Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
N.A.B Vera
Abstrak :
Kaliks[n]aren mempakan ligan makrosiklik yang dibentuk oleh unit-unit fenolyang termetilasidan dapat membentuk kompleks dengan ion-ion logam. Penelitian ini bertujuan untuk tetapan ionisasi asam pertama (Kai) dari 25,26,27,28-tetra-karboksi-metoksi-5,11,17,23-tetra-tert-butil-kaliks[4]aren (kaliks[4]aren, LH4), 37,38,39,40,41,42-heksakis-karboksi-metoksi- 5,ll,17,23,29,35-heksakis-tert-butil-kaliks[6]aren (kaliks[6]aren,LH6) dan 49,50,51,52,53,54,55,56-okta-karboksi-metoksi-5,l 1,17,23,29,35,41,47- okta-tertbutii- kaliks[8]aren (kaliks[8]aren, LHg). Selanjutnya ligan dengan 4, 6 dan 8 gugus karboksilat tersebut dipelajari konstanta kestabilan kompleksnya dengan ion Yb^^ pada daerah pH sekitar pKai. Percobaan dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UVA^is berkas ganda. Kurva Absorbans (Absorbansi vs Panjang gelombang) dari ketiga ligan dipelajari pada berbagai pH dengan kenaikan 0,50 - 1,00 satuan pada kisaran pH 1,00 - 10,00 dibuat untuk menentukan titik-titik isobestiknya. Selanjutnya Kai ditentukan dengan membuat kurva Absorbansi vs Panjang Gelombang dengan daerah pH yang lebih sempit (0,03 - 0,5 satuan pH ). Dari spektrum serapan yang diperoleh, dibuat grafik Absorbansi vs pH dari panjang gelombang sebelum dan sesudah titik isobestik pertama. Kestabilan reaksi kompleks Yb(III)-Kaliks[n]aren ditentukan dengan menggunakan metode mol-rasio pada daerah pH 1,6-1,7 untuk mempelajari pengaruh ukuran molekul ligan terhadap kestabilan kompleks. Pada daerah pH yang dipelajari titik isobestik yang telah didapat untuk kaliks[4]aren, kaliks[6]aren dan kaliks[8]aren berturut-turut 4, 5, dan 3 dengan titik isobestik pertama terdapat pada panjang gelombang 242,3 nm, 237,9 nm, dan 234,4 nm. Dengan bertambahnya gugus karboksilat dan ukuran rongga ionisasi pertama lebih sukar teijadi. Nilai pKai rata-rata yang diperoleh dari kaliks[4]aren = 1.93 ; kaliks[6]aren = 1.97 ; kaliks[8]aren = 2.16 dan nilai konstanta kestabilan kompleks Yb(in)-kaliks[4]aren 5.4905.10^^; Yb(m) kaliks[6]aren 3.6697.lO^V Yb(III)-kaliks[8]aren 2.0508 . 10.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juniar Putri
Abstrak :
Logam berat merupakan unsur kimia yang mempunyal sifat racun (toksik) terhadap hewan dan manusia (zootoxiclty), juga tumbuhan (fitotoxiclty). Sebuah penemuan yang turut berperan panting daiam mengatasi pencemaran lingkungan oleh logam berat adalah dengan ditemukannya mineral zeolit. Dengan kemampuan adsorpsi dan.desorpsi serta pertukaran ion yang dimiliki zeolit, ia dapat digunakan untuk menyerap logam-logam berat pencemar. |V\»LIK pERPUSTAKft&N fmipa-u I Penelitian ini menggunakan aktivasi dengan basa dan impregnasi dengan mangan serta KMn04 dalam memodifikasi zeolit untuk menyerap logam berat yaitu kobalt (Co), timbal (Pb), dan krom (Cr). Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh aktivasi basa dan impregnasi mangan dan KMn04 ' ; tersebut pada daya serap zeolit alam bayah terhadap logam berat Co^"*", Cr^"",, dan Pb^"". Ketiga unsur tersebut merupakan logam berat yang berbahaya karena mempunyal efek buruk pada kesehatan. Zeolit dimodifikasi dengan berbagai jenis perlakuan. Yaitu zeolit tanpa perlakuan (Zo), zeolit yang hanya teraktivasi (Za), zeolit tanpa aktivasi dengan impregnasi (Zoi), zeolit teraktivasi dan terimpregnasi (Zai), zeolit tanpa aktivasi yang diimpregnasi dan dioksidasi (Zoix). dan zeolit yang diaktivasi, diimpregnasi dan dioksidasi (Zaix) n Aktivasi basa menggunakan NaOH yang optimum pada kondisi ukuran zeolit 150 mesh dan perbandingan antara berat zeolit (g) dengan volume NaOH (ml) yaitu 1:4. Impregnasi zeolit menggunakan MnCl2.4H20 2M, kemudian oksidasi mangan zeolit menggunakan KMn04 0,5 % dalam suasana basa yang dibuat melalui penambahan KOH 1,25 M dengan perbandingan volume 1:1 dengan volume KMn04. Zeolit dengan berbagai jenis perlakuan tersebut kemudian digunakan untuk menyerap logam berat Cr(lll), Co(ll), dan Pb(ll) dengan mengalirkan masing-masing 10 ppm atau dalam mek : 576,92 x 10"^; 338,98 x 10"^ ; dan 96 X 10'® mek melalui kolom berdiameter 10 mm. Zeolit dengan perlakuan aktivasi, impregnasi, dan oksidasi menunjukkan kondisi paling baik karena mampu menyerap seluruh logam berat yang melewatinya, dan dapat meminimalisir mangan yang terdesorpsi dari zeolit. Bahkan, untuk zeolit yang digunakan untuk menyerap Cr(lll) dan Pb(li) tidak ditemukan adanya mangan yang terdesorpsi. Proses yang terjadi dalam penyerapan logam berat ini adalah sebagian kecil pertukaran kation dan sebagian besarnya adsorpsi (penjerapan) logam dalam rongga zeolit yang telah diimpregnasi oleh oksida mangan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanullang, Guarda
Abstrak :
Bentonit adalah nama dagang untuk lempung monmorilonit (smektit) yang dapat digunakan sebagai adsorben, zat pemutih, katalisator. Bentonit alam karangnunggal merupakan jenis kalsium bentonit mempunyai KTK (Kapasitas Tukar Kation) yang relatif besar (80-140 mek/IOOg). Aktivasi asam dan aktivasi pemanasan dilakukan dengan maksud memperoleh bentonit dengan nilai KTK yang lebih besar. Aktivasi asam divariasikan dari konsentrasi 0,025-2,5 M H2SO4, aktivasi pemanasan divariasikan 100-500°C. KTK yang lebih besar dari bentonit tanpa aktivasi diperoleh pada aktivasi 0,025 M H2SO4 dan aktivasi pemanas'anlOO °C yaitu 47,41 mek/IOOg dan 48,82 mek/100g. Larutan (50 ppm), Zn^^ (50 ppm) diadsorpsi secara optimum oleh bentonit aktivasi 0,025 H2SO4 tetapi Mn^ (50 ppm) diadsorpsi secara optimum oleh bentonit aktivasi 0,25 M H2SO4. Aktivasi diatas 100 °C mengakibatkan adsorpsi bentonit terhadap larutan logam cenderung berkurang. Grafik adsorpsi bentonit terhadap logam yang dibuffer menunjukkan pada pH 5-pH 6 adalah kondisi terbaik penyerapan larutan logam. Analisa XRD memperlihatkan tidak ada perubahan yang berarti terhadap sudut difraksi (0) dan jarak pisah bidang kisi pemantui (d) sehingga dapat dikatakan tidak terjadi kerusakan struktur bentonit
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Arifah
Abstrak :
Kemajuan industri yang terus berkembang banyak memanfaatkan bahan kimia yang berbahaya dan menghasilkan limbah kimia beracun. Salah satu limbah kimia beracun yang dihasilkan 4-Nitrofenol (4-NP). Salah satu cara untuk menanggulangi limbah 4-Nitrofenol adalah dengan mereduksinya menggunakan reduktor seperti NaBH4. Hasil yang didapat dari proses reduksi adalah 4-Aminofenol (4-AP). Proses reduksi tidak sempurna bila tidak menggunakan katalis. Katalis yang digunakan zeolit@NiO, zeolit@CuO, dan zeolit@CuO-NiO. Zeolit yang digunakan berfungsi sebagai template dari katalis oksida. Setiap katalis mempunyai kondisi optimum yang berbeda-beda. Urutan dengan aktivitas katalis adalah zeolit@CuO-NiO>zeolit@CuO>zeolit@NiO. Zeolit@CuO-NiO memiliki daya katalis yang paling baik, dengan adanya efek sinergi dari kedua katalis. Penggunaan katalis zeolit@CuO-NiO pada kondisi optimum 50 mg katalis dengan waktu reduksi 3 menit dalam mereduksi 4-Nitrofenol 8,6 x 10-5 M dan menghasilkan persen reduksi 100%. Penggunaan katalis zeolit@CuO pada kondisi optimum 50 mg dengan waktu reduksi 20 menit dan menghasilkan persen reduksi 100%. Katalis zeolit@NiO pada kondisi terbaik15 mg pada penilitan ini dengan waktu reduksi 45 menit dan menghasikan persen reduksi 66,98% dalam mereduksi 4-Nitrofenol 8,6 x 10-5 M. Proses reduksi dapat dibuktikan dari pergeseran λmaks 400 nm hasil intermediet ion Nitrofenolat dengan muncul peningkatan absorbansi pada λmaks 300 nm. Hasil akhir yang didapatkan 4-Aminofenol. ...... The growing progress industries are much using a hazardous chemicals and toxic waste. One of toxic chemical waste generated 4-Nitrophenol (4-NP). The one way to tackle the waste 4-Nitrophenol is by reduction using a reducing agent such as NaBH4. The results a reduction process is 4-minophenol (4-AP). The reduction process is not perfect when not using the catalyst. The catalysts used are zeolite@NiO, CuO zeolite@CuO and zeolite@CuO-NiO. Zeolites are used as a template function of oxide catalysts. Each catalyst has optimum conditions in different way. The activities of the catalyst are zeolite@CuONiO> zeolite@CuO>zeolite@NiO. Zeolite@CuO-NiO has the best catalyst, with a good combine effect of the two catalysts. The optimum condition of catalysts zeolite@CuO-NiO in weight of 50 mg catalyst, with a time 3 minutes in a reducing of 4-Nitrophenol 8.6 x 10-5 M and resulted in 100% percent reduction. Catalysts zeolite@CuO in the optimum conditions of weight 50 mg with a time reduction 20 minutes and may produce 100% percent reduction. Zeolite@NiO catalyst at the best conditions of weight 15 mg in this experiment, with a time reduction of 45 minutes and generate 66.98% percent reduction of 4-Nitrophenol 8.6 x 10-5 M. The reduction process shown by shifted λmaks 400 nm, Nitrofenolat ion intermediates increase in absorbance at 300 nm λmaks and the final result is 4-Aminophenol.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annis Safitri Febrianti
Abstrak :
Pembuatan TiO2 nanotube telah berhasil dilakukan. TiO2 nanotube dihasilkan dari proses anodisasi plat Ti dalam larutan elektrolit garam flourida dalam etilen glikol. Proses anodisasi dilakukan dengan menggunakan potensial 40 V selama 1 jam. TiO2 nanotube yang terbentuk kemudian didispersikan dalam larutan hidrogen peroksida, sehingga membentuk koloid TiO2. Penggunaan koloid TiO2 salah satunya adalah untuk melapisi TiO2 pada permukaan bahan agar memiliki kemampuan self cleaning. Pelapisan TiO2 pada kain dan kaca telah berhasil dilakukan. Pelapisan TiO2 pada kain diperlukan penambahan spacer kimia dan perendaman kain dalam koloid TiO2. Pada pelapisan permukaan kaca dengan TiO2 dilakukan dengan cara penetesan koloid TiO2 pada permukaan kaca. Permukaan bahan yang telah dilapisi TiO2 dikarakterisasi dengan menggunakan SEM, UV-Vis DRS, FTIR, dan Contact Angle Meter. Setelah terlapisi dengan TiO2 permukaan kain kaca diuji kemampuan self cleaning dengan menggunakan zat warna Rhodamin B. Telah didapatkan hasil pengujian aktivitas fotokatalis dari kain dan kaca yang telah terlapisi TiO2 dengan menggunakan iluminasi sinar matahari dan sinar UV. Kain yang telah terlapis TiO2 dapat mendegradasi zat warna sebesar 60,67% dengan iluminasi sinar UV selama 100 menit dan sebesar 75,63 % dengan iluminasi sinar matahari selama 180 menit. Kaca yang telah terlapis TiO2 dapat mendegradasi zat warna sebesar 53,01% dengan iluminasi sinar UV selama 60 menit, tidak terdeteksi pada 80 dan 100 menit dan sebesar 39,65% dengan iluminasi sinar matahari selama 20 menit, tidak terdeteksi pada 40, 60, 80 dan 100 menit. ......Preparation of TiO2 nanotubes have been successfully carried out. The TiO2 nanotubes were produced by anodizing Ti plate in proper electrolyte solution. Anodizing process is performed by using a potential of 40 V for 1 hour. The formed TiO2 nanotubes were then dispersed in the water containing hydrogen peroxide, to obtain TiO2 colloidal. The water base colloidal of TiO2 then was applied to prepare a cloth/fabric and glass those have a self cleaning property. TiO2 coating on the fabric required the addition of a chemical spacer and soaking fabrics in TiO2 suspension. While surface coating of the glass with TiO2 done by dripping of glass surface in the colloidal of TiO2. The materials those have been coated with TiO2 the were characterized by using SEM, UV-Vis DRS, FTIR, and Contact Angle Meter. In addition the TiO2 coated glass fabric was tested its self-cleaning ability by using Rhodamine B dyes, under illumination of sunlight and UV rays. The test result of cloth/fabric which has been coated TiO2 showed that under UV light illumination for 100 minutes, it can degrade the dye by 60,67%, while under with sunlight illumination for 180 minutes can degrade up 75,63%. For the glass that has been coated with TiO2, the test showed that, under illumination of UV light for 60 minutes, it can degrade 53,01% of the dye, not detected for 80 and 100 minutes and under illumination of the sunlight for 20 minutes can degrade 39,65% of the dyes, not detected for 40,60,80 and 100 minutes.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Cahaya Dani
Abstrak :
Logam berat seperti nikel dan kadmium yang berasal dari limbah-limbah hasil kegiatan manusia (industi, domestik) dapat mengakibatkan pencemaran dan mengendap pada sedimen dasar laut. Perubahan pH perairan, dapat menyebabkan terjadinya proses pelepasan (leaching) logam di sedimen ke badan perairan kemudian terbioakumulasi pada biota di lingkungan tersebut. Untuk melihat adanya pengaruh perubahan pH pada proses pelepasan (leaching) logam tersebut, dilakukan ekstraksi pada sedimen dengan berbagai variasi pH (TCLP method). Dari hasil studi pelepasan tersebut terdeteksi adanya logam kadmium (Cd) dan nikel (Ni), untuk melihat sifat bahaya dari logam kadmium dan nikel, dilakukan uji simulasi bioakumulasi logam pada biota perairan dengan menggunakan bioindikator Cyprinus carpio (OECD Guideline 305). Berdasarkan hasil data analisa didapatkan kadar nikel dalam sedimen pada ekstrak pH 3, 5 dan 7 mencapai 2,55 - 27,94 μg/g sedangkan untuk kadmium mencapai 4,31- 4,68 μg/g. Pengamatan bioakumulasi logam nikel dan kadmium pada ikan dilakukan selama 28 hari dengan melihat kadar kadmium dan nikel pada daging dan insang ikan. Pada daging ikan, konsentrasi kadmium tertinggi yaitu sebesar 3,179 μg/g sedangkan pada insang adalah 5,392 μg/g. Konsentrasi nikel tertinggi pada daging ikan adalah sebesar 4,557 μg/g sedangkan untuk insang adalah sebesar 10,417 μg/g. Hasil studi menunjukkan adanya akumulasi logam kadmium dan nikel pada biota. ......Heavy metals such as nickel and cadmium from the waste of human activities (industry, domestic,) can lead the pollution and sediments deposited on the seabed. Water pH changing, can lead to the release (leaching) metals in the sediment into the water body and then it will be bioaccumulated on biota arround the environment. To see the effect of pH changing on the release (leaching) of these metals, extracting the sediment at pH variations has done (TCLP method). From the results of detection metals cadmium (Cd) and nickel (Ni) release studies, to see the hazards of cadmium and nickel metal, carried out a simulation of bioaccumulation test on biota using bioindikator Cyprinus carpio (OECD Guideline 305). Based on the analysis of data obtained in the nickel content in the sediment extract pH 3, 5 and 7 reached 2.55 to 27.94 μg/g, while for cadmium reaches 4.31 to 4.68 μg/g. Observation of metallic nickel and cadmium bioaccumulation in fish hass done for 28 days by looking at levels of cadmium and nickel on the gills of fish and meat. In the flesh of fish, the highest cadmium concentration of 3.179 μg/g while in the gills is 5.392 μg/g. The highest nickel concentrations in fish flesh is equal to 4.557 μg/g while for gill is equal to 10.417 μg/g. The study results indicate the presence of cadmium and nickel metal accumulation on biota.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42602
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Fernanda
Abstrak :
Pencemaran perairan oleh logam berat didaerah peternakan kerang sangat membahayakan bagi Perna viridis yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh karena itu untuk melihat tingkat pencemaran, dilakukan penelitian kadar logam pada Perna viridis, air dan sedimen. Untuk melihat kontribusi sedimen dalam mencemari perairan maka dilakukan ekstraksi sedimen dengan fraksi pada pH 3, pH 5 dan pH 7 sebagai simulasi proses pelepasan logam dari sedimen ke perairan karena pengaruhan pH. Kadar logam pada Perna viridis, air dan sedimen dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kandungan logam Pb pada Perna viridis besar berkisar antara 0,6868 mg/kg hingga 5,7090 mg/kg. Kandungan logam Ni pada Perna viridis berkisar antara 0,4161 mg/kg hingga 3,8218 mg/kg. Kandungan logam Cr pada Perna viridis berkisar antara 0,2245 mg/kg hingga 3,4446 mg/kg. Kandungan logam Cd pada Perna viridis berkisar antara 0,2019 mg/kg hingga1,3468 mg/kg. Kandungan logam Pb, Ni, Cr dan Cd pada air yaitu 0,1561 mg/L; 0,0255 mg/L; 0,0222 mg/L dan 0,0113 mg/L. Kandungan logam berat Pb, Ni, Cr dan Cd pada sedimen yaitu sebesar 41,2522 mg/kg; mg/kg; 36,5143 mg/kg; 17,2292 mg/kg dan 10,8192 mg/kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa logam-logam Pb, Ni, Cr dan Cd yang terdapat pada sedimen dapat terlepas dengan ekstraksi, hal ini menandakan bahwa sedimen berkontribusi terhadap akumulasi logam pada kerang dan air.
Heavy metal pollution of waters by shellfish farming area is very dangerous for Perna viridis that consumed by many people. Therefore to see the level of pollution, conducted research on the metal content of Perna viridis, water and sediment. To see the contribution of sediment in the polluted waters of the sediment extraction fraction at pH 3, pH 5 and pH 7 as a simulation of the process of metal release from sediment into the water because of the influence of pH. Metal content in the Perna viridis, water and sediments were analyzed using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Based on the results of the study, obtained the metal content of Pb in Perna viridis between 0.6868 mg / kg to 5.7090 mg / kg. Perna viridis Ni metal content in the range between 0.4161 mg / kg to 3.8218 mg / kg. Cr metal content in the Perna viridis ranged from 0.2245 mg / kg to 3.4446 mg / kg. Cd metal content in the Perna viridis ranged from 0.2019 mg/kg to 1, 3468mg/kg. Metal content of Pb, Ni, Cr and Cd in water is 0.1561 mg / L; 0.0255 mg / L; 0.0222 mg / L and 0.0113 mg / L. The content of heavy metals Pb, Ni, Cr and Cd in the sediment that is equal to 41.2522 mg / kg; mg / kg; 36.5143 mg / kg; 17,2292 mg/kg and 10.8192 mg / kg. The results showed that the metals Pb, Ni, Cr and Cd are found in sediments can be separated by extraction, it indicates that the sediments contribute to the accumulation of metals in shellfish and water.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42684
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Daniel Jeffry
Abstrak :
ABSTRAK
Logam arsen merupakan salah satu logam berat yang berbahaya karena bersifat toksik jika terakumulasi dalam jaringan mahkluk hidup dan sulit terdegradasi dalam lingkungan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran logam arsen yang terdapat di dalam fraksi sedimen, mengetahui pengaruh pH pada proses ekstraksi sedimen serta mengetahui tingkat bioakumulasi logam arsen baik sebagai arsen (As) tunggal maupun campuran logam pada ikan mas (Cyprinus carpio L.). Proses pengambilan sampel sedimen dilakukan di tiga stasiun di perairan Teluk Jakarta. Proses pembuatan larutan ekstraksi berdasarkan prosedur TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure). Proses bioakumulasi dilakukan dengan memberikan toksikan kepada biota uji yaitu ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang berlangsung selama 28 hari. Adapun toksikan yang diberikan adalah arsen tunggal dan arsen dalam campuran logam yang terdapat dalam sedimen. Sampel sedimen dan biota uji tersebut dianalisis dengan menggunakan AAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan logam arsen yang terdapat dalam sedimen di perairan Teluk Jakarta berkisar 1,008 -1,552 µg/g. Berdasarkan baku mutu standar internasional Dutch Quality Standards for Metals in Sediment, level terendah konsentrasi As yang masih dapat ditolerir sebesar 29 mg/kg. Kandungan logam arsen berdasarkan ekstraksi pH 3, 5, dan 7 berturut-turut adalah 0,049-0,058 µg/g, 0,077-0,091µg/g, 0,045-0,069 µg/g. Sedangkan konsentrasi logam As yang terbioakumulasi pada Cyprinus carpio L. yang diberi toksikan arsen tunggal yaitu bagian insang sebesar 0,177 µg/g dan daging sebesar 0,166 µg/g. Sementara logam arsen yang terbiokumulasi pada Cyprinus carpio L. yang diberi toksikan arsen dalam campuran logam yaitu pada bagian insang sebesar 0,166 µg/g dan daging sebesar 0,162 µg/g. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan arsen dalam sedimen di Teluk Jakarta masih tergolong aman dan pH berpengaruh dalam proses pelepasan logam arsen dalam sedimen serta logam arsen berpotensi terbioakumulasi dalam tubuh biota.
ABSTRACT
Arsenic is one of dangerous heavy metal that is toxic if it accumulates in living tissue and it is difficult to degrade in the environment. This research was conducted to determine the level of arsenic contamination present in the sediment fraction, determine the effect of pH on the extraction process and determine the level of bioaccumulation of sediment arsenic well as arsenic (As) single or a mixture of metals in carp (Cyprinus carpio L.). The process of sediment sampling conducted at three stations in Jakarta Bay of waters. The process of making extraction solution based on TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) procedure. Bioaccumulation process is done by giving the test toxicant to Cyprinus carpio L. and is held for 28 days. The toxicant was given a pure arsenic and arsenic that mix with another metals in the sediments. Sediment and biota samples were analyzed by AAS. The results showed that the levels of arsenic in the sediment ranged 1,008 -1.552 µg/g. Based on Dutch Quality Standards for Metals in Sediments international the lowest concentrations of As can still be tolerated by 29 µg/g. The level of the arsenic content by extraction pH 3, 5, and 7 in a row is 0.049 to 0.058 µg/g, 0.077 to 0.091 µg/g, from 0.045 to 0.069 µg/g. While the heavy metal concentrations of As in Cyprinus carpio L. bioaccumulated who were given a pure arsenic toxicant in the gills is 0,177 µg/g and the flesh is 0,166 µg/g. While arsenic bioaccumulated in Cyprinus carpio L. that given arsenic mixed toxicant with another alloy in the gills is 0,166 µg/g and in the flesh is 0,162 µg/g. This case indicates that the level of arsenic in sediments is still relatively safe, pH influence the process of arsenic released in sediment and the arsenic is potentially bioaccumulated organism.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42596
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
Abstrak :
Zeolit ZSM-5 dan zeolit Y merupakan zeolit yang sangat penting dalam industri karena struktur pori dan susunan kristal kedua zeolit mi memungkinkannya dapat digunakan sebagai katalis, adsorben, penukar ion dan penyaring molekul. Penelitian mi bertujuan untuk membuat zeolit ZSM-5 dan zeolit Y secara refluks serta menguji daya katalitiknya pada reaksi konversi 1-heksanol menjadi senyawa karboksilat dan ester. Pada penelitian mi zeolit ZSM-5 dibuat dengan penambahan katalis natrium fluorida (NaF) sebingga dibandingkan dengan penelitian sebelumnya dimana temperatur reaksi 180 °C dan waktu pemanasan selama 270 jam dapat diturunkan. Selain itu pula digunakan reaktor teflon (PTFE) agar diperoleh kristal zeolit yang lebih putih. Pembuatan zeolit Y dilakukan dengan menggantikan sumber silika koloid yang seharusnya digunakan seperti Silica Colloidal Ludox HS-40 - pereaksi yang umum digunakan untuk pembuatan zeolit Y - dengan bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan zeolit ZSM-5. Selain itu pula dilakukan variasi aging untuk melihat waktu aging maksimal sebelum dilakukan proses pemanasan pada suhu 95 °C selama 50 jam. Zeolit yang dihasilkan selanjutnya dianalisa dengan spektrofotometer FT - IR dan difraktometer Sinar-X (XRD). Agar kedua zeolit dapat berfungsi sebagai katalis asam, maka kedua zeolit tersebut diaktivasi menjadi bentuk asamnya yaitu zeolit HZSM-5 dan zeolit HY dengan cara memberi perlakuan amonium sulfat [(NH 4)2SO4] I M berdasarkan prinsip pertukaran kation. Pengujian daya katalitik zeolit ZSM-5 dan zeolit Y dilakukan dengan pemanasan secara refluks masing-masing katalis zeolit HZSM-5 dan zeolit HY dengan 1-heksanol selama 8 jam. Dengan katalis HZSM-5 dihasilkan produk reaksi yang mempunyai gugus karbonil pada bilangan gelombang 1698,2 dan 1716,0 cm' yang merupakan gugus karbonil asam dan pada bilangan gelombang 1732,6 dan 1737,0 cm' yang merupakan gugus karbonil ester. Sedangkan pemanasan secara refluks antara zeolit HY dengan 1-heksanol selama 8 jam tidak menunjukkan hasil yang baik.
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S30006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Turnip, Idawaty Elisabet
Abstrak :
Timbal, mangan, fenol, merupakan zat-zat kimia yang banyak terdapat diperairan karena berasal dari limbah buangan industri, maupun sisa-sisa penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya diperairan, terutama timbal dan mangan juga terdapat di linkungan udara.Kandungan yang berlebihan akan zat-zat tersebut diperairan dapat menimbulkan kemsakan dalam sistem biota akuatik, terutama pada ikan, yang akhirnya dapat merugikan manusia pula, karena hidup manusia tidak bisa lepas dari air dan lingkungan sekitar.Dalam penelitian ini dilakukan uji toksisitas akut zat-zat tersebut terhadap ikan mas yang berusia sekitar 1 bulan dengan berat antara 1 - 2 gr.Timbal dan mangan yang dipergunakan dalam bentuk senyawaan dengan nitrat, dan fenol dalam bentuk fenol mumi. Parameter dalam uji toksisitas akut ini adalah LCso. yaitu konsentrasi toksikan dimana diperoleh 50% hewan uji mati. Pengujian dllakukan selama 96 jam atau 4 hari. Penelitlan ini juga mengamati apakah ada bioakumulasi zat-zat tersebut dalam tubuh ikan. Hasii yang diperoleh dari penelitlan ini adalah harga LCso - 96 jam bagi fenol adalah sebesar 40 ppm, timbal nitrat sebesar 50 ppm, dan 100 ppm bagi mangan nitrat. Tidak terlihat adanya akumulasi pada ikan mas untuk semua senyawa tersebut.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>