Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syeri Febriyanti
Abstrak :
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan dunia. Prevalensi hipertensi diprediksi akan terus meningkat hingga tahun 2025 nanti. Di Indonesia, penderita hipertensi didominasi oleh penduduk berjenis kelamin perempuan. Salah satu faktor risiko yang bisa menyebabkan kejadian hipertensi adalah penggunaan kontrasepsi hormonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal pasca salin dengan kejadian hipertensi pada wanita usia subur. Desain penelitian adalah cross sectional dilakukan pada Januari-Juni 2023 menggunakan data Riskesdas 2018. Kelompok terpajan adalah 45.178 responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan kelompok tidak terpajan adalah 30.845 responden yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengguna kontrasepsi hormonal pasca salin dengan kejadian hipertensi setelah mengendalikan umur dan indeks masa tubuh dengan nilai PR=1,10 (1,06– 1,12). Pada penelitian ini juga menilai hubungan antara jenis kontrasepsi hormonal pasca salin diantaranya kontrasepsi suntikan 3 bulan dengan nilai PR=1,08 (CI 95% 1,05-1,12); kontrasepsi suntikan 1 bulan dengan nilai PR 0,99 (CI 95% 0,93-1,05); kontrasepsi implan PR 0,90 (CI 95% 0,84-0,96); dan kontrasepsi pil PR 1,30 (CI 95% 1,23-1,35). Hal ini diharapkan bisa menjadi gambaran bahwa pemilihan kontrasepsi sangatlah penting untuk mencegah hipertensi dikemudian hari. ......Hypertension is one of diseases caused world health problems. The prevalence of hypertension is predicted will be increase. Hypertension in Indonesia are dominated by the female population. One of the risk factors caused hypertension is the use of hormonal contraception. This study aims to determine the association between the last birth hormonal contraception and the prevalence of hypertension. The research design was cross-sectional from January to June 2023 used the 2018 Riskesdas data. The exposed group was 45,178 respondents who used hormonal contraception and the unexposed group was 30,845 who did not use hormonal contraception. The results showed that there was a significant association between the use of hormonal contraception and the prevalence of hypertension after controlling for age and body mass index with AdjPR 1.10 (95% CI 1.06–1.12). This study also assessed the association between types of hormonal contraception including 3-month injection contraception with AdjPR value of 1.08 (95% CI 1.05-1.12); 1-month injectable contraception with AdjPR value of 0.99 (95% CI 0.93-1.05), implant contraceptive AdjPR 0.90 (95% CI 0.84-0.96), and contraceptive pill AdjPR 1.30 (95% CI 1.23-1.35). This is expected to illustrate the importance of choosing the right contraception to prevent the hypertension.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nidya Eka Putri
Abstrak :
Keterlibatan masyarakat menjadi salah satu kunci penting penanganan masalah kesehatan masyarakat, khususnya saat pandemi. Besarnya upaya yang dilakukan oleh pemerintah perlu diimbangi dengan partisipasi aktif masyarakat dalam respon krisis penanganan pandemi COVID-19 agar tertangani dengan cepat. Praktik baik di beberapa negara dengan kesadaran masyarakat tinggi guna terlibat aktif dalam mendukung penanganan COVID-19, tingkat keberhasilan mengatasi dampak COVID-19 cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara dengan warga yang terbilang cukup pasif atau bahkan tidak mau terlibat sama sekali (apatis). Pemerintah memiliki keterbatasan yaitu tidak mampu menjangkau seluruh komponen kehidupan masyarakat. Dengan demikian, keterlibatan dan partisipasi masyarakat akan memudahkan tugas pemerintah dalam menjalankan kebijakan yang telah dibuat. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode cross sectional untuk menilai korelasi antara kinerja kader Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM) dengan variabel independen yang dilakukan di 11 Puskesmas di Kota Depok. Guna memperkaya hasil pembahasan dan implementasi peran instansi terkait, peneliti menambahkan informasi yang bersumber dari wawancara mendalam pada informan kunci. Hasil menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan penemuan dan pelaporan COVID 19 secara dini oleh kader, antara lain status pernikahan (p value = 0,0001), lama waktu menjadi kader (p value = 0,038), status pelatihan (p value = 0,002), dan perilaku professional p value = 0,033). Selain itu, faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi kinerja kader dalam penemuan dan pelaporan COVID 19 secara dini ialah status pernikahan setelah dikontrol oleh variabel lain. Variabel confounding dalam penelitian ini ialah lama menjadi kader. Status pernikahan memiliki OR 15,34 artinya status menikah meningkatkan 15 kali kinerja kader dalam penemuan dan pelaporan COVID-19 secara dini (95%CI=1,9-118,8) setelah dikontrol oleh variabel lain dengan p-value 0,009. Selanjutnya adanya pelatihan surveilans berbasis masyarakat meningkatkan 3 kali kinerja kader dalam penemuan dan pelaporan COVID-19 secara dini (95%CI=1,3-5,05). Namun, jika dilihat dari p value, maka status pelatihan mendapatkan angka yang paling kecil yakni 0,006, sehingga dapat dikatakan bahwa pelatihan menjadi variabel paling berpengaruh pada kinerja kader SBM dalam penemuan dan pelaporan kasus COVID-19 di Kota Depok. ......Community involvement is one of the important keys to handling public health problems, especially during a pandemic. The magnitude of the efforts made by the government needs to be balanced with the active participation of the community in the crisis response to the handling of the COVID-19 pandemic so that it can be handled quickly. Good practice in several countries with high public awareness to be actively involved in supporting the handling of COVID-19, the success rate in overcoming the impact of COVID-19 is quite high when compared to countries with citizens who are quite passive or even do not want to be involved at all (apathetic). The government has limitations, namely not being able to reach all components of people's lives. Thus, community involvement and participation will facilitate the government's task in carrying out the policies that have been made. The design of this study was quantitative with a cross sectional method to assess the correlation between the performance of Community-Based Surveillance (SBM) cadres and independent variables conducted at 11 Puskesmas in Depok City. In order to enrich the results of the discussion and implementation of the role of relevant agencies, the researcher added information sourced from in-depth interviews with key informants. The results showed that variables related to the early detection and reporting of COVID 19 by cadres, including marital status (p value = 0.0001), length of time being a cadre (p value = 0.038), training status (p value = 0.002), and professional behavior p value = 0.033). In addition, the most dominant factors influencing the performance of cadres in the early detection and reporting of COVID-19 is marital status after being controlled by other variables. The confounding variable in this study is the length of time being a cadre. Marital status had an OR of 15.34, meaning that marital status increased 15 times the performance of cadres in early detection and reporting of COVID-19 (95%CI=1.9-118.8) after being controlled by other variables with a p-value of 0.009. Furthermore, community-based surveillance training increased cadres' performance 3 times in early detection and reporting of COVID-19 (95%CI=1.3-5.05). However, when viewed from the p value, the training status gets the smallest number, namely 0.006, so it can be said that training is the most influential variable on the performance of SBM cadres in finding and reporting COVID-19 cases in Depok City.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azkia Ikrima
Abstrak :
Gangguan mental emosional merupakan gangguan kesehatan yang terjadi di seluruh negara yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dan dapat terjadi pada seluruh kalangan usia. Lansia merupakan salah satu kelompok usia berisiko terkena gangguan mental emosional sebagai akibat dari berkurangnya kemampuan fisik dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat ketidakmampuan fisik terhadap gangguan mental emosional yang dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya. Studi ini menggunakan desain cross-sectional. Subjek penelitian ini adalah seluruh lansia yang tercatat dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat ketidakmampuan fisik terhadap gangguan mental emosional secara statistik (p = 0,000<0,05), dengan tingkat ketergantungan ringan (PR = 2,021, 95% CI (1,936-2,109)), ketergantungan sedang (PR = 3,189, 95% CI (2,818-3,610)), ketergantungan berat (PR = 3,350, 95% CI (2,920-3,843), dan ketergantungan total (PR = 2,770, 95% CI (2,419-3,173)) setelah dikontrol oleh variabel pendidikan dan jumlah riwayat penyakit kronis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat ketidakmampuan fisik terhadap gangguan mental emosional baik setelah di kontrol oleh variabel pendidikan dan jumlah riwayat penyakit kronis. ......Emotional mental disorders are health problems that occur in all countries that can affect a person's quality of life and can occur in all age groups. Elderly is one of the age groups at risk for mental-emotional disorders as a result of reduced physical ability to carry out daily activities. Therefore, this study aims to determine the relationship between the level of physical disability and emotional mental disorders that are influenced by other variables. This study used a cross-sectional design. The subjects of this study were all elderly people who were recorded in the 2018 Riset Kesehatan Dasar who met the inclusion criteria. The results showed that there was a statistically significant relationship between the level of physical disability and emotional mental disorders (p = 0.000 <0.05), with a mild degree of dependence (PR = 2.021, 95% CI (1.936-2.109)), moderate dependence (PR = 3.189, 95% CI (2.818-3.610)), severe dependence (PR = 3.350, 95% CI (2.920-3.843), and total dependence (PR = 2.770, 95% CI (2.419-3.173)) after being controlled by variable education and the number of history of chronic disease.So it can be concluded that there is a relationship between the level of physical disability with mental emotional disorders after being controlled by the education variable and the number of history of chronic disease.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oryza Gryagus Prabu
Abstrak :
Kulit buah manggis diketahui memiliki efek antibakteri, khususnya bakteri Propionibacterium acnes. Bakteri Propionibacterium acnes merupakan bakteri gram positif yang bersifat anaerob obligat. Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit namun merupakan agen penyebab munculnya jerawat/acne vulgaris. Selain itu, infeksi P. acnes juga dapat menyebabkan sindrom SAPHO (synovitis, acne, pustulosis, hyperostosis, osteitis), osteomyelitis, infeksi gigi, rheumathoid arthritis, peritonistis, inflamasi prostat, sarkoidosis, dan infeksi yang berkaitan dengan alat seperti kateter, implan, dan lainnya. Resistensi pada bakteri P.acnes terhadap antibiotik juga merupakan masalah yang cukup penting di dunia yang berkaitan dengan pemakaian antibiotik yang tidak rasional. Pada penelitian ini aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis digunakan dengan Agar Brucella yang ditanami dengan bakteri dan ditambahkan sumuran dengan ekstrak sebagai uji. Uji yang digunakan adalah ekstrak kulit buah manggis dengan pengenceran 10 kali, 15 kali, 20 kali, 30 kali, dan 40 kali yang dibandingkan dengan kontrol negatif akuades serta kontrol positif tetrasiklin yang dibagi menjadi beberapa pengeceran yaitu 10 kali, 15 kali, 20 kali, 30 kali, dan 40kali. Hasil yang didapat kemudian dilakukan uji statistik menggunakan One Way Anova yang didapatkan bahwa ekstrak kulit buah manggis mempunyai aktivitas antibakteri hubungan yang berbeda bermakna dengan kontrol negatif pada pengenceran 10 kali (p<0.001), 15 kali (p<0.001), 20 kali (p<0.001), dan 30 kali (p<0.001), sedangkan ekstrak pengenceran 40 kali tidak mempunyai aktivitas antibakteri (p=1.000). Namun, ekstrak kulit buah manggis jika di bandingkan dengan antibiotik tetrasiklin mempunyai aktivitas yang lebih rendah. ...... Mangosteen pericarp is known to have antibacterial effects, especially against Propionibacterium acnes bacteria. Propionibacterium acnes is a gram-positive bacteria that are obligate anaerobes. These bacteria are normal flora of the skin but is a causative agent of pimples/acne vulgaris. In addition, P. acnes could also cause SAPHO syndrome (synovitis, acne, pustulosis, hyperostosis, osteitis), osteomyelitis, dental infections, arthritis rheumathoid, peritonistis, prostate inflammation, sarcoidosis, and infections associated with medical devices such as catheters, implants, and more. P. acnes resistance to antibiotics is also a significant problem in the world related to the irrational use of antibiotics. In this study, the antibacterial activity of mangosteen pericarp extract is examined with Brucella Agar in which there are well-filled of test solution such as extract, placebo, and/or positive control to show that it could inhibit the growth of P.acnes by measuring the inhibitory zone diameter. The tests are using mangosteen pericarp extract with 10, 15, 20, 30, and 40 times dilution compared to the negative control and positive control tetracycline which is divided into a number of dilution that are 10x, 15x, 20x, 30x, and 40x. After the tests were measured by assessing the inhibitory zone diameter produced by each test. The results then performed statistical tests using One Way Anova showed that mangosteen pericarp extract has antibacterial activity with significantly different to the negative control at 10 times dilution (p<0.001), 15 times (p<0.001), 20 times (p<0.001), and 30 times (p<0.001), whereas 40 time dilution extract didn?t have antibacterial activity (p = 1.000). However, mangosteen pericarp extract has lower activity than tetracycline.
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmawan Putra
Abstrak :
Latar belakang: Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab masalah kesehatan di negara berkembang termasuk Indonesia. Dari sekian banyak penyakit infeksi, diare merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas tinggi untuk semua usia di Asia Tenggara. Pengobatan diare dilakukan dengan pemberian antibiotik. Namun, saat ini resistensi mikroba terhadap antibiotik semakin meningkat. Oleh karenanya perlu dikembangkan pengobatan alternatif memanfaatkan bahan aktif yang terkandung dalam tanaman (bahan alam). Salah satunya adalah pemanfaatn kulit buah manggis. Metode: Penelitian ini menggunakan studi experimental dengan 7 perlakuan yaitu kontrol negatif (aquades), kontrol positif (antibiotik tetrasiklin), ekstraksi dalam berbagai macam pengenceran dan besar sampel setiap perlakuan adalah 4. Aktivitas antibakteri dilihat dengan pengukuran zona hambat atau diameter pada agar yang mengandung bakteri Escherichia coli. Data akan dianalisa dengan uji Kruskal-Wallis kemudian akan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil: Uji hipotesis memperlihatkan nilai signifikansi p=0,000 dan pada uji Mann-Whitney terdapat perbedaan bermakna p<0,05 pada perbandingan antara antibiotik tetrasiklin dibandingkan dengan aquades dan ekstrak kulit buah manggis pada berbagai pengenceran. Hal ini juga dapat dilihat pada perbandingan antara aquades dengan ekstrak kulit buah manggis pada pengenceran 10x dengan nilai p=0,13 (p>0,05) yang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna. Sedangkan antara aquades dan ekstrak kulit buah manggis pada pengenceran lainnya tidak terdapat perbedaan bermakna. Simpulan: Ekstraksi kulit buah manggis pada pengenceran 10x mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. Coli atau mempunyai aktivitas antimikroba. ......Background: Infectious diseases are still tops the cause of health problems in developing countries, including Indonesia. Of the many infectious diseases, diarrhea is the cause of high morbidity and mortality for all ages in Southeast Asia. Diarrhea treatment is done with antibiotics. However, the current microbial resistance to antibiotics is increasing. Therefore necessary to develop alternative treatments utilizing the active ingredient contained in the plant (natural materials). One is the utilization of mangosteen rind. Method: This study uses an experimental study with 7 treatment that negative control (distilled water), positive control (tetracycline antibiotic), extraction in a large variety of sample dilution and each treatment was 4. Antibacterial activity seen with inhibition zone measurement or diameter on agar containing the bacteria Escherichia coli. The data will be analyzed with the Kruskal-Wallis test will then be followed by the Mann-Whitney test. Result: Hypothesis test showed a significance value p = 0.000 and the Mann-Whitney test significant difference p <0.05 in comparison between tetracycline antibiotics compared with distilled water and mangosteen peel extract at various dilutions. It can also be seen in the comparison between the distilled water with mangosteen peel extract at 10x dilution with p = 0.13 (p> 0.05), which showed significant difference. While between distilled water and mangosteen peel extract on other dilution is not significantly different. Conclusion: Extraction of mangosteen rind at 10x dilution capable of inhibiting the growth of bacteria Escherichia coli or having antimicrobial activity.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Septian
Abstrak :
Penelitian dilakukan untuk menguji aktivitas ektrak kulit buah Manggis sebagai anti Staphylococcus aureus pada agar Mueller Hinton. Metode: Penelitian menggunakan desain eksperimental laboratorik dengan 11 kelompok perlakuan. Ekstrak kulit buah Manggis dengan pengenceran 10 kali, 15 kali, 20 kali, 30 kali, dan 40 kali dibuat triplo dan digunakan sebagai sampel uji. Eritromisin pengenceran 10 kali, 15 kali, 20 kali, 30 kali, dan 40 kali dibuat triplo dan digunakan sebagai kontrol positif. Akuabides dibuat triplo dan digunakan sebagai kontrol negatif. Hasil akhir diolah menggunakan SPSS versi 16.0. Hasil: Rerata diameter zona hambat pada agar Mueller Hinton untuk ekstrak kulit buah Manggis pengenceran 10 kali sebesar 32 mm, pengenceran 15 kali sebesar 31 mm, pengenceran 20 kali sebesar 27 mm, pengenceran 30 kali sebesar 21 mm, dan pengenceran 40 kali sebesar 0 mm. Diskusi: Staphylococcus aureus bersifat sensitif terhadap pemberian ekstrak kulit buah Manggis pengenceran 10 kali, 15 kali dan 20 kali; bersifat intermediet pada pengenceran 30 kali; dan bersifat resisten pada pengenceran 40 kali. ...... This study was conducted to examine the activity of the extraction of mangosteen peel as anti Staphylococcus aureus on Mueller Hinton agar. Method: This study is experimental laboratoric. Eleven treatment groups have been used in this study. The dilution of mangosteen peel extraction at 10 fold, 15 fold, 20 fold, 30 fold, and 40 fold have been made triplo as test sample. The dilution of Erythromycin at 10 fold, 15 fold, 20 fold, 30 fold, and 40 fold have been made triplo as positive control. Aquades bidestilation has been made triplo as negative control. The outcome will be processed by SPSS version 16.0. Results: Mean diameter of inhibition zone by Mangosteen peel extraction at 10 fold dilution, 15 fold dilution, 20 fold dilution, 30 fold dilution, 40 fold dilution respectively is 32 mm, 31 mm, 27 mm, 21 mm, and 0 mm. Discussion: Staphylococcus aureus is sensitive at 10 fold dilution, 15 fold dilution, and 20 fold dilution; is intermediet at 30 fold dilution; and resistant at 40 fold dilution of Mangosteen peel extraction.
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Abidin
Abstrak :
Manggis merupakan buah yang banyak ditemukan di daerah tropis, dan sudah lama buah ini menjadi pilihan untuk dikonsumsi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa buah ini memiliki banyak kandungan vitamin dan juga antioksidan yang bermanfaat bagi tubuh manusia.Pada studi eksperimen ini digunakan ekstrak kulit buah manggis serta bakteri Acinetobacter baumanii.Tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis untuk bakteritersebut. Metode: Metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah metode sumuran. Antibiotik serta ekstrak kulit buah manggis dipipetkan pada setiap sumuran dalam satu medium agar yang berbeda, dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-72 jam. Zona hambat bakteri uji diukur dengan mengukur daerah yang bening di sekitar sumuran. Hasil: Melalui uji Kruskal Wallis didapatkan hasil nilai p= 0,000 yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada data-data tersebut. Dari uji Mann Whitney diperoleh hasil perbandingan antara tetrasiklin dengan aquades dan ekstrak kulit buah manggis dalam berbagai pengenceran memiliki perbedaan bermakna dengan nilai p < 0,05. Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa secara statistik ekstrak kulit buah manggis tidak memiliki aktivitas antibakteri. Data ini sesuai dengan hasil percobaan yang menunjukkan tidak terbentuknya zona hambat pada agar yang diberi ekstrak kulit buah manggis. ......Mangosteen is a fruit that is found in the tropics area, and has long been a choice of fruit for consumption, some studies have shown that this fruit has alot of vitamins and also antioxidants that are beneficial for human. In the experimental study of the use of mangosteen peel extract and Acinetobacter baumannii. The goal is to determine whether there is the antibacterial activity of mangosteen peel extracts for bacteria. Methods: The method used to test the antibacterial activity is a method of diffusion. Antibiotics and mangosteen peel extract included in any medium in a different order, with different concentrations. Then incubated at 37 ° C for 24-72 hours. Bacterial inhibition zone test is measured by measuring the clear areas around sinks. Results: Through the Kruskal Wallis test showed p=0.000 which proves that there are significant differences in the data. Mann Whitney test obtained from the comparison between tetracycline with distilled water and mangosteen peel extracts in differentdilutions havesignificant differences with p<0.05. Discussion: The conclution that mangosteen peel extract has no antibacterial activity. The data are consistent with the results of experiments that showed no inhibition zone formation at a given order of mangosteen peel extracts.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Perdana Rezha Kusuma Putra Hermawan
Abstrak :
Latar belakang: Buah manggis merupakan buah yang memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Beberapa penelitian menunjukan buah ini memiliki efek antioksidan. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek antibakteri kulit buah ini. Metode: Penelitian merupakan studi experimental. Besarnya sampel penelitian adalah 4 dengan jumlah perlakuan sebanyak 7 yaitu kontrol positif (Erythromycin), kontrol negatif (akuades), ekstrak kulit buah manggis pengenceran (10x,15x,20x,30x,40x). Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan mengukur zona hambat (diameter) pada agar darah yang ditanami bakteri streptococcus pneumonia. Data dianalisa dengan uji Kruskal-Wallis untuk menentukan perbedaan bermakna antar data uji, kemudian akan dilanjutkan uji Mann-Whitney untuk melihat data yang memiliki perbedaan bermakna. Hasil: Hasil pengujian hipotesis menunjukan perbedaan bermakna dan uji posthoc terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada perbandingan antibiotik Eritromisin dibandingkan dengan akuades dan ekstrak kulit buah manggis dalam berbagai pengenceran. Namun jika dilihat pada perbandingan antara akuades dengan ekstrak kulit buah manggis dalam pengenceran 10x dan 15x menunjukan adanya perbedaan bermakna (p=0,013 dan 0,014). Uji antara ekstrak dari kulit buah manggis pada pengenceran 20x,30x,40x dan akuades tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05). Simpulan: Ekstraksi kulit buah manggis pengenceran 10x dan 15x memiliki efek antimikroba dengan zona hambat bakteri sebesar 26 mm dan 16,5 mm. ......Background: Manggosteen is one of flora that have virtue for health. Few research indicate that this fruit have antioxidan effect and also antibacterial effect. This study head for antibacterial effect of extract mangosteen rind on a streptococcus pneumoniae. Method : This experimental study have 4 sample with 7 treatment group among others are positive control (Erythromycin), negative control (aquades), extraction in various dilutions (10x, 15x, 20x, 30x, 40x). These treatment group zone of inhibition?s in blood agar which had been planted with sterptococcus pneumoniae bacteria will be measured. This data will be analyzed with Kruskal-Wallis & Mann-Whitney test to identify which data have significant differences. Result: Kruskal-Wallis test show asignificance value (p = 0.000) and Mann-Whitney test has significant difference (p <0.05) in comparison between erythromycin compared with aquades and mangosteen peel extraction at various dilution. Comparison in mann-wthitney test between aquades and mangosteen peel extract at 10x and 15x dilution indicates there is a significant difference (p = 0.013 and 0,014). Between aquades and mangosteen peel extract 20x, 30x, 40x dilution indicates no significant difference (p> 0.05). Conclution: Extract of mangosteen rind have a inhibition effect on the growth of Streptococcus Pneumoniae bacteria which create a inhibition zone on blood agar for 10x dilution are 26 mm and for 15x dilution are 16,5 mm.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiagus M. Reza
Abstrak :
Kulit buah manggis setelah diteliti ternyata mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas farmakologi misalnya antiinflamasi antihistamin antibakteri antijamur dan antiviral Aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis dilaporkan memiliki uji antibakteri terhadap terhadap pseudomonas aeruginosa Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif berflagel yang bersifat aerob Pseudomonas aeruginosatersebar luas di alam dan biasanya terdapat di lingkungan rumah sakit yang lembap Bakteri inibersifat invasif dan toksigenik menyebabkan infeksi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang abnormal dan merupakan patogen nosokomial yang penting Pada penelitian ini uji aktivitas antibakteri Ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana Linn menggunakanagar nutrient yang ditanami bakteri pseudomonas aeruginosa dan ditambahkan sumuran dengan Ekstrak sebagai subjek uji Uji yang digunakan adalah Ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana Linn dengan pengenceran 10x 15x 20x 30x dan 40x yang dibandingkan dengan kontrol positif Eritromisin dan kontrol negatif Akuades Pengujian penghambatan pertumbuhan bakteridiukur denganmengukur zona bening disekitar sumuran dengan menggunakan jangka sorong dalam satuan mm terhadap seluruh sampel uji Hasil yang telah didapat dilakukan uji statistik Kruskal Wallis dengan post hoc Mann whitney didapatkan bahwa Ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana Linn ternyata tidak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap pseudomonas aeruginosa Terdapat hubungan yang tidak berbeda bermakna dengan kontrol negatif Akuades pada pengenceran Ekstrak 10x p 1 000 15x p 1 000 20x p 1 000 30x p 1 000 40x p 1 000 dan hubungan berbeda bermakna dengan kontrol positif Eritromisin pada pengenceran Ekstrak 10x p 0 013 15x p 0 013 20x p 0 013 30x p 0 013 40x p 0 013. ...... Mangosteen pericarp after investigation turned out to contain several compounds with pharmacological activity such as anti inflammatory antihistamine antibacterial antifungal and antiviral Antibacterial activity of mangosteen pericarp against pseudomonas aeruginosa is reported by antibacterial test ofmangosteen pericarp extract Pseudomonas aeruginosa is a gram negative bacteria have flagellaand that are aerobic Pseudomonas aeruginosa is widespread in nature and are usually found in the moist environment of the hospital These bacteria are invasive and toxigenic causing infections in patients with abnormal immune system and is an important nosocomial pathogen In this study the antibacterial activity test of mangosteen pericarp extract Garcinia mangostana Linn were examined with nutrient agar contain of pseudomonas aeruginosa culture and there are well filled of extract as test subjects Mangosteen pericarp extract used in this test is devided into a number of dilution 10x 15x 20x 30x and 40x that of compared with erythromycin as positive control and a distilled as negative control Testing of bacterial growth inhibition was measured by measuring the clear zone using a vernier caliper of all test samples The results obtained statistical by Kruskal Wallis test with post hoc Mann Whitney showed that extracts of mangosteen pericarp Garcinia mangostana Linn apparently did not have antibacterial activity against Pseudomonas aeruginosa There is no significant difference in relation to the negative control of distilled water at 10x extract dilution p 1 000 15x p 1 000 20x p 1 000 30x p 1 000 40x p 1 000 and different relationships erythromycin significantly with positive control at 10x extract dilution p 0 013 15x p 0 013 20x p 0 013 30x p 0 013 40x p 0 013
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brenda Hayatulhaya
Abstrak :
Jamu tradisional anti reumatik merupakan salah satu pengobatan yang paling sering dikonsumsi masyarakat penderita reumatik. Namun, ditemukan beberapa jamu anti reumatik yang mengandung bahan kimia obat, diantaranya steroid serta metampiron yang dapat menimbulkan efek samping dalam tubuh bila dikonsumsi dengan dosis yang tidak sesuai dan jangka waktu yang panjang. Studi pendahuluan ini dilakukan untuk mengidentifikasi beberapa jamu anti rematik anakah yang mengandung bahan kimia tersebut dengan menggunakan metode reaksi warna, analisis kromatografi lapis tipis (KLT) dan spektrofotometer. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa pada beberapa jamu anti rematik yang diteliti diduga mengandung steroid dan metampiron. ......Anti rheumatic traditional herbs is one of the healing commonly used medicine taken mostly by those who have problem with rheumatic. But it was found out that the traditional herbs contains chemical substance, for example this chemistry substance is considered as steroid and methampiron that is likely to create side effect in human body if is it used in wrong doses and in a long term. This experiment is intended to find out which kind of anti rheumatic traditional herbs contains this kind of harmful chemical substance by using the colour reaction tested, Thin Layer Chromatography and ectrophotometer . It is concluded that in a few anti rheumatic traditional herbs which wa observed contains much steroid and metampiron.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>