Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Armenzano Yulianto
"Kondisi industri tekstil Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin menurun, menggugah penulis untuk melakukan penelitian mengenai seberapa besar tingkat efisiensi dan seberapa banyak industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia yang mampu melakukan efisiensi serta seberapa banyak perusahaan yang ada dalam industri tekstil dan produk tekstil yang mampu melakukan efisiensi. Industri tekstil dan produk tekstil di dalam penelitian ini dipecah ke dalam 3 klasiflkasi sesuai dengan ISIC yang berlaku, yakni industri tekstil (ISIC 17), industri pakaian jadi (ISIC 18) dan industri kulit dan barang dari kulit (ISIC 19). Berbeda dengan penelitian-penelitian tingkat efisiensi pada industri tekstil sebelumnya, penelitian kali ini menggunakan metode Data envelopment Analysis dengan pendekatan input. Model DEA yang digunakan adalah model variable return to scale (VRS).
Adapun pada penelitian kali ini penulis menggunakan data net (value added) output. Variabel yang mempengaruhi output tersebut ada 2, yakni, kapital (K) dan tenaga kerja (Labor). Penelitian ini menggunakan data statistik industri tekstil Indonesia skala besar dan menengah untuk tingkat perusahaan kurun waktu tahun 1999 - 2001.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat efisiensi pada industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia masih rendah. Jumlah perusahaan yang ada di dalam suatu industri tekstil dan produk tekstil turut menentukan tingkat efisiensi industri tersebut, secara umum industri dengan jumlah perusahaan yang relatif sedikit memiliki tingkat efisiensi yang lebih baik. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa jumlah perusahaan yang efisien dalam industri tekstil dan produk tekstil relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan total perusahaan dalam industri tersebut, rata-rata sekitar 4% dari total perusahaan yang ada. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara umum perusahaan skala besar lebih efisien jika dibandingkan dengan perusahaan skala menengah.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak terkait yang berkepentingan. Selain itu diharapkan pula pengukuran etisiensi ini tetap dilanjutkan dari tahun ke tahun, agar industri ini tetap terpantau jangan sampai kolaps, karena industri tekstil dahulu pernah menjadi komoditi primadona bagi pemasukan devisa negara, dan diharapkan industri ini akan bangkit kembali di masa-masa mendatang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lapipi
"Hampir semua kawasan telah melakukan kerjasama dalam bidang ekonomi untuk memperlancar aktivitas investasi dan perdagangan dengan membentuk integrasi ekonomi. Kerjasama ini dimaksudkan untuk memperkuat ekonomi kawasan dalam mempersiapkan din memasuki perdagangan bebas WTO. Kesuksesan Uni Eropa juga menjadi pendorong semakin cepatnya perkembangan aktivitas blok-blok ekonomi dan perdagangan dari berbagai kawasan.
Integrasi ekonomi ASEAN dibentuk untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN sekaligus menangkal blok-blok ekonomi lainnya Walaupun kerjasama ASEAN telah dibentuk sejak tahun 1967, namun baru tahun 1992 integrasi ekonomi ASEAN mulai diintensifkan dengan membentuk ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang mulai dilaksanakan sejak 1 Januari 2003 Pada KIT ASEAN ke-9 di Bali 2003 lalu, semua kepala negara ASEAN telah menyetujui untuk membentuk ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2020 dan ASEAN menjadi production center. Negara-negara anggota ASEAN sekaligus menjadi anggota integrasi ekonomi Asian Pacipic Economic Cooperation (APEC) dan World Trade Organization (WTO).
Secara teoritis integrasi ekonomi akan menimbulkan efek peningkatan perdagangan, peningkatan efisiensi ekonomi dan days saing yang tinggi yang pada akhirnya meningkatkan welfare. Namun sebagian negara di dunia khawatir dengan perdagangan bebas yang menganggap hanya memberikan manfaat yang besar pada negara maju. Apakah kekhawatiran ini akan terbukti pads negara-negara ASEAN baik sebagai anggota integrasi ekonomi ASEAN maupun sebagai anggota APEC? Penelitian ini melihat apakah integrasi ekonomi ASEAN dan APEC menimbulkan meningkatnya welfare (creation effects) atau sebeliknya menimbulkan penurunan welfare (diversion effects).
Dengan menggunakan gravity model dan panel data menunjukkan bahwa integrasi ekonomi ASEAN telah meningkatkan perdagangan ASEAN secara umum, namun belum memberikan manfaat pada peningkatan perdagangan yang signifikan pada masing-masing negara ASEAN, kecuali Filipina. Justru keterlibatan anggota ASEAN dalam integrasi ekonomi APEC banyak memberikan manfaat pada peningkatan perdagangan masingmasing negara anggota ASEAN yang memberikan efek kreasi (menurut indikator Balassa). Efek integrasi ekonomi ASEAN (menurut indikator vinerian) hanya memberikan efek kreasi (creation effects) pada kelompok perdagangan barang-barang komponen dan perdagangan Filipina. Sedangkan efek diversi (diversion effects) terjadi pada perdagangan secara umum, perdagangan barang komponen dan perdagangan Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Dalam studi ini juga menunjukkan bahwa fenomena perdagangan infra industry trade sangat tinggi dan perdagangan barang-barang komponen sangat dominan yang dapat mendukung ASEAN sebagai production base."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Waluyo
"Perekomian pada negara-negara berkembang mempunyai permasalahan yang hampir sama yaitu berkaitan dengan kondisi deficit fiscal yang besar , tingkat inflasi yang tinggi, pinjaman luar negeri dari tahun ke tahun bertambah besar juga permasalahan makro ekonomi yang lain.
Sebenarnya belum menjadi tolok ukur yang jelas permasalahan ekonomi suatu Negara itu muncul karena meningkatnya deficit fiscal, inflasi dan pinjaman luar negeri. Permasalahan ekonomi baru akan muncul apabila nilai-nilai deficit fiscal, inflasi dan pinjaman luar negeri dibandingkan dengan tingkat sustainibilitas dan tingkat solvabilitasnya apakah tingkat dari deficit fiscal, inflasi dan pinjaman luar negeri masih dkurang dari atau lebih dari tingkat sustainibilitas dan solvabilitasnya. Apabila tingkat defesit fiscal yang rill, juga tingkat inflsi riil serta pinjaman luar negeri rillnya sudah melampaui tingkat sustainibilitas dan solvabilitasnya maka dapat dipastikan permasalahan ekonomi Negara tersebut akan muncul.Tetapi sebaliknya apabila deficit fiscal, tingkat inflasi dan pinjaman luar negeri riilnya masih dibawah tingkat sustainibilitas dan solvabilitasnya maka tidak akan menimbulkan masalah ekonomi yang berat. Asumsi-asumsi atau teori-teori yang dipakai untuk mengukur tingkat sustainibilitas adalah seperti dengan pendekatan buget constrain yang sudah dipakai Anand dan diterapkan di Turki.Selain itu dipakai juga oleh Karen Parker dan Steffen Kasner (1993) dan diterapkan di India, kemudian oleh Ngel Chalk dan Ricard Herring(2000) di Nicaragua serta dipakai oleh Theodore M. Barnhill dan George Kontis (2003) di terapkan di Equador.Untuk Indonesia , Bank Indonesia dalam mengukur tingkat sustainibilitas dan solvabilitas ketiga hal tersebut diatas dengan memakai teori Dinh.
Apabila kita perhatikan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan ekonomi yang dilihat dari tingkat sustainibilitas dan solvabilitas banyak diterapkan pada negar-negara berkembang. Dengan demikian penulis memberanikan untuk mengadakan penelitian di Indonesia dalam kurun waktu 1971 sarnpai 2001. Penulis berharap dengan penilitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan fiscal maupun moneter, karena sudah didapat nilai sustainibilitas dan solvabilitasnya sehingga !crisis ekonomi yang terjadi karena tidak memperhatikan tingkat sustainibilitas dan solvabilitas tidak terulang kembali.
Adapun hasil dan analisis data yang didapat hasil sebagai berikut :
1. Pada tahun 1972 tingkat defisit fiskal riil, masih lebih kecil dari tingkat sustainibilitasnya, sedang pada tahun 1998 dan tahun 200I tingkat defisit fiskal sama dengan tingkat sustainibilitasnya. Jadi kondisi perekonomian belum mengkhawatirkan.
2. Tingkat sustainibilitas dari pinjaman luar negeri , untuk tahun 1972,1998 maupun Tahun 2001 sama dengan tingkat pinjaman luar negeri riilnya. Jadi apabila jumlah pinjaman luar negeri diperbesar maka akan berpengaruh terhadap kondisi keuangan Negara.
3. Tingkat sustainibilitas dari inflasi pada tahun 1972,198 dan tahun 2001 sama dengan tingkat inflasi riilnya. Jadi apabila terjadi peningkatan inflasi lagi maka akan menimbulkan permasalahan ekonomi.
Dengan demikian apabila suatu negara tingkat deficit fiskal,inflasi dan pinjaman luar negeri yang rill semakin mendekati tingkat sustainibilitasnya maka menurut Nigel Chalk dan Richard Herring (2000) Negara tersebut sudah mengalami perbaikan ekonominya, dalam hal ini termasuk Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manulang, Hiras
"Tesis ini meneliti sektor industri manufaktur. Sektor memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang kuat sehingga berpengaruh besar dalam perekonomian Indonesia. Peningkatan stok modal, tenaga kerja, dan ekspor dari sektor industri manufaktur, serta impor barang modal dianggap mampu mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara melalui pengembangan kemampuan berproduksi dan bersaing di pasar internasionaI. Gagasan utamanya adalah bahwa perdagangan internasional mampu memacu pertumbuhan ekonomi.
Tulisan ini hendak membuktikan bahwa peubah-peubah yang terdapat dalam model export-led growth berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Metode penelitian yang digunakan adalah ekonometri dengan kekhususan Vector Autoregression (VAR)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa stok modal, tenaga kerja, dan ekspor dan sektor industri manufaktur serta impor barang modal berperan secara signifikan dalam pertumbuhan ekonomi. Penggunaan data dari periode substitusi impor, nilai impor barang modal yang relatif besar, output (nilai ekspor) per tenaga kerja yang relatif menurun, dan belum optimalnya penggunaan stok modal merupakan faktor yang membuat ekspor dari sektor ini tidak menyebabkan pertumbuhan ekonomi.

This thesis is observing the manufacturing industry. This sektor performs strong backward and forward linkages within the Indonesian economy. An increase in the capital stock, labor, and export from the manufacturing industry, also capital goods imports is considered prominent in driving economic growth through its evolving ability in production side and the ability to compete in international market. The main idea is that the implementation of international trade may accelerate an economic growth.
This thesis is aimed at proving that the initial variables within an export-led growth model bring significant contributions to economic growth. The research uses an econometric model of Vector Autoregressions (VAR).
The results show that there are not enough evidence to support the hyptheses that the capital stock, labor, and the export from the manufacturing industry, also the capital goods imports play significant roles in Indonesian economic growth. The use of data from import substitution period may contribute to the research results, along with the decrease in export value per worker, and the inability to utilize the stock of capital optimally.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20390
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditya Agung Nurdianto
"Walaupun indeks konsentrasi memiliki beberapa kelemahan, banyak pakar ekonom industri yang mempercayai bahwa indeks konsentrasi sangat berguna untuk menganalisa tingkat kompetisi suatu pasar. Hal ini dikarenakan indeks konsentrasi sangat mempengaruhi kinerja di suatu pasar. Namun terdapat dua pendapat yang saling bertentangan mengenai pengaruh dari indeks konsentrasi terhadap kinerja di pasar tersebut (Donsimoni, 1984). Di satu pihak, hubungan antara kompetisi dengan kinerja pasar, dan monopoli murni dengan kinerja pasar di lain pihak, telah didiskusikan sejak awal abad ke-18 tetapi permufakatan antara kedua teori tersebut secara relatif masih belum terjamah oleh analisa (Bothwell, 1984). Akan tetapi dalam kurun waktu tiga dekade terakhir telah dilakukan berbagai macam penelitian yang didasari oleh dua teori yang bertentangan.
Teori pertama mengatakan bahwa semakin terkonsentrasinya suatu industri, yaitu semakin pasar tersebut didominasi oleh hanya beberapa perusahaan, maka semakin mudah bagi perusahaan-perusahaan tersebut untuk mengkordinasikan kebijakan masing-masing. Oleh karena lebih mudah bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di dalam suatu industri yang memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi untuk berkolusi antara sesama mereka ketimbang perusahaan-perusahaan yang beroperasi di dalam suatu industri yang tidak memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi. Kolusi yang berhasil akan meningkatkan keuntungan. Di lain pihak, teori kedua mengatakan bahwa struktur pasar tidak mempengaruhi tingkat keuntungan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa suatu perusahaan yang berhasil mendapatkan pangsa pasar yang besar dikarenakan perusahaan tersebut lebih efisien, menawarkan barang yang lebih baik dan Skala ekonomi. Sehingga bila sebuah industri memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi sesungguhnya hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap konsumen.
Teori mana yang berlaku di Indonesia penting untuk diketahui agar kebijakan pemerintah dalam upayanya untuk meningkatkan kinerja industri manufaktur melalui kompetisi menjadi efisien. Kebijakan kompetisi pada intinya merupakan langkah dan instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk menentukan condition of competition antara produsen dan konsumen barang dan jasa yang beroperasi di pasar masing-masing. Fungsi utamanya adalah untuk memerangi perilaku anti-kompetisi, seperti kotusi, dalam rangka meningkatkan efisiensi ekonomi dimana konsumen menikmati harga yang lebih murah, pilihan yang lebih banyak dan kualitas produksi yang lebih baik.
Melalui regresi panel yang dilakukan di dalam penelitian ini diketahui derajat kolusi yang terjadi di sektor industri manufaktur Indonesia. Walaupun secara absolut derajat kolusi tersebut bemilai kecil namun ketika dilakukan regresi antara derajat kolusi dengan tingkat konsentrasi diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara derajat kolusi dan tingkat konsentrasi. Hal tersebut menunjukkan berlakunya teori pertama, yaitu Market Power Theory, di Indonesia. Dengan mengetahui bahwa teori inilah yang berlaku di Indonesia maka kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah jugs harus sesuai dengan teori tersebut.
Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk sektor industri manufaktur sebaiknya mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kolusi pada industri yang terkandung didalamnya perusahaan-perusahaan besar yang berjumlah sedikit dan menguasai mayoritas pangsa pasar."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Iswandono
"Tesis ini menelaah mengenai pertumbuhan total factor productivity (TFP) dalam sektor pengolahan Indonesia selama periode 1975-2002. Enam pertanyaan penelitian diajukan dalam study ini, yaitu: berapa besar tingkat pertumbuh an PSF industri pengolahan Indonesia; bagaimana pola variasi pola pertumbuhan PSF menurut jenis industri manufaktur; berapa besar elastisitas substitusi faktor produksi kapital-tenaga kerja industri manufaktur Indonesia; berapa besar pengaruh upah riel dalam menjelaskan pengerjaan, produktivitas, dan pangsa faktor tenaga kerja sektor industri manufaktur Indonesia; berapa besar pengaruh perubahan teknologi dalam menjelaskan pengerjaan, produktivitas, dan pangsa faktor tenaga kerja sektor industri manufaktur Indonesia; apakah upah riel merupakan variabel yang eksogen dalam sistem produksi industri manufaktur Indonesia. Metode analisis data yang digunakan di sini adalah dengan menerapkan model-model ekonometrika terhadap data runtut waktu. Dari pendugaan model-model tersebut didapati bahwa selama periode pengamatan, tingkat pertumbuhan TFP sektor pengolahan Indonesia cukup tinggi, jadi perubahan teknologi memiliki peran yang berarti dalam menjelaskan berbagai variabel yang diamati. Elastisitas substitusi di sebagian besar industri lebih kecil dari satu. Sedangkan upah riel hampir seluruhnya tidak eksogen dalam sistem produksi sektor pengolahan Indonesia.

This thesis analyses the total factor productivity (TFP) growth rate in Indonesian manufacturing sector during 1975-2002. Six research questions raised in this study are: what is the growth rate of TFP in Indonesian manufacturing; how does it vary according to the major industrial group; what is the magnitude of capital-labor elasticity of substitution in Indonesian manufacturing; how much do real wages explain employment, productivity, and labor share; how much do technological changes explain employment, productivity, and labor share; are real wages exogenous in the production system. Econometric models were estimated on time series data. The regressions ran found in overall the growth rates of TFP are high enough, thus showing its importance in explaining variables observed. The elasticity of substitution in most industries are well below one, hence significantly deny the assumption of Cobb-Douglas production function. The real wages, however, are not exogenous in most of the industries studied."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20393
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library