Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
N.N.W. Dewi Bandem
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
S16694
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Indraswari
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu tugas penting dalam perkembangan masa remaja adalah mencari identitas diri. Proses ini melibatkan evaluasi terhadap aspek-aspek dalam diri remaja yang disebut juga dengan istilah self esteem. Self esteem yang rendah terlihat dari pikiran yang tidak rasional, tidak berani mencari tantangan, kurang memiliki aspirasi, merasa dirinya kurang berharga, serta menarik diri dari lingkungan sosial. Kelima ciri tersebut tampil pada subjek penelitian ini, yaitu N seorang remaja perempuan berusia 14 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk melihat modifikasi kognitif perilaku dengan menggabungkan modifikasi kognitif berupa teknik restrukturisasi kognitif, serta modifikasi perilaku berupa visualisasi dan memperbaiki penampilan diri dalam membantu meningkatkan self esteem pada remaja. Penelitian ini adalah penelitian single case subject dengan desain kuasi eksperimental, dimana hanya melibatkan satu subjek. Subjek mengikuti lima sesi intervensi selama sembilan hari, dengan tiap pertemuan terdiri dari 1,5-2 jam. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan dengan kuesioner Rosenberg Self Esteem Scale, daftar cek perilaku, dan wawancara maka dapat disimpulkan bahwa modifikasi kognitif perilaku dapat meningkatkan self esteem N (dengan teknik restrukturisasi kognitif, visualisasi, dan memperbaiki penampilan diri). Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan N dalam mengidentifikasi pikiran negatifnya, menata ulang pikiran menjadi realistis, memahami visualisasi, dan memperbaiki penampilan dirinya.
Abstract
One of the most important aspects to be developed in adolescence period is the search of self identity. This process involved an individual?s evaluation toward themselves, also known as self esteem. The characteristic of adolescent with low self esteem are having irrational mind, lack of courage to meet new challenges, lack of aspiration, feelings of unworthy and withdrawn from social environment. All following characteristics are shown in the subject of this research (N), a 14 years old girl. This study was conducted to understand the cognitive behavior modification by combining cognitive modification with cognitive restructuring technique and behavior modification with visualization and improving self appearance, in helping adolescence to increase their self esteem. This study is a single case subject research using quasi experimental design. One subject is engage in five intervention session for nine days. The duration of each session is 1,5 to 2 hours. Based on the measurement that has been done using the Rosenberg Self Esteem Scale, behavior checklist and interview, the conclusion of this study is the cognitive behavior modification can increasing subject?s self esteem (with cognitive restructuring techniques, visualization, and improving self appearance). It is shown by subject?s accomplishment to identify her negative thoughts, restructuring her way of thinking into a more realistic, understanding visualization and her ability to improving self appearence.
2012
T31218
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rismart Firdaus
Abstrak :
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi kebebasan dalam waktu luang dan kepuasan waktu luang pada mahasiswa Universitas Indonesia. Sampel penelitian ini terdiri dari 126 mahasiswa Universitas Indonesia. Variabel persepsi kebebasan dalam waktu luang diukur menggunakan alat ukur Perceived Freedom in Leisure (Short Form) Scale (Witt & Ellis, 1985) dan variabel kepuasan waktu luang di ukur menggunakan alat ukur Leisure Satisfaction Scale (Short Form) (Beard & Ragheb, 1980). Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara variabel persepsi kebebasan dalam waktu luang dan variabel kepuasan waktu luang pada mahasiswa Universitas Indonesia (r = 0.747, p < 0.05). Analisis tambahan yang mencakup hubungan antara kedua variabel dengan data kontrol seperti jenis kelamin, usia dan pemasukan perbulan juga disertakan.


ABSTRACT

This study aims to find the correlation between perceived freedom in leisure and leisure satisfaction among University of Indonesia students. 126 students were participated in this study. The perceived freedom in leisure was measured by Perceived Freedom in Leisure (Short Form) Scale (Witt & Ellis, 1985) instrument and leisure satisfaction was measured by Leisure Satisfaction Scale (Short Form) (Beard & Ragheb, 1980) instrument. This study finds the positive correlation between perceived freedom in leisure and leisure satisfaction among University of Indonesia students (r = 0.747, p < 0.05). Additional analysis including correlation between two variables and demographic data such as gender, age and income were included.

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57163
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eky Susilowati
Abstrak :
ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang hubungan antara prokrastinasi akademis dengan tiga jenis goal orientation, yakni mastery orientation, performance approach orientation dan performance avoidance orientation. Prokrastinasi diukur dengan melihat frekuensi menunda serta persepsi individu mengenai seberapa besar dampak prokrastinasi. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistika korelasi parsial. Untuk memahami lebih dalam arah hubungan antara goal orientation dengan prokrastinasi akademis, dilakukan pengujian korelasi tambahan antara jenis goal orientation dengan alasan-alasan melakukan prokrastinasi. Penelitian terhadap 208 mahasiswa S1 Universitas Indonesia menunjukkan bahwa mastery orientation memiliki hubungan yang signifikan negatif dengan prokrastinasi akademis, sementara performance approach orientation memiliki hubungan yang signifikan positif dengan prokrastinasi. Di sisi lain performance avoidance orientation tidak memiliki hubungan yang signifikan, namun jenis goal orientation ini paling banyak banyak berhubungan positif signifikan dengan alasan melakukan prokrastinasi. Analisa tambahan menunjukkan bahwa jenis goal orientation paling dominan pada responden adalah mastery orientation. Sementara itu ditinjau dari jenis kelamin, perbedaan signifikan hanya ditemukan pada kecenderungan mengadopsi performance avoidance orientation.


ABSTRACT

This study investigated the relationship between academic procrastination and three types of goal orientation, that are mastery orientation, performance approach orientation and performance avoidance orientation. Two hundred and eight University of Indonesia’s students are participated in this study. Academic procrastination was assessed by the frequency of delays and person’s perception about problems related to the delays. To assess the relationship between those variables, partial correlation is used in this study. Since partial correlation cannot assess the correlation’s direction, additional analysis such as the correlation between goal orientation types and reasons to procrastination is necessary to be done. Mastery orientation was found to be inversely significantly correlated with academic procrastination, while performance orientation was positively correlated with the same variable. Performance avoidance orientation was not significantly correlated with academic procrastination, but this type of goal orientation was found to be correlated with most of procrastination’s reasons. Additional results show that mastery orientation is the most dominant adopted goal orientation. Meanwhile based on gender, the only significant difference in adopting goal orientation was found only in performance avoidance orientation.

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Edith
Abstrak :
Individu dalam usia dewasa muda akan memasuki dunia pekerjaan dan menghadapi berbagaitekanan psikologis. Tekanan tersebut mengakibatkan tingginya tingkat kecemasan dan stress pada pekerja. Pekerja membutuhkan kreativitas untuk menurunkan tingkat stress sehingga psychological well-being dapat tercapai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara persepsi kreativitas diri dalam pekerjaan dengan psychological well being pada dewasa muda. Penelitian ini dilakukan pada 173 partisipan. Kreativitas dalam pekerjaan diukur menggunakan self-perception of creativity(Reiter-Palmon, Robinson-Morral, Kaufman, & Santo, 2012), sedangkan Psychological Well-Being Scale (Ryff, 1989) digunakan untuk mengukur psychological well-being. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kreativitas dalam pekerjaan dan psychological well-being (rs= 0,388; p= 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Penelitian selanjutnya diharapkan memperhatikan data kontrol seperti usia partisipan pada jenis kreativitas tertentu serta menggunakan pengukuran kreativitas yang lebih objektif.
A person in early adulthood is filled with many changes and developments. In Indonesia, early adults are concerned with career selection and career longevity. They will facing various psychological strains especially at work. That strains resulted in high levels of anxiety and stress on workers in Indonesia. Workers need creativity to reduce the level of stress caused by continuously psychological strains, so that psychological well-being can be achieved. This study aim to find correlation between self-perceptions of creativity at work and psychological well-being in early adulthood. 173 people participated in this study. Self-percetion of creativity at work was measured using Self-perception of creativity (Reiter-Palmon, Robinson-Morral, Kaufman, & Santo, 2012), and Psychological Well-Being Scale (Ryff, 1989) used for measuring psychological well-being. Result of this study showed that there is a significant positive relationship between self-pereption of creativity at work and psychological well-being(rs= 0,388; p= 0.000, significant at L.o.S 0.01). Further research should consider the control data such as the age of the participants in a particular kind of creativity and using more objective instrument for measuring creativity.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Saraswati
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah menggambar dapat berperan sebagai strategi regulasi emosi anak Papua yang bersekolah di luar daerah, dengan melihat pengaruh menggambar sebagai distraksi dalam mengubah valensi emosi mereka, mempertimbangkan kelompok usia (middle childhood dan adolescence) dan preferensi menggambar. Sejumlah 45 anak Papua usia 10-15 tahun yang secara acak dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kondisi menggambar, yakni kelompok menggambar bebas (n = 23) dan mencontoh bentuk (n = 22), sebelumnya diberikan induksi emosi negatif dengan meminta mereka mengingat pengalaman negatif sebelum melakukan kegiatan menggambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan valensi emosi lebih besar secara signifikan pada kelompok menggambar bebas dibandingkan dengan kelompok mencontoh bentuk (F(1,43) = 6,237; p < 0,05; one-tailed). Kelompok usia ditemukan tidak memiliki efek pada perubahan valensi emosi (F(1,41) = 0,741; p > 0,05), begitu juga dengan preferensi menggambar (F(2,42) = 3,805; p > 0,05; R2 = 0,005). Dibandingkan dengan kelompok mencontoh bentuk, partisipan yang menggambar bebas mengalami peningkatan emosi positif lebih tinggi dan lebih menikmati kegiatan, karena kebebasan untuk berkarya mampu membuat emosi individu menjadi lebih positif, tanpa melihat kelompok usia maupun preferensi. Kemudian berdasarkan data yang terkumpul, didiskusikan pula pengelompokan tahap perkembangan artistik anak Papua dan tema yang muncul dalam cerita mereka.
ABSTRAK
This study aims to know whether drawing acts as emotion regulation strategy for Papuan children who are attending school away from home, by looking at the effect of drawing to distract in changing their emotional valence, considering their respective age groups and drawing preference. Forty children aged 10-15 randomly assigned to two groups, free-hand drawing (n=23) and copying shapes (n=22), were first given negative mood induction by asking them to recall a negative experience before completing drawing task. Results showed that emotional valence was changed significantly in the free-hand drawing group more than the copying shapes group (F(1,43) = 6,237; p < 0,05; one-tailed). Age group did not have an effect on the change (F(1,41) = 0,741; p > 0,05), so was drawing preference (F(2,42) = 3,805; p > 0,05; R2 = 0,005). Compared to the copying shapes group, emotional valence of the free-hand drawing group increased more and they also found more enjoyment in the task, for freedom to create is able to elevate individual?s emotional valence positively, without any differences found between age groups and level of drawing preference. Subsequently, based upon the collected data, the grouping of Papuan children?s artistic development and the themes found in their stories are discussed.
2016
S64256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Pratama Siantoro
Abstrak :
ABSTRAK
Hubungan antara keyakinan terhadap legitimizing myths, seperti ideologi peran gender, dan orientasi dominasi sosial pada anggota kelompok subordinat, seperti perempuan, berbeda dari anggota kelompok dominan. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara ideologi peran gender dan orientasi dominasi sosial pada mahasiswi, serta peran keterpaparan pendidikan tinggi terhadap hubungan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ideologi peran gender tradisional berhubungan dengan orientasi dominasi sosial yang tinggi, sedangkan idelogi peran gender egaliter berhubungan dengan orientasi dominasi sosial yang rendah, r (120) = 0.184, p < 0.05. Selain itu, keterpaparan pendidikan tinggi tidak memoderasi hubungan kedua variabel tersebut, F (11, 101) = 1.51, p = 0.139. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan tinggi kurang dapat berfungsi sebagai faktor pendobrak hierarki gender.
ABSTRACT
The relationship between belief in legitimizing myths, such as gender role ideology, and social dominance orientation in subordinates, such as females, are different from dominants. This research was conducted to investigate the relationship between gender role ideology and social dominance orientation in female college students, also the role of higher educational exposure to that relationship. The result showed that traditional gender role ideology is related to higher social dominance orientation, and egalitarian gender role ideology is related to lower social dominance orientation, r (120) = 0.184, p < 0.05. Furthermore, higher educational exposure does not moderate the relationship between those two variables, F (11, 101) = 1.51, p = 0.139. These results implied that higher education is less able to be functioned as a gender hierarchy-attenuating factor.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alvia Rahmah
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan kecerdasan emosi dan psychological well-being pada mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran kecerdasan emosi menggunakan alat ukur Emotional Intelligence Inventory (EII) yang disusun oleh Lanawati (1999) dan pengukuran psychological well-being menggunakan Ryff?s Scales of Psychological Well-Being (RPWB) yang telah diadaptasi oleh Hapsari dan rekan-rekan (2011). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 207 orang mahasiswa Universitas Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan emosi dengan psychological well-being (r = 0,719, p = 0,000 signifikan pada L.o.S 0,01). Artinya, semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki seseorang, semakin tinggi psychological well-being yang ia miliki. Dimensi kecerdasan emosi yang memberikan sumbangan paling besar dan signifikan terhadap psychological well-being adalah self motivation. Berdasarkan hasil tersebut, psychological well-being seseorang dapat diintervensi dengan meningkatkan kecerdasan emosi terutama self motivation yang ia miliki.
ABSTRACT
The research was conducted to find the correlation between emotional intelligence and psychological well-being of college students in Universitas Indonesia. This reserach used quantitative approach. The emotional intelligence was measured using Emotional Intelligence Inventory (EII) and psychological well-being was measured using Ryff‟s Scales of Psychological Well-Being (RPWB). Partisipant of this research were 207 of college student in University of Indonesia. The result showed that there is significant and positive correlation between emotional intelligence and psychological well-being (r = 0,719, p = 0,000 significant at L.o.S 0,01). That is, the higher one‟s emotional intelligence, the higher one‟s psychological well-being. Dimension of emotional intteligence given the biggest and significant contribution toward psychological well-being is self motivation. Based on the result, psychological well-being can be intervened by improving emotional intelligence, especially self motivation.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Mala Ursila
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan hubungan romantis dengan psychological well being pada mahasiswa yang sedang berpacaran. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat ukur Relationship Assessment Scale (RAS) yang disusun oleh Hendrick (1988) untuk mengukur kepuasan hubungan romantis dan alat ukur Psychological Well-Being disusun oleh Ryff yang diadaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi mahasiswa di Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini sejumlah 161 mahasiswa yang terdiri dari 97 perempuan dan 64 laki-laki dengan karakteristik berusia 18 ? 30 tahun dan sedang menjalin hubungan romantis dengan lama pacaran minimal 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara kepuasan hubungan romantis dengan psychological well-being pada mahasiswa yang berpacaran. ...... This research was conducted to see the relationship between romantic relationships satisfaction and psychological well being in college students who are dating. This research used quantitative approach using Relationship Assessment Scale by Hendrick (1988) to measure satisfaction on romantic relationship and Psychological Well Being Scale by Ryff adapted to adjusting the conditions in Indonesia. The participants on this research were 161 college students which 97 females and 64 males with characteristics aged 18 - 30 years old and in a romantic relationships with long courtship at least 6 monts. The result shows that there is a significant and positive correlation between romantic relationships satisfaction and psychological well being in college students who are dating.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>