Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Fauzan
Abstrak :
ABSTRAK
Pengelolaan lindi merupakan salah satu masalah utama yang terjadi dalam pengoperasionalan TPA. Kualitas Lindi yang buruk dapat mencemari tanah maupun badan air disekitar lokasi TPA. Salah satu cara penanganan lindi yang diteliti dalam penelitian ini adalah dengan mengalirkan air lindi kedalam bioreaktor yang didalamnya terdapat sampah berusia 3 tahun yang sebelumnya telah dilakukan resirkulasi lindi untuk meningkatkan kemampuan dekomosisi sampah. Metode yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini adalah dengan membandingkan kemampuan removal konsentrasi lindi dan perubahan yang terjadi pada sampah dalam bioreaktor. Kemampuan removal didapat dari menghitung pengurangan konsentrasi yang terjadi sebelum dan setelah lindi melewati bioreaktor. Parameter yang menjadi penilaian kemampuan peningkatan kualitas lindi adalah BOD, COD, TSS, Nitrit, dan Nitrat, serta pH. Serta ada peninjauan dari perubahan karakteristik ultimate analisis sampah dan nilai kalor yang ada pada sampah. Hasil dari penelitian ini adalah terdapatnya peningkatan kualitas air lindi hingga mencapai diatas 90 pada parameter COD, BOD, TSS, dan Nitrit. Sedangkan untuk parameter Nitrat terdapat peningkatan konsentrasi akibat terjadinya reaksi denitrifikasi. Parameter pH menampakkan terjadinya netralisasi l. Nilai kalor sampah yang didapat dari perhitungan menggunakan data ultimate analisis menampilkan term penurunan sehingga sampah sebaiknya tidak digunakan sebagai renewable energy dalam pemanfaatan kalor karena ketidakoptimalan hasil yang akan diperoleh.
ABSTRACT
Leachate management is an issue in landfill management. The bad quality of leachate can contaminate soil and bodies of water. One of ways to handle leachate that studied in this thesis is by drain the leachate into the bioreactor contain of decomposted garbage to improve leachate quality. The method that used is by comparing the ability of removal leachate concentrations and the changes of garbage in the bioreactor. Removal capability is derived by calculate the reduction in concentrations that occur before and after leachate passed through the bioreactor. The parameters that assessed to improve the leachate quality is BOD, COD, TSS, Nitrite, Nitrate, and pH. There is also a review of garbage ultimate analysis characteristics and HHV contained changes. The results is bioreactor can improve the leachate quality higher than 90 in COD, BOD, TSS, and Nitrite. On the other side, the concentration nitrates parameter is increased due to denitrification reaction. Parameters of pH show neutralization process. The HHV of the garbage that derived from the calculation of ultimate analysis data show a decline term, so that the garbage should not be used as a renewable energy in the utilization of heat because the result is not optimum.
2017
S66814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niknik Bestar
Abstrak :
ABSTRAK
SO2 merupakan polutan udara yang sangat berkaitan dengan pembakaran batubara sebagai bahan baku energi dalam suatu pembangkit listrik. Dengan adanya fakta ini, maka dibutuhkan suatu model sebagai metode pendekatan sistem untuk memprediksi nilai emisi SO2 yang dihasilkan berdasarkan karakteristik batubara, serta pemetaan konsentrasi SO2 di lingkungan sekitar sumber emisi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memodelkan emisi SO2 menggunakan Artificial Neural Network (ANN) berdasarkan karakteristik batubara dan menganalisis konsentrasi SO2 di wilayah PLTU Suralaya berdasarkan pemetaan pada musim hujan dan kemarau. Emisi SO2 dimodelkan menggunakan ANN, sedangkan pemetaan konsentrasi SO2 menggunakan software ArcGIS 9.3. Nilai validasi optimum hasil pemodelan emisi SO2 menggunakan ANN adalah 83,2% dengan root mean square error sebesar 0,168, laju pembelajaran 0,2, jumlah hidden neuron 22, dan epoh 125.000. Nilai konsentrasi SO2 rata-rata tahun 2008-2013 di Halaman PLTU Suralaya, Brigil, Perum PLTU Suralaya, Cipala Dua, Lebak Gede, Salira Indah, Gunung Gede, dan Sumuranja pada musim hujan dan kemarau masing-masing adalah 8,77 μg/Nm3 dan 9,01 μg/Nm3, 4,22 μg/Nm3 dan 6,05 μg/Nm3, 6,87 μg/Nm3 dan 7,04 μg/Nm3, 4,25 μg/Nm3 dan 8,54 μg/Nm3, 4,56 μg/Nm3 dan 6,27 μg/Nm3, 4,70 μg/Nm3 dan 7,06 μg/Nm3, 6,11 μg/Nm3 dan 8,03 μg/Nm3, 5,05 μg/Nm3 dan 7,34 μg/Nm3. Hasil tersebut menunjukkan, konsentrasi polutan SO2 cenderung lebih tinggi pada musim kemarau dibandingkan musim hujan di kedelapan lokasi pemantauan kualitas udara. Nilai konsentrasi SO2 masih jauh di bawah nilai baku mutu yang ditetapkan, yaitu sebesar 365 μg/Nm3 dan termasuk kategori baik menurut ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara), yaitu pada rentang 0-50 dengan nilai konsentrasi SO2 sebesar 0 μg/Nm3-80 μg/Nm3
ABSTRACT
SO2 is an air pollutant that is mainly related with the combustion of coal as an energy feedstock in a power plant. Based on this fact, a model as a system approach in order to predict and estimate the SO2 emissions generated by coal characteristics and SO2 concentrations mapping in emission source is required. The purpose of this study is modeling SO2 emissions using Artificial Neural Network (ANN) based on coal characteristics and to analyze the concentrations of SO2 based on mapping in Suralaya Steam Coal Fired Power Plant during rainy and dry season. SO2 emissions were modeled using ANN, while mapping SO2 concentrations is using software ArcGIS 9.3. Optimum validation value for SO2 emissions model with ANN in this study is 83.2% with root mean square error is 0.168, learning rate 0.2, 22 of hidden neurons, and 125,000 epoch. The average value of SO2 concentrations in the years 2008-2013 in Halaman PLTU Suralaya, Brigil, Perum PLTU Suralaya, Cipala Dua, Lebak Gede, Salira Indah, Gunung Gede, and Sumuranja during rainy and dry season respectively are 8.77 μg/Nm3 and 9.01 μg/Nm3, 4.22 μg/Nm3 and 6.05 μg/Nm3, 6.87 μg/Nm3 and 7.04 μg/Nm3, 4.25 μg/Nm3 and 8.54 μg/Nm3, 4.56 μg/Nm3 and 6.27 μg/Nm3, 4.70 μg/Nm3 and 7.06 μg/Nm3, 6.11 μg/Nm3 and 8.03 μg/Nm3, 5.05 μg/Nm3 and 7.34 μg/Nm3. The result shows SO2 concentrations are found to be higher in the dry season than in rainy season in all of eight locations of air quality monitoring. SO2 concentrations value is found below the allowable standard (365 μg/Nm3) and belong to good category according to ISPU (Standard Index of Air Pollutants), in range 0-50 with SO2 concentrations value is 0 μg/Nm3-80 μg/Nm3.
2013
T35625
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartanti Putri Josephine
Abstrak :
Anaerobic digestion(AD) dapat menjadi solusi dalam mengolah limbah organik. Pengadukan dalam AD dapat meningkatkan kinerja proses di dalam AD. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengadukan terhadap pembentukan biogas dari degradasi TS dan VS pada AD dengan menggunakan pengadukan dengan kecepatan 30 rpm selama 4 jam/hari dibandingkan dengan AD tanpa pengadukan. Perbandingan substrat sampah makanan dan feses sapi yang digunakan adalah 9:1 dan organic loading rate (OLR) 7,83 kg VS/m3-hari. Operasional reaktor menggunakan 2 buah dry AD satu tahap dengan volume 51 L dalam kondisi suhu mesofilik selama 31 hari. Hasil uji menunjukkan substrat cocok untuk dry AD dengan total solids (TS) sebesar 20,50-28,5%; nilai volatile solid (VS) 86,75-87,53%TS; rasio C/N sebesar 14,12-16,35 dan tingkat inhibitor <3.000 mg/L amonia. Hasil penelitian menunjukan penyisihan COD pada reaktor dengan pengadukan 66,2±11,0% sedangkan pada reaktor tanpa pengadukan 58,4±17,4%. Penyisihan TS dan VS pada reaktor dengan pengadukan 59,6±7,11% dan 5,71±3,56% sedangkan pada reaktor tanpa pengadukan 64,8±4,80% dan 8,10±2,31%. Perhitungan produksi biogas dari degradasi TS dan VS pada reaktor pengadukan lebih tinggi dengan 2,77±0,57 L CH4/kg VS dibandingkan dari reaktor tanpa pengadukan 2,35±0,37 L CH4/kg VS. Untuk mendapat kesimpulan dilakukan uji statistik dengan hasil statistik menunjukan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara produksi biogas pada reaktor dengan pengadukan dan tanpa pengadukan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengadukan tidak berpengaruh pada penurunan TS, VS, COD, dan produksi biogas.
Anaerobic digestion (AD) can be a solution in treating organic waste. Stirring in AD can improve process performance in AD. This study aims to analyze the effect of stirring on biogas formation with degradation of TS and VS in AD using stirring at a speed of 30 rpm for 4 hours per day compared with an AD without stirring. The comparison of food waste substrate and cow feces used was 9:1 and organic loading rate (OLR) 7.83 kg VS/m3-day. The reactor operation uses 2 dry AD one stage with a volume of 51 L in mesophilic conditions for 31 days. The test results show that the substrate is suitable for dry AD with total solids (TS) of 20.50-28.5%; volatile solid (VS) value of 86.75-87.53% TS; C/N ratio of 14.12-16.35; and inhibitor level <3,000 mg/L of ammonia. The results showed that removal of COD in the reactor with stirring 66.2±11.0% while in the reactor without stirring 58.4±17.4%. The removal for TS and VS in the reactor with stirring 59.6±7.11% and 5.71±3.56% while in the reactor without stirring 64.8±4.80% and 8.10±2.31%. Meanwhile, biogas production from TS and VS degradation in the stirring reactor produce higher volume of biogas with 2.77±0.57 L CH4/kg VS compared to biogas production from the reactor without stirring which 2.35±0.37 L CH4/kg VS. To conclude, a statistical test was performed with the results of statistics showing that there was no significant difference between the production of biogas in the reactor with stirring and without stirring. This study concluded that stirring had no effect on decreasing TS, VS, COD, and biogas production.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firyal Tharifa
Abstrak :
ABSTRAK
Anaerobic Digestionadalah teknologi alternatifuntuk mengolah sampah makanan. Namun proses AD dapat dipengaruhi beberapa elemen yang dapat bersifat racun. Salah satunya adalah sodium, kandungan sodium dalam sampah makanan dengan kosentrasi > 3.100 mg/L berpotensi mengakibatkan inhibisi yang berdampak pada ketidakseimbangan proses AD dengan indikator pembentukan VFA dan penghilangan PCOD. Inhibisi sodium dapat dikendalikan dengan magnesium karena ion logam magnesium memiliki efek berlawanan terhadap inhibisi sodium dengan mereduksi konsentrasi VFA dan meningkatkan persentase penyisihan COD. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambahan magnesium terhadap VFA dan PCOD pada tahap hidrolisis. Penelitian ini dilakukan dengan single stagereactor berkapasitas 848 L selama 192 hari. Pada tahap penelitian yang dilakukan selama 50 hari, reaktor diisi substrat 5 hari dalam seminggu dengan Organic Loading Rate(OLR) 10 kg VS/m3dalam 2 fase pengisian, fase kontrol dan fase uji. Pada fase kontrol reaktor hanya diisi substrat, sedangkan pada fase uji, selain substrat, magnesium (MgSO4) ditambahkan sebanyak 170 gr/hari. Pada kondisi steady state, fase kontrol menunjukkan rata-rata penyisihan COD 94,2 ± 3,34%, SCOD 98 ± 1%, PCOD 94 ± 3,6%, serta pembentukan VFA 1.800 ± 200 mg/L dan laju hidrolisis 6,92 ± 0,32 mg.PCOD/L/d. Penambahan MgSO4 pada fase uji menunjukan perbedaan yang signifikan (p < 0,05) pada pembentukan VFA menjadi 1.066 ± 57,7 mg/L. Sedangkan rata-rata penyisihan COD, SCOD, dan PCOD tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p > 0,05) dengan nilai masing-masing sebesar 84,7 ± 6,8%; 96 ± 1%; 83,3 ± 7,3%. Laju hidrolisis pada fase uji juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan menjadi 6,24 ± 0,57 mg.PCOD/L/d. Penelitian ini juga meninjau hubungan antara parameter VFA dan PCOD dengan laju hidrolisis. Hasil uji korelasi menunjukkan tingkat korelasi yang kuat (P = 0,67) antara parameter VFA terhadap laju hidrolisis, sedangkan hasil uji parameter PCOD menunjukkan tingkat korelasi sedang (P = 0,41) terhadap laju hidrolisis. Saat laju hidrolisis tinggi maka tingkat pembentukan VFA dan penyisihan PCOD meningkat
ABSTRACT
Anaerobic Digestion is an alternative technology used for treating food waste. But the AD process can be influenced by several elements that can be toxic. One of them is sodium, the sodium content in food waste with a concentration of > 3.100 mg/L has the potential to cause inhibition which results in an imbalance of the AD process with indicators of VFA formation and PCOD removal. Sodium inhibition can be controlled with magnesium because magnesium metal ions have the opposite effect on sodium inhibition by reducing VFA concentration and increasing the percentage of COD removal. This study aims to analyze the effect of magnesium addition on VFA and PCOD at the hydrolysis stage. This research was conducted with a 848 L capacity single stage reactor for 128 days. In the research stage carried out for 50 days, the reactor is filled with substrate 5 days a week with Organic Loading Rate (OLR) of 10 kg VS / m3 with 2 filling phases, control phase and test phase. In the control phase, the reactor is only filled with substrate, while in the test phase, in addition to the substrate, magnesium (MgSO4) is added as much as 170 gr/day. In steady state conditions, the control phase shows the average COD removal 94.2 ± 3.34%, SCOD 98 ± 1%, PCOD 94 ± 3.6%, and formation of VFA 1,800 ± 200 mg/L and hydrolysis rate 6.92 ± 0.32 mg.PCOD/L/d. The addition of MgSO4in the test phase showed a significant difference (p <0.05) in the formation of VFA to 1,066 ± 57.7 mg/L. While the average allowance for COD, SCOD, and PCOD did not show a significant difference (p > 0.05) with a value of 84.7 ± 6.8% respectively; 96 ± 1%; 83.3 ± 7.3%. The hydrolysis rate in the test phase also did not show a significant difference to 6.24 ± 0.57 mg.PCOD/L/d. This study also reviewed the relationship between VFA and PCOD parameters with the hydrolysis rate. Correlation test results showed a strong level of correlation (P = 0.67) between VFA parameters on the rate of hydrolysis, while the PCOD parameter test results showed a moderate correlation level (P = 0.41) to the rate of hydrolysis. Therefore, when the hydrolysis rate is high, the level of VFA formation and PCOD removal increases.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryam Affaf Karimah
Abstrak :
ABSTRAK Pemakaian energi pada sektor industri manufaktur menjadi salah satu sektor penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar. PT Yanmar Diesel Indonesia, sebagai perusahaan global di bidang manufaktur turut menghasilkan emisi GRK dari kegiatan produksi. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghitung emisi GRK PT. Yanmar dari pemakaian energi tahun 2019 dan proyeksinya hingga 2030, (2) menganalisis sumber emisi GRK berdasarkan jenis gas, aktivitas dan peralatan produksi, (3) memetakan neraca energi GRK dari tiap fase aktivitas produksi, dan (4) menganalisis strategi penurunan emisi. Metode IPCC Tier 2 dipilih untuk menghitung besar emisi. Pemetaan dilakukan untuk menganalisis sumber energi dan neraca energi. Tiga skenario (optimis, realistis, dan pesimis) ditawarkan sebagai alternatif penurunan emisi GRK. Hasil perhitungan menunjukkan total emisi dari tahun 2019 hingga tahun 2030 mencapai 5.368,1 Kilo ton CO2eq dengan rata-rata total emisi 447,3 Kilo ton CO2eq per tahun. Penyumbang emisi terbesar dari seluruh fase produksi adalah gas CO2. Fase proses penghasil emisi GRK terbanyak, dan fase output yang paling sedikit. Skenario yang paling disarankan adalah skenario optimis, karena memiliki target mencapai persentase penurunan emisi terbesar dibandingkan dengan skenario lainnya.
ABSTRACT Energy consumptions in the manufacturing sector are one of the biggest contributors to greenhouse gasses (GHG) emissions. PT Yanmar Diesel Indonesia, as a global company in manufacturing also produces GHG emissions from production activities. This study aims to: (1) calculate the energy use in 2019 and the projections until 2030, (2) analyzing GHG emission sources based on the type of gasses, production activities and equipments, (3) mapping the GHG energy balance from each phase of production activities, and (4) analyzing emission reduction strategies. The Tier 2 with IPCC methods were chosen to calculate the amount of emissions. Mapping is done to analyze the energy source and energy balance. Three scenarios (optimistic, realistic and pessimistic) are offered as alternatives to reducing GHG emissions. Calculation results show total emissions from 2019 to 2030 reaching 5,368.1 Kilo tons of CO2eq. The biggest contributor to emissions from all production phases is CO2 gas. The process phase that produces the most GHG emissions, and the least output phase. The most recommended scenario is the optimistic scenario, because it has the target of achieving the largest percentage of emission reductions compared to other scenarios.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Uli Benyamin
Abstrak :
Danau Kenanga Universitas Indonesia mengalami penambahan nutrien berupa nitrogen yang berasal dari kegiatan domestik dan komersil di sekitar kampus. Pembebanan nitrogen yang berlangsung secara terus menerus telah meningkatkan produktivitas produsen primer di danau, sehingga kualitas air danau menurun dan menyebabkan terjadinya eutrofikasi. Danau Kenanga berpotensi untuk dijadikan sumber air baku di Kampus UI sehingga pemantauan kualitas air danau ditinjau dari konsentrasi nitrogen perlu dilakukan agar dapat dilakukan manajemen danau yang tepat. Pemantauan konsentrasi senyawa nitrogen dapat dilakukan melalui pemodelan yang memetakan perubahan konsentrasi total nitrogen terhadap waktu. Pemodelan konsentrasi total nitrogen di Danau Kenanga menggunakan metode numerik Runge-Kutta orde ke-4 dengan selang waktu 24 jam dan mempertimbangkan proses adveksi-difusi. Konsentrasi total nitrogen diukur pada inlet Danau Kenanga serta keempat titik yang mewakili sistem danau, kemudian dilakukan pemodelan yang menggambarkan konsentrasi total nitrogen selama 7 hari. Beban pencemar yang masuk ke Danau Kenanga diperoleh dengan mengalikan debit saluran dan konsentrasi di inlet danau. Penelitian ini merupakan pengembangan dari model yang dihasilkan oleh Kurnianto (2017) menggunakan objek penelitian Danau Kenanga UI. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis pembebanan nitrogen pada danau dalam bentuk perhitungan imbangan nitrogen, (2) memodelkan konsentrasi total nitrogen dengan memperhitungkan mekanisme transport berupa difusi, serta menganalisis pengaruh mekanisme difusi dan adveksi terhadap akurasi hasil pemodelan, (3) Menganalisis pengaruh penambahan persamaan difusi terhadap hasil simulasi, dan (4) Memperkirakan pembebanan ideal pada danau agar memenuhi baku mutu kelas 1 menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Pemodelan akan membandingkan simulasi adveksi dan adveksi-difusi. Akurasi pemodelan diukur menggunakan standard error of the estimate, dan hasil perhitungan adveksi dan adveksi-difusi menghasilkan standard error masing-masing sebesar 30,597% dan 30,569%. Hasil ini menunjukkan bahwa mekanisme transpor di danau terjadi dalam intensitas yang rendah sehingga tidak meningkatkan akurasi pemodelan secara signifikan. Hasil lain dari studi ini memperlihatkan bahwa berdasarkan perhitungan beban pencemaran dalam kondisi steady-state, konsentrasi total nitrogen di inlet Danau Kenanga harus dikurangi sebesar 90,15% agar danau dapat dijadikan sumber air baku.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirah Tri Ayudia
Abstrak :
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) merupakan pengolahan air limbah yang dirancang hanya menerima dan mengolah lumpur tinja yang berasal dari sistem setempat yang diangkut melalui sarana pengangkutan lumpur tinja. Lumpur tinja yang dihasil tersebut tentu harus diolah terlebih dahulu agar sesuai dengan baku mutu yaitu, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Namun demikian, dalam proses pengolahan air limbah ini, tidak dapat dihindari kemungkinan terlepasnya pencemar udara mikrobiologis (bioaerosol) ke udara sekitar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sumber pencemar, mengetahui total bakteri dan jamur di udara serta perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada musim kemarau dan musim hujan, dan meninjau faktor lingkungan (suhu, kelembaban, dan Kecepatan angin) yang mempengaruhi konsentrasi. Penelitian ini dilakukan pada musim kemarau dan hujan dengan masing-masing lima hari pengambilan dan dilakukan di empat titik pada IPLT Kalimulya Depok (unit bak pengisian, digester anaerob, pemekat lumpur, dan biofilter aerob-anaerob). Dari hasil penelitian, rata-rata konsentrasi bakteri pada musim kemarau yaitu unit bak pengisian sebesar 243±265 CFU/m3, pemekat lumpur sebesar 155±326 CFU/m3, digester anaerob sebesar 154±157 CFU/m3, dan biofilter aerob anaerob sebesar 76±122 CFU/m3. Sedangkan pada musim hujan konsentrasi bakteri yaitu unit bak pengisian sebesar 33±24 CFU/m3, pemekat lumpur sebesar 25±62 CFU/m3, biofilter aerob-anaerob sebesar 21±20 CFU/m3, dan digester anaerob sebesar 16±13 CFU/m3. Kemudian pada musim kemarau, konsentrasi jamur pada pemekat lumpur sebesar 516±554 CFU/m3, unit bak pengisian sebesar 364±202 CFU/m3, digester anaerob sebesar 340±181 CFU/m3, dan biofilter aerob-anaerob sebesar 231±201 CFU/m3. Sedangkan pada musim hujan konsentrasi jamur pada unit bak pengisian sebesar 58±39 CFU/m3, pemekat lumpur sebesar 55±33 CFU/m3, digester anaerob sebesar, 36±32 CFU/m3, dan biofilter aerob-anaerob sebesar 32±23 CFU/m3. Sehingga, diketahui konsentrasi bakteri tertinggi ditemukan pada unit bak pengisian pada musim kemarau dan terendah pada digester anaerob pada musim hujan. Konsentrasi jamur tertinggi ditemukan di pemekat lumpur pada musim kemarau dan terendah pada biofilter aerob-anaerob pada musim hujan. Konsentrasi bakteri dan jamur berada dibawah standar baku mutu. Sedangkan korelasi antara faktor lingkungan terhadap konsentrasi bakteri dan jamur ditemukan di beberapa tempat dan terdapat juga perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada musim kemarau dan musim hujan.
Sewage Treatment Plants (STPs) are wastewater processing systems that are designed to process only stool mud received from local systems of stool mud transport. The stool mud received must be processed so that it abides to the standard of quality according to the Regulation of the Minister of the Environment Number 68 Year 2016 concerning Domestic Wastewater Quality Standards. However, in the treatment process, there is a probability for a microbiological air pollutant (bioaerosol) to be produced that cannot be avoided. This research aims to analyze the source of pollution, the total amount of bacteria and fungi in the air, the difference of bacteria and fungi concentration between the dry and rainy season, and observe the environmental factors (temperature, humidity, wind speed) that affects bacteria and fungi concentration. This research was done during the dry and rainy season, each for a 5 day period in four observation points at the Kalimulya Depok STP (filling unit, anaerobic digester, mud concentrator and aerobic-anaerobic biofilter). The results of this research shows that the average bacteria concentration during the dry season is 243±265 CFU/m3 at the filling unit, 155±326 CFU/m3 at the mud concentrator, 154±157 CFU/m3 at the anaerobic digester, and 76±122 CFU/m3 at the aerobic-anaerobic biofilter. During the rainy season, the average bacteria concentration is 33±24 CFU/m3 at the filling unit, 25±62 CFU/m3 at the mud concentrator, 21±20 CFU/m3 at the aerobic-anaerobic biofilter, and 16±13 CFU/m3 at the anaerobic digester. The average fungi concentration during the dry season is 516±554 CFU/m3 at the mud concentrator, 364±202 CFU/m3 at the filling unit, 340±181 CFU/m3 at the anaerobic digester, and 231±201 CFU/m3 at the aerobic-anaerobic biofilter. As for the rainy season, the average fungi concentration is 58±39 CFU/m3 at the filling unit, 55±33 CFU/m3 at the mud concentrator, 36±32 CFU/m3 at the anaerobic digester, and 32±23 CFU/m3 at the aerobic-anaerobic biofilter. It can be seen that for the bacteria concentration, its highest value occurs at the filling unit during the dry season while its lowest value occurs at the anaerobic digester during the rainy season. For the fungi concentration, its highest value occurs at the mid concentrator during the dry season while its lowest value occurs at aerobic-anaerobic biofilter during the rainy season. The bacteria and fungi concentration values lie below the standard of quality. There are several correlations between environmental factors and the bacteria and fungi concentration values in some of the observed locations. There is also a difference between the bacteria and fungi concentration during the dry season and the rainy season.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohadatul Aisy Afla
Abstrak :
Kualitas udara pada ruang rawat inap merupakan poin penting yang perlu diperhatikan untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan yang dapat tersebar melalui udara. Indikator bioaerosol dalam ruangan yang dipakai adalah bakteri dan jamur. Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel bakteri dan jamur pada Gedung A RSCM adalah EMS dan media kultur TSA serta MEA. Sampel bakteri diinkubasi pada suhu ±37oC selama ±24 jam, sedangkan jamur diinkubasi pada suhu ±27oC selama ±48 jam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada ruang perawatan kelas 1, VIP, dan VVIP dan menganalisis faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi keberadaan bioaerosol dalam ruangan. Dari penelitian yang telah dilakukan, hasil uji perbedaan konsentrasi bakteri pada ruang rawat inap yang diperoleh adalah 0,02 dengan tingkat signifikansi (α) 0,05 dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis, sedangkan untuk jamur sebesar 0,002. Sehingga ada perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada ruang perawatan kelas 1, VIP, dan VVIP. Suhu dan kelembaban diketahui sebagian besar tidak memiliki hubungan dengan kualitas bioaerosol dalam ruang rawat inap. Hasil uji korelasi Spearman untuk suhu dan bakteri adalah 0,085; 0,567; 0,000, sedangkan untuk suhu dan jamur adalah 0,058; 0,168; 0,05. Uji korelasi Spearman untuk kelembaban dan bakteri 0,095; 0,688; 0,320, sedangkan untuk kelembaban dan jamur adalah 0,399; 0,008; 0,920. Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa pada beberapa ruangan rawat inap tidak ada hubungan antara faktor lingkungan dengan konsentrasi bakteri dan jamur. ......Air quality in the patient room is an notable point that need to be considered to avoid risk and some health problems that can be spread through the air. Bioaerosol indicator for indoor air pollutants are bacteria and fungi. Air samples were taken by EMS with TSA and MEA culture media. This research was taken in Gedung A RSCM. Bacteria sampel would be incubated at 37oC for 24 hours, while fungi would be incubated at ±27oC for ±48 hours. This research wanted to know the difference between bacteria and fungi concentration at kelas 1, VIP, and VVIP inpatient rooms. The results showed that there is a difference of bacteria and jamur concentration between the class of inpatient rooms, because the level significant of Kruskal-Wallis (α = 0,05) for bacteria concentration is 0,02 and 0,002 for fungi concentration. Temperature and humidity mainly did not have any specific relation with bioaerosol quality in inpatient rooms. The results for Spearman’s corelation for humidity and bacteria are 0,085; 0,567; 0,000. Meanwhile, for temperature and bacteria area 0,095; 0,688; 0,320 and for humidity and fungi are 0,399; 0,008; 0,920. From those data known that some of the inpatient rooms were not had relation between environment factors with bacteria and fungi concentration.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Nitami
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai timbulan dan komposisi limbah padat pada Apartemen Gading Nias Recidence dan Kondominium Menara Kelapa Gading. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar timbulan limbah padat, persentase jenis komposisi limbah padat, merancang alternatif sistem teknis operasional limbah padat dan mengetahui potensi pengurangan timbulan limbah padat. Metode yang digunakan yaitu SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Hasil dari penelitian ini adalah alternatif sistem teknis operasional, dimulai dari pewadahan hingga pengangkutan limbah padat yang dapat diterapkan pada masing-masing apartemen. Timbulan limbah padat yang dihasilkan pada Apartemen Gading Nias Recidence yaitu sebesar 0,273 kg/orang/hari atau 0,0016 m3/orang/hari atau 1,6 L/orang/hari. Sedangkan timbulan limbah padat pada Kondominium Menara Kelapa Gading yaitu sebesar 0,571 kg/orang/hari atau 0,0035 m3/orang/hari atau 3,5 L/orang/hari. Komposisi limbah padat pada Apartemen Gading Nias Recidence terdiri dari 55,586% organik, 10,766% kertas, 15,431% plastik, 0,433% sterofoam, 1,095% logam, 0,156% karet, 2,299% kaca, 12,398% pampers dan pembalut, 0,633% tekstil, 0,559% B3, 0,393% kayu, dan 0,250% lainnya. Sedangkan Komposisi limbah padat pada Kondominium Menara Kelapa Gading terdiri dari 63,729% organik, 11,941 kertas, 13,161% plastik, 0,632% sterofoam, 1,255% logam, 0,113% karet, 1,407% kaca, 2,825% pampers dan pembalut, 1,901% tekstil, 2,506% B3, 0,302% kayu dan 0,229% lainnya. Perencanaan pengolahan dan pemanfaatan limbah padat dilakukan dengan menerapkan pengomposan dan bank sampah pada masing-masing apartemen. Potensi pengurangan timbulan limbah padat pada Apartemen Gading Nias Recidence yang diperkirakan setelah adanya alternatif sistem teknis operasional yaitu sebesar 22,54% dan pada Kondominium Menara Kelapa Gading yaitu sebesar 26,44%.;This study focuses on the solid waste generation and composition at Gading Nias Recidence Apartment and Kondominium Menara Kelapa Gading. ......This study aims to determine the major solid waste generation, the percentage of solid waste composition, operational technical system design alternatives and identify potential solid waste reduction of solid waste generation. The method which being used is SNI 19-3964-1994 on Methods of Sample Collection and Measurement of the Composition and Urban Waste. The results of this study are alternative technical operational system, start from crocking to transport solid waste that can be applied to each apartment. Generation of solid waste generated in Gading Nias Recidence Apartment is equal to 0,273 kg/person/day or 0,0016 m3/person/day or 1,6 L/person/day. While the generation of solid waste in the Kondominium Menara Kelapa Gading is equal to 0,571 kg/person/day or 0,0035 m3/person/day or 3,5 L/person/day. The composition of solid waste in the Gading Nias Recidence Apartment consists of 55,586% organic, 10,766% paper, 15,431% plastic, 0,433% styrofoam, 1,095% metal, 0,156% rubber, 2,299% glass, 12,398% diapers and sanitary napkins, 0,633% textile, 0,559% B3, 0,393% wood, and the other 0,250%. While the composition of solid waste in the Kondominium Menara Kelapa Gading consists of organic 63,729%, 11,941 paper, 13,161% plastics, 0,632% styrofoam, 1,255% metal, 0,113% rubber, 1,407% glass, 2,825% diapers and sanitary napkins, 1,901% textile, 2,506% B3, 0,302% wood and the other 0,229%. Treatment planning and utilization of solid waste is done by applying composting and waste banks in each apartment. Potential reduction of solid waste generation in Gading Nias Recidence Apartment expected after technical operation of an alternative system that is equal to 22,54% and the Kondominium Menara Kelapa Gading that is equal to 26,44%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46259
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Chandra Adinugraha
Abstrak :
Dalam beberapa dekade terakhir, perhatian utama telah diberikan pada masalah lingkungan global yang semakin meruncing, khususnya perubahan iklim. Permasalahan ini juga menjadi isu di Indonesia khususnya di Kota Semarang yang menghasilkan sekitar 1.276 ton sampah per hari pada tahun 2019. Emisi GRK dari sektor pengelolaan limbah di Kota Semarang menyumbang 16,67% dari total emisi GRK yang dihasilkan kota Semarang di tahun 2018. Emisi GRK dari pengelolaan sampah dapat berasal dari beberapa tahapan, seperti pengumpulan, transportasi, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis emisi GRK dan tahapan pengelolaan sampah yang bersifat hotspot dari keseluruhan sistem pengelolaan sampah Kota Semarang di tahun 2023, sehingga dapat diberikan rekomendasi untuk mengurangi emisi GRK. Perhitungan emisi GRK dilakukan dengan menggunakan Metode IPCC 2006 Tier 1 dan software Emission Quantification Tool (EQT) versi 2018 yang dikembangkan Institute for Global Environmental Strategies (IGES). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, emisi GRK masing-masing dari tahapan transportasi sampah, komposting, daur ulang sampah, black soldier fly (BSF), sampah tidak terkelola, kebakaran landfill, dan landfilling adalah 13.836,729 ton CO2-eq, 3.650,054 ton CO2-eq, -74.080,228 ton CO2-eq, 31,473 ton CO2-eq, 18,123 ton CO2-eq, 8.482,856 ton CO2-eq dan 357.939,942 ton CO2-eq. Keseluruhan emisi GRK dari sistem pengelolaan sampah Kota Semarang di tahun 2023 adalah 309.878,948 ton CO2-eq, dengan hotspot emisi adalah tahap landfilling. Rekomendasi yang diberikan adalah mengurangi timbulan sampah yang masuk ke TPA Jatibarang dan mengaktifkan kembali fasilitas komposting yang tengah berhenti beroperasi di TPA Jatibarang. ......In the last few decades, major attention has been given to increasingly increasing global environmental problems, especially climate change. This problem is also a concern in Indonesia, especially in the city of Semarang, which produces around 1,276 tons of waste per day in 2019. GHG emissions from the waste management sector in Semarang City contributed 16.67% of the total GHG emissions produced by Semarang City in 2018. GHG emissions from waste management can come from several stages, such as collection, transportation, processing, and final disposal of waste. This research aims to analyse GHG emissions and hotspot waste management stages of the entire Semarang City waste management system in 2023, so that recommendations can be provided to reduce GHG emissions. GHG emissions calculations were carried out using the IPCC 2006 Tier 1 Method and the 2018 version of the Emission Quantification Tool (EQT) software developed by the Institute for Global Environmental Strategies (IGES). Based on research that has been carried out, the respective GHG emissions from waste transportation, composting, waste recycling, black Soldier fly (BSF), unmanaged waste, landfill fire, and landfilling are 13,836.729 tons CO2-eq, 3,650.054 tons CO2-eq, -74,080.228 tons CO2-eq, 31.473 tons CO2-eq, 18.123 tons CO2-eq, 8,482.856 tons CO2-eq and 309.878,948 tons CO2-eq. Overall GHG emissions from the Semarang City waste management system in 2023 are 309,878.948tons CO2-eq, with the emission hotspot being the landfill stage. The recommendation given is to reduce the amount of waste entering the Jatibarang landfill and reactivate the composting facility which is currently no longer operating at the Jatibarang landfill.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>