Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bryan Ibrahim Alan Dehars
"Perkembangan teknologi informasi menyebabkan adanya inovasi di bidang keuangan, salah satunya di metode pembayaran. Metode pembayaran yang dimaksud adalah pembayaran non tunai. Perkembangan transaksi non tunai mendorong Bank Indonesia membuat program Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) pada Agustus 2014 untuk mempromosikan transaksi non tunai. Bank Indonesia berpendapat GNNT dapat meningkatkan perekonomian dan meningkatkan PDB. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk membuktikan manfaatGNNT terhadap perekonomian. Studi fikih Islam juga memiliki concernterhadap metode pembayarannon tunai ini. Studi menggunakan model regresi time-seriesdari periode Q12010-Q4 2019.
Hasil penelitian menunjukkan cashless society dalam jangka pendek bersifat substitusi terhadap pembayaran tunai. Hal ini dapat disebabkan pembayaran dengan metode tunai dianggap memiliki cost yang lebih tinggi sehingga masyarakat mencari alternatif pembayaran dengan non tunai. Masyarakat yang telah menikmati manfaat dari non tunai lalu mempromosikan hal itu kepada lainnya sehingga tingkat substitusi tunai meningkat. Program GNNT juga mendorong substitusi ke non tunai. Dampakdari cashless societyhanya bisa diobservasi secara long-run. Hal ini berdampak pada segala kebijakan yang mendorong penggunaan pembayaran non tunai tidak akan memengaruhi perekonomian secara instan seperti kebijakan GNNT dari BI dan Pemerintah yang mendorong masyarakat menggunakan non tunai sebagai alat pembayaran dampaknyaterhadap perekonomianhanya dapat diobservasi secara signifikan dalam jangka panjang.
Menyangkut urusan fikih tentang metode pembayaran non tunai, berdasarkan penelitian melalui fatwa MUI transaksi non tunai boleh dilakukandengan syarat dan ketentuan tertentu dari MUI. Uang elektronik dan kartu debit boleh digunakan tetapi kartu kredit hanya boleh digunakan apabila unsur riba dan gharar dalam kartu kredit dapat dihilangkan. Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk umat muslim di Indonesia yang masih ragu dengan manfaat dan hukum dari pembayaran dengan non tunai. Hasil penelitian ini juga sebagai rujukan untuk semakin mengembangkan GNNT lebih luas dalam waktu yang lebih lama untukdapat memberikan dampak bagi perekonomian.

The development of information technology has led to financial innovations, one of which is the payment method. The payment method in question is non-cash payment. The development of cashlesstransactions encouraged Bank Indonesia to create a Gerakan Nasional Non Tunai(GNNT) program in August 2014 to promote cashlesstransactionsto the society. Bank Indonesia believes that GNNT can improve the economy and increase GDP. Therefore, this study aims to prove the benefits of GNNT on the economy. The study of Islamic Jurisprudence also has a concern regarding this cashless payment method. The study used a time-series regression model from the period Q1 2010 until Q4 2019.
The results showthat cashless society in the short-run acts as a substitute to the cash payment. This result maybe due to the higher cost of doing cash payment so people start looking for the alternative in cashless payment. People who already reap the benefits of cashless payment will tell others to start using cashless payment then the substitution rate from cash to non-cash increases.The GNNT program also encourages cashless payment as a substitute to cash in the short-run.The true effects of cashless society can only be observed in the long-run. This effect means any policy which promotes cashless payment will not affect the economy in an instant for instance GNNT program which is initiated by BI and the Government which encourage people to cashless payment its effects to the economy can only be observed in the long-run.
Concerning fiqh matters regarding cashless payment methods, based on research through the MUI fatwa, cashless transactions is permissible with several terms and conditions set by MUI. Electronic money and debit cards are permitted but credit cards can only be used if the usury and gharar (uncertainty) elements in a credit card can be removed regarding to akad. The results of this study can be a reference for Muslims in Indonesia who are still unsure of the benefits and the law of non-cash payments. The results of this study are also intended as a recommendation to further develop GNNT in longer periods in order to achieve its intended effects to the economyin means of GDP.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hira Laraya
"Dinamika inflasi nasional dipengaruhi oleh inflasi regional pada kota-kota terpilih di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan inflasi regional yang berupa faktor non moneter pada 45 kota di Indonesia tahun 2003-2012. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode estimasi data panel dengan pendekatan Generalized Least Square (GLS). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor non moneter berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), upah minimum, produktivitas tenaga kerja, dan infrastruktur jalan berpengaruh secara signifikan terhadap inflasi regional di Indonesia.

National inflation is influenced by regional inflation in selected cities. This research analyzes the determinants of regional inflation in 45 cities of Indonesia year 2003-2012. This research done by the panel data method with the approach of Generalized Least Square (GLS). The result of this research shows that non monetary factors such as own-source revenue (Pendapatan Asli Daerah, or PAD), minimum wages, labour productivity, and road infrastructure affect regional inflation in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S55311
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inez Novialita Primanti
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalis pengaruh pembangunan ekonomi yang
diukur dengan menggunakan indikator-indikator pembangunan terhadap
penurunan dampak bencana alam, yang diindikasikan dengan tingkat kematian
dan kerusakan ekonomi yang dialami oleh 18 negara APEC (Asia Pacific
Economic Cooperation) dari tahun 1999 sampai 2013.
Tingkat kematian dan kerusakan ekonomi keduanya dipengaruhi oleh indikator
pembangunan ekonomi umum, yakni tingkat PDB per kapita, tingkat keterbukaan
perdagangan, pengeluaran umum (total) pemerintah dan tingkat korupsi yang
memiliki hubungan negatif terhadap kedua variabel dependen, kemudian diikuti
oleh variabel kontrol berupa jumlah kejadian per bencana alam dan kepadatan
populasi.
Dengan berbagai metode dan tes terhadap data panel, ditemukan bahwa
meningkatnya pembangunan ekonomi memang mengurangi kedua dampak dari
bencana alam yakni tingkat kematian dan kerusakan ekonomi per PDB dengan
pendapatan per kapita, keterbukaan perdagangan, tingkat korupsi dan pengeluaran
pemerintah sebagai variabel yang signifikan. Walaupun di beberapa model tidak
sesuai dengan hipotesa.
ABSTRACT
This study aims to analyze the impact of economic development measured
through notable development indicators, upon natural disaster impacts reduction
indicated by total human loss and economic damages sustained by each 18
observed APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) member countries from
1999 until 2013.
Both human losses and economic damages are affected by the same economic
development indicators, namely GDP per capita, trade openness, general
government expenditure and corruption level with negative relationship as well as
some controlling variables, occurrence per disasters and population density with
positive relationship upon both natural disaster impacts being used.
Through several methods and tests on panel data, the results obtained had proved
that economic development indicators did reduced impacts from natural disasters
for both total deaths and economic damages with income per capita, size of
government, trade openness and corruption level being significantly able in
affecting disaster impacts reduction. Although in some models the hypothesis
does not hold."
2014
S60642
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fajar Anwar
"Partisipasi pendidikan tinggi bergantung pada kecerdasan individu yang didapatkan secara alamiah atau melalui jenjang pendidikan sebelumnya. Kecerdasan individu diukur dalam hal pengetahuan literasi, numerasi, dan sains yang terukur melalui penilaian internasional misalnya PISA. Beberapa penelitian terdahulu dalam level mikro membuktikan bahwa skor PISA memengaruhi partisipasi pendidikan tinggi secara signifikan. Partisipasi pendidikan tinggi dianalisis lebih lanjut pada level makro sehubungan partisipasi pendidikan juga dapat dipengaruhi oleh kondisi individu, sosial, politik, dan ekonomi. Penggunaan regresi panel dalam penelitian ini menunjukkan bahwa negara dengan skor PISA yang tinggi tidak mempunyai angka partisipasi pendidikan tinggi yang signifikan. Angka partisipasi pendidiakn tinggi dipengaruhi secara signifikan oleh angka partisipasi pendidikan menengah dan proporsi angka populasi tua. Negara anggota OECD cenderung mempunyai angka partisipasi pendidikan tinggi yang tinggi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan partisipasi pendidikan tinggi, negara perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan menengah, menganjurkan orang tua untuk mengalokasikan biaya untuk pendidikan tinggi generasi muda, dan mempelajari sistem pendidikan tinggi negara anggota OECD.

Tertiary education participation depends among others on individual intelligence, which can be obtained naturally or through previous education level. Individual intelligence can be measured by literacy, numeracy, and science knowledge and skills, which are assessed by an international assessment such as PISA. Previous studies at the micro-level proved that the PISA score significantly affects tertiary education participation. It is further analyzed at the macro-level as educational participation can also be affected by individual, social, political, and economic conditions. Applying panel regressions, this study shows that a country with high PISA scores does not have a significant tertiary education participation rate. However, the tertiary education participation rate of the country is significantly affected by the secondary education participation rate and the share of old populations. Countries that are a member of OECD tend to high tertiary education participation rate. Hence, to increase tertiary education participation, a country should improve the quality and quantity of its secondary education, encourage the elder to allocate financial resources for tertiary education of the younger generation, and study the tertiary education system of the OECD member countries.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzadina Nurulain Ikhwan
"Meskipun partisipasi perempuan dalam politik Amerika Serikat telah mencapai angka tertinggi sepanjang masa dalam pemilu terakhir, keikutsertaan perempuan dalam politik Amerika Serikat bukannya tanpa kekurangan. Salah satu masalah yang masih terus terjadi hingga saat ini adalah bias media, yang sering kali muncul dalam pemberitaan. Artikel-artikel yang melaporkan suatu peristiwa atau subjek dengan cara yang sangat bias telah menyebabkan persepsi publik yang terdistorsi tentang peristiwa atau subjek tersebut, dan dapat membuat publik mempertanyakan integritas media sebagai sumber informasi yang objektif. Penelitian sebelumnya telah membuktikan adanya bias media dan juga kerugian yang ditimbulkannya terhadap politisi perempuan. Namun, masih kurangnya perhatian terhadap interseksionalitas antara aspek identitas seseorang dan efek gabungannya terhadap bias. Untuk memahami kompleksitas bias media dalam pemberitaan secara lebih komprehensif, penelitian ini melakukan analisis untuk melihat bagaimana bias termanifestasi dalam pemberitaan tentang Alexandra Ocasio-Cortez, seorang politisi perempuan Amerika Serikat, dalam empat media massa yang berbeda, yaitu media massa Demokrat (kiri) dan Konservatif (kanan).

Dengan metode Critical Discourse Analisis, temuan penelitian ini menyoroti adanya bias media dengan memeriksa penggunaan pilihan kata, semantik, dan topik yang berulang untuk mengindikasikan bias terkait jenis kelamin, usia, kelas sosial ekonomi, dan ideologi politik Ocasio-Cortez.Despite the number reaching an all-time high in the most recent election, female participation in U.S. politics is not without its drawbacks. One longstanding issue that continues to occur to this day is media bias, which often manifests in news coverage. Articles that report an event or subject in a highly biased manner have led to a distorted public perception of said event or subject and they may lead the public to question the integrity of the news outlet as an objective source of information. Previous studies had proven the existence of media bias as well as the disadvantage it gave female politicians. However, there is a lack of attention to the intersectionality between one’s identity aspects and their compounding effects on bias. In order to understand the nuance in media bias within news outlets more comprehensively, this study conducted an analysis to see how bias manifested in the news coverages of Alexandra Ocasio-Cortez, an American female politician, written by four different American democratic (left-wing) and conservative (right-wing) news outlets. With the method of critical discourse analysis, the findings of this study highlighted the presence of media bias by examining the use of word choices, semantics, and recurring topics to indicate bias regarding Ocasio-Cortez’s gender, age, socioeconomic class, and political ideology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library