Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Dian Wulandari Listiyaningsih
"Salah satu permasalahan di Negara yang sedang berkembang adalah tingginya angka pertumbuhan penduduk di kota besar yang menyebabkan kebutuhan rumah tinggal meningkat. Pada sisi lain, terkendala lahan yang tersedia terbatas jumlahnya. Rusunawa adalah kebijakan pemerintah untuk dapat mengakomodasi kebutuhan rumah tinggal bagi MBR. Keterbatasan anggaran yang dihadapi pengelola menyebabkan pengelolaan rusunawa tidak optimal dan kualitas bangunan menurun. Salah satu cara menyelesaikannya adalah dengan penyesuaian tarif sewa yang merupakan sumber penerimaan rusunawa. Dalam menetapkan tarif sewa, pengelola harus tetap memperhatikan kemampuan bayar (ability to pay/ATP) dan kemauan bayar (willingness to pay/WTP) penghuni yang merupakan golongan MBR.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui nilai ATP dan WTP penghuni di Rusunawa Bekasi Jaya serta faktor yang mempengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ATP rata-rata adalah Rp331.000 dan WTP rata-rata adalah Rp273.000. Faktor yang secara signifikan mempengaruhi WTP adalah jenis pekerjaan kepala keluarga dan persepsi terhadap rusunawa. Kenaikan tarif optimal adalah sebesar Rp40.000 dengan peningkatan kualitas layanan pengelola yang mempengaruhi persepsi penghuni, yaitu peningkatan keamanan, kebersihan, dan kenyamanan rusunawa.
One of the problems in developing countries is the high rate of population growth in large cities resulting increase in demand for housing. On the other hand, constrained by limited amount of available land. Multistorey public house is government policy to accommodate the needs of low-income homes. Budget constraints faced by government caused poor management and building quality decreased. Rental rate adjusment is consider as solution to increase the acceptance of multistorey public house. In pescribing rate, government must consider ability to pay (ATP) and willingness to pay (WTP) of low-income residents. This study aimed to determine the value of the ATP and WTP occupants in Bekasi Jaya Multistorey Public House and the factors that influence it. The results showed that ATP is Rp331.000 and WTP is Rp273.000. Factors that significantly influence the WTP is the type of work and the perception of public house. Optimal rate increase amounted to Rp40,000 with improvement for quality of service such as safety, cleanliness, and comfort of public house."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T43168
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Cindy Arita Halim
"Penelitian ini menguji validitas teori Purchasing Power Parity di Indonesia dengan lima mitra dagang terpilih dengan menggunakan data berfrekuensi bulanan. Pengujian dilakukan dengan metode kointegrasi Engle-Granger kemudian apabila terbukti terdapat hubungan kointegrasi antara nilai tukar dan tingkat harga antara Indonesia dan mitra dagangnya maka selanjutnya dibentuk model koreksi kesalahan untuk melihat dinamika jangka pendeknya. Hasil peneltian menunjukkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi pada kasus Indonesia-AS, Indonesia-Inggris dan Indonesia-Jepang pada periode Januari 2000-Januari 2015. Sedangkan pada jangka pendek kondisi PPP tidak berlaku, karena banyak faktor lain yang menjelaskan perubahan pada nilai tukar selain tingkat harga, dan karena tingkat harga pada jangka pendek cenderung bergerak lebih lambat dibandingkan nilai tukar.
This research aims to test the validity of the Purchasing Power Parity theory in Indonesia with five selected trading partners, using monthly data. Engle-Granger cointegration test is used to know whether there is a cointegrating relation between Indonesia and its trade partner?s exchange rate and price level, and if cointegration relation existed then the error correction model will be formed in order to observe the short-run dynamics of the variables. The result shows that there is a cointegrating relation between Indonesia-US and Indonesia-UK and Indonesia-Japan in the long-run but no PPP relation in the short-run. This result explains that there are other factors that define the movement of exchange rate in the short run other than the price level, and the price level moves slower than the exchange rate."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S61083
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library