Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Della Nurlaila
"Krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia pada tahun 1997 menimbulkan dampak yang luar biasa terhadap dunia perbankan karena salah strategi dalam menghadapi persaingan. Hal ini lebih dikarenakan banyak manajemen bank yang tidak baik mengelola asset dan liabilities yang dimiliki sehingga banyak bank yang dilikuidasi selama krisis moneter berlangsung sebab dinilai tidak sehat. Situasi ini menyebabkan industri perbankan kehilangan kepercayaan dari kalangan masyarakat. Hal ini ironis sekali sebab bank seharusnya merupakan lembaga kepercayaan dan lembaga yang berprinsip pada kehati-hatian (prudential banking). Selain itu, dengan berbagai kondisi yang melanda dunia perbankan mengalami berbagai kendala yang menimbulkan resiko-resiko pada bank dalam menjalankan usahanya. Kendala-kendala dengan resiko tersebut menimbulkan keterbatasan pada bank dalam beroperasi. Namun bank sebagaimana perusahaan pada umumnya didirikan untuk memperoleh laba. Oleh karena itu bank harus dikelola dengan sangat hati-hati dan professional agar kinerja bank bagus dan bank tetap sehat.
Kinerja dan kesehatan pada sebuah bank dalam periode tertentu dapat diketahui dan laporan keuangan sehingga terlihat kemampuan manajemen bank dalam mengelola assets dan liabilities dalam menghasilkan laba yang tereermin. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan manajemen dalam mengelola bank adalah dengan melakukan analisis laporan keuangan yang meliputi beberapa indikator keuangan seperti: likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi dasar apakah manajemen berhasil atau tidak dalam menjalankan tugasnya dalam mengelola bank. Untuk itu maka perlu suatu pengukuran yang cermat dan hati-hati akan pengukuran return dan resiko.
Pengukuran return meliputi pengukuran: interest margin, net margin, asset utilization, RDA, leverrage dan ROE. Pengukuran resiko meliputi pengukuran resiko: likuiditas, interest rate, kredit, kapital dan resiko operasional. Dengan mengevaluasi ukuran return dan resiko tersebut maka diharapkan dapat dinilai bagaimana kinerja manajemen dalam mengelola bank serta kesehatan bank itu sendiri.
Walau kinerja dan tingkat kesehatan Bank "X" rata-rata berada pada tingkat rasio yang ditetapkan oleh pemerintah namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diprioritaskan agar pada tahun-tahun berikutnya angka-angka rasio yang sudah bagus ini dapat dipertahankan yaitu: pada komposisi earning asset dan komposisi Dana Pihak Ketiga. Pada komposisi earning asset terdapat dua komponen yang perlu diperhatikan yaitu: obligasi pemerintah dan kredit. Sedangkan pada komposisi Dana Pihak Ketiga yang perlu diperhatikan ialah persentase dari deposito berjangka terhadap total kewajiban dan modal.
Pendapat bunga Bank "X" masih didominasi oleh pendapatan bunga dari obligasi pemerintah dan kredit. Hal ini sangat membahayakan kondisi keuangan Bank "X" di masa yang akan datang jika tidak dicari alternatif pendapatan bunga dari gas lain karena kredit memiliki resiko yang cukup tinggi terutama dengan kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil benar, dan jika pendapatan bunga masih tergantung dari obligasi pemerintah maka bank "X" akan langsung menghadapi potensi loss yang tinggi yang sekaligus juga dapat menekan besaran CAR-nya.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan agar kinerja dan kondisi keuangan bank "X" tetap sehat, yaitu: memperbaiki komposisi Dana Pihak Ketiga, menjaga kualitas kredit saat ini ada di dalam bank, alternatif pendanaan selain penyaluran kredit, melepas ketergantungan pendapatan dari obligasi pemerintah dengan mulai mengurangi komposisi obligasi pemerintah untuk meningkatkan rasio CAR dan rasio LDR sehingga positif margin yang diperoleh bukan dari obligasi pemerintah. Hal ini tentunya juga akan berpengaruh baik pada rasio-rasio keuangan lainnya yang semakin membaik.

Economic Crisis attacked Indonesia on I997 caused preternatural impact on world banking because wrong strategies in facing competition. Most of it because bank managements unwise in managing its assets and liabilities so most of them liquidation according to their health. This situation caused banking industry loss people's trust. It is ironic because banks are suppose a credibility institution and with prudential banking. Besides, with various conditions world banking is facing various problems which occurs risks to bank in its business. The problems with risks cause limitation to bank operational. Nevertheless like common companies, bank exists to gain profit. So bank has to manage with carefully and professionally in order to keep bank performances and health.
Bank performances and health on certain situations can be recognized from its financial highlight there for its capabilities in manage assets and liabilities also in gain profit are proved. There is a tool to measure management capabilities in managing bank with analysis its financial highlight which included some financial indicators: liquidity, solvability and profitability. Management performance's score becomes foundation of management successful on undertakes its duties to managing bank. There for an accurate and precise measurement is needed to measure return and risks. In return measurement is included measure interest margin, net margin, asset utilization, ROA, leverage and ROE. In risk measurement is included measure risks in liquidity, interest rate, credit, capital and operational risk Evaluation on return and risk hopefully can measure how management's performance in managing bank and its health.
Although Bank "X" performance and health levels are above ratios level that had been remained by the government but there are some matters have to be considered and priority so these ratio numbers are great today still great in the next years that is earning assets composition and deposits from customer composition. There are two components on earning assets composition which need to consider that is government bonds and credit. While deposits from customer composition need to be consider is time deposits toward total liabilities and capital percentage.
Bank "X" interest income is domination by interest income from government bonds and credit. This situation jeopardizes Bank "X" financial in the future if no interest income alternative from other segment because credit has high risky especially in unstable Indonesian economic condition, and if interest income still depend from government bonds so Bank "X" will face high potential loss which compress its CAR.
There some actions have to do to keep Bank "X" performance and financial condition still health, that is: repair deposits from customer composition, watch over quality current credit in bank, funding alternative besides credit, dismiss income dependence from government bonds and start to less its composition to improve its CAR and LDR ratio so positive margin can be gain not from government bonds. It is good impact to better financial ratios.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Indroyono
"Untuk mengukur perekonomian suatu negara, salah satu tolok ukurnya adalah tingkat investasinya dimana makin banyak investasi yang dilakukan di negara tersebut makin tinggi pula tingkat perekonomiannya. Berbicara mengenai investasi, banyak cara yang dapat dilakukan untuk melkkukan investasi di pasar modal. Seperti deposito, saham, obligasi, kurs, dan banyak instrumen lainnya yang menawarkan keuntungan bagi para investor. Yang menjadi subyek penelitian pada penelitian ini adalah investasi pada saham khususnya saham pads sektor rokok.
Dari data-data harga saham sektor rokok pada Bursa Efek Jakarta, dapat dilakukan perhitungan regresi sehingga dapat dilihat perbandingannya terhadap Indeks Harga Saharn Gabungan (IHSG) untuk mengukur tingkat expected return dan risk dari suatu sekuritas. Salah satu caranya dengan menggunakan metode yang sudah cukup popular seperti CAPM. Metode CAPM dapat membantu menentukan tingkat return dan risk dan suatu saham. Capital Asset Pricing Model ( CAPM) adalah suatu model keseimbangan yang menentukan hubungan antara risiko dan tingkat return."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Meillyani S.
"Perusahaan yang memiliki arus kas dalam bentuk valuta asing akan mempunyai risiko terhadap fluktuasi valas. Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia, Rupiah terdepresiasi terhadap hampir semua mata uang asing termasuk Dollar Amerika. Hal ini mempunyai dampak yang besar terhadap kondisi keuangan perusahaan yang melakukan perdagangan internasional, terutama perusahaan yang memiliki hutang dalam valuta asing, karena jumlah yang harus dibayar bertambah besar. Krisis ini menyebabkan perusahaan menanggung kerugian yang cukup besar.
Salah satu cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengurangi risiko dari valuta asing adalah dengan menerapkan strategi hedging. Penelitian ini mencoba mengetahui Teknik hedging mana yang memberikan keuntungan kepada PT X untuk hutang impornya yang memiliki jatuh tempo 30 hari selama periode 2004 dengan membandingkan antara penerapan strategi forward contract hedging dengan money market hedging .
Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan tidak melakukan hedging PT X akan membayar total nilai hutang impornya adalah sebesar Rp. 15.582.756.237,55. Dengan Teknik forward contract hedging jumlahnya adalah sebesar Rp. 15.633.094.495,05. Sedangkan dengan Teknik money marker hedging adalah sebesar Rp. 15.854.059.322,01
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa baik forward contract maupun money market, ternyata tidak dapat meminimalkan risiko fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar America seperti yag diharapkan oleh manajemen PT X. Meskipun demikian, berdasarkan nilai inefisiensi yang dihasilkan, forward contract hedging menghasilkan inefisiensi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan money market. Di mana bila memilih Teknik forward contract hedging manajemen PT X akan lebih untung sebesar Rp. 220.964.826.9.
Strategi hedging yang diterapkan akan memberikan kepastian cash flow perusahaan meskipun terkadang tidak selalu membuat perusahaan untung. Untuk itu perusahaan harus membuat kebijakan hedging seperti penentuan Teknik apa yang akan diterapkan, batasan nilai hutang yang harus di-hedging dan mengurangi transaksi impor mereka serta meningkatkan transaksi ekspor agar perusahaan mampu menutupi nilai hutang valuta asingnya.

The company that has cash flow in foreign currency will face a risk from foreign currency fluctuation. Since economic crisis in Indonesia, Rupiah depreciated from all foreign currency especially US Dollar. It gave a big impact for corporate financial international trader. For a company which have payable in foreign currency this situation could make the company suffer big loss cause they have to pay more their payables than they should.
A company could use hedging strategy to minimize the risk from fluctuation of foreign currency. This research try to find which technique could give benefit for PT X's payable in foreign exchange that comes from import transaction which has maturity for 30 days during 2004. The purpose of this research is to compare between the use of forward contract and money market hedging.
According to the calculation, it is known that the company's payable in foreign exchange without hedging (open position) is Rp. 15.582.756.237,55. If company used forward contract so total of company's payable is Rp. 15.633.094.495,05. And it used money market total of company's payable is Rp. 15.854.059.322,01.
The conclusion is either forward contract and money market cannot minimize foreign exchange risk like management wish. But, forward contract hedging has less inefficiency compared to money mantel hedging.
Hedging strategy will guarantee company cash flow though sometimes it will not beneficial financially to the company. Thus, a company should employ hedging policy such as which hedging technique to be applied, the payable limitation that should be hedged, and reduce their import transactions and increase export transactions to cover company's payable in foreign exchange.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18248
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Brian Ronggur Adobe
"Industri reksa dana di Indonesia mengalarni fenomena yang menarik pada periode 2003 sampai dengan 2006. Pertumbuhan NAB yang pesat dari Rp 8 triliun tahun 2001 mencapai puncaknya Rp 113 triliun pada bulan Februari 2005, Kemudian terjadi gelombang redemption yang menjatuhkan NAB menjadi Rp 29 triliun pada bulan Desember 2005. Tetapi dalam periode pengatnatan penelitian ini, reksa dana saham adalah satu-satunya jenis reksa dana yang mengalami pertumbuhan NAB positif. Hal ini mengindikasikan meningkatnya minat masyarakat kepada reksa dana saham. Untuk itu penelitian ini dilakukan sebagai referensi investor dalam melakukan penilaian dan pemilahan reksa dana saham.
Penelitian ini menganalisis 15 reksa dana saham yang memenuhi batasan yang telah ditetapkan. Untuk mengukur kinerja reksa dana saham, digunakan metode pengukuran kinerja Sharpe's Measure, Treynor's Measure, Jensen's Measure, dan Appraisal Ratio. Data perhitungan yang digunakan adaiah NAB mingguan reksa dana saham, IHSC mingguan, dan tingkat suku bunga SBI mingguan. Selain itu dibahas juga reksa dana terbaik dalam tiga skenario investasi investor.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reksa dana saham dengan Sharpe's Measure terbesar adalah reksa dana saham Rencana Cerdas. Reksa dana saham dengan Treynor's Measure terbesar adalah reksa dana saham Arjuna. Reksa dana saham dengan Jensen's Measure dan Appraisal Ratio terbesar adalah reksa dana saham Rencana Cerdas.
Dengan menggunakan cut-off tiga besar dalam tiap-tiap metode yang digunakan, penelitian ini memilih lima reksa dana saham terbaik dalam periode pengamaian. Yaiat reksa Jana saham Si Dana Saharn, Rencana Cerdas, Schroder Dana Prestasi Plus, Panin Dana Maksima, dan Arjuna. Untuk menentukan reksa dana saham yang terbaik bagi tiap investor, penelitian ini menyimpulkan bahwa reksa dana saham Rencana Cerdas adalah reksa dana saham terbaik jika skenario investasi investor adalah total investasi investor dan skenario campuran portofolio aktif dengan portofolio indeks pasar pasif, Sedangkan reksa dana saham Arjuna adalah reksa dana saham terbaik untuk skenario investasi sub-pcirtofolio dalam sebuah investment fund yang besar.
Mengingat risiko investasi di reksa dana saham memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan reksa dana lainnya, maka scbaiknya investor mcmiliki horizon investasi jangka panjang dalam reksa dana saham. Seiain itu, dalam memilih reksa dana saham, investor hares memilih reksa dana saham dengan profil imbal Vasil dan risiko yang sesuai dengan dirinya dart mempertin hangkan skenario investasinya.

The period of 2003 to 2006 illustrates an interesting phenomenon in the mutual fund industry in Indonesia, After a rapid net assets value (NA V) growth from 8 trillion rupiahs in 2001 to its peak of 113 trillion rupiahs in February 2005, the inrhtstg suffer- a huge loss due to a lot of redemptions throughout 2005. By December 2005, the NA V was 29 trillion rupiahs. In this period, equity mutual f utd was the only mutual_f utd with positive NAV growth. This indicates that the interest and confidence to equity mutual f nrd is increasing. This research is conducted to add reference for investors to evaluate and choose equity mutual frurd.
This research analyzed 15 equity mutual funds that meet the terms set. It employed Sharpe 's Measure, Treynor's Measure. Jensen 's Measure, and Appraisal Ratio to measure the equity mutual fund performance. The data that used are weekly equity mutual fund NA V, weekly Jakarta Composite Index (JCI), and weekly SBI interest rate. Furthermore, it determined the best equitl, mutual find based on three investment scenarios.
The result of the research shows that the equity mutual find with the highest Sharpe's. Measure is Rencana Cerdos. Equity mutual fired with the highest Tremor's Measure is Arjuna. Equity mutual fund with the highest Jensen?s :Measure and Appraisal Ratio is Rencana Cerdas.
Five equity mutual funds fill the best of three in each performance measurentent. These ere Si Dana Saham, Rencana Cerdas. Schroder Dana Prestusi Plus, Panin Dana Maksima, and Arjuna. Moreover, in three different investment scenarios, the best equity mutual fiord is Rencana Cerdas if it represents overall investor investment or if it will be mixed with market portfolio. While Arjuna equity fiord is the best mutual fund if it a sub-portfolio in a large investment fund.
Considering that the risk of equity mutual fiend is higher than the other type of mutual fund, investor should have a long investment horizon in equity mutual fund. Additionally, in selecting equity mutual fund, investors should considering his or her risk-return profile and investment scenario.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Rakhman
"Dengan adanya gejolak ekonomi yang terjadi beberapa tahun belakangan ini membuat kondisi perekonomian Indonesia terpuruk. Tetapi saat ini sudah mulai menunjukkan adanya tanda-tanda ppemulihan ekonomi. Hal ini dapat dilihat perkembangan pasar modal Indonesia menunjukkan suatu perkembangan yang baik dan mulai kembali aktif. Investasi pada pasar modal dapat dilakukan dengan membeli satu ataupun lebih dari satu jenis saham, di sinilah diperlukan suatu pengetahuan mengenai cara memperoleh tingkat pengembalian sesuai dengan yang diharapkan.
Menentukan tingkat pengembalian dari sebuah sekuritas dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya yang cukup populer dengan menggunakan CAPM. Metode ini memperhitungkan aspek tingkat suku bunga bebas risiko (suku bunga SBI) yang berlaku, di mana tingkat pengembalian yang diperoleh sesuai dengan tingkat risiko (diwakilkan dengan beta). Pada penelitian ini, return market diwakilkan dengan indeks IHSG. Sampel yang digunakan adalah seluruh saham sektoral yang terdapat pada bursa efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan SPSS dalam melakukan regresi terhadap data-data, untuk melihat pengaruh risk terhadap return pada saham-saham sampel.
Hasil penelitian terhadap saham sektoral menunjukkan hasil bahwa tidak ada pengaruh positif linear antara risk dengan return, hal ini dikarenakan faktor perekonomian Indonesia yang sulit diprediksi dan juga pengaruh dari internal perusahaan. Dari hasil pengukuran kinerja portofolio dapat dilihat sektor yang paling baik kinerja portofolio pada periode 2001 hingga 2005 yaitu Pertambangan, sedangkan yang paling buruk kinerja portofolionya yaitu Perdagangan.
Dengan melihat nilai beta saham dan nilai return saham dari tahun 2001 hingga tahun 2005, maka nilai-nilai tersebut sulit untuk memprediks return untuk tahun 2006 karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Jika keadaan perekonomian stabil setiap tahunnya maka beta tahun sebelumnya dapat dipakai untuk memprediksi return di masa datang.
Penelitian ini bertujuan untuk membantu para investor dalam menginvestasikan modalnya pada saham-saham tertentu yang memberikan return yang baik. Dengan semakin banyaknya investor yang berinvestasi di pasar modal maka diharapkan ke depannya pasar modal Indonesia semakin baik dan diharapkan hal ini dapat memberikan dampak yang positif pada perekonomian Indonesia.

With existence of economic distortion some years lately make the condition of indonesian economics downhill. But in this time have started to show the existence of economic cure. This matter can be seen by Indonesia capital market growth shows a good growth and makes a fresh staratively. Investments at capital market can be done by buying one and or more than one share type, hence needed a procedurel knowledge to get rate of return are matching with which expected.
Determining rate of return from securities can be done with a few methods, one of them which is popular enough by using CAPM. This method reckon aspect mount free rate of interest (rate of interest SBI) going into effect, where obtained rate of return as according to risk storey level (delegated entrust with beta). At this research, market return delegated entrust with index IHSG. Used by sample is entire sector share found on Bursa Efek Jakarta. Research uses SPSS in doing regression to data, to see risk influence ot return at sample share.
Result of research to all sector share show result of that there is no positive influence linear between risk and return, this matter because of factor economics of Indonesian that difficult to predict as well as influence from internal company. From result of masurement of portfolio performance can be seen by the best sector of portfolio performance at period 2001 till 2005 that is Mining while the worst of performance is commerce.
Seeing share beta value and share return value from year 2001 till year 2005, the values is difficult used for prediction of return for the year 2006 because of many factor influence it. If situation economic every single year are stable, hence previous year beta can be used for prediction of return a period are going to come.
The purpose of this research is to help the investor in investing their capital at certain share which gives good return. With more and more investor that have capital market investment is expected to make capital market of Indonesian progressively good and expected this matter can give impact which are positive at economics of Indonesian.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T 18429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellis Sumarna
"Saat ini kondisi perekonomian di Indonesia sedang mengalami pemulihan, hal ini dapal dilihat dari adanya kenaikan IHSG yang cukup signifikan pada akhir tahun 2004 sampai dengan akhir tahun 2005, meskipun sempat berfluktuasi. Mulai stabilnya perekonomian Indonesia juga dapat dilihat dengan maraknya perdagangan surat berharga di pasar modal ( dalam hal ini Bursa Efek Jakarta ), yang juga menyebabkan semakin banyak altematlf bagi para investor untuk memilih alat investasi dan semakin membuat investor berhati - hati dalam memilih alat investasinya, sebab seperti yang kita ketahui bahwa kegiatan investasi memiliki hasil yang tidak pasli. Investor bukan hanya memperhitungkan tingkat pengembalian dari investasinya tetapi juga harus memperkirakan tingkat pengembalian risiko yang akan dihadapinya Karena sikap investor yang cenderung tidak menyukai risiko ( risk averter ) maka dibentuklah portofolio saham yang bertujuan untuk mengurangi atau meminimalisasikan risiko yang akan dihadapi investor, dimana dengan adanya perhitungan dalam portofolio, investor dapat mengetahui tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) dari saham - saham yang dipilih sebagai investasi.
Dalam hal ini, digunakan metode analisis Model Indeks Tunggal (Single Index Model) dengan keadaan pasar jika short sales tidak diperkenankan Sebagai sampelnya dipilih dari dua kelompok saham. Kelompok pertama adalah 30 saham papan utama yaitu saham - saham yang tercatat di papan utama, dan kelompok kedua adalah 30 saham papan pengembangan yaitu saham - saham yang tercatat di papan pengembangan. Periode penelitian ini adalah mulai dari Januari 2004 sampai dengan Desember 2005, karena pada masa periode tersebut keadaan perekonomian sedang "bullish". Data - data yang diperlukan adalah IHSG tanggal perdagangan terakhir dan bulan - bulan yang diteliti ; harga penutupan tiap bulan dari kedua kelompok sampel saham Serta tingkat suku bunga bebas risiko.
Dari data - data tersebut diatas akan diperoleh variabel - variabel seperti tingkat pengembalian pasar, varians pasar, kovarians antara saham dengan pasar, risiko sistematis, risiko tidak sistematis, excess return to beta, cut off rate. Dari cut off rate inilah yang menentukan apakah suaiu saham masuk kedalam portofolio atau tidak. Selelah diketahui apakah suatu saham masuk kedalam portofolio atau tidak, maka langkah selanjulnya adalah menghitung skala timbangan masing-masing saham yang dilanjutkan dengan menghitung proporsi dana yang akan diinvestasikan atas saham - saham yang masuk kedalam portofolio tersebut. Hasil dari perhitungan portofolio didapatkan tingkat pengembalian portofolio dan risiko portofolio masing-masing kelompok sampel.
Dari hasil perhitungan di atas, memperlihatkan bahwa portofolio dari saham-saham papan pengembangan memberikan return yang lebih tinggi dari pada return portofolio dari kelompok saham papan utama.
Diharapkan untuk penelitian berikutnya adalah dalam perhitungan return saham berdasarkan harga penutupan yang telah disesuaikan misalnya dengan menggunakan Indeks Harga Saham individual. Selain itu diharapkan penelitian selanjutnya dalam kriteria pemilihan saham untuk diambil sebagai pembentukan portofolio saham dapat menggunakan kriteria lainnya misalnya dengan mengkombinasikan saham yang teraktif dengan kinerja masing - masing saham tersebut. Serta untuk para investor harus lebih berhati - hati dalam melakukan investasi saat ini, sebaiknya menginvestasikan dananya pada kelompok saham papan pengembangan.

At this moment Indonesian economics condition is recovering. which seems from the progress of Jakarta Composite Index in the end 2004 to the end 2006, even though ever fluctuate. The stable of lndonesian can be seen from the trading of commercial paper that become more active in capital market (at this case Jakarta Stock Exchange), which is made an additional to investor for choosing their investment tools. The additional to investor for choosing their investment tools, as we know that investment activity had uncertain return. Investor not just predict the rate of return from their investment tools but also have to predict the risk that they will face. Because of the investment behavior that prefer risk averter, therefore portfolio was made which is meant to regress or to minimize the risk that investor will face. By the calculation of portfolio, the rate of return and risk of rate stock can be known.
In this case, its used single index mode analysis method with, market condition of short sales not allowed. As the sample it has chosen from two groups of stock The first group are 30 main board stock and the second are 30 development board stock Period of this research is January 2004 until December 2005, because in this period the Indonesia economics condition is rising from the year before. The data that needed in calculating are the last trading of every month Jakarta Composite Index. Interest rate of both sample groups every month and the risk free asset.
The result of processing data will got variable such as : rate of stock return, stock variance, covariance between market and stock systematic risk, unsystematic risk; excess return to beta, cut off rate. From the cut of rate, we definite whether the stock are in the optimal portfolio or not. After knowing that the stock are in the portfolio or not, then the next step is calculating the balance scale of each stock then calculating fund allocation which will be invested at stock that included in the optimal portfolio. The final result from portfolio calculation we can got portfolio rote of return and portfolio risk from each sample group.
Above calculating shown portfolio development board stock gave the higher return than portfolio main board stock.
The sugestion for the next research is using Index Stock Individual for calculating the return of the stock and another Suggestion is using another criteria for choosing the stock for calculating the portfolio. For example is to combine the most active stock with its performance. And for investor should be carefully for choosing the instrument in the capital marker. Its better for choosing investment in development board stock and we can get higher return from this group of stock.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18467
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jiwa Adisetya
"ABSTRAK
Investasi pada instrumen reksa dana merupakan salah satu bentuk investasi yang cukup menarik karena dikelola oleh manajer investasi yang profesional dengan mendiversifikasikan aset, yang sulit dilaliukan oleh sendiri karena keterbatasan pengelahuan. Namun berkaca pada pengalaman yang terjadi tahun 2005 lalu, yang menyebabkan banyak produk reksa dana terutama reksa dana pendapatan tetap yang memberikan kerugian akibat redemption besar-besaran, akan lebih baik sebagai investor reksa dana, mengalokasikan dan investasi tersebut tidak hanya pada satu produk saja Dengan pendiversivikasian produk, risiko dapat diminimalisasi, terutama jika produk yang dipilih adalah reksa dana saham yang merniliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan reksa dana lainnya. Seiring dengan membaiknya kondisi pasar saham di Indonesia sepanjang tahun 2005 dan diawal 2006 lalu, reksa dana saham menunjukkan tren peningkatan minat dan investor.
Dengan pendiversifikasian produk reksa dana saham dan mengalokasikan dana pada beberapa produk terpilih secara tepat, dapat dihasilkan portofolio yang optimal. Pada portofolio optimal diharapkan diperoleh kombinasi return dan risiko yang optimal pula, dibandingkan hanya menginvestasikan pada salu produk reksa dana saham saja.
Dalam penelitian ini, untuk penyusunan portofolio yang optimal, digunakan metode single index model dan efficient frontier Markowitz.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa reksa dana saham yang terpilih menjadi pembentuk portofolio optimal anlara metode single index model dan efficient frontier Markowitz adalah sama, yaitu TRIM Kapital, Rencana Cerdas, dan Si Dana Saham. Namun proporsi pada tiap-tiap reksa dana saham, untuk menghasilkan kombinasi return dan risiko yang optimal antara kedua metode berbeda. Sehingga agar dapat memberikan rekomendasi kepada investor, mana kombinasi proporsi yang harus dipilih, maka dalam penelitian ini dilakukan berhilungan reward to variability ratio.
Berdasarkan indels reward to variability ratio, kombinasi proporsi yang lebih baik dipilih dalam penelilian ini adalah proporsi berdasarkan hasil metode to variability ratio Markowitz, karena merniliki indeks reward to variability ratio yang lebih tinggi. Namun kesimpulan ini bukan berani menunjukkan bahwa metode efficient frontier akan selalu lebih unggul, karena tiap metode memiliki kelebihannya masing-masing.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi investor yang ingin menginvestasikan dananya pada reksa dana saham, namun tidak menjamin kinerja porlofolio yang akan diperoleh di masa yang akan datang akan tetap sama.

ABSTRACT
Mutual fund is on interesting investment instrument because it is managed by professional investment manager, thus. it eases investor to diversify their investment assets. In view of what happened in 2005, where many of fixed income mutual funds incurred losses because of wave of redemptions, it is better for mutual fund investors to allocate their fund in more than one mutual fund Product diversification could minimize the risk, especially when one invests in equity mutual fund Along with the improvement of stock market condition in Indonesia in 2005 and early 2006, the interest toward equity mutual fund has an increasing trend. By diversifying in equity mutual fund products and allocating fund in several select products, one could create an optimal portfolio. This optimal portfolio is expected to deliver optimal risk and return profile, compared to a single equity mutual fund product investment. This research applies single index model and Markowitz 's efficient frontier methods to compose an optimal portfolio.
The single index model and Markowitz ?s efficient frontiers suggest the same equity mutual funds to compose an optimal portfolio. These equity mutual funds are, TRIM Kapital, Rencana Cerdas, and Si Dana Saham. But he proposed fractions of each mutual find in the optimal portfolio differ. Therefore the portfolio reward to variability ratio is calculated to determine which portfolio will be proposed to the investors.
Based on the reward to variability index, the better mutual funds proportion is the one that proposed by Markowitz 's efficient frontier method, because it yields higher reward to variability ratio. This conclusion did not mean that efficient frontier method is superior to single index method because each method has their own advantages.
This research result could be used as reference for investors that want to invest their funds in equity mutual funds, but does not guarantee the portfolio performance will be consistent in the future."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18560
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bartholomeus Adhitomo
"As a prerequisite for life, every human being needs clean water. The more populated an area is, the more volume of water needed. Jakarta as a metropolitan city and the most populated area of Indonesia also face the same condition: its 12 million population needs kilotons of water daily. Therefore, the need for an established reliable and integrated clean water service in Jakarta is getting more and more important.
ince decades ago, PAM Jaya has been the only municipal waterworks that operates in Jakarta. Yet, due to heavily indebted financial condition, it is impossible Far PAM Jaya to improve much of its service. Therefore, PAM Jaya then partnered with two world's giant in waterworks service, one of them is PALYJA. With helps from its partners, PAM Jaya's service is increasing gradually.
However, some public considered the partnership only profit the partners, because after 7 years of the agreement, PAM Jaya is then burdened with new debts due to imbalanced proportion between the cost of water and the price. After many renegotiations took place, the agreement was then revised to a condition that PAM Jaya will not suffer losses, unless major changes in the business environment take place.
The question arose is then asking when PAM Jaya, after being bound with the agreement, will be able to pay all the debts. In other word, when will PAM Jaya be free from its current indebted situation? Answering this, some projection has been made trying to foresee the future condition. The latest official projection stated that all the debts that PAM Jaya bear, either existing debts to the Ministry of Finance or the later operational debts to the partner would be paid by the year 2009. This implies that starting from 2010 PAM Jaya will continuously be a very profitable company.
Further question to ask is then whether the profit earned by PAM Jaya is at the cost of Jakarta citizen's interest, i.e. by charging an expensive price to its customers, or can it act like a truly public service company by keeping the water price low and affordable to everybody in Jakarta, while maintaining its profitability."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T18252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Maria C.
"PT. AKR Corporindo Tbk adalah perusahaan terbuka yang bergerak di bidang distribution, logistic dan chemical trading di Indonesia. PT. AKR Corporindo Thk merupakan produsen terbesar di Asia Pasitik dan No. 2 di dunia dalam menyediakan bahan baku Sorbitol dan turunannya.
Selama tahun 2002 sampai dengan 2005, baik revenue maupun net profit yang diperoleh PT. AKR. menunjukkan kenaikan kinerja dari tahun ke tahun akan tetapi peningkatan revenue dan net profit perusahaan tidak diikuti dengan peningkatan dari earning per share yang dihasilkan oleh perusahaan. Nilai EPS PT. AKA terus menurun dari tahun ke tahun sejak tahun 2003 yaitu sebesar Rp. 259/lembar saham, Rp. 248/1embar di tahun 2004 dan Rp. 191/embar saham di tahun 2005. Perolehan nilai EPS dihitung berdasarkan net profit tahun berjalan dibagi dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa.
Adapun misi yang dimiliki oleh PT AKR Corporindo yaitu berkomitnien untuk meningkatkan nilai stakeholder melalui pertumbuhan yang stabil dan pengoperasian bisnis yang excellent menjadi sejalan dengan apa yang dikatakan dalam ilmu corporate finance, dimana tujuan dan tugas manajemen dalam suatu perusahaan adalah meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dengan cara meningkatkan nilai perusahaan.
Tujuan dari karya akhir ini adalah untuk menganalisa kinerja PT. AKR dengan menggunakan metode EVA dan MVA serta memprediksi kebangkrutan perusahaan.

PT. AKR Corporindo Tbk is a public company which operates in distribution, logistic and chemical trading in Indonesia. PT AKR Cot Corporindo Tbk is the largest supplier for Sorbitol and derivatives starch in Asia Pacific and No. 2 in the world.
Since 2002 until 2005, both performance of PT AKR 's revenue and net profit have been increasing front year to year, however the incremental has not been followed with the increasing of earning per share. In contrary, the EPS of PT AKR has been declining from year to year since 2003 which was Rp. 259/share, Rp. 248/share in 2004 and Rp. 191/share in 2005. The computation of EPS was based on the net income divided by the weighted average number of ordinary shares.
PT. AKR Corporindo's mission which is committed to building stakeholder value through sustainable growth and operational excellence is harmonized with the corporate finance discipline, where the purpose and duty of the management was to maximize the wealth of the stakeholder by increasing the value of the firm.
The purpose of this thesis is to analyze the management performance of PT AKR by utilizing the method of EVA and MVA as well as to predict the financial distress by applying the Altman 's Z-Score. Altman's Z-Score method is utilized in order to predict the company's condition to the possibility of bankruptcy (financial distress). EVA method is the tool to measure how much value has been created for the shareholders while the MVA method is to analyze the company's successful of the post invested capital and how success that investment in the glare from investors? of view.
The result showed that company's Z-Score has been declining -since 2002 to 2005 which was finally staved in grey area where the company has the possibility of experiencing the financial distress. Z-Score has been decreased due to the increasing of the short term debt for the working capital improvement.
The result of EVA showed the negative value in 2002-2003 but their increased positively in 2004-2005 which indicates that the management has succeeded to create the value.
In the contrary, the negative EVA in 2007-7005 indicates that the company's invested capital was higher compare to the market value of company's equity. Nevertheless, the MVA has shown that the trend will positively growth and therefore indicates that investor' trust has been raised towards the ability of PT. AKR to create the added value of the investment.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komala Dewi
"Akibat memburuknya kondisi perekonomian akibat kenaikan harga minyak mentah dunia, perusahaan dan bank-bank harus memikirkan cara untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup dari usahanya. Kondisi perekonomian seperti ini menyebabkan perusahaan dan bank-bank mengalami apa yang disebut dengan financial distress, yaitu berdasarkan definisi yang dikemukakan Stephen A. Ross dalam Buku Corporate Finance Sixth Edition; Financial distress is a situation where a firm's operating cash flows are not sufficient to satisfy current obligations (such as trade credits or interest expenses) and the firms is forced to take corrective action.
Edward I. Altman telah mengembangkan suatu model yang dapat digunakan oleh Para analis keuangan untuk mengetahui kebangkrutan suatu perusahaan, yaitu Z-Score Model, yang diterapkan pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur; perusahaan private dan perusahaan non manufaktur.
Berdasarkan hasil pengujian terhadap Laporan Keuangan Bank-Bank yang telah dicabut ijin usahanya, didapatkan hasil test bahwa lebih dari 50% bank-bank tersebut tergolong bangkrut. Atas dasar hat tersebut, penulis berkesimpulan bahwa Z -Score Model Altman untuk perusahaan private dan manufaktur dapat diterapkan pada Laporan Keuangan Bank.
Bank-bank yang telah tergolong bangkut tersebut oleh Bank Indonesia disebut sebagai bank bermasalah. Bank-bank ini mendapatkan pengawasan khusus dari Bank Indonesia dan diupayakari untuk dapat disehatkan kembali kondisinya, dengan berbagai cara seperti merger, akuisisi, mencari investor, dan lain-lain, selanjutnya apabila tidak bisa disehatkan kembali maka bank tersebut akan dilikuidasi.
Z-Score Model yang dikembangkan oleh E.I. Altman ini masih perlu diteliti kembali khususnya untuk meramalkan kebangkrutan bank-bank, karena terdapat perbedaan yang mendasar dan kegiatan usaha perusahaan dengan perbankan. Di samping itu Z-Score Model dan Altman ini belum memasukkan unsur risiko, off balance sheet transactions dan prudential banking sesuai dengan ketentuan yang berlaku di perbankan.

Because of the deterioration of economic conditions since the government increased fuel prices, many companies included banks have been in trouble in its financial condition. To maintain the sustainability of its business, every company must have a good solution in order to deal with this problem. This condition complies with the definition made by Stephen A. Ross in his book Corporate Finance Sixth Edition stating that Financial distress is a situation where a firm's operating cash flows are not sufficient to satisfy current obligations (such as trade credits or interest expenses) and the firms is forced to take corrective action.
Edward I. Altman had developed Z-Score Model to predict firm's bankruptcy. He made two models for different company, that were Z-Score Model for manufacturing and non manufacturing companies and Z-Score Model for private company and non manufacturing company.
The result of testing Z-Score Model to Financial Statement from liquidated banks is that, more than 50% of these banks are proven to be bankrupt banks. Based on this empirical result, I conclude that Z-Score Model from Altman is a good model to predict bank's bankruptcy.
This finding is appropriate with the measures taken by Bank Indonesia as a Central Bank that classified these banks as insolvent banks. These banks, then, received special treatment from Bank Indonesia. In order to make financial condition of these banks was sound, banks and Bank Indonesia must have such solutions as searching new investor, adding up capital, merger, acquisitions, takeovers, etc. Bank Indonesia gave opportunity to bank as follows; if a bank cannot be restored or fail after acquiring special treatment, banks will be closed by Bank Indonesia.
Z-Score Model from E.I. Altman must have developed again because these models are designed for manufacture and non manufacture and private company. If these models are used to banking, many thing likes risk, off balance sheet transactions and prudential banking should be accounted in order to create a suitable models for bank's bankruptcy.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18566
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>