Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwintha Zahrianthy
Abstrak :
Dalam akuisisi metode gravitasi penentuan lebar grid merupakan hal yang penting, karena lebar grid ini akan menentukan jangkauan kedalaman benda anomali yang dapat tercapai dan mempengaruhi resolusinya. Jika grid yang digunakan terlalu kecil maka kedalaman penetrasinya tidak akan mencapai target, dan sebaliknya jika grid terlalu besar. Hal ini dikarenakan penetrasinya berhubungan dengan superposisi medan gravitasi dari masing-masing grid tersebut. Spektrum analisis dapat digunakan untuk mengestimasi kedalaman anomali dari suatu data gravitasi. Untuk itu dilakukan simulasi dengan menggunakan data anomali Bouguer sintetik untuk menentukan besar grid yang sebaiknya digunakan (best gridd) dalam akuisisi gravitasi sehingga kedalaman yang dicapai sesuai dengan dengan target anomali yang diinginkan (best grid). Dari hasil analisa spektrum didapatkan bahwa grid yang paling optimal adalah 9% dari target kedalaman yang diinginkan. Kemudian data anomali Bouguer ini diseparasi dengan Polynomial Trend Surface Analysis untuk memisahkan anomali regional dan lokal. Pada grid-to-depth-ratio 9% yang dihasilkan dari spektrum analisis, ditentukan bahwa best order yang direkomendasikan untuk memisahkan anomali regional dan lokalnya adalah orde 2. Jika grid yang digunakan lebih besar, maka kedalamam medan gravitasi yang terukur akan lebih dalam, sehingga orde polinomialnya juga semakin naik, dan sebaliknya. Aturan dalam penentuan hubungan grid, kedalaman dan orde ini akan sangat membantu dalam membuat suatu design akuisisi dan processing dalam survey metode gravitasi. ......Gridding is one of important things in the acquisition of gravity method due to its ability in determining the possible depth of anomaly objects and its effect in resolution. The depth of penetration will not be able to reach the target if the gridding range is too small, and vice versa. Because the penetration associated with superposition of gravitational field the grid respectively. Spectrum analysis can be used to estimate the depth of anomaly of such gravity data. As such, the simulation using anomaly Bouguer synthetic data is needed to determine the grid that should be applied in the acquisition (known as best grid), thus the target of depth anomaly can be reached. Results of spectral analysis showed that the most optimum gridd is 9% of the target depth. After that, this Bouguer anomaly is processed by using Polynomial Trend Surface Analysis (Polynomial TSA) to distinguish the regional and local anomaly. On the grid-to-depth-ratio 9% which had been determined by spectrum analysis, the best order which recommended to distinguish the regional and local anomaly is order 2nd. If the grid is used larger then the depth of measured gravitational field will be deeper, thus the order of polynomial will be increased too, and vice versa. This methodology in determining the correlation between gridding and depth will help peoples in designing the better acquisition of gravity survey and its processing.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46673
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Permata Sari
Abstrak :
Anomali Bouguer dalam survey gravitasi merupakan jumlah medan gravitasi yang dihasilkan oleh semua sumber anomali bawah permukaan, yaitu anomali regional dan residual. Anomali regional berasosiasi dengan frekuensi rendah dan anomali residual diidentifikasi dengan frekuensi tinggi yang mengandung informasi mengenai sumber anomali dangkal. Target dalan eksplorasi geofisika pada umumnya struktur-struktur kecil pada kedalaman yang dangkal. Hal inilah menyebabkan pemisahan anomali regional dan residual sangat penting dalam interpretasi data gravitasi. Pemisahan anomali dilakukan dengan variasi metode, yaitu, polynomial trend surface analysis, upward continuation dan lowpass frequency filter. Metode-metode tersebut di aplikasikan menggunakan model sintetik yakni model Syn dan model Intrusi. Hasil dari ketiga metode untuk memisahkan komponen regional dan residual kemudian ditampikan dan dibandingkan. Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa anomali regional dan residual yang diasilkan oleh metode polynomial trend surface analysis mempunyai error yang paling minimum diantara kedua metode lain yang digunakan. Rms error anomali regional berturut-turut untuk metode polynomial trend surface analysis, upward continuation and lowpass filter dari model Syn adalah 0,706 mgal, 0,785 mgal, 0,766 mgal and dari model Intrusi yakni 0,410 mgal, 0,451 mgal, 0,540 mgal. ......Bouguer anomaly in gravity surveys are the sum of gravity fields produced by all underground sources, from residual and regional anomaly. Regional anomaly is identified by low frequency and residual anomaly is identified by high frequency that contains information of shallow sources. The targets for geophysical surveys are often small scale structure buried at shallow depths. That's why regionalresidual field separation is essential in gravity data interpretation. A variety of separation techniques have been proposed, namely, polynomial trend surface analysis, upward continuation and lowpass frequency filter. The proposed methods were tested using variation of synthetic models, that are, Syn and Intrusion 3D models. Results from three methods to separate residual and regional component are presented, compared and evaluated. The results show regional and residual anomaly produced by polynomial trend surface analysis have minimal error than two other methods. The rms errors of regional anomaly of Syn model are 0.706 mgal, 0.785 mgal, 0.766 mgal and rms errors of regional anomaly of Intrusion model are 0.410 mgal, 0.451 mgal, 0.540 mgal for polynomial trend surface analysis, upward continuation and lowpass filter, respectively.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43406
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Hartati
Abstrak :
ABSTRAK
Pulau Sulawesi merupakan salah satu pulau di Indonesia yang berada pada zona pertemuan antara tiga lempeng besar: lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik, dan lempeng Eurasia. Perkembangan tektoniknya yang berlangsung sejak zaman Tersier hingga sekarang membuat Pulau Sulawesi merupakan daerah teraktif di Indonesia. Hal ini menyebabkan Pulau Sulawesi mempunyai fenomena geologi yang kompleks dan rumit, sehingga banyak terdapat patahan-patahan besar yang aktif. Untuk mengetahui keberadaan struktur patahan di bawah permukaan, dilakukan analisis data gayaberat. Struktur patahan dapat diketahui dari peta kontur anomali Bouguer, yang ditunjukkan dari adanya nilai anomali positif dan negatif yang dibatasi dengan kontur yang rapat, seperti yang terindikasi pada daerah Sulawesi Selatan, lengan Timur Sulawesi, dan Gorontalo. Analisa spektrum dilakukan untuk mengetahui kedalaman anomali regional dan residual. Filtering dengan metode polinomial orde 1, 2, dan 3 dilakukan untuk mengetahui kemenerusan patahan. First horizontal derivative dan second vertical derivative digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan serta jenis patahan, yang kemudian dilakukan pemodelan 2D. Pengolahan data memperlihatkan bahwa, daerah Sulawesi Selatan teridentifikasi adanya patahan normal yang diperkirakan memiliki dip 18° dan strike N14°W, untuk daerah lengan Timur Sulawesi teridentifikasi adanya patahan naik yang diperkirakan memiliki dip 10° dan strike N74°E, sedangkan untuk daerah Gorontalo teridentifikasi adanya patahan naik yang diperkirakan memiliki dip 12° dan strike N12°E.
ABSTRACT
Sulawesi Island is one of island in Indonesia that located at subduction zone between 3 large plates: Indo-Australia plate, Pasific plate, and Eurasia plate. The tectonic developments since Tertiary age until now causes the Sulawesi Island become the active area in Indonesia. It makes Sulawesi Island have complex and complicated geological phenomenon that many large active faults being there. In order to know the presence of subsurface fault structure, gravity method was used. Fault structure can be known from Bouguer anomaly contour map, that indicated by anomaly positive and negative value which are limited by tightly contour, like in Southern Sulawesi, Eastern arm Sulawesi, and Gorontalo. Spectrum analysis was made to know the depth of regional and residual anomaly. Filtering using first, second and third polynomial method was made to know the fault continuity. First horizontal derivative dan second vertical derivative were used to identify the presence and kind of fault, which is then performed by 2D modeling. Data processing shows that South Sulawesi zone was identified as a presence of normal fault with estimated of dip is 18° and strike is N14°W, for Eastern arm Sulawesi zone was identified as a presence of thrust fault with estimated of dip is 10° and strike is N74°E, then for Gorontalo zone was identified as a presence of thrust fault with estimated of dip is 12° and strike is N12°E.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43677
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library