Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fathimi
"Pendahuluan: ISPA sering disalahartikan sebagai infeksi saluran pernafasan atas, padahal ISPA tidak hanya menyerang saluran pernafasan atas namun juga mencakup saluran pernafasan bawah. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak hingga menimbulkan penyakit saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli beserta adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor karakteristik individu dan lingkungan terhadap kejadian ISPA pada balita.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study (studi potong lintang), jumlah sampel 163 balita, lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pancasan, waktu penelitian dari tgl 27 April-30 Mei 2019.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 41,1% balita menderita ISPA, secara statistik variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian ISPA adalah jenis kelamin (OR:2,89) dan umur (OR:2,04).
Kesimpulan: Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada balita baik dari karakteristik balita, karakteristik orangtua, karakteristik lingkungan fisik rumah dan sarana pelayanan kesehatan itu sendiri.
Saran: Pentingnya peran petugas kesehatan terutama meningkatkan kesadaran orangtua dalam memelihara dan menjaga kesehatan anak, memelihara kesehatan lingkungan serta adanya kerja sama lintas program serta lintas sektor.

Introduction: ARI is often misinterpreted as upper respiratory tract infection, whereas ARI does not only attack the upper respiratory tract but also includes the lower respiratory tract. Infection is the entry of germs or microorganisms into the human body and proliferates to cause respiratory tract diseases ranging from the nose to the alveoli and their adnex such as the sinuses, middle ear cavity and pleura.
Objective: This study aims to determine the effect of individual and environmental characteristic factors on the incidence of ARI in infants.
Method: This study used a cross sectional study design, the number of samples of 163 toddlers, the study location in the work area of the Pancasan Health Center, the time of the study from 27 April to 30 May 2019.
Results: The results showed 41.1% of children under five suffered ARI, statistically the variables associated significantly with the incidence of ARI were gender (OR: 2.89) and age (OR: 2.04).
Conclusion: Many factors can influence the incidence of ARI in infants, both from the characteristics of children under five, parental characteristics, characteristics of the physical environment of the home and the health service facilities themselves.
Suggestion: The importance of the role of health workers especially to increase parents awareness in maintaining and maintaining children`s health, environment health and the existence of cross-program and cross-sector cooperation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenni Sri Handayani
"Background : Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri yang menyebabkan TBC. WHO mengatakan angka TBC dunia meningkat sejak tahun 2014-2017. TBC adalah masalah kesehatan dunia saat ini. Propinsi Bengkulu mengalami peningkatan angka kasus TBC dari tahun 2015-2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Scar BCG dengan kejadian TBC pada pasien TBC. Penelitian ini menggunakan metode case control. Populasinya adalah semua pasien yang berkunjung di Puskesmas Basuki Rahmad selama tahun 2016-2017 dengan teknik sampel random sampling. Penghitungan besar sampel 2 proporsi dengan P1 peneliti terdahulu memakai rumus Najma didapat hasil kasus 63 kontrol 63 1:1 total sampel 126. Dari 126 pasien TBC yang tidak ada Scar sebanyak 54 (42,9%) dan yang ada Scar BCG sebanyak 72(57,1%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 69(54,8%) orang dan jenis kelamin perempuan sebanyak 57(45,2%) orang, pasien yang memiliki status gizi kurang sebanyak 38(30,2%) orang dan status gizi baik sebanyak 88(69,8%) orang, pasien TBC yang memiliki pendidikan rendah sebanyak 50(39,7%) orang dan yang memiliki pendidikan tinggi sebanyak 76(60,3%) orang, pasien yang kontak serumah sebanyak 58(46,0%) orang dan pasien yang tidak kontak sebanyak 68(54,0%), pasien umur <15-50 tahun sebanyak 111(88,1%) orang dan pasien berumur >50 tahun 15(11,9%) orang. Ada hubungan yang signifikan antara Scar BCG, status gizi, jenis kelamin dengan kejadian TBC paru pada tahun 2016-2017 dengan p = 0,000 p = 0,000 dan p = 0,000. Dan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, pendidikan, kontak serumah dengan kejadian TBC pada tahun 2016-2017. Confounding Scar BCG terhadap kejadian TBC adalah status gizi, jenis kelamin, umur dan kontak serumah.
Kesimpulan: Ada hubungan antara Scar BCG, status gizi, jenis kelamin dengan kejadian TBC paru dan confounding Scar BCG dengan kejadian TBC ada 4 variabel di Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu. Rekomendasi: Pencegahan TBC dapat dilaksanakan dengan imunisasi BCG, minum obat secara teratur.

Background: Mycobacterium tuberculosis is the bacterium that causes tuberculosis. WHO said the world TB rate had increased since 2014-2017. TB is a world health problem today. Bengkulu Province experienced an increase in the number of TB cases from 2015-2017. This study aims to determine the relationship between Scar BCG and the incidence of tuberculosis in TB patients. This study uses a case control method. The population is all patients who visited Basuki Rahmad Health Center during 2016-2017 with a sample random sampling technique. Calculation of sample size of 2 proportions with P1 of previous researchers using the Najma formula obtained results of 63 cases of control 63 1: 1 total sample 126. Of the 126 patients who had no Scar TB as many as 54 (42.9%) and there were 72 Scar BCG (57 , 1%), male sex as many as 69 (54.8%) people and female sex as many as 57 (45.2%) people, patients who have a malnutrition status as many as 38 (30.2%) people and status good nutrition as many as 88 (69.8%) people, TB patients who had low education as many as 50 (39.7%) people and those who had higher education as many as 76 (60.3%) people, patients who had as much household contact as 58 (46 , 0%) people and patients who did not contact 68 (54.0%), patients aged <15-50 years were 111 (88.1%) people and patients aged> 50 years 15 (11.9%) people. There is a significant relationship between Scar BCG, nutritional status, gender with the incidence of pulmonary tuberculosis in 2016-2017 with p = 0,000 p = 0,000 and p = 0,000. And there is no significant relationship between age, education, household contact with TB incidence in 2016-2017. Confounding Scar BCG for TB incidence is nutritional status, gender, age and household contact.
Conclusion: There is a relationship between Scar BCG, nutritional status, gender with the incidence of pulmonary tuberculosis and confounding Scar BCG with TB incidence there are 4 variables in the Basuki Rahmad Community Health Center, Bengkulu City. Recommendation: Prevention of TB can be carried out by BCG immunization, taking medication regularly."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizhkal
"Pertambangan emas di kabupaten Mandailing Natal sudah ada sejak 2008. Tetapi semakin marak pada tahun 2010 di kecamatan Hutabargot dan di kecamatan Nagajuang pada November 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kadar merkuri pada rambut pada pekerja tambang terpajan merkuri dan karakteristik individu pekerja(usia, lama tinggal, status gizi dan konsumsi ikan) dengan gangguan keseimbangan tubuh. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Data yang digunakan yaitu data primer dari kuesioner dan sekunder dari hasil uji laboratorium rambut. Sampel penelitian ini disesuaikan dengan sampel dari data sekunder yang menggunakan rumus Lemeshow sehingga didapatkan sampel 60 orang.
Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independent (merkuri dalam rambut) dan variabel konfounding terhadap variabel dependent (gangguan keseimbangan tubuh). Walaupun hasil penelitian tidak menunjukkan hubungan yang signifikan jika dilihat dari nilai OR variabel merkuri dalam rambut masih tergolong tinggi yaitu 6,0 dan setelah dikontol variabel karakteristik individu OR merkuri dalam rambut turun menjadi 4,92.

Gold mining in Mandailing Natal regency has been around since 2008. But it became more prevalent in 2010 in Hutabargot sub-district and in Nagajuang sub-district in November 2011. The purpose of this study was to analyze the relationship between mercury levels in hair in mercury exposed workers and individual characteristics of workers (age, length of stay, nutritional status and consumption of fish) with body balance disorders. This study uses a cross sectional method. The data used are primary data from questionnaires and secondary from the results of hair laboratory tests. The research sample was adjusted to the sample from secondary data using the Lemeshow formula so that sample of 60 people was obtained.
The results of this study found that there was no significant relationship between independent variables (mercury in hair) and confounding variables on the dependent variable (body balance disorder). Although the results of the study did not show a significant relationship when viewed from the OR variable value of mercury in the hair was still relatively high at 6.0 and after being contracted the individual characteristic variable OR mercury in the hair dropped to 4.92."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library