Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irfie Herlinda Maellanie
"Tesis ini merupakan penelitian yang menganalisis permasalahan perubahan gaya pada seniman dengan gangguan mental. Penelitian ini menggunakan metode Depth Hermeneutics, yaitu Hermeneutika dalam yang memasukkan aspek-aspek Psikoanalisa dengan menggunakan data-data empiris berupa sejarah hidup Louis Wain sebagai penunjang untuk membahas bagian afektif dan skemata. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan kerangka analisis untuk menjawab pertanyaan "mengapa terjadi perubahan gaya pada kasus-kasus seniman yang mengalami gangguan mental serta bagaimana prosesnya". Hasil penelitian menemukan model analisis baru berupa kerangka pikir yang terdiri atas bagian input, kognitif, afektif, dan skemata. Kerangka pikir ini juga dapat digunakan untuk menganalisa pembentukan gaya pada karya seni dan karya lainnya.

This thesis is an analysis of the changing styles in artists with mental disorders. This thesis using Depth Hermeneutics as analysis method, a Hermeneutics which using Louis Wain’s history as empirical data to analyze affective and schemata parts. The purpose of this thesis is to provide analysis framework that can be used to answer "why the changing styles in artists with mental disorders could happen and how is the process". The outcome is novel model of analysis formed in thinking framework which consists of input, cognitive, affective, and schemata. This framework can also be used to analyze the forming styles in artwork and other works."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42014
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
W.V. Anggara Wisesa
"ABSTRAK
Integritas telah menjadi satu istilah yang dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan muncul ketika makna integritas itu sendiri tidak jelas, sehingga memunculkan permasalahan lain dalam pelaksanaannya. Sebagian konsep dan teori yang menjelaskan apa integritas itu dengan mengaitkannya dengan keutamaan moral tertentu, sebagian lainnya menjelaskan integritas itu sebagai struktur. Ada yang melekatkannya dengan konotasi moral, ada yang menempatkannya pada kutub imparsial. Di tengah wacana itu, satu kritik menunjukkan bahwa teori dan konsep terfokus pada kondisi tertentu, menjadikannya konsep integritas yang statis. Ada krisis pemahaman tentang integritas. Integritas membutuhkan pemahaman yang menempatkannya sebagai proses yang dinamis.
Disertasi ini bertujuan untuk memahami makna integritas yang menjelaskan apa itu integritas sebagai suatu proses dan bagaimana dimensi sosial berperan di dalamnya. Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi dan konstruktivisme Jean Piaget, diperoleh pemahaman bahwa integritas pada hakikatnya adalah tentang membangun satu kesatuan diri yang utuh. Integritas merupakan satu sistem konstruksi diri yang dibangun melalui koherensi antara prinsip, motivasi, dan tindakan yang melaluinya individu membangun konstitusi dirinya sebagai subjek di dalam pengambilan keputusan. Semua itu berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan sosial yang melaluinya orang yang berintegritas terus mengembangkan sistem nilai dan kecerdasannya untuk menjaga ekuilibrium. Sistem ini menempatkan integritas diri pada posisi dinamis.

ABSTRACT
Integrity has become an important term in our daily life. In spite of its importance, problem arises when the meaning of integrity itself is not clear, giving rise to other problem in its implementation. Some concepts and theories of integrity associate it with moral virtue, while the others explain it as self-structure. Some attach it with moral connotations, some others see it impartially. In the midst of the discourse, critics should be proposed that those theories focus mainly on particular static condition of integrity. There is a crisis of understanding of integrity. Integrity should be understood as dynamic process.
This dissertation aims to propose alternative understanding of integrity as a process and how social dimension plays a role in it. By using phenomenological approach and constructivism of Jean Piaget, it is concluded that integrity is essentially about constructing one whole intact self. Integrity is a system of self-building construction by setting principles, motivations, and actions in coherence as the subject constitute his self. That process takes place in interaction with the social environment through which person of integrity continuously develops value system and intelligence to keep the equilibrium. This system puts the integrity of the self in dynamic position"
2016
D2204
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irfan Syaebani
"Dibandingkan dengan topik lain seperti politik, keadilan, dan kesetaraan maka topik cinta sedikit sekali menjadi objek kajian yang dikaji secara filosofis. Ada konsepsi yang diyakini secara umum bahwa cinta terkait dengan hal-hal yang bersifat irasional. Filsafat mensyaratkan penyelidikan yang ketat dan sistematis, dan karena cinta dianggap sebagai bagian dari afeksi yang instingtual kemudian dianggap asing bagi filsafat. Cinta lebih banyak dikaji sebagai kajian di dalam psikoanalisis. Di dalam penelitian ini, pemikiran Alain Badiou dikaji dengan menggunakan metode naratif-deskriptif untuk mendemonstrasikan bahwa cinta adalah rasional dan dapat dikaji secara filosofis. Hasil analisis dan sintesis yang didasarkan pada filsafat yang dibangun Alain Badiou dapat disimpulkan bahwa cinta bukanlah sesuatu yang bersifat irasional. Cinta adalah rasional karena mampu memberikan penghayatan bagi cara manusia memahami eksistensinya di dunia. Cinta sejalan dengan filsafat dan karena itu cinta bersifat filosofis. Lebih jauh lagi, cinta juga mampu menghadirkan perubahan dalam tataran personal karena jatuh cinta memberikan penghayatan akan dunia yang sama sekali baru. Di dalam tataran yang lebih jauh, cinta juga mampu memberikan perubahan melampaui tataran personal karena kemungkinan cinta beririsan dengan hal lain seperti politik. Penelitian ini memberikan pemahaman baru bahwa cinta memiliki dimensi yang jauh lebih luas melampaui pemahaman yang umum selama ini.

Love received very little attention in philosophical inquiry compared to other topics such as politics, justice, and equality. There is a widely accepted conception that love is related to irrational things. Philosophy requires systematic and rigorous investigation, and because love is considered a part of instinctual affection, it makes love foreign to philosophy. Love is more appropriate to be an object of psychoanalysis. In this study, Alain Badiou’s system of thought is reviewed using a narrative-descriptive method to demonstrate that love is rational and philosophical. The analysis and synthesis of Alain Badiou’s system of thought conclude that love is not irrational. Love is logical because it provides meaning for people to understand their existence. Additionally, love can initiate change on a personal level because love can give a new meaning to how people live in the world. In a broader context, love can create change transcending the personal level because love can intersect with other things, such as politics. This study gives new insight into love, highlighting that love has broader dimensions beyond the general conception that many believe. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library