar’s Legion, and Mr. House can indeed work as a form of commentary on various aspects of the United States, specifically for the US government in the Bush era, the American right-wing militia movements, and the capitalist system and figures of the United States during the 2000s. This comparison provides insight into the socio-political situation of the 2000s United States. It shows how the faction’s structure, behavior, and options they provide to the player through the quest allow the player to gain insight into the game’s view on the socio-political context of 2000s America.
Fallout: New Vegas adalah permaian Role-Playing Game (RPG) ciptaan Obsidian yang berlatar di pesisir barat Amerika Serikat pasca-kiamat, khususnya di gurun Mojave, Arizona. Gim ini terkenal karena narasi dan pembangunan dunia yang sangat dalam dan bernuansa, khususnya mengenai faksi-faksi utama dan bagaimana mereka masuk ke dalam narasi dan pembangunan dunia gim tersebut. Makalah ini bertujuan untuk menyoroti aspek faksi-faksi yang kurang dibahas: bagaimana faksi-faksi tersebut bekerja sebagai bagian dari tradisi Fallout sebagai komentar mengenai Masyarakat Amerika Serikat. Makalah ini menganalisis secara khusus tiga faksi dalam gim yang paling sering ditemui dan berinteraksi dengan pemain: New California Republic, Caesar's Legion, dan Mr. House. Analisis Kualitatif dilakukan untuk menghubungkan sifat dan perilaku ketiga faksi dengan berbagai aspek masyarakat Amerika berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tentang aspek masyarakat Amerika mana yang paling sesuai dengan masing-masing dari ketiga faksi tersebut dalam sekitar waktu perilisan gim (2010) dan sebelumnya. Makalah ini menunjukkan bahwa tiga faksi utama New Vegas, New California Republic (NCR), Caesar’s Legion, dan Mr. House memang dapat berfungsi sebagai bentuk komentar tentang berbagai aspek Amerika Serikat, khususnya untuk pemerintah AS di era Bush, gerakan milisi sayap kanan Amerika, dan sistem kapitalis serta tokoh-tokoh Amerika Serikat selama tahun 2000-an. Perbandingan ini memberikan wawasan tentang situasi sosial-politik Amerika Serikat tahun 2000-an. Perbandingan ini juga menunjukkan bagaimana struktur, perilaku, dan opsi faksi yang mereka berikan kepada pemain melalui pencarian memungkinkan pemain untuk mendapatkan wawasan tentang pandangan permainan tentang konteks sosial-politik Amerika tahun 2000-an."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ni Made Ayu Juwitasari
"Superhero narratives traditionally depict heroic figures upholding truth and justice to maintain world peace and human safety; The Boys offers a contrasting perspective, exploring the morally ambiguous nature of superheroes influenced by corporate entities and capitalist interests. Vought International is a fictional corporation that is depicted in The Boys, responsible for the control and exploitation of superheroes to achieve financial gain and influence. This study examines the strategies utilized by Vought International to manipulate the media to fulfill corporate advantages and protect its public reputation. The analysis explores deeper into the diverse types of media manipulation employed in superhero narratives, while also examining the critique of corporate control over these narratives. This study utilizes textual analysis method to examine how Vought International leverages media manipulation to cultivate public empathy, support, and profit by commodifying superheroes. It is found that media manipulation strategies employed to achieve Vought International's goals are disinformation, rhetorical devices, visual media manipulation, and suppression of information, including a strategy involving collaboration with the fictional US military, as depicted in The Boys, to consolidate their power.
Narasi superhero biasanya menggambarkan sosok heroik yang menjunjung kebenaran dan keadilan untuk menjaga perdamaian dunia dan keselamatan manusia. Namun, The Boys menawarkan perspektif berbeda dengan mengeksplorasi ambiguitas moral superhero yang dipengaruhi oleh perusahaan korporat dan kepentingan kapitalis. Vought International, korporasi fiktif dalam The Boys, mengendalikan dan mengeksploitasi superhero demi keuntungan finansial dan pengaruh. Studi ini meneliti strategi yang digunakan Vought International dalam memanipulasi media untuk kepentingan perusahaan dan menjaga reputasi publiknya. Analisis ini mendalami berbagai jenis manipulasi media dalam narasi superhero, serta mengkaji kritik terhadap kontrol korporat atas narasi tersebut. Menggunakan analisis tekstual, studi ini mengungkap bagaimana Vought International memanfaatkan manipulasi media untuk menumbuhkan empati, dukungan, dan keuntungan publik dengan mengkomodifikasi superhero. Strategi manipulasi media yang digunakan untuk mencapai tujuan Vought International meliputi disinformasi, perangkat retoris, manipulasi media visual, dan penyembunyian informasi, termasuk strategi kolaborasi dengan militer AS fiktif dalam The Boys untuk mengukuhkan kekuasaan mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Cemara Dinda
"Women’s March Jakarta atau WMJ merupakan sebuah bagian baru dari sejarah perkembangan gerakan perempuan di Indonesia dan pada tahun 2018, isu-isu seperti penuntutan hak-hak perempuan dan penghapusan kekerasan berbasis gender menjadi beberapa tuntutan utama. Dalam meningkatkan kinerjanya, WMJ menggunakan media digital sebagai wadah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang gerakan WMJ tersendiri dan isu-isu yang diangkat sehingga WMJ berpartisipasi dalam digital feminism activism (DFA), yakni dimana strategi aktivisme luring berlanjut ke ranah daring. Aktivisme daring tersebut membantu meningkatkan visibilitas WMJ dan perjuangannya untuk mengedepankan hak-hak perempuan dan masyarakat minoritas. Dari segi visibilitas, perbincangan dan perputaran wacana tentang isu perempuan dan gender menjadi semakin kuat dan bergulir dan dalam prosesnya, rasa solidaritas antar perempuan juga dapat diciptakan. Melalui penelusuran hashtag #womensmarchjkt2018 di Instagram, telah ditemukan bahwa kepemilikan tubuh perempuan adalah isu yang paling dominan pada unggahan poster yang dibawa peserta WMJ 2018. Maka, tesis ini menginvestigasi bagaimana narasi tersebut dihadirkan melalui 20 unggahan poster Instagram WMJ 2018. Di samping itu, tesis ini juga menginvestigasi bagaimana aktivisme luring dan daring yang dilakukan oleh WMJ 2018 melalui hasil penelitian dapat kontekstualisasikan pada gerakan perempuan dan aktivisme feminisme di Indonesia secara umum seperti potensi dari WMJ dan perbaikan yang dapat dilakukan.
Women's March Jakarta or WMJ is a relatively new part of the history of women's movement in Indonesia and in 2018, issues such as the fulfillment of women's rights and the abolition of gender violence became its important demands. To improve its performance, WMJ took advantage of digital media to raise awareness about WMJ as a movement, its pressing issues, hence it's participating in digital feminism activism (DFA) where WMJ's offline practices are continued online. In terms of visibility, discussion and turnover of discourse related to women's and gender issues become stronger and ever-flowing and in that process, solidarity between women can happen. Through the hashtag #womensmarchjkt2018 di Instagram, it is discovered that ownership women's bodies is most dominant as reflected by the uploads of 20 posters brought by WMJ 2018participants. In addition to that, this thesis also investigates how WMJ 2018's offline and online activism is contextualized to the women's movement and feminism activism in Indonesia as a whole such as its potentials and improvements."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library