Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
F.X. Suryo Patrianto
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Diah Tuntian
Abstrak :
ABSTRAK Latar belakang. Tingkat aktivitas fisik ringan adalah salah satu penyebab status tidak bugar yang akan berdampak terhadap kinerja dan produktivitas kerja. Perusahaan A merupakan industri vaksin dengan tingkat aktivitas fisik yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan status kebugaran jasmani pada pekerja bagian pengemasan. Metode. Disain penelitian potong lintang dengan analisis regresi logistik. Subyek berasal dari bagian pengemasan. Tingkat aktivitas fisik dinilai dengan Global Physical Activity Questionairre. Sedangkan tingkat kebugaran jasmani diukur dengan menggunakan metode YMCA-3 minute step test. Hasil. Subyek penelitian adalah 126 pekerja laki-laki bagian pengemasan dengan jenis pekerjaan yang berbeda-beda yang berumur antara 18 ? 40 tahun. Sebanyak 46,8% subyek mempunyai status tidak bugar. Faktor risiko yang berhubungan dengan status tidak bugar adalah umur (p=0,04). Faktor pendidikan, masa kerja, jenis pekerjaan, kebiasaan merokok, kadar lipid dan tingkat aktivitas fisik tidak terbukti mempertinggi risiko status tidak bugar. Sedangkan faktor status gizi dan kadar haemoglobin terbukti mempertinggi risiko status tidak bugar. Subyek yang berumur 31 ? 40 tahun mempunyai risiko 3,16 kali terhadap status tidak bugar dibandingkan dengan umur 18 ? 30 tahun (adjusted Prevalence Ratio=3,16; (CI)95%=1,04 ? 9,60). Kesimpulan. Status kebugaran tidak berhubungan dengan tingkat aktivitas fisik.
ABSTRACT Backround. Low level physical activity can caused unphysical fitness which caused to work and productivity. A company is a vaccine industry with high physical activity in difference. The objective of this study is to determine the related between physical activity level with physical fitness to the workers in packaging division. Method. Cross sectional study with logistic regression analysis. A subject is from packaging division. Physical activity level is marked by Global Physical Activity Questionairre. While physical fitness activity is measured by using YMCA-3 minute step test method. Result. The subject of the study is 126 men workers of packaging division with different types of work. The workers age is between 18 ? 40 years old. 46,8% subjects has unphysical fitness. Risk factors that related to low physical fitness was age (p=0,04). Education level, working period, type of work, smoking, lipid level and physical activity were not likely correlated to unphysical fitness. While the factors of nutritional status and hemoglobin levels increase the risk proved unphysical fitness. Subjects were aged 31- 40 years have 3,16 times the risk of unphysical fitness compared with age 18-30 years (adjusted Prevalence Ratio=3,16; (CI)95%=1,04 ? 9,60). Conclusion. Physical fitness is not related to physical activity level.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Elfrida Rinawaty Br.
Abstrak :
Bahaya potensial di Rumah Sakit mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja bagi pekerjanya, risiko potensial bagi pengunjung, pasien dan lingkungan. Kejadian terpajan bahan pathogen pada pekerja di suatu Rumah Sakit Jakarta masih terjadi meskipun sudah pelatihan pencegahan infeksi. Akibat lain, tingginya biaya serta adanya kehilangan jam kerja akibat kecelakaan tersebut. Kecelakaan dan penyakit kerja tersebut seharusnya dapat dicegah.Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan jenis pelatihan dengan kejadian terpajan bahan pathogen dan faktor yang berhubungan, mengetahui insidensi kejadian terpajan bahan pathogen di suatu Rumah Sakit Jakarta pada 2008-2012. Penelitian menggunakan disain potong lintang. Populasi sebanyak 212 orang terdiri dari dokter, perawat, bidan dan analis laboratorium. Diperoleh 110 responden. Data didapatkan melalui kuesioner, pengamatan perilaku dan lingkungan kerja. Didapatkan insidensi kejadian terpajan bahan pathogen sebesar 15,5%. Terdapat hubungan bermakna antara perilaku kurang dan pekerjaan perawat dengan kejadian terpajan bahan pathogen. Perilaku kurang meningkatkan risiko 3,5 kali lebih besar serta merupakan faktor dominan terhadap kejadian terpajan bahan pathogen. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara faktor demografi, pekerjaan, jenis pelatihan, pengetahuan dan sikap dengan kejadian terpajan bahan pathogen. Dilakukan pengawasan praktek Kewaspadaan Standar dan pengadaan pelatihan pencegahan infeksi standar untuk mencegah kejadian terpajan bahan pathogen. ...... Potential hazards in hospitals lead to occupational illness and accidents for workers and potential risk for visitors, patients and the environment. Incidence of pathogenic material exposed healthcare workers at hospital Jakarta occur despite being given trainings. Another effects are the high costs and the loss of working hours due to the accident. Occupational illness and accidents caused by that incident could have been prevented. The objective is to asses the correlation between the incidence and other related factors, and to know the incidence of pathogen incidence of exposed materials in hospital Jakarta in 2008-2012. This study used cross sectional design. Found 110 subjects out of 212 (doctors, nurses, midwives, laboratory analysts). The data collected from questionnaires, workers practices and working environment observation. The incidence is 15,5%. Low practices factor and occupation (nurse) have meaningful relation. Low practices increases the risk 3,5 times greater, and is the dominant factor. There were no relation between factors of demographic, workings, types of infection prevention trainings, knowledge and attitude with the incidence. Conducted supervision of practices Standard Precaution and infection prevention trainings standard to prevent the incidence of pathogenic material exposed.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Sanjoyo
Abstrak :
Latar belakang: Penelitian ini bertujuan mencari pengaruh sistem kerja nextcell yang bersifat multitasking dan faktor risiko lainnya terhadap kecelakaan di industri elektronik daerah depok pada tahun 2010-2013. Angka severity rate kecelakaan kerja pada periode kerja 2010-2012 (4,47 manhour;8,46/1000 manhour;28,91/1000 manhour) yang menjadikan dasar untuk dilakukan penelitian ini. Metode: Penelitian menggunakan disain kasus kontrol berpadanan, kasus berjumlah 49 responden diambil dari data kecelakaan kerja periode 2010-2013 dan kontrol 98 responden, kontrol dipilih berdasarkan matching departemen kerja, tempat kerja serta diskripsi kerja yang sama. Variabel kecelakaan kerja merupakan variabel dependen dan sistem kerja, masa kerja, status pekerja, kerja shift, alat pelindung diri dan kebisingan. usia, jenis kelamin dan riwayat kesehatan merupakan variabel independen. Hasil: Jumlah responden dengan kerja sistem nextcell 70 (47,61%) responden dan bukan nextcell berjumlah 77 (52,39%) responden. Responden dengan kerja nextcell mengalami kecelakaan 25 (35,7%). Penelitian ini mendapatkan sistem kerja next cell tidak berpengaruh menimbulkan kejadian kecelakaan kerja. Variabel yang mempengaruhi kecelakaan kerja adalah adanya riwayat penyakit OR=7,44;CI(95% 3,33-16,64) dan jenis kelamin laki-laki OR= 0,31 CI (95% 0,11-0,86). Kesimpulan: Sistem nextcell tidak mempengaruhi timbulnya kejadian kecelakaan kerja. Variabel risiko yang mempengaruhi kecelakaan kerja adalah riwayat penyakit berisiko dan jenis kelamin laki-laki. ...... Background: This study aims to find the influence nextcell system that is multitasking and other risk factors to accidents in the electronics industry area depok 2010-2013. There is an increasing number of work accident severity rate in the period 2010-2011-2012 (4,47 manhour;8,46/1000 manhour;28,91/1000 manhour) which forms the basis for this research. Methods: The study used case-control design with matched, cases amounted to 49 respondents drawn from the data of occupational accidents in 2010-2013 and 98 control respondents. Matched controls were selected by the department on work, workplace, descriptions of the same work. Variable dependent is occupational accidents and work systems, job tenure, employment status, shift work, personal protective equipment and noise. age, sex and medical history is an independent variable. Results: The number of respondents with a working system nextcell 70 (47.61%) respondents and not nextcell 77 (52.39%) respondents. Respondents with nextcell have work accident 25 (35.7%). This research next cell does not affect cause incidence of workplace accidents. Variables health status have affect to work accidents OR = 7.44; CI (95% 3.33 to 16.64) and male gender OR = 0.31 CI (95% from 0.11 to 0.86) . Conclusion: The nextcell system does not affect to incidence work accident. Variables health status and male can affect the risk of workplace accidents.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Dian Ika Ratnasari
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Sindrom dispepsia fungsional merupakan gejala gastrointestinal yang bersifat kronis atau rekuren dan tidak dapat dijelaskan, karena abnormalitas biokimia atau struktural pada evaluasi menggunakan pemeriksaan diagnostik standar tidak menunjukkan adanya abnormalitas. Pada penelitian ini ingin diketahui apakah pekerja rumah sakit yang bekerja dengan sistem kerja gilir berhubungan dengan sindrom dispepsia fungsional dibandingkan dengan pekerja yang tidak bekerja secara gilir. Metode: Desain studi yang digunakan adalah komparatif potong lintang yang membandingkan antara pekerja dengan sistem kerja gilir dengan pekerja bukan dengan sistem gilir. Data yang digunakan adalah data primer (kuesioner dan wawancara), dan data sekunder (rekam medis serta data kepegawaian). Subjek terdiri dari 218 pekerja (109 pekerja gilir dan 109 pekerja bukan gilir). Hasil penelitian: Prevalensi dispepsia fungsional pada pekerja rumah sakit Jakarta adalah 42,2%. Pada analisis multivariat didapatkan bahwa kerja gilir (OR=2,22 (1,212-4,086) p=0,010), usia (OR=0,39 (0,209-0,752) p=0,005), pola makan (OR=1,90 (1,045-4,455) p=0,035), dan status perkawinan (OR=2,49 (1,097-5,651) p=0,029) mempunyai hubungan bermakna dengan dispepsia fungsional. Pembahasan: Kerja gilir, usia, pola makan, dan status perkawinan merupakan faktor risiko sindrom dispepsia fungsional. Usia dan jenis kelamin menjadi faktor protektif. Usia menjadi faktor protektif karena adanya mekanisme adaptasi dispepsia. Jenis kelamin sebagai faktor protektif mungkin disebabkan pada perempuan tingkat kesadaran terhadap kesehatan lebih tinggi yang menyebabkan angka mortalitas lebih kecil daripada laki-laki
ABSTRACT
Background: Functional dyspepsia syndrome is a gastrointestinal symptoms that are chronic or recurrent and can not be explained, because the biochemical or structural abnormalities in the evaluation using standard diagnostic examination showed no abnormalities. In this study, we want to know whether the hospital workers who worked shift work system associated with the syndrome of functional dyspepsia compared with workers who do not work in shifts. Method: The study design used was a comparative cross-sectional comparing between workers with shift work system to workers who work not with the shift system. The data used are primary data using questionnaires and interviews, and secondary data through medical records and employment data. Subjects consisted of 218 employees (109 workers with shift work and 109 workers without shift work). Results: The prevalence of functional dyspepsia at Jakarta hospital workers was 42.2%. On multivariate analysis, it was found that shift work (Adj. OR=2.22 (1.212-4.086) p=0.010), age (Adj. OR=0.39 (0.209-0.752) p=0.005), diet (Adj. OR=1.90 (1,045-4.455) p=0.035) and marital status (Adj. OR=2.49 (1.097-5.651) p=0.029) had a significant relationship with functional dyspepsia. Discussion: Shift work, age, diet, and marital status are risk factors syndrome functional dyspepsia. Age and sex becomes a protective factor. Age becomes a protective factor for their adaptation mechanism of dyspepsia. Gender as a protective factor may be due to the level of awareness of women's health is higher that causes of mortality rate is smaller than the male
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library