Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Singkir Hudijono
Abstrak :
Ketidakseimbangan antara laju pertumbuhan angkatan kerja disatu tempat dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja, menimbulkan mobilitas tenaga kerja. Kajian-kajian yang membahas mobilitas tenaga kerja yang disebabkan tekanan ekonomi pada umumnya hanya membahas aspek-aspek yang tampak dari tekanan ekonomi yang menyebabkan mobilitas tersebut. Aspek-aspek yang tampak itu misalnya terbatasnya lapangan kerja di daerah asal dan mudahnya memperoleh uang di daerah tujuan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Kajian ini menjelaskan terjadinya mobilitas tenaga kerja yang disebabkan tekanan ekonomi dan kebutuhan akan biaya upacara adat, belis (emas kawin) yang berwujud gading gajah. Harga belis sangat mahal, harus dibayar, karena bila tidak dibayar akan sangat tercela bagi masyarakat setempat sebab menimbulkan "kawin masuk". Tanjung Bunga di Kabupaten Flores Timur merupakan salah satu pemasok tenaga kerja (laki-laki) ke Sabah Malaysia Timur. Para pelaku dalam upayanya masuk ke Sabah memilih cara ikut camping (ilegal). Cara ini terlaksana melalui bantuan para calo. Cara ini juga memudahkan berpindah kerja sewaktu-waktu. Mobilitas penduduk membawa perubahan dalam pola pekerjaan, baik itu yang langsung menghasilkan maupun tidak langsung. Mobilitas ini menimbulkan suatu pola pembagian kerja baru yang menggambarkan adanya peranan yang lebih meningkat dari kaum wanita dalam keluarga, rumah tangga dan masyarakat.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rahayu Hidayati
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian mengenai pasar hewan di Prambanan ini berupaya mengangkat suatu fenomena sosial yang unik dari suatu kelompok masyarakat tradisional, yang diperlihatkan oleh adanya sistem mekanisme pasar yang telah turun-temurun berbeda dengan pasar-pasar pada umumnya.

Penelitian ini disusun dengan basis penulisan antropologi, dengan pendalaman aspek ekonomi, khususnya jaringan ekonomi perdesaan. Penelitian dilakukan dengan observasi partisipasi, studi dokumentasi, dan interview di lokasi pasar hewan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Selain itu dilakukan pula wawancara dengan beberapa orang yang ahli dalam bidangnya atau mempunyai otorita terhadap permasalahan tersebut, diantaranya dengan Sumodiningrat, Brotodarmojo, Abdullah.

Penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan yang terjadi pada pasar hewan Prambanan semata-mata didasari oleh suatu pemilihan alternatif dari masyarakat setempat dalam mengembangkan ekonominya, atau karena harus mempertahankan diri (survive) terhadap tuntutan perkembangan jaman yang semakin menuntut kemandirian baik setiap individu maupun keluarga agar dapat hidup lebih baik.

Perkembangan tersebut sangat terkait dengan struktur masyarakat yang agraris, didukung oleh kondisi tanah yang kesuburannya terus berkurang dan pemilikan lahan yang semakin sempit, sehingga mengharuskan penduduk untuk menemukan alternatif yang paling memungkinkan bagi pengembangan kesejahteraan keluarganya. Maka melakukan usaha beternak sapi dalam skala rumah tangga merupakan peluang yang kemudian berkembang menjadi model bagi terbentuknya jaringan ekonomi masyarakat perdesaan di Prambanan, sehingga berkembang suasana kondusif yang semakin mendukung usaha untuk mengembangkan peternakan itu. Di pihak lain, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun intervensi pemerintah dengan pembangunan pasar permanen, pengadaan kredit, dan program-program pembinaan telah pula membantu makin semaraknya usaha ternak dan perdagangan sapi di Prambanan, baik oleh penduduk secara individual di desa-desa maupun di dalam arena pasar hewan Prambanan.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Sabarria
Abstrak :
Perkembangan kota dan sulitnya kehidupan ekonomi di desa yang mendorong mengalirnya pencari kerja dari desa ke kota, pada gilirannya membentuk pasar tenaga kerja sektor informal perkotaan. Dinamika dan mekanisme pasar tenaga kerja tersebut ditentukan oleh dua komponen utama yaitu komponen internal (kondisi ekonomi sosial di desa asal, alasan dan tujuan bermigrasi, kondisi ekonomi dan sosial di tempat kerja, karakteristik pasar tenaga kerja sektor informal) dan komponen eksternal (pertumbuhan kota yang pesat, peluang kerja sektor informal yang luas, proses migrasi urbanisasi). Pembantu rumah tangga adalah tenaga kerja sektor informal yang utama dibutuhkan di sektor rumah tangga di perkotaan (permukiman). Permintaan akan pembantu pada rumah tangga mampu di pemukiman perkotaan cukup tinggi karena volume pekerjaan rumah tangga di lingkungan tersebut cukup besar, dan tak mampu diselesaikan sendiri oleh penanggung jawabnya, yaitu majikan wanita. Penawaran akan tenaga pembantu rumah tangga di pemukiman perkotaan cukup tinggi pula, karena di desa asal sulit diperoleh pekerjaan dengan upah memadai Mudahnya pembantu memperoleh pekerjaan serta majikan mendapat tenaga pembantu berkat adanya perantara, yang umumnya adalah para pembantu jugs. Perantara merupakan orang penting (berjasa) yang turut menjaga tetap terpenuhinya permintaan serta penawaran tenaga pembantu di dalam pasar tenaga kerja di sektor rumah tangga di pemukiman perkotaan. Hal tersebut dimungkinkan berkat adanya ikatan kekerabatan semu (pseudo kinship) serta hubungan kekerabatan yang selalu terjalin diantara pars pembantu dengan sanak saudara dan teman sekampung asal. Pekerjaan rumah tangga merupakan jenis pekerjaan yang sudah pasti dapat dikerjakan oleh pembantu rumah tangga. Ciri informal melandasi kegiatan pekerjaan dan penggunaan tenaga kerja pembantu rumah tangga. Bermacam persepsi tak menguntungkan bagi pembantu tak menyusutkan anus penawaran akan pembantu karena tetap tingginya permintaan. Dinamika dan mekanisme pasar tenaga kerja pembantu rumah tangga terus berjalan. Desa Cinere, sebagai wilayah pinggiran kota yang berkembang pesat menjadi- kawasan pemukiman baru, merupakan daerah sasaran tempat bekerja pembantu. Hasil penelitian yang dilakukan di lingkungan RW 14 desa Cinere adalah: - Penggunaan 291 orang pembantu pada 183 KK/rumah tangga menunjukkan ketergantungan pada pembantu akan penanganan pekerjaan rumah tangga majikan di kota cukup besar dan selalu terpenuhi. - Jumlah wanita dari desa yang menggantungkan hidup di sektor rumah tangga di perkotaan cukup besar pula. - Faktor-faktor non ekonomi ikut mendorong (mempengaruhi) perginya para wanita pencari kerja dari desa ke kota. - Penggunaan tenaga pembantu pada rumah tangga mampu di kota merupakan cara terbaik yang saling menguntungkan untuk dapat keluar dari kesulitan masing-masing. - Peluang kerja yang disukai pembantu adalah tempat dan suasana kerja yang membuat betah pembantu.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Punto Hendro G
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini akan membicarakan mengenai kegiatan industri tenun ikat sebagai suatu bentuk adaptasi ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat Troso. Karena itu apa yang dibahas dalam tesis ini merupakan sebuah upaya dalam rangka mempelajari untuk dapat memahami latar belakang, proses-proses yang terjadi serta seluk beluk kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Troso tersebut. Faktor eksternal yang bersumber dari lingkungan fisik maupun sosialnya merupakan faktor yang mempengaruhi proses tumbuh dan bertahannya industri ini di desa Troso, di samping faktor internal yang bersumber dari sistem hubungan sosial yang berlaku di desa cukup penting peranannya. Semua merupakan bagian yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Adaptasi ekonomi dapat dipandang sebagai suatu upaya masyarakat dalam rangka mengembangkan dan mempertahankan sistem perekonomiannya. Melalui kegiatan bertenun ikat tersebut, adaptasi ekonomi yang dilakukan masyarakat Troso dapat dipandang sebagai upaya yang dilakukan masyarakat Troso dalam rangka mengembangkan dan mempertahankan kegiatan ini sebagai bentuk mata pencahariannya. Berbagai faktor telah menyebabkan tumbuh kembangnya kegiatan ini di desa Troso. Namun upaya masyarakat tersebut kini semakin terlihat dengan semakin terikatnya kegiatan ini dengan situasi pasar yang lebih luas. Hal ini menandai keterbukaan masyarakat yang lebih besar terhadap situasi perdagangan bebas, artinya bahwa masuknya unsur-unsur eksternal tersebut telah mewarnai sistem perekonomiannya menjadi semakin kompleks. Pada dasarnya sistem perekonomian masyarakat di pedesaan senantiasa akan terkait dengan sistem hubungan sosial yang berlaku, artinya ruang geraknya akan dibatasi oleh unsur internal tersebut. Karena itu keputusan-keputusan masyarakat menyesuaikan diri terhadap faktor eksternal dapat dipandang sebagai suatu bentuk mekanisme perubahan. Dalam hal ini unsur-unsur internalnya tidak dapat sepenuhnya terlepas, namun diwarnai oleh unsur-unsur eksternal telah menyebabkan munculnya bentuk sistem perekonomian yang semakin kompleks.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marleily Rahim
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian mengenai wanita pedagang di Pasar Cik Puan adalah untuk: (1) memperoleh informasi mengenai pembagian kerja antara isteri dan suami dalam rumah tangga wanita pedagang,(2) kekuatan tawar menawar (bargaining power) isteri terhadap suami dalam proses pengambilan keputusan, (3) memperoleh pengetahuan mengenai aktifitas wanita pedagang di publik, dan (4) mengetahui faktor-faktor sosial budaya yang mendukung kegiatan wanita di ranah publik.

Latar belakang masalah penelitian. Menurut pandangan sebagian masyarakat peran utama dan pertama wanita ialah di sekitar rumah tangga (ranah domestik) dan peran pria ialah sebagai kepala rumah tangga, pencari nafkah utama keluarga di luar rumah (ranah publik). Langsung atau tidak langsung terciptalah ketergantungan ekonomi isteri terhadap suami (ketimpangan gender). Kenyataan suami tidak selalu dapat melaksanakan peran dan fungsinya tersebut, wanita pun telah masuk ke ranah publik, berperan sebagai pencari nafkah utama misalnya sebagai pedagang di PCP. Keadaan ini diperkirakan berdampak kepada kehidupan keluarga dan masyarakat.

Dari beberapa penelitian para ahli di daerah lain menemukan, bahwa lapangan perdagang merupakan lapangan kerja yang banyak dimasuki oleh wanita di perkotaan. Meskipun demikian wanita hanya dominan di golongan barang hasil pertanian, dengan modal dan keuntungan yang relatif kecil, sebaliknya pria dominan di golongan barang hasil pabrik yang relatif bermodal lebih besar dengan keuntungannya juga lebih besar.

Dengan penelitian kualitatif ini telah dikumpulkan data dari pengalaman dan pengetahuan wanita pedagang dalam kehidupannya bermasyarakat. sebagai alat analisis digunakan pandangan Rosaldo, M.Z (1974) mengenai dikotomi ranah domestik dan ranah publik dikaitkan dengan aspek sosial, ekonomi dan sosial budaya.

Hasil penelitian menemukan bahwa peran isteri sebagai pencari nafkah utama keluarga, memperkokoh posisi sosialnya dalam rumah tangga (ranah domestik), karena mendapat dukungan dari anggota keluarga. Kontribusi ekonomi wanita pedagang dalam keluarga memperkuat 'bargaining power'/'bargaining position nya terhadap suami. Pemampuan wanita pedagang dalam keluarga terlihat dari akses, dan kontrolnya terhadap hasil pendapatan. Memotivasi anak-anak perempuan untuk masuk ke ranah publik dan mencapai pendidikan tertinggi (Universitas).

Meskipun pandangan dikotomi pada sebagian masyarakat mengenai ranah domestik dari ranah publik masih kuat, dari hasil studi, ternyata bahwa keberadaan wanita di perdagangan (ranah publik) diterima secara terbuka oleh masyarakat, karena kemampuan kontribusi ekonominya kepada keluarga.

Meskipun mereka mempunyai keterbatasan dalam hal akses modal formal (bank, koperasi) dan pranata sosial yang 'gender bias', namun wanita pedagang berkemampuan untuk mengembangkan usaha dagangnya dari berdagang barang-barang yang tidak berdaya tahan lama yang diperoleh dengan modal kecil dan keuntungannya juga Kecil ke usaha dagang barang-barang yang berdaya tahan lama dengan modal dan keuntungan yang juga relatif lebih besar. Keberhasil mereka di ranah publik adalah atas adanya usaha sendiri dari modal awal, modal kerja dari julo-julo uang, mobilitas dan jaringan kerja yang semakin meningkat.

Keberhasilan wanita pedagang di PCP telah menempatkan posisi sosialnya pada posisi yang 'dihormati' baik di ranah domestik maupun di ranah publik.

Faktor-faktor sosial budaya yang mendukung aktifitas wanita di perdagangan antara lain: Budaya merantau (mobilitas dan jaringan kerjanya). Begitu Pula sifat matrifokal Minang dan kedudukan sentralnya dalam keluarga (matrilineal) berperan terhadap 'bargaining power' dalam rumah tangga dan dalam transaksi dagang.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichlasiah Dalimoenthe
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan persepsi mengenai nilai anak laki-laki dalam keluarga Batak-Mandailing di Kotamadya Medan, serta sejauh mana Status Sosial Ekonomi mempengaruhi persepsi terhadap nilai anak laki-laki tersebut. Penelitian dilakukan pada dua kecamatan di kota Medan, yaitu kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Tembung. Kecamatan Medan Baru dihuni oleh mayoritas masyarakat Batak-Mandailing dengan status sosial ekonomi relatif tinggi, sedangkan kecamatan Medan Tembung dihuni oleh mayoritas masyarakat Batak-Mandailing dengan status sosial ekonomi relatif rendah. Dari masing-masing kecamatan itu diambil 2 kelurahan untuk diteliti.
Objek penelitian adalah masyarakat Batak-Mandailing yang diwakili oleh kepala keluarga (Batak), berusia 20 tahun ke atas, telah menikah, serta berdomisili di kotamadya Medan. Pengumpulan data selain dilakukan melalui kuesioner, juga dilakukan wawancara mendalam terhadap tokoh masyarakat Batak-Mandailing.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa ada pergeseran pandangan mengenai anak laki-laki. Anak laki-laki yang sebelumnya lebih diutamakan daripada anak perempuan (seperti dalam bidang pendidikan, pembagian tugas di rumah, kegiatan ekstra kurikuler, ataupun kegiatan adat), kini cenderung dianggap sama. Pergeseran pandangan ini pula dilihat dalam hal pembagian harta warisan. Menurut adat Batak-Mandailing, anak perempuan tidak mendapat hak waris. Namun, temuan penelitian menunjukkan, bahwa sebagian besar responden akan memberikan warisan yang sama, baik bagi anak laki-laki maupun anak perempuan. Tampaknya, ketiadaan anak laki-laki dalam sebuah keluarga Batak-Mandailing, bukan lagi merupakan masalah besar. Walaupun menurut adat anak lelaki ditetapkan sebagai penerus marga, anggapan bahwa keberlanjutan keturunan itu semata-mata ditentukan oleh adanya anak lelaki, cenderung tidak lagi terlalu dominan.
Keterikatan terhadap marga dan pengetahuan mengenai silsilah marga masih tetap kuat dalam diri orang-orang Batak-Mandailing. Namun, kehidupan di kota besar, dengan segala gejolak dan dinamikanya, cenderung menyebabkan interaksi dalam hubungan kekerabatan di antara mereka kurang intensif.
Variabel status sosial ekonomi dengan indikator pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan pemilikan tampaknya kurang berpengaruh terhadap perubahan persepsi mengenai nilai anak laki-laki dalam keluarga Batak-Mandailing di kota Medan.
Hasil uji hipotesis dengan menggunakan tes statistik Tau Kendall menunjukkan, bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel status sosial ekonomi dan persepsi mengenai nilai anak laki-laki. Dengan demikian, hipotesis yang sebelumnya diajukan dalam penelitian ini, ditolak. Kemungkinan ada faktor-faktor lain seperti media televisi, radio, surat kabar dan majalah, ataupun kontak dengan kelompok-kelompok sosial lain yang cenderung lebih mempengaruhi perubahan persepsi tersebut. Untuk itu kiranya diperlukan penelitian lebih lanjut.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Dannerius
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai migran Batak Toba yang bekerja sebagai pedagang dan calo buku di Pasar Senen Jakarta. Di kemukakan keterkaitan antara solidaritas berkerabat dengan aktivitas ekonomi dari pedagang dan calo buku. Bagaimana orang Batak Toba mengadaptasikan kegiatan dagangnya dalam hubungan berkerabat dan bagaimana ekonomi berfungsi bagi solidaritas berkerabat adalah beberapa persaingan yang akan di coba di jawab dalam tesis ini.

Hasil kajian menunjukkan bahwa solidaritas berkerabat melalui ikatan marga dan alienasi kekerabatan Dalihan Na Tolu telah membuat orang Batak mendominasi bidang pekerjaan tersebut di daerah Senen. Sedangkan munculnya praktek percaloan buku, didorong oleh terbukanya peluang berupa sistem harga luncur (sliding price system), letak tempat yang kurang strategis, serta persediaan buku yang tidak lengkap. Kehadiran calo bisa memberi keuntungan bagi pedagang dan sebaliknya, bisa pula memberikan kerugian.

Pasar buku di Senen adalah pasar dengan bentuk persaingan sempurna (perfectly competitive market). Jadi potensi untuk bersaing di antara pelaku transaksi selalu terbuka. Dengan demikian kegiatan berdagang ini bisa pula menciptakan situasi hubungan berkerabat menjadi renggang.

Mengamati interaksi dari pelaku transaksi (mencakup pedagang, pekerja atau penjaga kios, calo buku dan pembeli), ada empat bentuk tingkah laku yang ditampilkan yaitu. Pertama, pelaku yang memanfaatkan hubungan berkerabat sebagai strategi untuk meraih keuntungan ekonomi. Kedua, pelaku lebih yang mengutamakan hubungan berkerabat walaupun dari sisi ekonomi kurang menguntungkan. Ketiga, pelaku yang mengandalkan hubungan berkerabat untuk memperoleh keuntungan ekonomis sekaligus mempertahankan ikatan kekerabatannya. Keempat, pelaku yang mengabaikan hubungan berkerabat dan interaksi yang dilakukan merupakan transaksi bisnis semata.

Sumbangan dari tesis ini adalah bahwa migrasi sebagai suatu aktivitas beresiko tinggi tidak berlaku sepenuhya dalam kasus pedagang dan calo buku asal Batak Toba. Pilihan kerja merupakan strategi adaptif terhadap kehidupan sosial dan ekonomi di kota Jakarta dan hubungan di antara pedagang dan calo buku murni merupakan hubungan mitrabisnis bukan hubungan patron-klien serta aktivitas atau kegiatan ekonomi merupakan bagian dari organisasi sosial yang lebih besar yaitu sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T6721
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Hosianna L.
Abstrak :
Sebagaimana talah diuraikan pada bab-bab tardahulu menganai arti dan fungal ulos dalam kehidupan masyarakat Batak Toba, pada bab kesimpulan ini, ada beberapa hal yang panting untuk dikete_ngahkan dalam kaitan dengan seluruh pembahasan di atas. Hal-hal tersebut adalah:
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S12912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hajriyanto Y. Thohari
Abstrak :
Bab ini berisi tujuan dan permasalahan penelitian serta latar belakang mengapa masalah tersebut secara akademis relevan dan signifikan untuk diteliti. Juga dikemukakan metode atau prosedur penelitian yang digunakan, dan kajian pustaka atau penelitian-penelitian terdahulu. Tesis ini memusatkan perhatiannya mengenai bertahannya industri kerajinan batik tradisional. Dalam hal ini terutama untuk memperoleh gambaran yang utuh dan komprehensif mengenai bagaimana strategi atau upaya bertahannya industri kerajinan batik di desa Simbang Kulon, Pekalongan. Pembahasan akan berpusat pada beberapa aspek, yaltu siapakah dan bagaimanakah profil pengusaha industri kerajinan batik, bagaimana pola dan proses sosialisasi kepengusahaan dilakukan, bagaimana pola pewarisan, bagaimana mereka membina jaringan usaha dan bagaimana usaha lain yang dilakukannya sehingga industri kerajinan batik tradisional itu mampu bertahan. I.1 Tujuan Penelitian Tesis ini memusatkan perhatiannya mengenai bagaimana industri kerajinan batik tradisional bertahan untuk tetap survive. Dalam hal ini studi yang dilakukan terutama untuk memperoleh gambaran yang utuh dan komprehensif mengenai proses bertahannya industri kerajinan batik dengan mengambil kasus pada industri kerajinan batik tradisional di desa Simbang Kulon, Pekalongan. Untuk sampai pada tujuan tersebut maka studi ini difokuskan pada usaha untuk mendapatkan penjelasan mengenai (1) siapakah dan bagaimanakah profil pengusaha batik, serta (2) aspek-aspek yang berkaitan dengan proses sosialisasi, (3) regenerasi (kaderisasi) dan alih peran, (4) pola pewarisan, dan (5) pola-pola hubungan dengan sesama pengusaha dan para pedagang. Fokus studi semacam ini dipandang sebagai kasus yang diharapkan dapat menjelaskan fenomena kemampuan bertahan industri kerajinan tradisional yang terjadi di tempat lain dan pada jenis usaha kerajinan tradisional yang lain. Dengan Demikian signifikansi penelitian ini terletak pada sumbangsih akademis (=teoritis) yang akan dan dapat diberikan berupa sebuah model penjelasan mengenai bertahannya industri kerajinan tradisional dalam suatu perubahan struktur ekonomi di negara berkembang semacam Indonesia?
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library