Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deo Develas
"Gingivitis merupakan masalah jaringan periodontal yang sebagian besar disebabkan oleh akumulasi plak gigi. Penyikatan gigi sebagai pembersihan mekanis dapat mengurangi sebagian besar plak, namun untuk membersihkan plak secara maksimal diperlukan terapi tambahan berupa pembersihan secara kimiawi, yaitu penggunaan obat kumur. Ekstrak Syzygium aromaticum (minyak cengkeh) dinilai efektif dalam menghambat pembentukan plak dan membantu penyembuhan gingivitis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektivitasan obat kumur yang mengandung ekstrak Syzygium aromaticum terhadap penurunan skor PI dan PBI. Penelitian dilakukan dengan metode double-blind dan desain penelitian berupa before-after clinical trial. Sampel berjumlah 60 orang laki-laki penderita gingivitis yang berusia 18-44 tahun. Sampel kemudian dibagi sama rata menjadi 2 kelompok, kelompok uji berkumur dengan obat kumur ekstrak Syzygium aromaticun dan kelompok kontrol berkumur dengan obat kumur plasebo. Subjek berkumur selama 30 detik setiap pagi dan malam setelah menyikat gigi. Pemeriksaan skor PI dan PBI dilakukan pada hari pertama dan hari kelima. Data dianalisis dengan menggunakan uji T-test berpasangan dan uji T-test tidak berpasangan dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan penurunan skor PI dan PBI yang bermakna antara kelompok Syzygium aromaticum (RPI = 0,2453 ; RPBI = 0,1551) dan kelompok Plasebo (RPI = 0,1456 ; RPBI = 0,1573). Berkumur dengan ekstrak Syzygium aromaticum (minyak cengkeh) dapat menurunkan skor PI dan skor PBI secara klinis, namun tidak terdapat perbedaan bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (plasebo).

Gingivitis is a periodontal disease which is mainly caused by dental plaque accumulation. Although toothbrushing as mechanical cleansing can reduce most of the dental plaque, additional theraphy (i.e. chemical cleansing) is still needed to clean the plaque thoroughly, such as the use of mouthwash. The extract of Syzygium aromaticum (clove oil) is considered effective in inhibiting plaque formation, thereby help in healing gingivitis.
The aim of this research is to investigate the efficacy of mouthwash containing the extract of Syzygium Aromaticum on the reduction of PI score and PBI score. This research is carried out using double-blind method and a before-after clinical trial as research design. 60 men with gingivitis between the age of 18-44. These subjects are then divided evenly into 2 groups, those in the control group gargle with aquadest while those in the experimental group gargle with mouthwash containing Syzygium aromaticum. All the subjects gargle for 30 seconds every morning and evening after toothbrushing. The PI and PBI score of the subjects were examined on the first and the fifth day. The data are analyzed using Paired T-test and Unpaired T-test with 95% reliability.
The statistical result shows no significant differences in the reduction of PI and PBI score between the experimental group (RPI = 0,2453 ; RPBI = 0,1551) and the control group (RPI = 0,1456 ; RPBI = 0,1573). Gargling with mouthwash containing Syzygium aromaticum(clove oil) can reduce the PI and PBI score in patient with gingivitis clinically, but there?s no significant differences compared with the control group (placebo)."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S44813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fifi Prihasti
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luky Tri Hariati
"Latar belakang: Pigmentasi melanin sering terjadi pada gingiva sebagai hasil dari deposisi melanin yang berlebihan (hiperpigmentasi). Kelainan ini secara klinis tidak menimbulkan masalah medis, tetapi secara estetis akan menimbulkan masalah. Perawatan hiperpigmentasi gingiva dapat dilakukan dengan menggunakan bur diamond dan laser dioda.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat kecepatan peyembuhan dan rasa sakit akibat perawatan hiperpigmentasi gingiva dengan menggunakan bur diamond dan laser dioda.
Metode: 19 subjek dilakukan depigmentasi gingiva dari premolar kedua ke incisivus pertama kiri dengan menggunakan diamond bur dan laser dioda pada sebelah kanan. Parameter klinik yang dicatat adalah rasa sakit dan kecepatan penyembuhan. Rasa sakit dilihat dengan melakukan evaluasi menggunakan Visual Analoque Scale (VAS) pada hari pertama dan minggu pertama, sementara kecepatan penyembuhan dievaluasi 1, 2 dan 3 minggu setelah tindakan depigmentasi dengan menggunakan kriteria yang diberikan oleh Pressure, Ulcer, Scale, Healing (PUSH).
Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa penyembuhan lebih cepat setelah menggunakan laser dioda dibandingkan diamond bur.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan rasa sakit pada depigmentasi gingiva dengan bur diamond dan laser dioda.

Background: Melanin Pigmentation is often happening on gingival as a result of excessive melanin deposition (hyperpigmentation). Clinically, this defect has no medical effect, however esthetically could creates problem. Gingival hyperpigmentation treatment could be carried out by way of using diamond bur and diode laser.
Objective: this research is intended to observe the speed of wound healing and pain caused by the treatment of gingival hyperpigmentation using diamond bur and diode laser.
Method: There are 19 subjects with gingival hyperpigmentation in maxila anterior from the first left side premolar to right side. Depigmentation using diamond bur on the left side and diode laser on the right side (split mouth technique). Clinical parameters recorded are the degree of pain and the speed of healing. The degree of pain is observed through Visual Analoque Scale (VAS) on the first day and after 1 week. The speed of wound healing is evaluated after 1,2, and 3 weeks after depigmentation treatment uisng criteria given by Pressure, Ulcer, Scale, Healing (PUSH).
Result: This research shows that the speed of would healing is faster after applying diode laser compared to that of using diamond bur.
Conclusion: There is difference of pain on gingival depigmentation using diamond bur and diode laser.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marissa Dwi Bestari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan obat kumur yang mengandung chlorine dioxide (ClO2) dalam mengatasi halitosis. Empat puluh orang dibagi rata ke dalam kelompok uji (berkumur dengan obat kumur yang mengandung chlorine dioxide) dan kelompok kontrol (berkumur dengan aquadest). Skor VSC dan skor organoleptik diukur saat sebelum kumur serta 30menit, 2jam, 4jam dan 6jam setelah kumur. Analisis uji Wilcoxon menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05) pada rata-rata skor VSC antara kelompok uji dengan kelompok kontrol pada keempat pengukuran setelah berkumur. Hasil penelitian membuktikan penggunaan obat kumur yang mengandung chlorine dioxide (ClO2) efektif dalam mengatasi halitosis.

This study aims to ascertain the effectiveness of the use of mouthwash containing chlorine dioxide (ClO2) in addressing halitosis. Forty people were divided equally into Test Group (gargling with mouthwash containing chlorine dioxide) and Control Group (gargling with aquadest). VSC score and organoleptic score were measured before gargling and 30minutes, 2hours, 4hours and 6hours after gargling. Wilcoxon test analysis shows significant difference (p<0.05) on the average of VSC score between Test Group and Control Group on four testing periods after gargling. The results prove that the use of mouthwash containing chlorine dioxide (ClO2) is effective in addressing halitosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Mariana
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pasta gigi yang mengandung ekstrak daun sirih terhadap gingivitis. Empat puluh subjek penderita gingivitis dibagi dalam dua kelompok yaitu, kelompok uji (menyikat gigi dengan pasta gigi daun sirih) dan kelompok kontrol (menyikat gigi dengan pasta gigi tanpa bahan alami). Skor PI dan PBI diukur sebelum dan sesudah menyikat gigi selama 7 hari berturut-turut.
Hasil uji Independent T-test menunjukan perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok kontrol dan uji pada penurunan skor PI dan PBI. Pasta gigi yang mengandung ekstrak daun sirih terbukti memiliki pengaruh lebih besar dalam menurunkan tingkat gingivitis dibandingan pasta gigi tanpa bahan alami.

The purpose of this study is to analyze the effect of toothpaste containing betel leaf extract towards gingivitis. Forty subjects with gingivitis were divided into two groups, test group (brushing teeth with toothpaste containing betel leaf) and control group (brushing teeth with toothpaste without natural ingredients). PI and PBI were measured before and after brushing teeth for 7 consecutive days.
Independent T-test result shows a significant difference (p<0.05) between control group and test group on PI and PBI scores reduction. Toothpaste containing betel leaf extract is proven to be more effective in decreasing gingivitis than the toothpastes without natural ingredients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Rahayu Oktaviani
"Latar belakang: Peran laktoferin sebagai biomarker dalam penegakan diagnosis penyakit periodontitis masih belum memadai.
Tujuan: Menganalisis kadar laktoferin pada penderita periodontitis kronis dan periodontitis agresif.
Bahan dan Metoda: Penelitian analitik pada 27 subjek, usia 19-76 tahun, penderita periodontitis kronis dan periodontitis agresif dilakukan pemeriksaan indeks OHIS. Sampel laktoferin diambil dari saliva dan dideteksi kadarnya dengan uji ELISA.
Hasil: Rata-rata jumlah kadar laktoferin saliva periodontal sehat sebagai kontrol, periodontitis kronis dan periodontitis agresif adalah 17,93 +/- 11,72 ng/ml, 40,80 +/- 4,52 ng/ml dan 71,29 +/- 15,58 ng/ml. Terdapat perbedaan bermakna kadar laktoferin ini terbukti pada penghitungan langsung maupun secara statistik (p=0,000).
Kesimpulan: Kadar laktoferin saliva pada periodontitis kronis lebih rendah dari periodontitis agresif. Laktoferin dapat dijadikan salah satu indikator dalam penegakan diagnosis penyakit periodontal.

Background: The play role of lactoferrin as biomarker in diagnostic of chronic periodontitis still has controversies.
Purpose: To analyze lactoferrin in chronic and aggressive periodontitis patient.
Material and method: OHIS index of 27 subject, 19-76 years old, chronic and aggressive patients were measured. Lactoferrin sample collected from salivary and detected using ELISA method.
Result: The mean of salivary lactoferrin levels in healthy patients, chronic and aggressive periodontitis are 17,93 +/- 11,72 ng/ml, 40,80 +/- 4,52 ng/ml and 71,29 +/- 15,58 ng/ml (p=0,000). Significant differences of salivary lactoferrin have been proved by direct quantification and statistical analysis.
Conclusion: The salivary lactoferrin level in chronic periodontitis is lower than aggressive periodontitis. Lactoferrin could become as one of indicators in periodontal disease diagnostic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Martin, Billy
"Latar Belakang: Kuantitas fimA bakteri Porphyromonas gingivalis pada akumulasi plak periodontitis kronis perokok belum pernah diteliti di Indonesia.
Tujuan: Menganalisis kuantitas fimA bakteri Porphyromonas gingivalis pada akumulasi plak periodontitis kronis perokok.
Material dan metode: Pemeriksaan Poket Periodontal, Status Merokok, Indeks Plak, dan ekspresi fimA dengan RT-PCR terhadap 37 subjek.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan ekspresi fimA pada periodontitis kronis perokok dengan bukan perokok pada poket 4 mm (p=0.522), 5 mm (p=0.181) dan 6 mm (p=1.000). Indeks plak perokok lebih buruk dibandingkan dengan bukan perokok (PI 1-3=40,51%).
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan kuantitas fimA Porphyromonas gingivalis pada akumulasi plak periodontitis kronis perokok.

Background: Porpyhromonas gingivalis fimA quantity in plaque accumulation of smoker with chronic periodontitis haven't been studied in Indonesia.
Objective: Analyzing Porpyhromonas gingivalis fimA quantity in plaque accumulation of smoker with chronic periodontitis.
Material and Methods: Pocket Deph (PD), Smoking Status, Plaque Index, and RT PCR fimA quantity examination of 37 subject.
Result: fimA quantity difference between smoker and non smokers in 4 mm PD (p=0.522), 5 mm PD (p=0.181) and 6 mm PD (p=1.000) wasn't significant. Smoker has higher plaque index compare to non smoker (PI 1-3=40,51%).
Conclution: There was no differences of fimA quantity in smoker with chronic periodontitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marie Louisa
"Latar Belakang: Merokokmempengaruhi peran host danbakteridalam patogenesis periodontitis kronis.
Tujuan: Menganalisis efek merokok terhadap kebersihan mulut, perdarahan gingiva, dan jumlah bakteri P. gingivalis.
Materi dan metode: Tiga puluh satu subjek laki-laki diperiksa indeks plak (PI), kalkulus (KI), kebersihan mulut (OHI-S), dan perdarahan papilla (PBI) kemudian diambil plak subgingiva untuk dihitung jumlah bakteri P. gingivalis.
Hasil: Skor PI, KI, OHI-S, PBI, dan prevalensi bakteri P.gingivalis perokok lebih tinggi namun peningkatannya tidak bermakna.
Kesimpulan: Merokok tidak mempengaruhi kebersihan mulut, perdarahan gingiva, dan jumlah bakteri P.gingivalis pada periodontitis kronis.

Introduction: Smoking affects host and bacteria roles in chronic periodontitis.
Objectives: Analyzing smoking effects towards oral hygiene, gingival bleeding, and P. gingivalis prevalence.
Material and methods: Thirty one male subjects were examined with plaque(PI), calculus (CI), oral hygiene (OHI-S), and papilla bleeding index (PBI). Sub-gingival plaque was taken to quantify P. gingivalis.
Results: Smokers had higher PI, CI, OHI-S, PBI score, and P. gingivalis was more prevalent, though the differences were not significant.
Conclusion: Smoking does not affect oral hygiene, gingival bleeding, and P. gingivalis prevalence in chronic periodontitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jocelin Tania Kusnadi
"Periodontitis merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang umum diderita penduduk dunia. Klasifikasi penyakit periodontitis direvisi pada tahun 2017, menggabungkan periodontitis kronis dan periodontitis agresif menjadi periodontitis yang memiliki tiga dimensi untuk menjelaskan periodontitis. Data epidemiologi penyakit periodontitis menggunakan klasifikasi terbaru dapat digunakan sebagai informasi dalam menyusun rencana pencegahan dan penanganan penyakit periodontitis. Data tersebut masih belum ada di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui distribusi penyakit periodontitis menggunakan klasifikasi penyakit periodontal tahun 2017 di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Periode 2014-2017.
Metode: Penelitian deskriptif data sekunder dengan subjek 392 rekam medik.
Hasil: Penyakit periodontitis terbanyak menurut pembagian staging adalah stage 3 (52,2%) dan stage 4 (35,8%), menurut pembagian grading adalah grade A (60,4%), dan menurut distribusi dan perluasan adalah generalis (82,6%).
Kesimpulan: Klasifikasi terbaru periodontitis tahun 2017 memberikan detil yang lebih baik dalam menggambarkan kondisi rongga mulut pasien. Penyakit periodontitis terbanyak menurut klasifikasi tahun 2017 adalah stage 3 grade A generalis.

Periodontitis is one of the most common oral disease infected world citizen. Periodontitis classification was revised in 2017, which merge chronic periodontitis and aggressive periodontitis into periodontitis with three dimensions as descriptor. Epidemiology information of periodontitis can be used as information for prevention and treatment plan of periodontitis. In Indonesia, there is no data about the new classification.
Objective: Discover the distribution of periodontitis at Periodontal Clinic RSKGM FKG UI 2014-2017.
Methods: Descriptive study using 392 medical records as subjects.
Results: The most common periodontitis based on staging is stage 3 (52,2%) and stage 4 (35,8%), grade A (60,4) based on grading, and generalized (82,6%) based on distribution and extent.
Conclusion: The new periodontitis classification in 2017 gives better detail in describing patient oral cavitiy condition. The most common periodontitis based on 2017 classification is stage 3 grade A generalized.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlis Rahdewati
"Latar belakang: Terapi regenerasi jaringan periodontal pada pola kerusakan tulang alveolar horizontal selama ini belum membuahkan hasil yang memuaskan. Terapi regenerasi memerlukan scaffold, sel punca, dan signaling molecules. Scaffold dalam terapi regenerasi salah satunya yaitu kitosan. Penambahan arginylglycylaspartic acid RGD pada kitosan membantu adhesi sel. Periodontal ligament PDL cell sheet membantu regenerasi periodontal.
Tujuan: Mengevaluasi efek kitosan, RGD, dan PDL cell sheet terhadap perlekatan jaringan periodontal klinis pada kerusakan tulang alveolar horizontal.
Metode dan Bahan: Model kerusakan tulang horizontal pada M. nemestrina dibuat dengan bur dan elastik ortodontik. Sampel dibagi empat kelompok n=8 : kitosan, kitosan RGD, kitosan PDL cell sheet, dan kitosan RGD PDL cell sheet. Peningkatan perlekatan jaringan periodontal klinis dievaluasi setelah empat minggu.
Hasil: Peningkatan perlekatan jaringan periodontal klinis kelompok kitosan RGD PDL cell sheet 3,00 0,756 mm lebih baik dibandingkan kitosan 1,75 0,707 mm dan kitosan RGD 2,13 0,835 mm.
Kesimpulan: Kelompok kitosan RGD PDL cell sheet berpotensi dapat meningkatan perlekatan jaringan periodontal klinis terbaik.

Background: Periodontal regeneration therapy in horizontal bone defect has not been satisfactory yet. Tissue regeneration require scaffold, stem cells, and signaling molecule. One of scaffold that use in regenerative therapy is chitosan. Combination of chitosan with arginylglycylaspartic acid RGD has the ability to improve cell adhesion. Periodontal ligament PDL cell sheet has the ability to promote periodontal regeneration.
Objectives: Evaluate attachment gaining on clinical periodontal attachment using chitosan RGD, and PDL cell sheet in horizontal bone defect.
Material and Methods: The horizontal bone defect model of M. nemestrina was made using bur and orthodontic elastic. Regenerative therapy divided into four groups n 8 chitosan, chitosan RGD, chitosan PDL cell sheet, and chitosan RGD PDL cell sheet. Clinical periodontal attachment was evaluated after four weeks.
Results: Clinical periodontal attachment of chitosan RGD PDL cell sheet 3,00 0,756 mm was better than chitosan 1,75 0,707 mm and chitosan RGD 2,13 0,835 mm.
Conclusion: Chitosan RGD PDL cell sheet groups has the potential to increase clinical periodontal attachment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>