Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
La Ode Syahrizal
Abstrak :
PT. X yang merupakan perusahaan pertambangan batubara, mengoperasikan ratusan vehicle alat berat, kendaraan sedang dan ringan . Operasional vehicle tersebut berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja lalu lintas, yang salah satu penyebabnya adalah fatigue. Fatigue Management Training FMT diadakan dengan tujuan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang fatigue kepada karyawan. Metode penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 111, mengambil seluruh sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan dengan mengambil data sekunder dari PT. X, yaitu seluruh data kecelakaan kerja lalu lintas tambang tahun 2010-2015, data operator alat berat, pengemudi kendaraan sedang dan ringan, serta data pelaksanaan FMT. Pada analisis bivariat didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara faktor sosiodemografi dan faktor pekerjaan dengan fatigue p>0,05 . Variabel keikutsertaan FMT menunjukkan probabilitas terjadinya fatigue sama besar antara yang mengikuti FMT lengkap dengan yang tidak lengkap. Pada analisis multivariat yang dilakukan dua tahap, tidak didapatkan variabel dengan hubungan terkuat terhadap fatigue dengan p>0,05. Kata kunci: fatigue management training, fatigue kecelakaan kerja lalu lintas ...... PT. X, a coal mining company operated hundreds of vehicles heavy vehicle, medium and light vehicle . Operational of vehicles have a potency to experience traffic accident that fatigue is one of the caused. Fatigue Management Training FMT is aims to give knowledge and understanding of fatigue to employees. Research methodology is cross sectional with number of sample are 111, take all sample that meet the inclusion criteria. Data were collected by taking secondary data from PT. X , all data of work traffic accident in mine period of 2010 2015 , data of heavy equipment operator, medium and light vehicle driver, and data of the implementation of FMT. In bivariate analysis result, sociodemography factor and work factor have no associated with fatigue p 0.05 . Variable of FMT attendance showed that probability of fatigue occurrence was equally between the complete FMT attaendance and the incomplete. In multivariate analysis that was done in two step, did not obtain variable that has the strongest correlation to fatigue with p 0.05.Keyword fatigue management training, fatigue, work traffic accident.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Agung Handriawan
Abstrak :
Latar Belakang: Bekerja di lingkungan offshore berpotensi menimbulkan stres kerja. Menurut penelitian sebelumnya stres kerja dapat meningkatkan kadar glukosa darah, Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi adanya hubungan antara kadar glukosa darah puasa tinggi dan DM dengan stres kerja serta faktor risiko lainnya pada pekerja offshore. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan 156 orang responden. Variabel yang diteliti adalah usia, indeks massa tubuh, lingkar perut, dislipidemia,tekanan darah, jabatan pekerjaan, masa kerja, dan stres kerja. Data diperoleh dari penilaian tingkat stress melalui Survei Diagnostik stres dan hasil medical check up tahun 2017. Analisis data menggunakan univariat, bivariat, dan multivariat dengan regresi logistik. Hasil: Prevalensi glukosa darah puasa tinggi dan diabetes mellitus sebesar 12.2 . Berdasarkan uji Fisher terdapat hubungan yang bermakna antara usia, dislipidemia, jabatan pekerjaan dan masa kerja dengan kadar glukosa darah puasa tinggi dan Diabetes Mellitus , namun pada analisis multivariat hanya faktor jabatan pekerjaaan supervisor merupakan yang paling dominan mempengaruhi dgn OR=7,051 95 CI 1,963-25,325. Tidak ditemukan adanya hubungan antara hasil SDS dengan kadar glukosa darah tinggi dan DM. Kesimpulan dan saran: Faktor risiko paling dominan terhadap glukosa darah puasa tinggi dan diabetes mellitus adalah faktor jabatan pekerjaan oleh karena itu perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut, yaitu skrining hasil MCU untuk pekerja khususnya jabatan supervisor, melakukan pemeriksaan berkala kadar glukosa darah, memperbanyak aktivitas fisik ketika bekerja dilapangan serta program peningkatan kesadaran kesehatan, terutama mengenai pencegahan penyakit Diabetes Mellitus. ......Background: Working in offshore environments where workers are placed in remote locations will potentially cause work stress. According to previous researches, work stress can increase blood glucose levels. This study aims to prove Relation of High Fasting Blood Glucose level and DM with Job Stress and Other Risk Factors In Offshore Workers. Method: This study used cross sectional design with total 156 respondents. The studied variables were age, body mass index, abdominal circumference, dyslipidemia, and blood pressure as well as job risk, job position, working period, and work stress. The tools used to evaluate the stress level were Stress Diagnostic Survey and results of periodic Medical Check up in 2017. The analysis of research data used univariate, bivariate and multivariate analysis with logistic regression. Study Results: The prevalence of high fasting blood glucose anad Diabetes Meliitus is 12,2 . Using Fisher statistic test, an association was found between age, dyslipidemia, job position,woking period and high fasting blood glucose or diabetes mellitus. But multivariate analyses showed that only job title supervisor is the most dominant influential factor Oradj 7,051 95 CI 1,963 25,325. There was no correlation between SDS results with high fasting blood glucose level and DM. Conclusion and Suggestion: The employee's job function is the most dominant factor in high fasting blood glucose Diabetes Mellitus, therefore it is important to conduct several activities such as screening on MCU record, particularly on Supervisors conducting routing blood glucose check increasing physical activities at work and carrying out the health awareness program, especially awareness on DM prevention.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Suhadi
Abstrak :
Latar Belakang: Para pekerja sering kali terpaksa berhadapan dengan kebisingan tinggi ditempat kerja. Kebisingan mengganggu perhatian yang diperlukan terus-menerus dan menurunkan produktivitas kerja, oleh sebab itu pekerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap satu proses produksi atau hasilnya, dapat membuat kesalahan akibat dari terganggunya konsentrasi dan kurang fokusnya perhatian. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran waktu reaksi cahaya dan suara untuk menilai fokus perhatian/konsentrasi. Metode: Studi analitik dengan desain komparatif cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang memproduksi benang nylon sintetik. Membandingkan rerata selisih waktu reaksi cahaya dan suara sebelum dan setelah bekerja dengan pajanan kebisingan pada kelompok subjek yang bekerja pada intensitas kebisingan di atas NAB area braiding dibandingkan dengan yang di bawah NAB area waring. Hasil Penelitian: Perbedaan bermakna waktu reaksi cahaya yang melambat pada subjek yang bekerja dengan pajanan kebisingan di atas NAB sebelum dan setelah bekerja p=0.007 , namun tidak dengan waktu reaksi suara. Tidak terdapat perbedaan bermakna waktu reaksi cahaya dan suara pada subjek yang bekerja dengan pajanan kebisingan di bawah NAB sebelum dan setelah bekerja. Terdapat perbedaan bermakna rerata selisih waktu reaksi cahaya yang melambat pada subjek yang bekerja pada pajanan kebisingan di atas NAB dengan di bawah NAB, p=0,017, namun tidak bermakna terhadap rerata selisih waktu reaksi suara. Tidak terdapat faktor yang mempengaruhi waktu reaksi cahaya dan suara sebelum dan setelah bekerja dengan pajanan kebisingan pada kedua kelompok. Kesimpulan: Terdapat perbedaan rerata selisih waktu reaksi cahaya pada pekerja yang bekerja dengan pajanan kebisingan di atas NAB dibandingkan dengan pekerja yang bekerja dengan pajanan kebisingan di bawah NAB, sehingga tingkat intensitas kebisingan tinggi di atas NAB mempengaruhi waktu reaksi cahaya dan menjadi lebih lambat.
Background Workers are often exposed with high noise level at their workplaces. Noise can disrupt the worker`s concentration and focus and in the end, may cause lower productivity. Thus, workers whose main job descriptions are to supervise workflow from one phase to another are prone to mistakes due to the loss of concentration and focus. In this research, we used reaction timer with light and sound stimuli to assess attention or concentration. Methods The study was an analytical study with comparative cross sectional design, comparing a mean difference between light and sound`s reaction time before and after work. This research was conducted at a manufacture company that produces synthetic nylon fibers. The subjects were divided into two group the workers with noise intensity above TLV and with noise intensity below TLV. Prior to the study, the research has measured the intensity of the noise level at the workplace area. Result A significant difference was found in the light`s reaction time who work with noise exposure above TLV p 0.007 and it was found to be slower after work with the workers who are exposed to noise above TLV. There was also a significant mean difference for the light`s reaction time between the above TLV noise group and below TLV noise group p 0.017 . There was no significant difference in sound`s reaction time. There were no significant factors that affect light and sound`s reaction time before and after work with noise in these two groups. Conclusion There was a significant mean difference in light`s reaction time for the workers who work with noise exposure above TLV compare with the workers who work in below TLV, so that a high intensity of noise level is found to affect and decrease the light`s reaction time of the workers.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mova Aria
Abstrak :
Latar Belakang: Kelelahan kerja merupakan penyebab 80% kecelakaan kerja di industri minyak dan gas yang menerapkan sistem kerja shift secara berkesinambungan. Tujuan: Untuk menilai perubahan tingkat kelelahan kerja selama onduty pada pekerja anjungan minyak dan gas lepas pantai di Indonesia. Metode: Pekerja anjungan minyak dan gas lepas pantai di perusahaan X dilibatkan dalam penelitian longitudinal panel survey ini dengan metode consecutive sampling. Data yang diambil adalah data demografi (usia, job position, lama bekerja, riwayat hipertensi dan diabetes) dan kuesioner Occupational Fatigue Exhaustion Recovery 15 (OFER15) dengan 3 subscale; kelelahan akut, kelelahan kronis, dan waktu pemulihan. Pengambilan data dilakukan pada minggu ke 1, 2, 3, dan 4 pada akhir shift. Hasil: Dari 67 responden didapatkan skor kelelahan akut dan kelelahan kronis pada minggu ke 2 tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan minggu pertama (P > 0.05), tetapi meningkat signifikan pada minggu 3 dan 4 (P < 0.05). Skor waktu pemulihan pada minggu ke 2, 3, dan 4 menurun signifikan dibandingkan minggu 1 (P < 0.05). Uji korelasi menunjukkan adanya hubungan di antara ketiga subscale (P <0.05). Kesimpulan: Pekerja anjungan minyak dan gas lepas pantai mengalami peningkatan skor kelelahan akut dan kronis mulai minggu ke 3 dan penurunan skor waktu pemulihan mulai minggu ke 2. Manajemen kelelahan sesuai target waktu dan penjadwalan kerja yang optimal diharapkan dapat mengurangi kelelahan kerja dan menurunkan risiko kecelakaan kerja. ......Background: Work fatigue is responsible for 80% of work accident in oil and gas industry, which applies shift work system for approximately 4 weeks as their regular schedule. Aims: To assess the change of work fatigue level during on-duty period in the workers of offshore oil and gas rig in Indonesia. Methods: Workers of the offshore oil and gas rig in company X were involved in this longitudinal panel survey research with consecutive sampling methodology. The collected data were demographic data (age, job position, work period, history of hypertension and diabetes) and Occupational Fatigue Exhaustion Recovery 15 (OFER15) questionnaire with three sub-scales, namely acute fatigue, chronic fatigue, and inter-recovery time. Data were collected in weeks 1, 2, 3, and 4 at the end of shift period. Results: From 67 respondents, the result shows that score of acute and chronic fatigue in week 2 did not significantly change, compared with first week (P > 0.05), but it significantly increased in weeks 3 and 4 (P < 0.05). Score of the inter-recovery time in weeks 2, 3, and 4 significantly decreased, compared with week 1 (P < 0.05). Correlation test shows relation among three sub-scales (P <0.05). Conclusions: Workers in the offshore oil and gas rig had an increase of score in acute and chronic fatigue, starting from third week, as well as a decrease of score in inter-recovery time starting from second week. Fatigue management, based on time target and optimal work scheduling, is expected to reduce the work fatigue, and decrease the risk of work accident.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Dennise Distelita
Abstrak :
Latar belakang: Kecelakaan bus dan truk tahun 2019 tercatat 500 peristiwa dengan 119 korban jiwa. Penyebab kecelakaan 60% berasal dari faktor manusia. Salah satunya adalah dangerous driving behavior dan kualitas tidur. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dan faktor lain terhadap dangerous driving behavior pada pengemudi bus antar kota antar provinsi (AKAP). Metode: Dilakukan pada Oktober 2022, desain analitik potong lintang. Metode consecutive sampling digunakan dengan minimal 78 pengemudi bus. Instrumen yang digunakan Dula Dangerous Driving Behavior Index (DDDI) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) telah di validasi dalam Bahasa Indonesia. Analisa multivariat regresi logistik digunakan untuk memprediksi faktor dominan. Hasil: Total 133 pengemudi bus komersial, 55,6% mempunyai kualitas tidur buruk dan dangerous driving behavior rendah-sangat rendah (83,5%). Kualitas tidur memiliki hubungan signifikan dengan dangerous driving behavior (p-value=0,03, aOR (adjusted Odds Ratio=9,1). Faktor lain yakni kebiasaan merokok (p=0,01, aOR=26). Nilai R square yang didapat adalah 0,48. Kesimpulan: Pengemudi dengan kualitas tidur buruk dan dangerous driving behavior tinggi mempunyai proporsi lebih kecil. Namun ada hubungan antara keduanya dimana semakin buruk kualitas tidur pengemudi maka beresiko lebih tinggi berperilaku dangerous driving behavior. Faktor resiko lain yang berhubungan adalah kebiasaan merokok. ......Background: There were 500 bus and truck accidents in 2019 with 119 fatalities. 60% of accidents are caused by the human factor. One of them is dangerous driving behavior and sleep quality. The aim of the study was to determine the relationship between sleep quality and other factors on dangerous driving behavior among intercity bus drivers. Method: Performed in October 2022, cross-sectional analytical design. The consecutive sampling method was used with a minimum of 78 bus drivers. The instruments used by the Dula Dangerous Driving Behavior Index (DDDI) and the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) have been validated in Indonesian. Multivariate logistic regression analysis was used to predict the dominant factor. Results: Of a total of 133 commercial bus drivers, 55.6% had poor sleep quality and low-very low dangerous driving behavior (83.5%). Sleep quality has a significant relationship with dangerous driving behavior (p-value=0.03, aOR (adjusted Odds Ratio=9.1). Another factor is smoking habits (p=0.01, aOR=26). R square value obtained is 0.48. Conclusion: Drivers with poor sleep quality and high dangerous driving behavior have a smaller proportion. However, there is a relationship between the two where the poorer the sleep quality of the driver, the higher the risk of dangerous driving behavior. Another related risk factor is smoking habit.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Setiawan
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang: Paparan utama pada pekerja tambang batubara adalah debu kimia yang akan menimbulkan gangguan fungsi pernapasan dengan paparan kronis menahun. PT. X mengalami trend peningkatan prevalensi penurunan fungsi paru selama tiga tahun 2013 ndash; 2015 yaitu 15.8 , 18.3 , dan 21.9 . November 2015, PT. X menerapkan kebijakkan menggunakan APD masker N-series tipe 8211 pada pekerja lapangan.Metode :Penelitian menggunakan desain potong lintang pada PT. X, Kontraktor Tambang Batubara di Kalimantan Timur dengan 300 orang dipilih secara convenient sampling. Pengambilan data primer dengan wawancara dan pengisian kuisioner penelitian, sedangkan data sekunder dari data laporan kesehatan tahunan 2015 ndash; 2016 dan data laporan bulanan HRD - HSE PT. X. Variabel yang diteliti adalah motivasi kerja, tingkat pengetahuan, kenyamanan kerja, reward/punishment, masa kerja, status kerja, supervisi pengawas, dan ketersediaan fasilitas masker. Penelitian ini juga melihat distribusi penurunan fungsi paru per 2015 - 2016.Hasil :Dijumpai 82 pekerja patuh menggunakan masker. Terdapat hubungan antara motivasi kerja p 0.02, ORa 4.80, 95 CI 1.22 ndash; 18.86 , tingkat pengetahuan.
ABSTRACT Background: Main hazard for the coal mining workers is chemical dust that cause declining of lung function with chronic exposure. PT. X experienced elevated trend of declining lung function of workers within past three years 2013 ndash 2015 i.e. 15.8 , 18.3 , and 21.9 . November 2015, PT. X stipulated new policy to its field workers that oblige them to use PPE mask of N series type 8211.Method This study uses cross sectional design on PT. X, a coal mining contractor in East Borneo, with 300 people chosen by convenient sampling. Primary data collection was conducted via interview and filling questionnaire secondary data collection was compiled from PT. X rsquo s MCU reports of 2015 2016 and HRD HSE monthly reports. Studied variables are work motivation, knowledge, PPE comfortability, reward punishment, working duration, working status, supervision, and availability of the PPE mask. The study also describe the declining lung function as per 2015 2016.Study Results As much as 82 of workers are comply to use PPE. There are statistically significant relation between work motivation p 0.02, ORa 4.80, 95 CI 1.22 ndash 18.86 , PPE knowledge.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library