Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mita Indraswari
Abstrak :
Prasasti Rayung yang berada di Museum Nasional, Jakarta. Prasasti Rayung tidak memiliki unsur pertanggalan dan memiliki keunikan yang tidak dimiliki prasastiprasasti lainnya. Prasasti Rayung berisi mengenai penetapan desa Rayung sebagai sima karena masyarakat Rayung membuat bangunan suci untuk dewa di Paru. Ditinjau dari unsur paleografis dan isi pada prasasti Rayung ditemukan ketidakcocokan untuk menetapkan perkiraan masa pembuatan prasasti ini sehingga diperkirakan merupakan prasasti tinulad. Pada penelitian ini dilakukan pembuktian keaslian prasasti Rayung sebagai sumber data sejarah dan meletakan prasasti Rayung dalam kronologi sejarah kuno. ......The focus of this study is Rayung inscription that is kept at National Museum, Jakarta. Rayung inscription does not contain dating element and has unique feature that other inscriptions do not possess. Rayung inscription contains the establishment of sīma in the village of Rayung because the citizen of Rayung built a holy temple for gods in Paru. From the paleography and the content of this inscription, it is found that there is incompatibility to estimate the period which this inscription was made thus leading to the conclusion that this inscription is tinulad. This study also functions as historical data sources and put this inscription on chronology of ancient history.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desfira Ramadhania Rousthesa
Abstrak :
Candi di Jawa Tengah sebagian besar dibuat dengan bahan batu andesit. Batu andesit tersebut dibentuk menjadi balok berbagai ukuran dan disusun lapis demi lapis. Telaah ini membahas mengenai bentuk dan ukuran pada balok batu penyusun di Candi Perwara Sewu Deret I no.26 dan Candi Perwara Plaosan Lor Deret II no.29. Lebih tepatnya penempatan dan penggunaan balok batu pada kedua candi perwara tersebut. Tujuan dalam kajian ini adalah mengetahui hubungan dalam penggunaan balok batu terhadap konstruksi candi perwara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pengumpulan data, pengolahan data, dan interpretasi. Data primer pada penelitian ini adalah balok batu andesit yang digunakan untuk menyusun konstruksi candi perwara. Melalui kajian ini dapat diketahui balok batu di bagian kaki memiliki ukuran yang paling besar, sedangkan ukuran bagian tubuh serupa dengan balok batu di bagian kaki. Bagian atap memiliki ukuran balok batu paling kecil. Akibat tidak ditemukannya batu kuncian di kedua candi, maka balok batu di bagian bawah dibentuk lebih besar supaya dapat menahan beban lebih banyak. Balok batu di bagian atas pun dibentuk lebih kecil agar memberikan beban lebih kecil dan mempermudah dalam proses penyusunannya. Hubungan antara balok batu dengan konstruksi candi perwara pada akhirnya dapat diketahui dari bentuk, ukuran, dan bahan dasar balok batu penyusun di setiap bagiannya. ...... Most of the temples in Central Java are made of andesite stone. The andesite stone is formed into blocks of various sizes and arranged layer by layer. This study discusses the shape and size of the constituent stone blocks at the Perwara Sewu Temple Series I no.26 and the Perwara Temple Plaosan Lor Series II no.29. More precisely the placement and use of stone blocks in the two perwara temples. The purpose of this study is to determine the relationship in the use of stone blocks to the construction of ancillary temples. The method used in this study consisted of data collection, data processing, and interpretation. The primary data in this study were andesite stone blocks which were used to construct the perwara temples. Through this study, it can be seen that the stone blocks in the legs have the largest size, while the size of the body parts is similar to the stone blocks in the legs. The roof has the smallest stone block size. As a result of not finding a lockstone in the two temples, the stone blocks at the bottom were shaped bigger so that they could withstand more weight. The stone blocks at the top are also made smaller in order to provide a smaller load and make it easier in the preparation process. The relationship between stone blocks and the construction of ancillary temples can ultimately be known from the shape, size, and basic materials of the stone blocks that make up each part.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrul Safrizal
Abstrak :
Tulisan ini membahas mengenai bentuk fasad dan elemen-elemen fasad bangunan sekolah kolonial modern di Kota Yogyakarta tahun 1900 sampai 1940. Dalam kajian arkeologi, fasad bangunan merupakan salah satu bentuk peninggalan masa kolonial yang memiliki keistimewaan dan keunikan tersendiri yang mengandung nilai penting dan sejarah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk fasad dan elemen- elemen fasad bangunan-bangunan sekolah kolonial di kota Yogyakarta, serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi suatu bentuk fasad bangunan sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dari bentuk dan gaya bangunan, dengan tahapan penelitian terdiri dari pengumpulan data, pengolahan data dan penafsiran data. Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa semua fasad bangunan-bangunan sekolah memiliki keunikan dengan adanya pengaruh dari perpaduan gaya Eropa dan gaya Lokal. Selain itu terdapat kesamaan pada semua bentuk fasad sekolah yaitu berbentuk persegi panjang, namun memiliki perbedaan pada detail dan elemen-elemen fasad ( atap, dinding, jendela, pintu, lubang- lubang angin atau ventilasi dan hiasan atau ornamen) bangunannya yang di pengaruhi oleh faktor waktu, keletakkan atau lokasi, dan historis. ......This paper will discusses about the facades and element of the facades of modern colonial school buildings in Yogyakarta from 1900 to 1940. In archaeological studies, the facades are a form of heritage from the colonial period which has its own peculiarities and uniqueness which contains historical and important values. This study aims to determine the form of facades and facade elements of colonial school buildings in the city of Yogyakarta, as well as what factors influence a form of school building facades. The method used in this research is descriptive analysis of form and style, with the research stages consisting of data collection, data processing and interpretation. The results obtained from the study show that all school building facades are unique with a combination of European and local styles. In addition, there are similarities in the shape of the facade, which is rectangular, but has differences in the details and elements of the facade (roofs, walls, windows, doors, vents and ornament) of the building which is influenced by time, place or location, and historical factors.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Mulya Sari
Abstrak :
Stunting merupakan salah satu dari triple burden of malnutrition terjadi di seluruh dunia termasuk Indonesia. 149,2 juta balita mengalami stunting. Prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 21,6% diatas target RPJMN 2020-2024 yakni 14%. Kementerian Kesehatan membentuk Tim Kerja Percepatan Percepatan Penurunan Stunting pada tahun 2023. Berdasarkan beberapa penelitian masih terdapat persepsi terkait stunting dan penanggulangannya yang salah dan negatif beredar di masyarakat. Diperlukan umpan balik dari masyarakat yang dapat memberikan informasi tersebut, namun sistem yang ada belum mengakomodir kebutuhan informasi tersebut. Umpan balik tersebut bisa didapatkan melalui platform media sosial yang memuat opini publik. Indonesia merupakan pengguna media sosial X/twitter terbanyak di tingkat global. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan hasil analisis sentimen (positif, negatif dan netral) serta tren isu terkait stunting dan penanganannya yang beredar di masyarakat bersumber media sosial twitter yang akan digunakan oleh Direktorat Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak bekerja sama dengan unit terkait melalui pengembangan Sistem Data Sentimen Kementerian Kesehatan. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif untuk mendapatkan kebutuhan pengembangan sistem, selanjutnya diterapkan pada modeling sistem informasi dimulai dengan diagram konteks, Data Flow Diagram (DFD) level 1, Entity Relational Diagrams (ERD), Table Relational Diagram (TRD) dan Flow Charts. Pengembangan sistem dilakukan dengan model iterative dan incremental. ......Stunting is one of the triple burden of malnutrition occurring throughout the world, including Indonesia. 149.2 million toddlers are stunted. The prevalence of stunting in Indonesia in 2022 will reach 21.6% above the 2020-2024 RPJMN target of 14%. The Ministry of Health, has formed a Working Team to Accelerate the Reduction of Stunting in 2023. Based on several studies, there are still wrong and negative perceptions regarding stunting and its countermeasures circulating in society. Feedback is needed from the public who can provide this information, but the existing system has not accommodated this information need. This feedback can be obtained through sosial media platforms that contain public opinion. Indonesia is the most X/Twitter sosial media users at the global level. The purpose of this study was to obtain the results of sentiment analysis (positive, negative and neutral) as well as trending issues related to stunting and its handling circulating in the community based on Twitter sosial media which will be used by the Directorate of Nutrition, Maternal and Child Health in collaboration with related units through the development of the Ministry of Health's Sentiment Data System. The research was conducted using qualitative methods to obtain system development requirements which were then applied to information system modeling starting with context diagrams, level 1 Data Flow Diagrams (DFD), Entity Relational Diagrams (ERD), Table Relational Diagrams (TRD) and Flow Charts. System development is carried out with an iterative and incremental model.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Suci Kusuma
Abstrak :
Rumah tinggal menjadi salah satu bangunan penunjang yang terdapat dalam emplasmen perkebunan teh. Dalam membangun sebuah rumah tinggal perlu memperhatikan kondisi lingkungan sekitar. Oleh karena itu, orang-orang Belanda memahami perlunya beradaptasi dengan lingkungan daerah Kabawetan. Adanya kebutuhan untuk beradaptasi dengan iklim dan alam sekitar yang sesuai dengan daerah perkebunan teh Kabawetan mempengaruhi bentuk suatu bangunan. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk adaptasi manusia melalui tinggalan budaya materialnya berupa bangunan rumah tinggal. Pendekatan ekologi budaya digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Pada tahapan analisis, penulis menggunakan analisis bentuk, analisis komparatif dan analisis kontekstual. Hasilnya orang-orang Belanda mampu beradaptasi dengan lingkungan daerah Kabawetan. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk-bentuk bangunan rumah tinggal yang mereka bangun. Beberapa elemen rumah merepresentasikan adaptasi terhadap lingkungan daerah Kabawetan, seperti penggunaan atap limas, dinding yang tidak terlalu tebal, pondasi yang ditinggikan dari permukaan lantai dan lain-lain. Dalam penelitian ini proses adaptasi tersebut dilihat melalui mekanisme budaya dimana orang-orang Belanda mengembangkan pengetahuan dan kemampuan teknologi yang dikuasainya untuk beradaptasi. ......Residential houses are one of the supporting buildings found in tea plantation emplacements. In building a residential house, it is necessary to pay attention to the surrounding environmental conditions. Therefore, the Dutch people understood the need to adapt to the environment of the Kabawetan area. The need to adapt to the climate and natural surroundings that are suitable for the Kabawetan tea plantation area affects the shape of a building. Thus, this study aims to determine the form of human adaptation through its material cultural heritage in the form of residential buildings. The cultural ecology approach is used to achieve this goal. In the analysis stage, the author uses form analysis, comparative analysis and contextual analysis. The result is that the Dutch people were able to adapt to the environment of the Kabawetan area. This can be seen from the forms of residential buildings that they built. Some elements of the house represent adaptation to the environment of the Kabawetan area, such as the use of pyramid roofs, walls that are not too thick, foundations that are elevated from the floor surface and others. In this study, the adaptation process is seen through a cultural mechanism where the Dutch people develop their knowledge and technological capabilities to adapt.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Christina Fara Alfrida
Abstrak :
Penelitian ini merupakan pemaparan mengenai Gereja Katolik Hati Kudus Jakarta sebagai living monument yang dilakukan dengan kajian morfologi melalui upaya rekonstruksi bentuk dan gaya Gereja Katolik Hati Kudus Jakarta (Parochie van het Heilig Hart Batavia – Kramat). Metode penelitian yang digunakan meliputi formulasi, pengumpulan data, analisis data (analisis morfologi dan gaya), dan interpretasi. Selanjutnya pada analisis morfologi dipaparkan informasi mengenai bentuk bangunan gereja pada awal abad ke-20 yang dibandingkan dengan bentuk bangunan gereja saat ini. Pada analisis gaya bangunan dibandingkan dengan bangunan gereja katolik di kawasan yang sama, yaitu Gereja Katedral dan Gereja Santa Theresia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gereja ini merupakan gereja katolik tertua kedua di Jakarta setelah Gereja Katedral. Gereja ini memiliki bentuk dasar fasad persegi, denah berbentuk persegi panjang, sehingga mempengaruhi bentuk volume bangunannya, atap berbentuk gabel, dan memiliki satu buah menara berbentuk persegi panjang. Gereja ini mengadopsi gaya Indische yang merupakan gaya bangunan Eropa yang berkembang di Indonesia sekitar akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. ......This research is an description of the Hati Kudus Catholic Church in Jakarta as a living monument with a morphological study through effort to reconstruct form and style of the Catholic Church Hati Kudus Jakarta (Parochie van het Heilig Hart Batavia - Kramat). The methods used formulation, data collection, data analysis (morphology and style analysis) and interpretation. Furthermore, In the morphological analysis, information about the shape of the church building in the early 20th century is presented which is compared with the shape of the church building today. In the analysis, the building style is compared with the catholic church buildings in the same area, namely the Cathedral Church and the Church of Santa Theresia. The results showed that this church is the second oldest Catholic church in Jakarta after Cathedral Church. This church has basic shape of a square fasad, rectangular floor shape, so that it affects the volume of the building, the roof is gable, and has one rectangular tower. This church adopted Indische style which is a European building style that developed in Indonesia around the late of 19th century to early 20th century.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library