Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakhrina Auliya
"ABSTRAK
Dampak dari krisis energi dengan semakin menipisnya persediaan bahan bakar minyak, merangsang masyarakat untuk mengeksplorasi sumber-sumber energi baru. Salah satu sumber energi alternatif tersebut adalah biodiesel yang berasal dari minyak nabati, lemak binatang atau minyak bekas melalui transesterifikasi dengan alkohol.
Biodiesel merupakan bahan bakar motor diesel yang berupa ester alkil/alkil asam-asam lemak (biasanya metil ester). Pada penelitian ini senyawa metil ester dihasilkan dari reaksi transesterifikasi minyak jarak dan metanol menggunakan katalis padatan basa ã-Al2O3 yang ditambah Poli Etilen Glikol 6000 kemudian ditingkatkan kebasaannya dengan penambahan K2CO3 yang divariasikan sebesar 10%, 15% dan 20% berat ã-alumina. Reaksi transesterifikasi dilakukan dengan variasi waktu 1 jam dan 2 jam, variasi suhu 70°C, 80°C dan 90°C sedangkan variasi untuk perbandingan mol minyak jarak dengan metanol adalah 1:4,5 dan 1:6.
Katalis hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan X-Ray Difraction (XRD). Hasil konversi maksimum dengan bantuan katalis 10% K2CO3/ã-Al2O3 sebesar 57,67% pada 1 jam reaksi ditambah 1 jam reaksi, suhu reaksi 80°C dan perbandingan mol minyak dan metanol 1:4,5, dengan katalis 15% K2CO3/ ã-Al2O3 sebesar 51,75% pada 2 jam reaksi ditambah 1 jam reaksi suhu reaksi 70°C dan perbandingan mol minyak dan metanol 1:4,5 sedangkan dengan katalis 20% K2CO3/ã-Al2O3 sebesar 57,76% pada 2 jam reaksi, suhu reaksi 70°C dan perbandingan mol minyak dan metanol 1:6."
2008
S30528
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fadel Lukman Hakim
"Sintesis nanopartikel ZnO, Bi2Sn2O7, dan nanokomposit ZnO/Bi2Sn2O7 berhasil dilakukan menggunakan ekstrak daun ketepeng cina (Cassia Alata) dalam sistem dua fasa (heksana- air) dengan metode pengadukan kecepatan tinggi. Senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid pada fasa heksana digunakan sebagai agen penghidrolisa (sumber basa lemah –OH), sedangkan saponin dan steroid digunakan sebagai agen penstabil (capping agent). Hasil sintesis selanjutnya dikarakterisasi menggunakan instrumentasi spektrofotometer UV-Vis, UV-Vis DRS, spektroskopi FTIR, XRD, PSA, SEM-EDX, dan TEM. Hasil karakterisasi UV-Vis DRS menunjukkan bahwa nanopartikel ZnO, Bi2Sn2O7, dan nanokomposit ZnO/Bi2Sn2O7 memiliki nilai band gap berturut-turut 3,14; 2,79; dan 3,02 eV. Aktivitas fotodegradasi nanokomposit ZnO/Bi2Sn2O7 terhadap rhodamin B lebih baik daripada nanopartikel ZnO dan Bi2Sn2O7 dengan persentase berturut-turut sebesar 76,58; 64,43; dan 57,07% dibawah sinar tampak selama 120 menit penyinaran. Kinetika fotodegradasi rhodamin B menggunakan nanokomposit ZnO/ Bi2Sn2O7 mengikuti reaksi orde satu semu
Synthesis of ZnO nanoparticle, Bi2Sn2O7 nanoparticle, and ZnO/Bi2Sn2O7 nanocomposites have been done by Cassia Alata leaf extract in two phases system with high speed stirring method. Alkaloid, a secondary metabolite compound, is used as hydrolysis agent (base source -OH), and saponin is used as capping agent. The synthesized product is characterized by UV-Vis spectrophotometer, UV-Vis DRS spectrophotometer, FTIR spectroscopy, XRD, PSA, SEM-EDX, and TEM. UV-Vis DRS characterized product shows that ZnO nanoparticle, Bi2Sn2O7 nanoparticle, and ZnO/Bi2Sn2O7 nanocomposites have band gap value at 3,14; 2,79; and 3,02 eV, respectively. Photodegradation activity of rhodamine B using ZnO/Bi2Sn2O7 nanocomposites is better than ZnO and Bi2Sn2O7 nanoparticles under visible light for 120 minutes of radiation. Degradation percentage of rhodamine B using ZnO/Bi2Sn2O7 nanocomposites is better than ZnO and Bi2Sn2O7 nanoparticles for about 76.58; 64.43; and 57.07% respectively. Photodegradation kinetics of rhodamine B using ZnO/Bi2Sn2O7 nanocomposites follows a pseudo first order reaction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Zilvania
"Mikrosfer polimer biodegradable secara luas diselidiki dalam sistem pengiriman untuk senyawa bioaktif. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan mikrosfer dari polipaduan poli asam laktat dan polikaprolakton menggunakan metode penguapan pelarut emulsi air dalam minyak w/o dengan Nonidet SF-5 sebagai surfaktan. Pengaruh dari surfaktan nonidet SF-5 terhadap ukuran mikrosfer dan distribusinya dipelajari dengan memvariasikan volume surfaktan 1 mL; 1,5 mL; dan 2 mL. Variasi tambahan seperti kecepatan pengadukan emulsi 700 rpm, 800 rpm, dan 900 rpm dan waktu pengadukan dispersi 0,5 jam; 1 jam; 1,5 jam; dan 2 jam juga dilakukan. Karakterisasi mikrosfer dilakukan menggunakan Particle Size Analyzer PSA dan FTIR. Bentuk dan permukaan mikrosfer diamati dengan menggunakan mikroskop optik.
Hasil menunjukkan bahwa penambahan volume surfaktan menurunkan ukuran mikrosfer dari 34,58 m ke 28.70 m dengan ukuran mikrosfer yang paling seragam diperoleh pada 1 mL Nonidet SF-5. Sedangkan mikrosfer yang dihasilkan melalui variasi kecepatan pengadukan emulsi menunjukkan ukuran yang sama, yaitu sebesar 31,50 m, serta ukuran mikrosfer yang paling seragam diperoleh pada kecepatan 800 rpm. Kemudian peningkatan waktu pengadukan dispersi juga menurunkan ukuran mikrosfer dari 31.50 m ke 19.76 m, akan tetapi tidak mempengaruhi distribusi ukuran mikrosfer.

Microspheres of biodegradable polymers have been widely investigated in delivery system for bioactive compounds. In this study, microspheres were prepared from polyblend of poly lactic acid and polycaprolactone using water in oil w o emulsion solvent evaporation method with Nonidet SF 5 as surfactant. The effect of Nonidet SF 5 on the size of microspheres and its distribution was studied by varying the volume of surfactant 1, 1.5, and 2 mL. Additional variations such as emulsion stirring speed 700, 800, and 900 rpm and dispersion stirring time 0.5, 1, 1.5, and 2 h were also conducted. Microspheres were characterized using Particle Size Analyzer PSA and FTIR. The physical form and appearance of microspheres were observed by optical microscope.
The results showed that the addition of surfactant volume decreased the microspheres size from 34.58 m to 28.70 m with the most uniform microspheres size was obtained at 1 mL of Nonidet SF 5. While the microspheres that produced through variations of emulsion stirring speed showed the same size, that was 31.50 m and the most uniform microspheres size was obtained at 800 rpm. Moreover, the increasing of dispersion stirring time also decreased the microspheres size from 31.50 m to 19.76 m, but it did not affect the microspheres size distribution.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Ponco Jaya
"Penelitian ini telah berhasil disintesis hidrogel ramah lingkungan dengan struktur jejaring tiga dimensi yang bersifat hidrofilik sehingga dapat diaplikasikan sebagai pembalut luka yang dapat menyeimbangkan kelembaban jaringan luka. Hidrogel ini disintesis dari karboksimetil selulosa (CMC) dan polivinil alkohol (PVA) dengan asam sitrat (CA) sebagai agen pengikat silang. Matriks jejaring hidrogel digunakan sebagai tempat untuk pembentukan nanopartikel tembaga (CuNPs) dengan metode ex situ dan in situ sebagai antibakteri pada pembalut luka. Karakterisasi hidrogel menggunakan analisis FTIR, SEM, TEM, XRD dan AAS. Hidrogel terbaik diperoleh dari 3 gram CMC, 1 gram PVA, asam sitrat 10% dan dimodifikasi oleh CuNPs dengan metode in situ. Kapasitas swelling maksimum yang diperoleh adalah 19,59 g/g dan release ion Cu2+ maksimum yang diperoleh adalah 18,70 ppm/g. Uji aktivitas antibakteri berhasil dilakukan dengan metode dilusi terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli. Uji aktivitas antibakteri dengan metode total plate count menunjukkan bahwa Staphylacoccus aureus lebih resisten dari pada Escherichia coli yaitu 12,4 juta dan 4,9 juta Colony for Units, masing-masing.

This study have successfully synthesized eco-friendly hydrogels with a three-dimensional network structure that is hydrophilic so that it can be applied as a wound dressing that can balance the moisture of wound tissue. This hydrogels were synthesized from carboxymethyl cellulose (CMC) and polyvinyl alcohol (PVA) with citric acid (CA) as cross-linking agent. The network matrix hydrogels was used as a place for the formation of copper nanoparticles (CuNPs) by ex situ and in situ methods as antibacterial in wound dressing. The characterization of hydrogels used FTIR, SEM, TEM, XRD and AAS analysis. The best hydrogel were obtained from 3 grams CMC, 1 gram PVA, 10% citric acid and modified by CuNPs with in situ method. The maximum swelling capacity obtained is 19.59 g/g and the maximum Cu2+ ions release obtained is 18.70 ppm/g. Antibacterial activity test was successfully carried out by dilution method against Staphylococcus aureus bacteria and Escherichia coli bacteria. Antibacterial activity test by total plate count method shows that Staphylacoccus aureus is more resistant than Escherichia coli of 12.4 million and 4.9 million Colony for Units respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Nailul Muna
"Pada penelitian ini nanopartikel Alnanopartikel MgO, nanopartikel NiO, nanokomposit Al-MgO, dan nanokomposit AMgO-NiO berhasil dipreparasi menggunakan ekstrak rimpang kencur Kaempferia galanga melalui metode green synthesis Rimpang kencur dipilih karena mengandung senyawa metabolit sekunder yang dapat berperan sebagai sumber basa (penghidrolisa) dan zat penstabil capping agent Pada penelitian ini nanopartikel Al2O3, nanopartikel MgO, nanopartikel NiO, nanokomposit Al2O3-MgO, dan nanokomposit Al2O3-MgO-NiO berhasil dipreparasi menggunakan ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) melalui metode green synthesis. Rimpang kencur dipilih karena mengandung senyawa metabolit sekunder yang dapat berperan sebagai sumber basa (penghidrolisa) dan zat penstabil (capping agent). Spektroskopi FTIR, XRD, PSA, SEM-EDX, dan TEM digunakan untuk mengkarakterisasi material hasil preparasi. Karakterisasi TEM menunjukkan bahwa nanokomposit Al2O3-MgO-NiO hasil preparasi menggunakan ekstrak rimpang kencur memiliki rata-rata ukuran sebesar 61,48 nm. Aktivitas katalitik dari nanokomposit Al2O3-MgO-NiO lebih tinggi dibandingkan nanokomposit Al2O3-MgO dan nanopartikel MgO terhadap konversi asam oleat dengan persen konversi masing-masing 45,99%; 41,34% dan 41,44%.

In this study, Al2O3 nanoparticles, MgO nanoparticles, NiO nanoparticles, Al2O3-MgO nanocomposites, and Al2O3-MgO-NiO nanocomposites were successfully preparation using Kaempferia galanga L. rhizome extracts by green synthesis method. The Kaempferia galanga L. rhizome was chosen because it contained secondary metabolites which could be collected as a source of bases and capping agents. FTIR spectroscopy, XRD, PSA, SEM-EDX, and TEM were used to characterize the prepared materials. The characterization of TEM showed that the prepared Al2O3-MgO-NiO nanocomposite using Kaempferia galanga L. rhizome extract had an average size of 61.48 nm. The catalytic activity of Al2O3-MgO-NiO nanocomposite was higher than Al2O3-MgO nanocomposite and MgO nanoparticles against oleic acid conversion with percent conversion of 45.99%, 41.34% and 41.44%, respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahida Nur Aulia Rahmi Azahra
"Katalis heterogen akhir-akhir ini banyak digunakan untuk produksi biodiesel karena keuntungannya yang tidak membentuk sabun dan mudah dipisahkan dari reagennya. Nanokomposit selulosa-Fe3O4/ZnO yang telah berhasil disintesis didukung dengan karakterisasi menggunakan instrumen FT-IR, XRD, dan SEM. Selanjutnya, nanokomposit yang telah berhasil disintesis dilakukan uji aktivitas katalitik dalam reaksi pembentukan Biodiesel. Hasil dari pembentukan Biodiesel dikarakterisasi menggunakan instrumen GC-MS. Konversi minyak kelapa menjadi Biodiesel yang didapakan sebesar 90,6%, konversi terjadi pada suhu 70°C selama 120 menit ,dengan rasio molar minyak dan methanol sebesar 1:6 dan jumlah katalis 0,6% wt. Biodiesel yang berhasil terbentuk diuji dengan menggunakan instrument GC-MS dan dihasilkan persen area paling besar pada waktu retensi 12,653 menit yang menunjukan senyawa dodecanoic acid methyl ester ( lauric acid methyl ester). Evaluasi terhadap kinetika reaksi mengikuti persamaan pseudo orde pertama dengan konstanta laju reaksi (k) sebesar (0,0142 min-1), nilai konstanta laju reaksi dapat memberikan gambaran seberapa lama reaksi terjadi ketika digunakan konsentrasi reaktan yang lebih banyak untuk aplikasi dalam industri. Penggunaan selulosa sebagai support katalis dengan gabungan komposit Fe3O4/ZnO menjanjikan untuk menjadi katalis yang ramah lingkungan dalam reaksi pembentukan biodiesel.

ABSTRACT
Heterogeneous catalysts have been widely used for the synthesis of methyl esters because of their advantages which do not form soap and are easily separated from their reagents. The synthesized cellulose-Fe3O4/ZnO nanocomposite was successfully supported by characterization using FT-IR, XRD, and SEM instruments. Furthermore, nanocomposites that have been successfully synthesized were tested for catalytic activity in the reaction of biodiesel formation. The results of the formation of biodiesel were characterized using GC-MS instruments. Conversion of coconut oil to biodiesel is obtained by 90.6%, conversion occurs at 70 °C for 120 minutes, with a molar ratio of oil and methanol of 1: 6 and the amount of catalyst 0,6% wt. biodiesel that were successfully formed were tested using GC-MS instruments and the largest percent area was produced at a retention time of 12,653 minutes which showed dodecanoic acid methyl ester (lauric acid methyl ester) compounds. Evaluation of reaction kinetics follows the first-order pseudo equation with a reaction rate constant (k) of (0.0142 min- 1), the value of the reaction rate constant can give an idea of how long the reaction occurs when more concentrated reactants are used for industrial applications. The use of cellulose as a catalyst support with composite Fe3O4/ZnO promises to be an environmentally friendly catalyst in the reaction of biodiesel formation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Aminy Vatin
"DSSC (dye-sensitized solar cell) adalah sebuah sel photovoltaic yang mampu mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Pada awal pengembangan DSSC, digunakan semikonduktor TiO2 dengan zat warna dari senyawa komplek rutenium. Walaupun DSSC tersebut sudah menghasilkan efisiensi yang baik, tetapi mulai banyak dilakukan pengembangan DSSC dengan zat warna alami karena lebih ramah lingkungan, murah, dan mudah didapatkan. Pada penelitian ini, digunakan fotoanoda TiO2 yang tersensitasi kombinasi ekstrak daun Manihot esculenta dan Ipomoea batatas sebagai ko-sensitasi, kemudian diuji kinerja fotoanoda tersensitasi zat warna alami tersebut dengan metode spektroelektrokima. TiO2 sudah berhasil disintesis dengan metode anodisasi menggunakan elektrolit etilen glikol (NH4F 0,3%, H2O 2%) pada potensial 40 V selama 45 menit, kemudian dikalsinasi pada temperatur 450°C selama 2 jam dengan laju kenaikan temperatur sebesar 2°C/menit. TiO2 hasil sintesis tersebut kemudian dikarakterisasi menggunakan SEM-EDS, XRD, FTIR, dan UV-Vis DRS. Dari hasil SEM didapatkan bahwa TiO2 yang disintesis memiliki morfologi nanotube dengan diameter rata-rata pori sebesar 53 nm. Sedangkan itu, pada hasil uji EDS didapatkan bahwa perbandingan atomik Ti:O adalah sebesar 1:2 dan pada hasil FTIR terdapat gugus Ti-O-Ti pada 821 cm-1 yang mana menandakan TiO2 sudah terbentuk. Dari hasil XRD, didapatkan bahwa TiO2 nanotube yang disintesis memiliki fasa anatase. Dengan menggunakan persamaan Tauc dan Kubelka-Munk pada hasil pengujian UV-Vis DRS, didapatkan band gap TiO2 hasil sintesis sebesar 3,21 eV. Akan tetapi, dari hasil pengujian aktivitas fotokatalitik TiO2 hasil sintesis dengan metode LSV dan MPA, TiO2 hasil sintesis belum menunjukkan respon arus terhadap cahaya UV yang baik dikarenakan terjadinya kebocoran cahaya visible pada saat dilakukan pengujian.

DSSC (dye-sensitized solar cell) is a photovoltaic cell that converts light energy into electrical energy. At the early development of DSSC, a TiO2 semiconductor is used with ruthenium dye compounds. Although the DSSC has produced a good efficiency, development continues to utilize natural dyes because it is more eco friendly, cheaper, and common. In this study, a TiO2 photoanode sensitized by combination of Manihot esculenta leaves and Ipomoea batatas as a co-sensitizer is utilized, then the dye sensitized photoanode's performance is examined with spectroelectrochemical method. The TiO2 has been synthesized by anodization method using etylen glicol (NH4F 0,3%, H2O 2%) in the potential of 40 V for 45 minutes, then calcinated at the temperature of 450°C for 2 hours with the temperature increase rate of 2°C/minutes. The synthesized TiO2 then characterized with SEM-EDS, XRD, FTIR, and UV-Vis DRS. From SEM characterization, it is known that the synthesized TiO2 has a nanotube morphology with the average pore diameter of 53 nm. While from EDS characterization, it is known that the atomic ratio of Ti:O is 1:2 and from FTIR characterization, there is a Ti-O-Ti peak at 821 cm-1, that indicates TiO2 has formed. From XRD characterization, it is known that the synthesized TiO2 nanotube has an anatase phase. Using Tauc and Kubelka-Munk equation to analyze the UV-Vis DRS characterization, the band gap of the synthesized TiO2 is known to be 3,21 eV. However, from the photocatalytic activity examination using LSV and MPA methods, the synthesized TiO2 has not shown a good current reponse to UV light due to the visible light leak during the examination.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Allyssa Khairina Muslim
"Kemasan makanan berbasis plastik sintetis telah menimbulkan masalah bagi lingkungan karena limbah yang dihasilkan sulit terdegradasi. Saat ini, telah banyak dikembangkan kemasan makanan berbasis biopolimer karena sifatnya yang mudah terurai alami dan biokompatibel. Penelitian ini bertujuan untuk sintesis film nanokomposit berbasis biopolimer kitosan−PVA dan dikompositkan dengan nanopartikel Co−doped ZnO sebagai nanofiller untuk meningkatkan sifat fungsional dan antibakteri kemasan makanan. Nanopartikel Co(15%)−doped ZnO berhasil dikompositkan dengan kitosan−PVA membentuk film nanokomposit kitosan−PVA /Co−doped ZnO didukung dengan FTIR, XRD, UV-Vis DRS, SEM yang menunjukkan permukaan film tidak rata dan heterogen, dan SEM-EDS yang menunjukkan keberadaan nanopartikel Co−doped ZnO pada matriks biopolimer. Film nanokomposit kitosan−PVA /Co−doped ZnO diperoleh komposisi nanopartikel Co−doped ZnO terbaik yaitu 1,5% yang mana meningkatnya konsentrasi nanopartikel akan meningkatkan ketebalan, kekuatan tarik, dan perpanjangan saat putus, menurunkan kapasitas swelling, kelarutan, transparansi, transmisi cahaya, dan laju transmisi uap air dari film. Konsentrasi release ion Zn2+ dan Co2+ masih berada dibawah ambang batas maksimum menurut European food safety authority (EFSA). Kinetika release ion Zn2+ pada media simulan makanan mengikuti model Higuchi dengan mekanisme release adalah difusi. Film nanokomposit kitosan−PVA/ Co−doped ZnO (1,5%) memberikan aktivitas antibakteri terbaik dengan zona hambat untuk E.coli dan S.aureus masing-masing sebesar 10,4 mm dan 10 mm. Pengembangan film biopolimer kitosan−PVA  dengan nanopartikel Co−doped ZnO mempunyai potensi untuk aplikasi kemasan makanan antibakteri ramah lingkungan di masa depan.

Synthetic plastic-based food packaging has caused problems for the environment because the waste produced is difficult to degrade. Currently, biopolymer-based food packaging has been developed due to its biodegradability and biocompatible properties. This study aims to synthesize nanocomposite films based on chitosan−PVA biopolymer and composited them with Co−doped ZnO nanoparticles as nanofillers to improve the functional and antibacterial properties of food packaging. Co(15%)−doped ZnO nanoparticles were successfully composited with chitosan−PVA to form chitosan−PVA /Co−doped ZnO nanoparticles supported by FTIR, XRD, UV-Vis DRS, SEM which showed an rough and heterogeneous film surface, and SEM- EDS showing the presence of Co−doped ZnO nanoparticles in the biopolymer matrix. Chitosan−PVA /Co-doped ZnO nanocomposite film obtained the best Co−doped ZnO nanoparticle composition of 1.5% in which increasing nanoparticle concentration increases thickness, tensile strength, and elongation at break, decreasing swelling capacity, solubility, transparency, light transmission, and the water vapor transmission rate of the film. Release concentrations of Zn2+ and Co2+ ions are still below the maximum threshold according to the European food safety authority (EFSA). The kinetic release of Zn2+ ion in food simulants media follows the Higuchi model with the release mechanism is diffusion. Chitosan−PVA/Co−dopedZnO (1.5%) nanocomposite films provided the best antibacterial activity with inhibition zones for E.coli and S.aureus of 10.4 mm and 10 mm, respectively. The development of chitosan−PVA biopolymer films with Co−doped ZnO nanoparticles has the potential for future applications of environmentally friendly antibacterial food packaging."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adina Zharifah
"Dalam dunia farmakologi, peningkatan kelarutan obat hidrofob seperti gliklazid sebagai antidibetes diperlukan untuk membantu proses penyerapan obat ke dalam tubuh. Peningkatan kelarutan gliklazid biasanya menggunakan surfaktan sintesis sehingga diperlukan biosurfaktan yang bersumber dari bahan alam agar lebih aman saat dikonsumsi. Pada penelitian ini, dilakukan studi saponin dari daun kumis kucing sebagai biosurfaktan untuk meningkatkan kelarutan dan bioavabilitas gliklazid. Studi solubilisasi dan uji disolusi gliklazid dengan surfaktan saponin daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq) yang berperan sebagai drug carrier berhasil dilakukan. Metode yang digunakan antara lain ekstraksi, solubilisasi misel dan disolusi secara in vitro. Fraksi air ekstrak daun kumis kucing digunakan dengan variasi konsentrasi dalam uji tegangan permukaan untuk mengetahui nilai CMC.
Spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk melihat kandungan fraksi air yang didapatkan serta menganalisis setiap perubahan absorbansi yang terjadi terhadap jumlah gliklazid yang mampu dilarukan pada konsentrasi tertentu. Bentuk misel diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10/0,25 menunjukkan bahwa konsentrasi saponin daun kumis kucing sebagai surfaktan pada 2 kali CMC atau 1000 ppm merupakan kondisi terbaik untuk diaplikasikan dalam studi ini. Fouried Transform Infra Red (FTIR) digunakan untuk melihat gugus fungsi EDKK yang menunjukan adanya senyawa saponin serta perubahan ketika sudah dicampurkan dengan obat setelah proses solubilisasi selesai.
Uji disolusi digunakan untuk mengidentifikasi media pelepasan gliklazid oleh misel. Hasil uji disolusi menunjukkan misel stabil tidak pecah pada pH1,2 dan kondisi optimum gliklazid released pada pH 7,4 menandakan misel pecah secara bersamaan lepasnya obat.

In pharmacology, increasing solubility of hydrophobic drugs such as gliclazide as antidibetics is a challenging task to help the drug absorbed in the body. Surfactant synthesis becomes a choice for enhanced the solubilization of gliclazide so far, but it gives some drawbacks. In this research, we used surfactant saponin from cat whiskers leaves as biosurfactant to increase the solubility and bioavailability of gliclazide. Solubilization studies of gliclazide and the dissolution test with saponin surfactant cat whiskers (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq) leaves, which acts as a drug carrier. Cat whiskers leaf extracts are used in water fraction with varying concentrations for surface tension test to determine the CMC.
UV-Vis spectrophotometer is used to view any changes in absorbance that occurs on the number of gliclazide which soluble at certain concentrations. Micelle shape was observed using a microscope with a magnification of 10 / 0.25 indicates that the concentration of saponin leaves cat whiskers as a surfactant at 2 times the CMC or 1000 ppm is the best condition to be applied in this study. Fouried Transform Infra Red (FTIR) was used to look the cat whiskers water fractions functional groups which showed the presence of saponins and changes when it is mixed with the drug after solubilization process is completed.
The dissolution test used to identify media for gliclazide able to be released by the micelle. In the result, in pH 1.2 micelle was stable and when dissolution study was found at pH 7.4 show the release effect and micelles alteration occurred was investigated.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Andriyani Putri
"Pada penelitian ini, sintesis nanopartikel ZnO, nanopartikel GdFeO3, dan nanokomposit ZnO/GdFeO3 secara green synthesis berhasil dilakukan menggunakan ekstrak daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) yang berperan sebagai sumber basa lemah dan capping agent. Hasil sintesis selanjutnya dikarakterisasi menggunakan instrumentasi spektrofotometer UV-Vis, UV-Vis DRS, spektroskopi FTIR, XRD, PSA, SEM-EDX, dan TEM. Hasil karakterisasi spektrofotometer UV-Vis menunjukkan adanya puncak serapan UV-Vis nanopartikel ZnO pada panjang gelombang maksimum 371 nm. Hasil karakterisasi UV-Vis DRS menunjukkan bahwa nilai band gap nanopartikel ZnO, nanopartikel GdFeO3, dan nanokomposit ZnO/GdFeO3 berturut-turut sebesar 3.2 eV, 2.65 eV, dan 2.8 eV. Berdasarkan hasil karakterisasi XRD, nanopartikel ZnO memiliki struktur hexagonal wurtzite dan nanopartikel GdFeO3 memiliki struktur orthorombic. Hasil karakterisasi PSA menunjukkan bahwa distribusi ukuran rata-rata partikel ZnO/GdFeO3 berada pada rentang 50.75-141.8 nm. Berdasarkan hasil karakterisasi SEM, nanopartikel GdFeO3 berbentuk spherical dan nanokomposit ZnO/GdFeO3 berbentuk semi-spherical. Berdasarkan hasil karakteri TEM, ukuran rata-rata partikel nanopartikel GdFeO3 dan nanokomposit ZnO/GdFeO3 beruturt-turut sebesar 41.4 nm dan 33.3 nm. Nanopartikel ZnO, nanopartikel GdFeO3, dan nanokomposit ZnO/GdFeO3­ diuji aktivitas fotokatalitiknya untuk mendegradasi senyawa zat warna malasit hijau di bawah sinar tampak. Persentase degradasi malasit hijau menggunakan nanopartikel ZnO, nanopartikel GdFeO3, dan nanokomposit ZnO/GdFeO3 berturut-turut yaitu sebesar 72.06%, 67.47%, dan 91.49% selama 2 jam waktu penyinaran. Reaksi fotodegradasi malasit hijau nanokomposit ZnO/GdFeO3 mengikuti kinetika orde pseudo satu.

In this research, ZnO nanoparticles, GdFeO3 nanoparticles, and ZnO/GdFeO3­ nanocomposites have been synthesized by Sonchus anversis L. leaf extract as a source of weak bases and capping agent. The results have been characterized using UV-Vis spectrophotometer, UV-Vis DRS, FTIR spectroscopy, XRD, PSA, SEM-EDX, and TEM instrumentations. UV-Vis spectrophotometer characterization results showed the UV-VIS peak absorption of ZnO nanoparticles at λmax 371 nm. UV-Vis DRS characterization results showed the band gap value for ZnO nanoparticles, GdFeO3 nanoparticles, and ZnO/GdFeO3­ nanocomposites were 3.2 eV, 2.65 eV, dan 2.8 eV. Based on XRD characterization results, ZnO nanoparticles have a hexagonal wurtzite structure and GdFeO3 nanoparticles have an orthorhombic structure. PSA characterization results showed that the average sized distribution of ZnO/GdFeO3 particles in range 50.75-141.8 nm. Based on SEM characterization results, GdFeO3 nanoparticles have a spherical shaped and ZnO/GdFeO3 nanocomposites have a semi-spherical shaped. Based on TEM characterization results, the average size of GdFeO3 nanoparticles and ZnO/GdFeO3 nanocomposites were 41.4 nm and 33.3 nm. ZnO nanoparticles, GdFeO3 nanoparticles, and ZnO/GdFeO3­ nanocomposites have been tested for photocatalytic to degraded pigment compounds of malachite green under visible light. The percentage of malachite green degradation with ZnO nanoparticles, GdFeO3 nanoparticles, and ZnO/GdFeO3­ nanocomposites were 72.06%, 67.47%, dan 91.49% for 2 hours irradiations. The calculations of reaction kinetics of malasite green photodegradation was found that nanocomposite ZnO/GdFeO3 reaction followed pseudo first-order kinetics.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>