Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Soemarsono
"Upaya Pemerintah didalam memfasilitasi para pelaku usaha perdagangan internasional mengakselerasi arus informasi dan arus barang ekspor dan impor diwujudkan dengan dilaksanakannya program National Single Window, yang merupakan mata rantai dari program ASEAN Single Window. Melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Penggunaan Sistem Elektronik Dalam Kerangka Indonesia National Single Window yang ditetapkan pada tanggal 26 Pebruari 2008, maka Penerapan National Single Window mengarah pada pemanfaatan teknologi informasi dan telekomunikasi di seluruh instansi pemerintah yang memiliki fungsi sebagai Regulator, Fasilitator, dan Revenue Collector, termasuk para pelaku usaha perdagangan internasional itu sendiri.
Peran Penyelenggara Jasa Telekomunikasi sebagai operator sistem National Single Window akan turut memberikan kontribusi keberhasilan program, dan pentarifan atas penggunaan sistem National Single Window diperlukan agar secara bisnis memiliki nilai kelayakan bagi operator tanpa mengesampingkan kebijaksanaan pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional terkait dengan peranan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Pertumbuhan dokumen ekspor dan impor diprediksi dengan bantuan Software SPSS, dan analisa keuangan dihitung dengan bantuan Software Microsoft Excel menghasilkan NPV sebesar Rp. 83,37 milyar, IRR sebesar 437,9% dan masa pengembalian selama 1 tahun 3 bulan, sehingga disimpulkan bahwa bisnis operator National Single Window memiliki nilai kelayakan.

Government effort to facilitate international traders by accelerating import and export flow of information and flow of goods takes place through National Single Window program, which links to ASEAN Single Window program. Through Presidential Degree of Republic of Indonesia Number 10, 2008 regarding Electronic System Utilization for Indonesia National Single Window that endorsed on February 26, 2008 the National Single Window implementation guide the use of information technology and telecommunication by all government agency; that act as regulator, facilitator and revenue collector; and by international traders.
Telecommunication services provider role as the system operator for National Single Window will bring contribution to program accomplishment. Hence charging on National Single Window system usage is needed so the system will had a business value for the operator without disregarding government regulation in running the government and national development in connection to State Revenue of Non Tax (Penerimaan Negara Bukan Pajak/PNBP). Export and import documents growth are predicted using SPSS Software, and financial analysis calculation using Microsoft Excel Software, show that NPV Rp. 83.37 billion, IRR 437.9%, and pay back period 1 year and 3 months, so the National Single Window operator business is feasible."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24650
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Eko Prasetio
"ABSTRAK
Menghadapi kenyataan bahwa pendapatan telepon berbasis jaringan tetap tidak bergerak mengalami penurunan, Telkom sebagai pemain utama perlu mengimplementasikan teknologi jaringan yang mampu membangkitkan sumber pendapatan melalui pemenuhan permintaan layanan telepon dan penyediaan layanan new wave terintegrasi. Strategi yang tepat terkendala oleh beberapa hal antara lain: permintaan pelanggan akan jaringan telepon tidak bergerak tidak dapat digantikan oleh nirkabel (CDMA), jaringan kabel seharusnya kunci utama media yang membawa layanan pita lebar kepada pelanggan namun penetrasi ke seluruh cakupan pelanggan rnasih iambat karena investasi jaringan tembaga mahal dengan kondisi ARPU yang rendah, ditambah inefisiensi jaringan karena pemenuhan multi layanan kepada pelanggan menggunakan beberapa jaringan tembaga yang disebabkan keterbatasan teknologi ADSL yang hanya menyediakan satu saluran telepon dan G.SHDSL yang tidak dapat membawa saluran telepon dalam implementasinya. VoDSL merupakan teknologi jaringan tetap yang memungkinkan layanan integrasi multi akses data dan multi saluran suara didalam satu saluran fisik. Implementasi teknologi VoDSL secara efisien, dapat menjawab keterbatasaan jaringan telepon tetap dalam memenuhi permintaan saluran telepon baik untuk pasang baru, tambahan saluran telepon, fax, maupun dial-up (transaksi kartu kredit) hanya dengan satu saluran tembaga. VoDSL dapat mernberikan 2-6 sambungan telepon pada saluran ADSL dan 2 - 16 sambungan telepon pada saluran G.SHDSL. Teknologi ini menjadi enabler saluran G.SHDSL yang sebelurnnya hanya bisa digunakan untuk data saja. Perangkat VoDSL yang utama yaitu : IAD dan Voice Gateway. IAD berada di pelanggan dan merupakan alat penyedia multi layanan sehingga implementasi VoDSL menjadi enabler penyediaan layanan new wave yang terintegrasi kepada pelanggan baik itu IPTV, VOID, VoD maupun IP PBX. VoDSL dapat diimplementasikan kedalam jaringan ATM maupun 1P dengan topologi terpusatlterdistribusi. Berdasarkan analisa, implementasi teknologi ini mampu menghemat CAPEX sebesar 80% dan OPEX sebesar 23% dart investasi jaringan tembaga. Arsitektur jaringan Telkom mendukung implementasi VoDSL, kapasitas jaringan mampu mcngakomodasi proyeksi permintaan pelanggan, nilai NPV rencana investasi VoDSL positif dan IRR 72 - 26% sehingga implementasi VoDSL ini dinyatakan layak. Target aplikasi VoDSL antara lain koneksi residensial, corporate PBX, koneksi SME dan SOHO, wartel speedy dan tclum. VoDSL memiliki kemampuan inleroperabilitas baik dengan teknologi central non NGN maupun NGN sehingga .?'rruxith rali ;rutiwr ke teknologi NUN melalui iniplemenlasi softswitcli dapat diakomnclasi tanpa penggantian perangkal VoDSL."
Lengkap +
2008
T24270
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Luther B.
"Perkembangan Broadband Wireless Access (BWA) sebagai standar global untuk media transmisi data telah digunakan sebagai penyedia jasa akses Internet berkecepatan tinggi. Aplikasi Wimax yang ditunjang oleh kemampuan interoperabilitas, fleksibilitas, dan aspek komersial telah membawa dampak penggunaan internet dedicated lebih efisien serta memberikan layanan murah dan mudah. Fenomena ini harus disikapi oleh para operator ISP dalam mengembangkan bisnisnya yang penuh persaingan di era global saat ini. Dengan melihat aspek teknik, serta aspek keuangan dalam menetapkan kelayakan implementasi wireless network dengan Wimax sebagai subtitusi, maka dalam penelitian ini dilakukan kajian implementasi tekhnologi Wimax sebagai layanan backhaul pada jaringan Wifi yang sudah ada di Jakarta.
Dari data jumlah hotpsot yang terdaftar di IIX dan rata-rata peak traffic hap hotspot per regional, dalam penelitian ini ditnaparkan perhilungan aspek teknis dengan kombinasi pilihan harga sewa dan teknologi yang akan memberikan beberapa kombinasi gambaran nilai investasi teknologi Wimax sebagai subslitusi backhaul untuk jaringan hotspot yang ada dan perkembangannya tahun kedepan. Diharapkan implementasi Wimax sebagai backhaul dapat menjadi pemicu percepatan pertumbuhan pengguna internet yang akan meningkatkan kebutuhan layanan broadband. Dengan meningkatnya pengguna internet dan layanan broadband maka dapat mendorong kemungkinan perluasan infrastruktur teresterial.

The development of Broadband Wireless Access (BWA) as a global standard for data transmission media have been used to high speed Internet access provider. The Wimax application that supported by capabilities of interoperability, flexibility and commercial aspect, has brought effect of the use of dedicated internet more efficiently and cheaper and easier services to customer. This fenomena must be responded by ISP operators in expanding their businesses, who at this moment. facing the effect of globalization that full of competition. By observing the technical and also financial aspect in deciding the Implementation of Wireless Network with Wimax technology as a substitute, this research will observe and analyze the projection of Wimax technology implementation as a backhaul to the Wifi's existing network in Jakarta.
From number of hotspots registered in IIX and average peak traffic per regional, in this paper the writer describe calculation from technical aspect with several pricing and technology combination which gives basic figures in investing Wimax as substitute technology for backhaul in hotspot network and its growth in 5 years. With Wimax technology as backhaul, it is expected to be the trigger to speed up the growth for internet users which will increase the demand for broadcast service. This will lead to the possibility to the growth of teresterrial infrastructure.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24272
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Widyasanti
"PT. Indosat memerlukan langkah strategis dalam melakukan proses migrasi frekuensi CDMA StarOne agar dalam pelaksanaannya tidak mengganggu performansi jaringan GSM eksisting, hal tersebut diperlukan karena keputusan Menkominfo KM. Nomor 181 Tahun 2006 per tanggal 12 Desember 2006 tentang alokasi frekuensi yang diberikan untuk CDMA StarOne yang ternyata berhimpit dengan frekuensi eksisting GSM PT. Indosat terutama pada frekuensi CDMA downlink 889.515 MHz. Frekuensi yang berhimpit tersebut akan menimbulkan resiko disisi internal antara jaringan GSM eksisting dan CDMA, seperti akan munculnya interferensi dimana-mana, meningkatnya drop call, penurunan daya jangkauan/coverage, timbulnya blank spot baru, yang pada akhirnya akan mengurangi performasi jaringan GSM yang sekarang ini masih menjadi bisnis paling dominan. Untuk mengantisipasi resiko paska dimigrasikannya frekuensi CDMA StarOne ini, maka langkah re-engginering pada jaringan GSM PT. Indosat mau tidak mau harus dilakukan.
Ada beberapa opsi yang akan dipilih dan dianalisa baik dari sisi performansinya maupun dari sisi keefektifan biaya yang dikeluarkan. Opsi-opsinya adalah dengan/tanpa pemasangan filter pada kedua jaringan, berapa kanal yang akan dibebaskan, dan metode hopping yang bagaimana yang akan digunakan. Bagaimana pengaruh hasil implementasi global frequency planning ini pada jaringan GSM PT. Indosat, akan dianalisa lebih lanjut hasil performansinya sebelum dan sesudah implementasi, kendala-kendala dilapangan, efektifitas penggunaannya dengan dan tanpa filter, perolehan nilai KPI, dan tentunya implikasi implementasi ini pada revenue perusahaan.

PT Indosat needs strategic steps in doing the migration process of CDMA StarOne, so that it does not conflict the existing GSM network performance. It is in accordance with the regulation of Menkominfo KM No.181Year 2006 dated of December 12, 2006 stating that frequency allocation given to CDMA StarOne is crashed againts the existing PT. Indosat GSM frequency especially in CDMA frequency downlink 889,515 Mhz. The crash will lead into internal risk between GSM network and CDMA network, such as interference, the significant increasing of drop call, decrease the coverage area, additional blank spot, conclusively it will decrease GSM Network performance that currently is the main business. To antisipate the risk of post CDMA StarOne frequency migration, re-engineering steps must be done by PT. Indosat.
There're some options that should be done and analyzed from performance side and revenue improvement. Those options are with or without filter implementation at both network, how many channels should be released, what hopping methode should be implemented. How these methode effect in GFP implementation in GSM Network of PT. Indosat will be analyzed further, before and after time implementations, the real constraint, the effectiveness with or without filter implementation, KPI score, and the total revenue of the company.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24642
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi Adyawardhani
"Tren bisnis telekomunikasi yang terjadi belakangan ini adalah munculnya suatu bentuk model bisnis baru, yaitu Operator Jaringan Maya Bergerak yang biasa dikenal dengan Mobile Virtual Network Operator (MVNO). MVNO berkembang pesat di beberapa negara di dunia, menjual layanan selular dengan menyewa jaringan operator. Di sisi lain, pemilik jaringan mendapat tambahan pendapatan tanpa harus memelihara hubungan dengan pelanggan dan menambah jumlah pegawai. Di Indonesia, bentuk MVNO ini belum diimplementasikan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa implementasi MVNO menggunakan model Porter 5 Forces untuk mengidentifikasi potensi keuntungan kompetitifnya dalam industri telekomunikasi di Indonesia. Porter 5 forces, merupakan salah satu perangkat strategi bisnis yang paling sering digunakan, dan keampuhannya telah terbukti dalam berbagai macam kasus. Porter 5 forces lebih mengarah pada analisa industri dari luar perusahaan, mencoba melihat potensi kedalam. Analisa yang dilakukan meliputi intensity of rivalvy among existing player, threat of new entrant, bargaining power of supplier, bargaining power of buyer, dan threat of substitution. Analisa keuntungan kompetitif digunakan untuk merancang strategi lebih lanjut dalam menghadapi kompetisi yang ada di industri selular. Dengan menerapkan model Porter 5 forces untuk analisis implementasi MVNO di Indonesia diperoleh hasil bahwa bisnis MVNO memiliki keuntungan kompetitif yang rendah. Untuk pengembangan MVNO ditawarkan beberapa strategi untuk memperbaiki posisi dalam kompetisi di industri telekomunikasi. Apabila pemerintah Indonesia ingin mengembangkan MVNO, yang perlu dilakukan adalah menurunkan bargaining power MNO, dan juga pelanggan.

Telecommunication business trend in many countries is a new celuler business model, Mobile Virtual Network Operator (MVNO). MVNO own their costumer but use the telecom network and radio spectrum of a Mobile Network Operator(MNO). This wholesale agreement will gives extra revenue for the host without maintain the customer.It has not implemented in Indonesia. This thesis is to analyze MVNO implementation by using Porter 5 forces model, to identify the MVNO competitive profit potential in Indonesia's telecommunication structure. Porter 5 forces, is one of the most often used business strategy tools and has proven its usefullness on numerous ocassione. Porter 5 forces is an outside in industryanalysis.The analysis consist of intensity of rivalvy among existing player, threat of new entrant, bargaining power of supplier, bargaining power of buyer, dan threat of substitution. This analysis is needed in order to formulate strategy to face existing micro environment condition within the industry. By using Porter 5 forces to analyze MVNO implementation, resulting low competitive profit potential for MVNO in Indonsia. Several strategies are proposed in order to achieve better positioning. The goverment support for MVNO could be by decreasing bargaining power of MNO and subscribers."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riad
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S38204
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Edwin Hasan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S38213
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Johnny Ferry Hamonangan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S38363
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizky Hartaman
"Sampai saat ini, serangan jantung masih menjadi penyebab utama kematian dibanyak tempat di dunia. Salah satunya adalah kelainan pada katup jantung yang dapat dideteksi melalui suara murmur pada detak jantung penderita. Skripsi ini membahas tentang perancangan sistem pengenalan penyakit jantung berdasarkan suara detak jantung dengan metode HMM. Sistem ini terbagi menjadi dua proses utama, yaitu pembentukan database dan pengenalan penyakit jantung. Kedua proses ini dilakukan dengan cara yang hampir sama, yaitu tiap sampel akan mengalami proses pelabelan, pembuatan codebook dan pembentukan parameter HMM. Hanya saja, pengolahan sinyal suara pada proses pengenalan mengacu database yang telah lebih dulu diproses. Dimulai dengan pembentukan vektorvektor data dengan teknik kuantisasi vektor (VQ), yang kemudian dicari suatu nilai centroid yang presisi untuk dijadikan state HMM dalam menentukan nilainilai parameter yang dibutuhkan.
Berdasarkan parameter-parameter inilah, dapat dihitung suatu nilai probabilitas (Log of Probability) maksimum yang akan menunjukkan hasil keluarannya. Dari hasil perancangan sistem ini, akan dibandingkan akurasi sistem terhadap variasi nilai durasi sampel, jumlah sampel, dan ukuran codebook. Pada penelitian ini ukuran codebook yang optimal adalah 64, jumlah database yang optimal sebesar 10 (sepuluh) buah, dan rentang waktu sampel yang optimal adalah 0,7 detik. Sementara akurasi sistem secara keseluruhan bervariasi antara 60% hingga 85%.

Heart attack is still being the number one killer until now all over the world. A part of heart diseases which can be detected by murmur sound and will be explained here is valve anomaly. This thesis is talking about heart disease recognition based on its heart sound system design using HMM method. The system consists of two main processes: database construction and diseases recognition. Both of this processes is done with almost exact ways. Each samples will be processed through labelling, codebook construction, and HMM parameter making. The difference is that in recognizing process, sound signal will be compared to database which has been made before. The whole process is started with data vectors production by vector quantization (VQ) which can be used to analyze precise centroid positions. The centroid will define HMM states and parameters.
A Log of Probability (LoP) will be calculated from the parameter values. The largest value of LoP will be declared as an output of the system. Output of each samples are compared to get system accuracy based on variation of sample duration, sample amount, and codebook size. The optimum codebook size in this research is 64, optimum sample amount in database is 10, and 0.7s sample duration. Overall, accuracy of the system is variating from 60% up to 85%.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51389
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Himawan Sidharta
"Tugas akhir ini ialah perancangan dan pembuatan perangkat lunak untuk sistem auto-tracking (arti: sistem pengontrol pergerakkan antena untuk menjejak satelit) satelit pada antena mobil. Sistem ini menggunakan microcontroller sebagai pengontrolnya, dengan GPS sebagai input lokasi dari antena, digital compass sebagai input arah pointing awal antenna, rotari enkoder sebagai sensor pergerakkan azimuth dan elevasi, serta modem untuk melihat besar Eb/No sinyal. Inputan ini menggunakan komunikasi serial untuk berhubungan dengan mikrokontroller. Sehingga pemrograman harus difokuskan dalam komunikasi serial UART dan software UART, yang digunakan untuk pengadaan komunikasi serial pada port I/O. Kontroller ini menggunakan 2 tahapan dalam proses tracking satelit.
Tahapan awal ialah metode Elevasi-Azimuth, dimana pada tahapan ini dengan menggunakan inputan dari GPS, digital compass, serta posisi satelit (baik koordinat, maupun ketinggiannya) yang tersimpan dalam mikrokontroller. Kontroller akan menghitung besar sudut azimuth dan elevasi antena terhadap satelit, kemudian mengerakkan antena sesuai dengan sudut azimuth dan elevasinya. Tahapan selanjutnya ialah koreksi modem, dimana pada tahapan ini hanya inputan modem yang digunakkan (keempat inputan lain diabaikan), dan pergerakkan antena diatur hingga didapat nilai Eb/No sinyal yang terbesar.

This final task is the design and creation software for auto-tracking system satellite antenna on the car. This system uses a microcontroller as the controller, with the GPS as the indicator location of the antenna, digital compass as the beginning of antenna pointing direction, rotary encoder as sensor azimuth and elevation, and modem to see Eb/No signal. The microcontroller use serial communication to read the input. Thus the programming should be focused on in the UART and serial communication software UART. This controller use 2 phase in the process of tracking satellites.
Early stages is the method Elevation-Azimuth, where at this stage with input from GPS, Digital Compass, and the position of satellites (both coordinates, and height) that are stored in microcontroller. Controller will calculate the elevation and azimuth angle, then move the antenna according to the antenna azimuth and elevation angle. Next stages is correction modem, where in this stage controller only use modem as the input, and antenna movement is set up to obtain the largest value of Eb / No signal.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51394
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>