Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Riki Fauzi
"Pada dunia bisnis pada saat ini, perusahaan secara berlomba-lomba mencapai peringkat "Market Leader" dalam bisnisnya termasuk perusahaan otomotif. Semakin berkembangnya perusahaan otomotif ditambah dukungan pemerintah menyebabkan semakin tingginya kebutuhan akan pengendalian internal. Di dalam lingkungan organisasi PT. TPN, pengendalian internalnya masih banyak kekurangan walaupun secara umum dapat dikatakan baik. Sistem otorisasi masih belum begitu diterapkan, masih banyak dokumen terutama pada transaksi penerimaan kas tidak diotorisasi oleh staf yang berwenang. Selain itu, belum dilakukannya pemisahaan tugas antara pihak yang menerima dan mencatat penerimaan uang dengan pihak yang menyetorkannya ke Bank, hal ini dapat menimbulkan penggelapan uang. Serta, masih adanya ketidakcukupan dokumen pendukung atas transaksi (juga paling banyak di bagian penerimaan uang), sehingga menyulitkan didalam mengklasifikasikan jenis penerimaan serta sebagai lampiran bukti terhadap absah tidaknya transaksi. Untuk lebih mengoptimalkan pengendalian internal pada PT. TPN, hendaklah PT.TPN melakukan rancangan ulang sistem pengendalian internalnya, terutama yang berkaitan dengan hal otorisasi, kelengkapan dokumen, dan pemisahan tugas. Dengan demikian, pengendalian internal dapat lebih efektif sehingga memudahkan managemen dalam mengatur dan mengembangkan perusahaan."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
S19293
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Indriati Lestari Subiman
"Dalam menjalankan perannya sebagai penjamin risiko atas kerugian pihak tertanggung, perusahaan asuransi kredit banyak berkaitan langsung dengan perbankan. Sejak kredit diberikan kepada nasabah, bank pemberi kredit menghadapi risiko kemungkinan macetnya pengembalian kredit oleh nasabah, atau tidak diperoleh kembali kredit tersebut dari nasabah sehingga bank yang bersangkutan menderita kerugian. Melalui asuransi kredit, diharapkan masalah tersebut sedikit banyak dapat teratasi dan perbankan dapat terdorong untuk lebih giat membantu para nasabahnya dalam menyediakan modal untuk mengembangkan usahanya. Seiring perkembangan perdagangan internasional antara lain ditandai dengan semakin beragamnya sistem pembayaran ekspor-impor terutama yang berkaitan dengan perbankan berbagai permasalahan yang ditimbulkannya pun kian bertambah. Dalam bentuk pembayaran yang paling populer seperti Letter of Credit (L/C), perbankan memegang peranan penting dalam aliran dana kegiatan ekipor-impor. Kepercayaan terhadap pihak-pihak terkait seperti importir, bank koresponden, dan eksportir merupakan hal terpenting dan pelanggaran oleh salah satu pihak akan menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Sistem pembayaran dengan L/C memungkinkan importir menunda pembayaran kepada eksportir selama belum didapat kepastian pengiriman barang yang dipesan. Selama itu pula bank bersangkutan mengambil alih tanggung jawab terhadap L/C yang diterbitkannya kepada pihak bank yang mewakili eksportir (advising bank). Tanggung jawab tersebut meliputi pembayaran transaksi melalui transfer kepada advising bank apabila bank telah menerima konfirmasi pengiriman barang. Artinya bank importir (issuing bank) akan menanggung risiko untuk mengambil alih kewajiban-kewajiban importir apabila importir bersangkutan tidak melakukan pembayaran sebagaimana mestinya. Atas risiko yang ditimbulkan dari penerbitan L/C tersebut, pihak bank dapat membuat perlindungan terhadap kerugian melalui suatu skim penjaminan. Saat ini perusahaan asuransi kredit (PT Askrindo) dimungkinkan melakukan penjaminan atas kegagalan atau kemacetan pembayaran oleh importir kepada bank berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia yang dikeluarkan pada 19 September 1998. Dalam skripsi ini penulis ingin memberikan gambaran mengenai penjaminan L/C oleh perusahaan asuransi kredit melalui suatu studi kasus pada PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) yang berkedudukan di Jakarta. Kegiatan tersebut akan diawali dengan mengetengahkan mekanisme L/C dan masalah yang dihadapinya terutama pada saat 'crisis yang kemudian akan dihubungkan dengan perusahaan asuransi kredit yang bersangkutan berikut usaha usaha yang dilakukannya. Selanjutnya pembahasan akan lebih difokuskan kepada mekanisme penjaminan L/C tersebut dengan melakukan studi kasus pada usaha penjaminan L/C pada 21 bank pelaksana oleh PT Askrindo berdasarkan ketentuan yang berlaku."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
S19272
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
N.N.W. Dewi Bandem
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
S16694
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Pratama Siantoro
"ABSTRAK
Hubungan antara keyakinan terhadap legitimizing myths, seperti ideologi peran gender, dan orientasi dominasi sosial pada anggota kelompok subordinat, seperti perempuan, berbeda dari anggota kelompok dominan. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara ideologi peran gender dan orientasi dominasi sosial pada mahasiswi, serta peran keterpaparan pendidikan tinggi terhadap hubungan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ideologi peran gender tradisional berhubungan dengan orientasi dominasi sosial yang tinggi, sedangkan idelogi peran gender egaliter berhubungan dengan orientasi dominasi sosial yang rendah, r (120) = 0.184, p < 0.05. Selain itu, keterpaparan pendidikan tinggi tidak memoderasi hubungan kedua variabel tersebut, F (11, 101) = 1.51, p = 0.139. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan tinggi kurang dapat berfungsi sebagai faktor pendobrak hierarki gender.

ABSTRACT
The relationship between belief in legitimizing myths, such as gender role ideology, and social dominance orientation in subordinates, such as females, are different from dominants. This research was conducted to investigate the relationship between gender role ideology and social dominance orientation in female college students, also the role of higher educational exposure to that relationship. The result showed that traditional gender role ideology is related to higher social dominance orientation, and egalitarian gender role ideology is related to lower social dominance orientation, r (120) = 0.184, p < 0.05. Furthermore, higher educational exposure does not moderate the relationship between those two variables, F (11, 101) = 1.51, p = 0.139. These results implied that higher education is less able to be functioned as a gender hierarchy-attenuating factor."
Lengkap +
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alvia Rahmah
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan kecerdasan emosi dan psychological well-being pada mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran kecerdasan emosi menggunakan alat ukur Emotional Intelligence Inventory (EII) yang disusun oleh Lanawati (1999) dan pengukuran psychological well-being menggunakan Ryff?s Scales of Psychological Well-Being (RPWB) yang telah diadaptasi oleh Hapsari dan rekan-rekan (2011). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 207 orang mahasiswa Universitas Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan emosi dengan psychological well-being (r = 0,719, p = 0,000 signifikan pada L.o.S 0,01). Artinya, semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki seseorang, semakin tinggi psychological well-being yang ia miliki. Dimensi kecerdasan emosi yang memberikan sumbangan paling besar dan signifikan terhadap psychological well-being adalah self motivation. Berdasarkan hasil tersebut, psychological well-being seseorang dapat diintervensi dengan meningkatkan kecerdasan emosi terutama self motivation yang ia miliki.

ABSTRACT
The research was conducted to find the correlation between emotional intelligence and psychological well-being of college students in Universitas Indonesia. This reserach used quantitative approach. The emotional intelligence was measured using Emotional Intelligence Inventory (EII) and psychological well-being was measured using Ryff‟s Scales of Psychological Well-Being (RPWB). Partisipant of this research were 207 of college student in University of Indonesia. The result showed that there is significant and positive correlation between emotional intelligence and psychological well-being (r = 0,719, p = 0,000 significant at L.o.S 0,01). That is, the higher one‟s emotional intelligence, the higher one‟s psychological well-being. Dimension of emotional intteligence given the biggest and significant contribution toward psychological well-being is self motivation. Based on the result, psychological well-being can be intervened by improving emotional intelligence, especially self motivation."
Lengkap +
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Indraswari
"ABSTRAK
Salah satu tugas penting dalam perkembangan masa remaja adalah mencari
identitas diri. Proses ini melibatkan evaluasi terhadap aspek-aspek dalam diri
remaja yang disebut juga dengan istilah self esteem. Self esteem yang rendah
terlihat dari pikiran yang tidak rasional, tidak berani mencari tantangan, kurang
memiliki aspirasi, merasa dirinya kurang berharga, serta menarik diri dari
lingkungan sosial. Kelima ciri tersebut tampil pada subjek penelitian ini, yaitu N
seorang remaja perempuan berusia 14 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk
melihat modifikasi kognitif perilaku dengan menggabungkan modifikasi kognitif
berupa teknik restrukturisasi kognitif, serta modifikasi perilaku berupa visualisasi
dan memperbaiki penampilan diri dalam membantu meningkatkan self esteem
pada remaja. Penelitian ini adalah penelitian single case subject dengan desain
kuasi eksperimental, dimana hanya melibatkan satu subjek. Subjek mengikuti
lima sesi intervensi selama sembilan hari, dengan tiap pertemuan terdiri dari 1,5-2
jam. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan dengan kuesioner Rosenberg Self
Esteem Scale, daftar cek perilaku, dan wawancara maka dapat disimpulkan bahwa
modifikasi kognitif perilaku dapat meningkatkan self esteem N (dengan teknik
restrukturisasi kognitif, visualisasi, dan memperbaiki penampilan diri). Hal ini
dapat dilihat dari keberhasilan N dalam mengidentifikasi pikiran negatifnya,
menata ulang pikiran menjadi realistis, memahami visualisasi, dan memperbaiki
penampilan dirinya.

Abstract
One of the most important aspects to be developed in adolescence period is the
search of self identity. This process involved an individual?s evaluation toward
themselves, also known as self esteem. The characteristic of adolescent with low
self esteem are having irrational mind, lack of courage to meet new challenges,
lack of aspiration, feelings of unworthy and withdrawn from social environment.
All following characteristics are shown in the subject of this research (N), a 14
years old girl. This study was conducted to understand the cognitive behavior
modification by combining cognitive modification with cognitive restructuring
technique and behavior modification with visualization and improving self
appearance, in helping adolescence to increase their self esteem. This study is a
single case subject research using quasi experimental design. One subject is
engage in five intervention session for nine days. The duration of each session is
1,5 to 2 hours. Based on the measurement that has been done using the Rosenberg
Self Esteem Scale, behavior checklist and interview, the conclusion of this study
is the cognitive behavior modification can increasing subject?s self esteem (with
cognitive restructuring techniques, visualization, and improving self appearance).
It is shown by subject?s accomplishment to identify her negative thoughts,
restructuring her way of thinking into a more realistic, understanding visualization
and her ability to improving self appearence."
Lengkap +
2012
T31218
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Mala Ursila
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan hubungan romantis dengan psychological well being pada mahasiswa yang sedang berpacaran. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat ukur Relationship Assessment Scale (RAS) yang disusun oleh Hendrick (1988) untuk mengukur kepuasan hubungan romantis dan alat ukur Psychological Well-Being disusun oleh Ryff yang diadaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi mahasiswa di Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini sejumlah 161 mahasiswa yang terdiri dari 97 perempuan dan 64 laki-laki dengan karakteristik berusia 18 ? 30 tahun dan sedang menjalin hubungan romantis dengan lama pacaran minimal 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara kepuasan hubungan romantis dengan psychological well-being pada mahasiswa yang berpacaran.

This research was conducted to see the relationship between romantic relationships satisfaction and psychological well being in college students who are dating. This research used quantitative approach using Relationship Assessment Scale by Hendrick (1988) to measure satisfaction on romantic relationship and Psychological Well Being Scale by Ryff adapted to adjusting the conditions in Indonesia. The participants on this research were 161 college students which 97 females and 64 males with characteristics aged 18 - 30 years old and in a romantic relationships with long courtship at least 6 monts. The result shows that there is a significant and positive correlation between romantic relationships satisfaction and psychological well being in college students who are dating.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rismart Firdaus
"ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi kebebasan dalam waktu luang dan kepuasan waktu luang pada mahasiswa Universitas Indonesia. Sampel penelitian ini terdiri dari 126 mahasiswa Universitas Indonesia. Variabel persepsi kebebasan dalam waktu luang diukur menggunakan alat ukur Perceived Freedom in Leisure (Short Form) Scale (Witt & Ellis, 1985) dan variabel kepuasan waktu luang di ukur menggunakan alat ukur Leisure Satisfaction Scale (Short Form) (Beard & Ragheb, 1980). Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara variabel persepsi kebebasan dalam waktu luang dan variabel kepuasan waktu luang pada mahasiswa Universitas Indonesia (r = 0.747, p < 0.05). Analisis tambahan yang mencakup hubungan antara kedua variabel dengan data kontrol seperti jenis kelamin, usia dan pemasukan perbulan juga disertakan.


ABSTRACT

This study aims to find the correlation between perceived freedom in leisure and leisure satisfaction among University of Indonesia students. 126 students were participated in this study. The perceived freedom in leisure was measured by Perceived Freedom in Leisure (Short Form) Scale (Witt & Ellis, 1985) instrument and leisure satisfaction was measured by Leisure Satisfaction Scale (Short Form) (Beard & Ragheb, 1980) instrument. This study finds the positive correlation between perceived freedom in leisure and leisure satisfaction among University of Indonesia students (r = 0.747, p < 0.05). Additional analysis including correlation between two variables and demographic data such as gender, age and income were included.

"
Lengkap +
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57163
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eky Susilowati
"ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang hubungan antara prokrastinasi akademis dengan tiga jenis goal orientation, yakni mastery orientation, performance approach orientation dan performance avoidance orientation. Prokrastinasi diukur dengan melihat frekuensi menunda serta persepsi individu mengenai seberapa besar dampak prokrastinasi. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistika korelasi parsial. Untuk memahami lebih dalam arah hubungan antara goal orientation dengan prokrastinasi akademis, dilakukan pengujian korelasi tambahan antara jenis goal orientation dengan alasan-alasan melakukan prokrastinasi. Penelitian terhadap 208 mahasiswa S1 Universitas Indonesia menunjukkan bahwa mastery orientation memiliki hubungan yang signifikan negatif dengan prokrastinasi akademis, sementara performance approach orientation memiliki hubungan yang signifikan positif dengan prokrastinasi. Di sisi lain performance avoidance orientation tidak memiliki hubungan yang signifikan, namun jenis goal orientation ini paling banyak banyak berhubungan positif signifikan dengan alasan melakukan prokrastinasi. Analisa tambahan menunjukkan bahwa jenis goal orientation paling dominan pada responden adalah mastery orientation. Sementara itu ditinjau dari jenis kelamin, perbedaan signifikan hanya ditemukan pada kecenderungan mengadopsi performance avoidance orientation.


ABSTRACT

This study investigated the relationship between academic procrastination and three types of goal orientation, that are mastery orientation, performance approach orientation and performance avoidance orientation. Two hundred and eight University of Indonesia’s students are participated in this study. Academic procrastination was assessed by the frequency of delays and person’s perception about problems related to the delays. To assess the relationship between those variables, partial correlation is used in this study. Since partial correlation cannot assess the correlation’s direction, additional analysis such as the correlation between goal orientation types and reasons to procrastination is necessary to be done. Mastery orientation was found to be inversely significantly correlated with academic procrastination, while performance orientation was positively correlated with the same variable. Performance avoidance orientation was not significantly correlated with academic procrastination, but this type of goal orientation was found to be correlated with most of procrastination’s reasons. Additional results show that mastery orientation is the most dominant adopted goal orientation. Meanwhile based on gender, the only significant difference in adopting goal orientation was found only in performance avoidance orientation.

"
Lengkap +
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>