Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Carlo Febianto
Abstrak :
Latar Belakang: Penyalahgunaan narkotika di Indonesia yang semakin meningkat tiap tahunnya menyebabkan berbagai masalah baik masalah sosial maupun kesehatan. Masalah kesehatan gigi dan mulut terkait kebiasaan buruk pada rongga mulut (parafungsi) juga dapat dipengaruhi oleh efek penggunaan narkotika jangka panjang terhadap sistem saraf. Tujuan: Mengetahui prevalensi bruxism dan clenching serta kelainan gigi geligi akibat kebiasaan tersebut pada residen di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido, Jawa Barat. Metode: Penelitian deskriptif potong lintang ini dilakukan dengan pengisian kuesioner untuk memperoleh data kebiasaan bruxism dan clenching, pengambilan data dari rekam medik yang tersedia, dan pemeriksaan klinis rongga mulut. Hasil: Penelitian pada 203 subjek dengan rentang usia 17-49 tahun menunjukkan bahwa 32 subjek (15,8%) memiliki kebiasaan bruxism, 27 subjek (13,3%) memiliki kebiasaan clenching, dan 21 subjek (10,3%) kombinasi bruxism dan clenching. Atrisi pada permukaan gigi ditemukan pada 123 subjek (61%), di antaranya 58 subjek (47%) memiliki kebiasaan bruxism dan/atau clenching. Kesimpulan: Prevalensi kebiasaan bruxism dan clenching yang dijumpai pada subjek cukup tinggi, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Subjek yang mengalami atrisi lebih banyak dibandingkan yang memiliki kebiasaan bruxism dan clenching, menunjukkan bahwa atrisi dapat juga disebabkan oleh kebiasaan buruk lain. ...... Background: An increasing number of drug abuse in Indonesia has lead to many problems including social and health problems. Oral health problems due to oral bad habits (oral parafunctions) can also be influenced by the effects of long term drug use on nervous system. Aim: To determine prevalence of bruxism and clenching as well as teeth disorders due to the habit of the residents at “Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido”, West Java. Methods: This cross-sectional descriptive research was conducted with questionnaires to obtain data of bruxism and clenching habits, data retrieval from medical records, and oral clinical examination. Results: The study on 203 subjects, aged 17-49 years showed that 53 subjects (26.1%) have bruxism habit, 48 subjects (23.6%) have clenching habit, and 21 subjects have both bruxism and clenching habit. Attrition of the surface of the teeth was found in 123 subjects (61%), and 58 subjects (47%) among them have bruxism and/or clenching habit. Conclusion: A quite high prevalence of bruxism and clenching habits were found on the subject of this study, this finding is similar to the studies conducted by previous researches. Prevalence of attrition which was found higher than bruxism and clenching showed that attrition may also be caused by other oral bad habits.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Cristy Arianta
Abstrak :
Latar Belakang: Kesehatan gigi dan mulut sangat mempengaruhi kesehatan secara umum setiap individu, karena rongga mulut merupakan jalur utama masuknya asupan kedalam tubuh. Akan tetapi, mulut dapat menjadi sumber infeksi yang akan mempengaruhi kesehatan secara umum. Oral health literacy diperlukan untuk mengambil keputusan kesehatan yang sesuai untuk mencegah penyakit khususnya kesehatan gigi dan mulut. Dalam mengukur tingkat oral health literacy, diperlukan suatu kuesioner dengan tingkat validitas dan reliabilitas baik untuk mendapatkan hasil yang optimal. Tujuan: Menguji validitas dan reliabilitas kuesioner Health Literacy in Denstistry (HeLD) pada penduduk DKI Jakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang atau cross sectional. Dua puluh sembilan pertanyaan yang ada dalam instrumen HeLD yang telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, digunakan untuk mengukur oral health literacy. Hasil: Sebanyak 390 reponden mengisi kuesioner. Rerata skor HeLD yaitu 2,6. Cronbach alpha 0.958. Kesimpulan: Kuesioner Health Literacy in Denstistry versi Bahasa Indonesia yang digunakan pada penelitian ini memiliki validitas dan reliabilitas yang baik untuk mengukur status oral health literacy pada penduduk DKI Jakarta.
Background: Oral health was greatly affected human health in overall, regarding that the mouth is the main acess for food intake. Dispite its main function, the mouth could also be a significant source of infection that might influence the individual health. A valid and reliable questionnaire was needed in order to measure the Health Literacy In Dentistry (HeLD). Oral health literacy is needed to make appropriate health decisions to prevent diseases especially for oral health. Purpose: To analyze the validity and reliability questionnaire HeLD for the people in DKI Jakarta. Method: A cross sectional analytical study using 29 questions of HeLD Questionnaire that has been translated to Indonesian language to measure the oral health literacy. Result: Three hundred and ninety respondents completed the questionnaire. The mean total HeLD score was 2,6. Cronbach alpha 0.958. Conclusions: Health literacy in Dentistry (HeLD) Questionnaire which has been translated to Indonesian language is valid and reliable to measure the Oral Health Literacy for the people at the DKI Jakarta.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diani Nurcahyawati
Abstrak :
Latar belakang: Kesehatan mulut merupakan komponen penting dari status kesehatan secara keseluruhan pada infeksi HIV. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebaiknya memiliki literasi yang cukup mengenai kesehatan rongga mulut karena dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Oral Health Literacy (OH Literacy) yang baik sangat diperlukan untuk mencapai kesehatan rongga mulut yang baik. Instrumen untuk mengukur tingkat OH Literacy pada populasi Indonesia memang sudah beberapa kali digunakan, tetapi penelitian menggunakan instrumen tersebut belum pernah dilakukan pada populasi ODHA di Indonesia. Salah satu alasan penelitian dilakukan di Jakarta adalah karena DKI Jakarta merupakan provinsi dengan jumlah kelompok paling berisiko tertular HIV tertinggi. Tujuan: Menganalisis OH Literacy (HeLD-ID) pada Orang dengan HIV/AIDS di Jakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang, menggambarkan skor OH Literacy (HeLD-ID) terkait karakteristik sosiodemografi ODHA di DKI Jakarta. Pemilihan responden dilakukan dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner HeLD-ID oleh responden. Tes skrining MMSE dilakukan sebelum pengisian kuesioner, untuk mengetahui kondisi kognitif responden. Hasil: Penelitian dilakukan pada 141 responden ODHA di Jakarta dengan rerata usia 39,86 ± 6,53. Skor total HeLD-ID adalah 2,89 ± 0,74. Skor tertinggi pada domain understanding, dan skor terendah pada domain economic barrier. Terdapat hubungan bermakna antara skor OH Literacy (HeLD-ID) dengan tingkat pendidikan dan waktu mulai terdiagnosis HIV/AIDS (p < 0,05). Selain itu juga terdapat perbedaan skor OH Literacy (HeLD-ID) dengan karakteristik sosiodemografi tingkat pendidikan, riwayat kunjungan ke dokter, dan waktu mulai terdiagnosis HIV/AIDS (p < 0,05). Kesimpulan: Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara skor OH Literacy (HeLD-ID) dengan tingkat pendidikan dan waktu mulai terdiagnosis HIV/AIDS. Tingkat pendidikan, riwayat kunjungan ke dokter, dan waktu mulai terdiagnosis HIV/AIDS membedakan skor OH Literacy (HeLD-ID) pada ODHA di Jakarta. ......Background: Oral health is an important component of overall health status in HIV infection. People living with HIV/AIDS (PLWHA) should have sufficient literacy regarding oral health because it can affect their quality of life. Good Oral Health Literacy (OH Literacy) is very necessary to achieve good oral health. Instruments to measure the level of OH Literacy in the Indonesian population have been used several times, but research using these instruments has never been done on the PLWHA population in Indonesia. One of the reasons the research was conducted in Jakarta is because DKI Jakarta is the province with the highest number of groups most at risk of contracting HIV. Objective: Analyzing OH Literacy (HeLD-ID) in People with HIV/AIDS in Jakarta. Methods: This study used a cross-sectional study design, describing OH Literacy (HeLD-ID) scores related to the sociodemographic characteristics of PLWHA in DKI Jakarta. The selection of respondents was carried out using consecutive sampling techniques. Data collection was carried out by filling out the HeLD-ID questionnaire by respondents. The MMSE screening test was carried out before filling out the questionnaire, to determine the cognitive condition of the respondents. Results: The study was conducted on 141 respondents living with HIV in Jakarta with an average age of 39.86 ± 6.53. The total HeLD-ID score was 2.89 ± 0.74. The highest score is in the understanding domain, and the lowest score is in the economic barrier domain. There was a significant relationship between the OH Literacy score (HeLD-ID) and the level of education and the time when HIV/AIDS was diagnosed (p <0.05). In addition, there were also differences in the OH Literacy score (HeLD-ID) with sociodemographic characteristics of education level, history of visits to doctors, and time when HIV/AIDS was diagnosed (p <0.05). Conclusion: It was concluded that there was a relationship between the OH Literacy score (HeLD-ID) and the level of education in people with HIV/AIDS. Level of education, history of visits to doctors, and time when HIV/AIDS differentiated OH Literacy (HeLD-ID) scores among PLWHA in Jakarta.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lila Fairuz Febriyanty
Abstrak :
Latar belakang: Saat ini Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) masih merasakan stigma dan diskriminasi dari keluarga, masyarakat, dan tenaga kesehatan walaupun perkembangan virus HIV dapat dikendalikan berkat kemajuan teknologi di bidang kesehatan. Stigma pada pelayanan kesehatan dapat menghambat ODHA untuk mengakses perawatan sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup. Peningkatan pengetahuan dan paparan klinis pada mahasiswa kedokteran dapat meningkatkan sikap positif pada ODHA. Belum pernah ada penelitian besar di Indonesia terkait stigma mengenai ODHA pada tiga mahasiswa fakultas kesehatan. Metode: Penelitian ini menggunakan deskriptif potong lintang pada 1400 mahasiswa menggunakan kuesioner tentang stigma terhadap ODHA yang pernah dipakai sebelumnya. Kuesioner ini telah diadaptasi lintas budaya ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil: Secara keseluruhan, mahasiswa mendapatkan skor yang tinggi pada skor keyakinan pribadi/budaya tentang HIV (68,1%), skor pengetahuan mengenai HIV (60,7%) dan skor interaksi klinis dengan pasien HIV-positif (80,9%). Terdapat perbedaan bermakna antara usia, angkatan dan fakultas dengan masing-masing subskor. Terdapat hubungan yang signifikan antara total subskor dengan keyakinan pribadi/budaya tentang HIV, pengetahuan megenai HIV dan interaksi klinis dengan pasien HIV-positif. Kesimpulan: Stigma mengenai ODHA pada mayoritas mahasiswa kesehatan di RIK UI adalah rendah, namun masih ada sejumlah mahasiswa dengan stigma. Stigma mengenai ODHA pada mahasiswa dalam penelitian ini dibedakan oleh usia, asal fakultas, dan tahun masuk ......Background: Despite advances in treatment and development of health technologies related to HIV, People Living With HIV/AIDS (PLWHA) still experience stigma and discrimination from family, community and health professionals. The presence of stigma from health professionals would restrain PLWHA to gain access to treatment and influence their quality of life. Study showed that positive attitude towards PLWHA in medical students could be gained by improving knowledge and increasing clinical exposure. A study on stigma towards PLWHA in health sciences students in Indonesia is lacking. This study aims to know the stigma towards PLWHA in students in Faculties of Medicine, Dentistry and Nursing of Universitas Indonesia. Methods: A descriptive cross-sectional study was conduct on 1400 healthcare students using an adapted questionnaire that had been used in previous study. Results: In general, students have high score in personal/culture beliefs on HIV (68.1%), knowledge (60.7%), and clinical interaction with PLWHA (80.9%). Score of each domain is significantly differed by students' age, year of university entry and faculty. The differences in total score of the questionnaire are significantly differed by level of stigma in personal/culture beliefs on HIV, knowledge, and clinical interaction with PLWHA. Conclusion: This study shows that the majority students had low stigma towards PLWHA, although there were still some students with stigma. The stigma towards PLWHA differed by students' age, year of university entry and faculty.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Anissa Noviana
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan: Mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan tenaga pendukung praktik kedokteran gigi terhadap prosedur kontrol infeksi di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (RSKGM FKG UI). Metode: Penelitian deskriptif potong lintang dilakukan kepada 30 responden; petugas administrasi, perawat gigi, dan petugas kebersihan di RSKGM FKG UI dengan cara mengisi kuesioner. Hasil: Terkait pengetahuan, rata-rata responden memberikan 43% jawaban benar, terkait sikap rata-rata responden memberikan 97% jawaban setuju dan terkait tindakan rata rata responden memberikan 55% jawaban melakukan tindakan kontrol infeksi. Kesimpulan: Pengetahuan kontrol infeksi responden tergolong buruk, sikapnya tergolong positif, namun tindakannya tergolong buruk.
ABSTRACT
Objective: To determine the level of knowledge, attitude, and practice of dental practice supporting personnel towards the infection control procedures in Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (RSKGM FKG UI) Methods: A cross-sectional descriptive study using a questionnaire conducted on 30 respondents; administrative staff, dental nurses, and cleaning service staff in RSKGM FKG UI Results: Related to knowledge an average respondents giving 43% correct answers, related to attitude an average respondents giving 97% agree statements and related to practice an average respondents provide 55% answers about performing infection control procedures. Conclusion: The knowledge of dental practice supporting personnel is poor, the attitude are positive, but the practice are classified as poor.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dovian Emely Suteja
Abstrak :
Tongue coating merupakan lapisan pada dorsum lidah yang berpotensi menjadi fokus infeksi dan sering ditemukan pada lansia karena berbagai faktor. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kebersihan mulut dengan tongue coating pada lansia mandiri di Kota Depok serta hubungannya dengan faktor-faktor sosiodemografi. Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada lansia mandiri di Kota Depok, Jawa Barat. Tingkat kebersihan mulut diukur menggunakan Simplified Oral Hygiene Index OHI-S . Keberadaan tongue coating dinilai secara visual. Data faktor-faktor sosiodemografi diperoleh dari pengisian kuesioner Hasil: Penelitian melibatkan 89 subjek dengan rentang usia 60-90 tahun. Rata-rata OHI-S ialah 2,94 1,02. Tingkat kebersihan mulut buruk ditemukan pada 41 48,3 subjek. Prevalensi tongue coating ialah 31,5 . Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat kebersihan mulut dan tongue coating pada lansia p>0,05 . Faktor-faktor sosiodemografi tidak berhubungan secara signifikan baik terhadap tingkat kebersihan mulut maupun tongue coating p>0,05 . Kesimpulan: Mayoritas subjek lansia mandiri memiliki tingkat kebersihan mulut yang buruk dan tidak mengalami tongue coating. Tingkat kebersihan mulut tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan tongue coating. Faktor-faktor sosiodemografi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan keduanya. ...... Introduction Tongue coating is a layer on the dorsum of tongue that could potentially become a focus of infection and often found in elderly due to various factors. Objectives This study aims to determine the relationship between oral hygiene status and tongue coating among independent elderly in Depok and their relationship with sociodemographic factors. Methods A cross sectional study was conducted on 89 subjects in Depok, West Java. The oral hygiene status was measured using Simplified Oral Hygiene Index OHI S . The presence of tongue coating was assessed visually. Sociodemographic factors data are obtained from questionnaires. Results The study included 89 independent elderly subjects, ranging from 60 to 90 of age. The mean OHI S score is 2.94 1.02. Poor oral hygiene was found in 41 48.3 subjects. The prevalence of tongue coating was 31.5 . No statistically significant association was found between the oral hygiene status and tongue coating among elderly p 0.05 . Sociodemographic factors were not significantly associated with oral hygiene and tongue coating. p 0.05 . Conclusion Most independent elderly subjects have poor oral hygiene and no tongue coating. Oral hygiene is not significantly associated with tongue coating. Sociodemographic factors do not significantly affect the association between both of them.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramita Putri Pertiwi
Abstrak :
ABSTRAK
Kondisi medis pasien akan mempengaruhi modifikasi perawatan dental dan dapat bermanifestas pada rongga mulut. Catatan rekam medik yang terintegrasi antara kesehatan sistemik dan kesehatan gigi dan mulut diperlukan untuk membangun standar informasi kesehatan pasien dan kemungkinan keterkaitan antara penyakit. Tujuan: Mengetahui pola kondisi medis pasien dan informasi yang terkait kondisi medis tersebut berdasarkan rekam medik RSKGM FKG UI dalam periode Januari ndash; Desember 2016. Metode: Penelitian deskriptif dari data sekunder rekam medik status kesehatan gigi dan mulut pasien RSKGM FKG UI dalam periode 2016. Hasil: Tercatat 4649 pasien yang tercatat, sebanyak 1820 pasien 39.14 dan tercatat 586 kondisi medis pasien dengan frekuensi penyakit tertinggi meliputi alergi sebanyak 215 pasien, kelainan gastrointestinal sebanyak 190 pasien, dan kelainan kardiovaskular 77 pasien. Informasi terkait penyakit sistemik yang ditanyakan adalah durasi, konsumsi obat, kondisi terakhir, dan lain-lain. Pasien RKSGM UI yang berkunjung ke departemen Ilmu Penyakit Mulut relatif lebih banyak memiliki riwayat kondisi sistemik kelainan pencernaan sebanyak 17 pasien 23.3 . Kesimpulan: Alergi, kelainan gastrointestinal, dan kelainan kardiovaskular merupakan kondisi terbanyak pada pasien RSKGM FKG UI tahun 2016.
ABSTRACT
Patients medical condition will be related to dental treatment modification and oral manifestations. An integrated medical record systemic health and oral health is required to establish patient health information standard and possible linkage between diseases. Objective To describe patients medical condition pattern and any information related to the condition based on their dental records of RSKGM Faculty Dentistry Universitas Indonesia in January December 2016. Method this study was descriptive research through secondary data of medical record dental and oral health status to record and analyze patient medical history of RSKGM Faculty of Dentistry Universitas Indonesia in 2016 period. Result From 4649 patients recorded, there were 1820 patients 39.14 and there were 586 patients who have medical conditions with the highest frecuency of disease, allergy 215 patients, gastrointestinal abnormalities 190 patients, and abnormalities cardiovascular 77 patients. The most common related medical condition information which asked include duration, drug consumption, last condition, and others. Patients of RKSGM Universitas Indonesia who visited Department of Oral Medicine were relatively having history of gastrointestinal abnormalities systemic conditions, as many as 17 patients 23.3 . Conclusions allergies, gastrointestinal abnormalities, and cardiovascular disease have the common rsquo s systemic condition in patient visiting RSKGM FKG UI in 2016.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lila Fairuz Febriyanty
Abstrak :
Latar belakang: Saat ini Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) masih merasakan stigma dan diskriminasi dari keluarga, masyarakat, dan tenaga kesehatan walaupun perkembangan virus HIV dapat dikendalikan berkat kemajuan teknologi di bidang kesehatan. Stigma pada pelayanan kesehatan dapat menghambat ODHA untuk mengakses perawatan sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup. Peningkatan pengetahuan dan paparan klinis pada mahasiswa kedokteran dapat meningkatkan sikap positif pada ODHA. Belum pernah ada penelitian besar di Indonesia terkait stigma mengenai ODHA pada tiga mahasiswa fakultas kesehatan. Metode: Penelitian ini menggunakan deskriptif potong lintang pada 1400 mahasiswa menggunakan kuesioner tentang stigma terhadap ODHA yang pernah dipakai sebelumnya. Kuesioner ini telah diadaptasi lintas budaya ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil: Secara keseluruhan, mahasiswa mendapatkan skor yang tinggi pada skor keyakinan pribadi/budaya tentang HIV (68,1%), skor pengetahuan mengenai HIV (60,7%) dan skor interaksi klinis dengan pasien HIV-positif (80,9%). Terdapat perbedaan bermakna antara usia, angkatan dan fakultas dengan masing-masing subskor. Terdapat hubungan yang signifikan antara total subskor dengan keyakinan pribadi/budaya tentang HIV, pengetahuan megenai HIV dan interaksi klinis dengan pasien HIV-positif. Kesimpulan: Stigma mengenai ODHA pada mayoritas mahasiswa kesehatan di RIK UI adalah rendah, namun masih ada sejumlah mahasiswa dengan stigma. Stigma mengenai ODHA pada mahasiswa dalam penelitian ini dibedakan oleh usia, asal fakultas, dan tahun masuk.
Background: Currently people living with HIV/AIDS (PLWHA) still feel stigma and discrimination from their families, communities, and health workers even though the development of the HIV virus can be controlled thanks to technological advances in the health sector. Stigma in health services can prevent people living with HIV from accessing care so that it can affect their quality of life. Enhancement knowledge and clinical exposure to medical students can increase positive attitudes towards PLWHA. There has never been a major study in Indonesia related to the stigma regarding PLWHA in three health faculty students. Methods: This study used a cross-sectional descriptive study on 1400 students using a questionnaire about stigma against PLWHA that had been used before. This questionnaire has been adapted cross-culturally into Indonesian. Results: Overall, students scored highly on personal/cultural beliefs about HIV (68.1%), knowledge about HIV (60.7%) and clinical interaction scores with HIV-positive patients (80.9%) . There is a significant difference between age, class and faculty with each subscore. There is a significant relationship between the total subscore and personal/cultural beliefs about HIV, knowledge about HIV and clinical interactions with HIV-positive patients. Conclusion: Stigma regarding PLWHA in the majority of health students at RIK UI is low, but there are still a number of students with stigma. Stigma regarding PLWHA in students in this study was distinguished by age, faculty origin, and year of admission.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarine Aru Ariadno
Abstrak :
Latar Belakang: Epidemi HIV/AIDS masih menjadi salah satu sorotan di masalah kesehatan di dunia, khususnya Indonesia menduduki peringkat 5 sebagai negara paling berisiko HIV/AIDS di benua Asia. Level tinggi Replikasi virus HIV secara terus menerus akan menurunkan jumlah limfosit T CD4 dalam tubuh, hingga suatu saat sistem kekebalan tubuh akan menurun drastis yang memudahkan terjadinya gejala infeksi oportunistik hingga berakhir dengan kematian. Memberikan akses terhadap pelayanan kesehatan gigi primer yang diperoleh melalui pengenalan Manifestasi oral tertentu menjadi tolak ukur dalam menegakkan diagnosis dini infeksi HIV yang nantinya akan menunjang kualitas hidup ODHA. Penguasaan pengetahuan serta sikap komprehensif yang dibutuhkan oleh dokter gigi dalam memberikan perawatan pada ODHA. Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan siswa klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKGUI) tentang HIV/AIDS. Metode: Penelitian statistik deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan mengambil data primer secara langsung pada keseluruhan responden siswa klinik FKGUI. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang menilai tiga komponen HIV/AIDS, meliputi tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan perawatan gigi. Hasil Penelitian: Dari total 275 responden, mayoritas dalam populasi penelitian (84,4%) adalah perempuan. Tingkat pengetahuan mahasiswa klinik FKGUI cukup baik (70,2% responden) dengan kecenderungan meningkat seiring bertambahnya usia serta meningkatkan tingkat studi di klinik dilihat dari angkatan masuk. Dari total tujuh indikator pada komponen pengetahuan, hanya indikator penularan dan cara penularan HIV/AIDS menunjukkan tingkat pengetahuan yang rendah, dengan jumlah lebih dari setengah dari responden. Berbeda dengan tingkat pengetahuan, sikap mahasiswa klinis FKGUI tentang HIV/AIDS cukup memadai dengan persentase 84% responden total ke dalam kategori sikap netral. Kemudian, sikap negatif hanya dimiliki oleh responden wanita dengan rentang usia 21-23 tahun yang memasuki tahun 2017- 2018. Tindakan responden terhadap HIV/AIDS tergolong positif (91,6%) dan tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan, baik berdasarkan jenis kelamin, usia dan generasi dalam variabel tindakan. Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun tingkat pengetahuan dan tindakan responden tentang HIV/AIDS baik, sikap responden masih tergolong netral terhadap ODHA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Dwiputri
Abstrak :
Latar belakang: Pada tahun 2020 dunia dilanda pandemi COVID-19 yang berdampak pada perubahan metode pembelajaran menjadi pembelajaran daring secara mendadak di seluruh lembaga pendidikan termasuk institusi kedokteran gigi. Hal ini menjadi tantangan bagi mahasiswa kedokteran gigi untuk beradaptasi dengan pembelajaran daring baik pada pembelajaran teori maupun praktik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persepsi dan sikap mahasiswa kedokteran gigi Universitas Indonesia mengenai pembelajaran daring selama pandemi COVID-19. Metode: Penelitian menggunakan desain cross-sectional dan dilakukan secara daring pada bulan November hingga Desember 2022. Populasi penelitian adalah mahasiswa klinik dan preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Kuesioner terdiri dari 55 pernyataan mengenai sosiodemografi, informasi umum, dampak psikoemosional dan akademis akibat pandemi COVID-19, dan persepsi dan sikap mengenai pelaksanaan pembelajaran daring selama pandemi COVID-19. Hasil: Didapatkan 677 responden dengan response rate 99,4%. Mayoritas responden setuju bahwa mereka mengalami kecemasan akibat pandemi COVID-19. Dampak akademis yang paling signifikan dirasakan oleh responden adalah waktu belajar yang lebih banyak, kecemasan terhadap hasil pembelajaran, kehilangan kontak sosial dengan dosen dan kolega, dan hilangnya praktikum berpengaruh pada performa akademis responden. Persepsi dan sikap responden mengenai pembelajaran daring selama pandemi COVID-19 relatif baik meskipun mengalami beberapa tantangan seperti kendala teknis dan kualitas kelas daring yang berbeda antar subjek dan antar dosen. Mayoritas responden memilih pembelajaran hybrid. Mayoritas responden setuju bahwa mata kuliah teori dapat dilaksanakan secara daring, namun mayoritas responden tidak setuju bahwa mata kuliah praktik dapat dilaksanakan secara daring. Mayoritas responden tidak setuju bahwa pembelajaran daring lebih efektif dibandingkan pembelajaran tatap muka. Kesimpulan: Mahasiswa melaporkan persepsi dan sikap yang relatif baik mengenai pembelajaran daring selama pandemi COVID-19 namun terdapat tantangan dan hambatan yang diidentifikasi. Mahasiswa memilih pembelajaran hybrid dengan mata kuliah teori dilakukan secara daring dan mata kuliah praktik dilakukan secara tatap muka sebagai metode pembelajaran yang diminati. ......Background: Institutions worldwide including dentistry have been forced to deal with changes amid the COVID-19 pandemic, which is a rapid switch to online learning format. This leads to challenges and limitations experienced by dental students to adapt in both theoretical and practical courses. The aim of this study is to assess the perceptions and attitudes of online learning during the COVID-19 pandemic on dental students in Faculty of Dentistry, University of Indonesia. Methods: A cross-sectional study was conducted from November to December 2022 on a population of clinical and preclinical dental students in Faculty of Dentistry, University of Indonesia. The survey was comprised of 55 items which evaluate sociodemographic data, general information, psycho-emotional and educational impact of COVID-19 pandemic, and perceptions and attitudes of online learning during COVID-19 pandemic. Results: This study yielded a response rate of 99.4%. Majority of students reported increased anxiety during COVID-19 pandemic. The most significant educational impact due to COVID-19 pandemic including more time to study, concerns on learning outcomes, loss of social contacts with teachers and colleagues, and the loss of practical courses affecting academic performance. Students suggest relatively positive perception and attitudes of online learning, however several obstacles and challenges observed including technical issues and difference of online classes’ quality among subjects and teaching faculty. Majority of students preferred hybrid learning. Majority of students agree that theoretical courses could be carried out in online format, however majority of students disagree that practical courses could be carried out in online format. Conclusion: Students reported generally positive perceptions and attitudes of online learning, however several obstacles and challenges observed. Students preferred hybrid learning whereas theoretical courses carried out in online format and practical courses carried out in face-to-face format.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>