Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fatmi Hadiani
Abstrak :
Tujuan penulisan tesis ini adalah menghitung perkiraan pelarian modal dari Indonesia, mengetahui dan menguji secara empiris faktor-faktor yang menyebabkan pelarian modal, mengetahui pengaruh kebijaksanaan deregulasi terhadap pelarian modal dengan menggunakan metodologi ekonometrika sebagai alat analisis. Analisis dilakukan dengan metode regresi OLS (Ordinary Least Square). Hasil Regresi yang diperoleh lalu dites/ uji statistik untuk membuktikan apakah asumsi klasik regresi linier dipenuhi. Ruang lingkup waktu penelitian dari tahun 1983-1999. Data yang digunakan adalah data sekunder bersumber dari Bank Indonesia, International Financial Statistics, Balance of Payments, dan Biro Pusat Statistik. Data diolah dengan menggunakan program Eviews 3.0. Pendekatan estimasi pelarian modal yang diadaptasi adalah model Cuddington (1986). Model ini dimodifikasi dengan menambahkan variabel dummy stabilitas politik dan tujuh bolas dummy kebijaksanaan yang mendorong investasi. Menggantikan faktor inflasi domestik dengan faktor selisih inflasi domestik dengan inflasi luar negeri (infsel). Menggantikan faktor tingkat bunga aset finansial domestik dan luar negeri dengan faktor selisih tingkat bunga aset finansial domestik dengan tingkat bunga aset finansial luar negeri (irrd). Hasil estimasi pelarian modal dari Indonesia sepanjang periode penelitian tahun 1983-1999 adalah sebesar US$ 8637 juta. Faktor yang mempengaruhi pelarian modal dari Indonesia adalah selisih inflasi domestik dengan inflasi luar negeri (infsel) yang berarah negatif dan pada (t-3) arahnya positif, selisih tingkat bunga aset finansial domestik dengan luar negeri yang berarah negatif dan pada (t-3) arahnya positif, ekspektasi nilai tukar arahnya positif, dan pada (t-4) arahnya negatif, dan stabilitas politik yang berarah negatif. Arah negatif berarti menghambat pelarian modal dan arah positif berarti mendorong pelarian modal. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelarian modal ini signifikan pada 5%. Faktor yang mempengaruhi pelarian modal mempunyai pengaruh kuat secara individu tetapi tidak secara keseluruhan yang ditunjukkan dengan R2 yang kecil (0.34). Kebijaksanaan yang mendorong investasi ternyata tidak signifikan secara individu. Tiga kebijaksanaan yang mempunyai signifikansi tertinggi adalah D11 (SK BKPN No. 171SK11991) tentang pemilikan saham asing pada PMA/PMDN, D5 (Paket Kebijaksanaan 15 Januari 1987, SK Menteri Perdagangan No. 37IKPIII11987, SK Menteri Perindustrian No. 36/M/SK/11/1987) tentang tata niaga impor kelompok industri tertentu serta bea masuknya yang disempurnakan, pemberian wewenang khusus pengusaha Kawasan Berikat Nusantara, penyederhanaan izin usaha industri mesin dan mesin listrik, dan Ds (SK Menteri Keuangan No. 10681KMK 0011988) tentang izin pendirian bank campuran baru dalam bentuk usaha patungan dengan penyertaan pihak asing sampai 85%.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20108
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Y.B. Suhartoko
Abstrak :
Krisis ekonomi yang mulai terjadi pada pertengahan tahun 1997 diperkirakan mempunyai dampak buruk terhadap berbagai bidang, tennasuk diantaranya bidang pendidikan. Dampak adanya krisis ekonomi diperkirakan sebagai berikut : 1. Drop out meningkat, sehingga APK turun 2. Pelayanan pendidikan turun, sehingga mutu pendidikan turun 3. Biaya ]angsung pendidikan meningkat, sehingga kesadaran masyarakat dalam investasi pendidikan turun. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah mencanangkan program Jaring Pengaman Sosial Bidang Pendidikan, yang juga disebut Program Aku Anak Sekolah yang berupa Dana Bantuan Operasional dan beasiswa bagi sekolah-sekolah tidak rnampu dan siswasiswa tidak mampu. Program jaring pengaman sosial banyak mengalami kebocoran dan ketidaktepatan sasaran di dalam pelaksanaannya, dan oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengevaluasinya agar pada kemudian hari pelaksanaannya nienjadi lebih baik. Sehubungan dengan hal tersebut, tesis ini melakukan penelitian ketepatan sasaran penerimaan beasiswa. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakar data primer yang didapatkan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang bekerja sama dengan British Council. Sebagai responden dalam penelitian ini adalah orang tua siswa baik yang meneriina beasiswa, maupun yang tidak menerima beasiswa yang berasal dari sekolah-sekolah yang mendapatkan DBO. Daerah penelitian meliputi Kotamadya Surabaya, Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Trenggalek. Metode pengambilan sampelnya dilakukan secara bertahap sebagai berikut : 1. Pemilihan propinsi 2. Pemilihan kabupaten 3. Pemilihan sekolah 4. Pemilihan siswa 5. Pemilihan orang tua siswa Data yang didapatkan dipilih yang mencerminkan kemampuan orang tua siswa dalam membiayai anaknya bersekolah, seperti tingkat pendidikan kepala rumah tangga, tingkat pendapatan kepala rumah tangga, proporsi pendapatan untuk konsumsi makanan, kesulitan pembiayaan sekolah dan kekayaan . Untuk keperluan penelitian, data tingkat pendidikan kepala rumah tangga, tingkat pendapatan kepala rumah tangga, proporsi pendapatan untuk konsumsi makanan, kesulitan pembiayaan sekolah dilakukan analisis data deskriptif dengan memisahkan antar daerah penelitian . Sedangkan data tingkat pendapatan dan kekayaan digunakan untuk model regresi logistik dengan variabel dependen responden anaknya mendapatkan beasiswa atau tidak. Model regresi logistik dipisahkan menurut tingkat sekolah, SD, SLTP dan SLTA. Hasil penelitian menunjukkan kecenderungan semakin tinggi kemampuan (wealth) orang tua siswa semakin rendah kemungkinan anaknya mendapatkan beasiswa . Namun demikian penelitian ini mempunyai kelemahan, yaitu terjadinya "bias seleksi sampel" (Sample Selectivity Bias), karma hanya nmenggunakan data dari orang tua yang berasal dari anak di mana sekolahnya mendapatkan beasiswa
2000
T20525
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendriaty
Abstrak :
Ditahun 1990 United Nation and Development Programe (UNDP) memperkenalkan Human Development Index (HDI), sebagai indikator alternatif keberhasilan pembangunan. Kelebihan HDI dibanding indikator konvensional terutama PDB dan PDB perkapita adalah lebih mampu memberikan gambaran tentang pemberdayaan (empowerment) yang dilihat dari perubahan perbaikan kapasitas dasar manusianya. Kelebihan ini memungkinkan dilakukannya analisis yang lebih holistik, kontekstual dan manusiawi tentang hubungan antara kemajuan ekonomi dengan tingkat kesejahteraan manusia. Implikasi analisis ini pemahaman yang lebih dalam tentang alokasi sumberdaya manusia yang efisien, dalam pembangunan ekonomi di negara-negara yang sedang berkembang, khususnya Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, dirasakan perlunya studi tentang keterkaitan antara kemajuan/pembangunan ekonomi dengan partisipasi kerja dan atau kesempatan kerja. Studi ini dimungkinkan karena indikator HDI telah digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen DaIam Negeri yang diberi nama lndeks Pembangunan Manusia (IPM), untuk mengukur tingkatan status pembangunan manusia, 297 kabupaten/kotamadya di Indonesia tahun 1990. Jika IPM merupakan ukuran pemberdayaan, maka salah satu ukuran penting dari efektifitas pemberdayaan tersebut adalah Angka Partisipasi Angkatan Kerja (APAK). Karena baik IPM maupun APAK mencerminkan permintaan dan penawaran, maka hubungan antara pembangunan ekonomi dengan partisipasi kerja dapat dianalisis dengan melihat hubungan APAK-IPM. Hasil studi menunjukkan peningkatan kapasitas dasar manusia cenderung meningkatkan keinginan (partisipasi) kerja. Terlihat perbedaan pola hubungan APAK-IPM berdasarkan kategori jenis kelamin, tempat tinggal (perkotaan-perdesaan) dan tingkat pendidikan. Perbedaan pola hubungan disebabkan karena faktor-faktor perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antar wilayah dan atau sektoral, kelembagaan dan faktor-faktor sosial ekonomi seperti budaya, tata nilai dan pandangan hidup dalam masyarakat. Hasil studi di atas mengindikasikan bahwa optimalisasi individu sangat holistik dan konstektual. Implikasi kebijakannya adalah reoricnlasi dan atau evaluasi kebijakan pembangunan, agar lebih mengarah kepada pemenuhan kebutuban dasar, perluasan kesempatan kerja, pengurangan kesenjangan ekonomi antar daerah, sektoral, pendidikan dan gender, pembangunan kelembagaan ekonomi dan perhatian yang lebih besar terhadap faktor-faktor non ekonomi.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T20631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonny Harry Budiutomo Harmadi
Abstrak :
Adanya faktor skala ekonomi dalam pemilihan lokasi menyebabkan beberapa perusahaan yang sej erns memilih berada pada lokasi yang berdekatan, sehingga membawa dampak menurunnya biaya produksi perusahaan. Berkumpulnya beberapa perusahaan sejenis dalam suatu Iokasi industri disebut aglomerasi industri. Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa suatu kota memiliki perusahaan yang jenisnya sama lebih darn sate, dan adanya kecenderungan bahwa kota akan berkembang di sekitar lokasi industri. Suatu kota industri yang besar terbentuk karena adanya aglomerasi ekonomi dalam produksi. Ada dua jenis aglomerasi ekonomi, yaitu localization economies dan urbanization economies. Menurut Henderson (1988), localization economies terjadi jika biaya produksi perusahaan-perusahaan sebagai bagian darn suatu industri menurun pada saat total output darn industri meningkat. Sedangkan urbanization economies terjadi jika biaya produksi sebuah perusahaan secara individual menurun saat total output clan wilayah urban/ perkotaan meningkat. Terdapat kontroversi darn efek yang ditimbulkan oleh localization economies (dikemukakan oleh Alfred Marshall) dengan urbanization economies (diidentifikasi oleh Jane Jacobs). Mills, Henderson, 0 hllallachain dan Satterthwaite mengatakan bahwa localization economies lebih panting dibanding urbanization economies, karena pertumbuhan tenaga kerja suatu sektor lebih tergantung pada besarnya sektor tersebut daripada besarnya wilayah perkota nl metropolitan sektor tersebut berada. Secara umum, pro duktifitas modal dan tenaga kerja sektor industri di Jakarta cukup bank, dimana modal per tenaga kerja dan upah per tenaga kerja mempengaruhi output per tenaga kerj a. Artinya kenaikan modal dan upah akan mampu mendorong kenaikan output. Aglomerasi ekonomi yang terjadi pada mayoritas sub-sektor industri di Jakarta merupakan aglomerasi jenis localization dan urbanization economies, dimanaperusahaan-perusahaan di sektor industri memilih berlokasi di Jakarta karena pertimbangan biaya produksi yang lebih murah, dan juga karena pertimbangan besarnya jumlah penduduk. Hal inn didukung oleh kenyataan bahwa infrastruktur yang ada di DKI Jakarta lengkap, terutama untuk akses transportasi dankomunikasi, serta posisi Jakarta sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional. Analisis regresi data panel menunj ukkan bahwa terdapat perbedaan basil yang mendasar antara data industri dengan klasifikasi ISIC 2 digit dengan industri berdasarkan klasifikasi ISIC 3 digit dalam observasi. Sub-sektor industri di DKI Jakarta yang mengalami aglomerasi industri ialah sub-sektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit, Industri Kertas dan Barang Barang darn Kertas, Percetakan dan Penerbitan, Industri Kimia dan Barang-Barang darn Kimia, Petroleum, Batu Bara, Karat, dan Barang darn Plastik, Industri Barang-Barang Ban Logam, Mesin dan Perlengkapannya, Industri Pengolahan Lainnya. Sedangkan sub-sektor Industri Makanan, Minuman Serta Tembakau, Industri Kayu dan Barang-Barang dari Kayu, Termasuk Alat-Alat Rumah Tangga darn Kayu, Industri Barang-Barang Galian Bukan Logam, dan Industri Dasar Logam tidak mengalami aglomerasi. Pada golongan pokok industri teridentifikasi tidak terjadi aglomerasi industri. Perlu ada penyusunan kebijakan industri yang lebih diarahkan hanya pads industri yang memang mengalami aglomerasi. Sebaiknya pemerintah daerah DKI Jakarta lebih mengutamakan sub-sektor industri yang sudah terkonsentrasi kuat, dan mengalami aglomerasi jenis localization economies sekaligus urbanization economies.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T20643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beta Yulianita Gitaharie
Abstrak :
Tesis ini membentuk model makroekonomi regional DKI Jakarta dan rnelihat dampak penurunan penerimaan DAU terhadap perekonomian DKI Jakarta. Model makroekonomi regional ini menggunakan landasan ekonomi mikro dan terdiri atas empat blok, yaitu blok manufaktur, blok nonmanufaktur, dan blok keuangan daerah dan PDRB. Model yang diterapkan diadaptasi dari model ekonometri regional untuk wilayah metropolitan Chicago yang dibuat oleh Doubinis (1981). Model ini terdiri atas 48 persamaan perilaku dan 23 persamaan identitas. Dalam blok manufaktur, perrnintaan output sektor manufaktur dipengaruhi oleh variabel local activity level. Sedangkan penawarannya dipengaruhi oleh kapital/modal dan tenaga kerja. lni merupakan fondasi mikroekonomi yang digunakan dalam skema makroekonomi. Tenaga kerja dipengaruhi oleh upah dan tenaga kerja di sektor yang bersangkutan seoara nasional. Dalam blok nonmanufaktur, permintaan output sektor nonmanufaktur dipengaruhi oleh PDRB (menurut lapangan usaha) dan tingkat harga. Penawarannya dipengaruhi oleh nilai tambah sektor tersebut pada periode yang lalu dan tenaga kerja. Sementara tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat upah dan tenaga kerja secara nasional. Dalam blok keuangan daerah, pajak daerah sangat dipengaruhi oleh sektor nonmanufaktur, kecuali konstruksi; dan sektor manufaktur. Retribusi daerah dipengaruhi oleh retribusi periode lalu, dan sektor nonmanufaktur. Dalam blok PDRB, konsumsi RT dipengaruhi oleh PDRB. Investasi swasta dipengaruhi oleh tingkat bunga dan PDRB. Investasi pemerintah dan pengeluaran pemerintah dipengaruhi oleh penerimaan pemerintah. Data yang digunakan adalah data runtun waktu untuk periode 1978-1998 yang telah dipublikasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Pengolahan dilakukan dengan menggunakan program komputer Eviews dengan metode TSLS. Indikator daya prediksi dari model makroekonomi regional ini menunjukkan statistical fit yang baik sehingga dapat digunakan untuk melakukan peramalan ke depart, yaitu tahun 1999-2004. Ada 2 skenario yang digunakan, yaitu skenario DAU konstan sebesar Rp 773,02 milyar dan DAU menurun sebesar 20% pada tahun 2003 dan 2004. Penurunan pemberian DAU mempengaruhi pertumbuhan sektor manufaktur dan tenaga kerjanya, investasi pemerintah, pengeluaran dan penerimaan pemerintah, dan perekonomian daerah; tetapi tidak mempengaruhi kegiatan di sektor nonmanufaktur dan tenaga kerjanya, penerimaan pajak daerah dan retribusi, serta pengeluaran konsumsi dan investasi swasta. Meskipun mempengaruhi pertumbuhan kegiatan ekonomi daerah, penurunan pertumbuhan ini diperkirakan jauh lebih kecil daripada penurunan DAU yang sebesar 20%.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T20579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangemanan, Lyndon
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengelaborasi kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakmerataan pendapatan penduduk periode tahun 1980 -1996 (PelitaIII -Pelita V), atau semasa kepemimpinan orde baru. Berdasarkan studi Iiteratur dan penelitian - penelitian yang telah dilakukan, maka di putuskan untuk dianalisa dan dibahas selanjutnya adalah faktor -faktor yang mempengaruhi ketidakmerataan pendapatan di Philipina oleh Esiudilo .1.P. (1997) akan direplikasikan di Indonesia, Selanjutnya dikomhinasikan dengan faktor komponen ekonomi berdasarkan studi .literatur. Setelah dilakukan sludi-studi awal, mengenai ketersediaan data dan kondisi wilayah Indonesia, maka dilakukan beberapa modifikasi, mengenai variabel dan model, .sehingga diduga variabel-varabel berikut ini; 1) proporsi penduduk yang berusia > 60 tahun(X2) ; 2) proporsi jumlah anggota rumah tangga yang terdidik/ tingkat keahlian (X3) ,- 3) proporsi jumlah anggota rumah tangga yang bekerja di sektor industri ( X4) ; 4) pertumbuhan ekonomi ( X5) ; dan 5) kontribusi pendapatan dari sektor industri pengolahan terhadap total pendapatan(X6). Selanjutnya dari variabel diatas maka variabel ,(1),(2) dan (3) dikelompok dalam komponen demograf/ kependudukan serta variabel (I) dan (5) dikelompokan dalam komponen ekonomi. Untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak dari penelitian maka digunakan adanya keragaman wilayah Indonesia sebagai informasi untuk dianalisa dan dibahas.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T20640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syon Syarid
Abstrak :
Prioritas pemerintah pada pertengahan tahun 1980-an untuk meningkatkan peranan ekspor industri dalam perekonomian telah menyebabkan terjadinya peningkatan pesat ekspor industri manufaktur. Walaupun pertumbuhan sektor industri manufaktur Indonesia sebelum tahun 1980-an mengalami pertumbuhan yang tinggi, tetapi peitumbuhan industri yang tinggi tersebut bukanlah untuk penibahan struktur industri. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya peranan industri manufaktur dalam perekonomian Indonesia baik terhadap nilai tambah (value added) maupun ekspor industri manufaktur. Perubahan struktur industri manufaktur pada pertengahan tahun 1980-an telah meningkatkan pcranan ekspor industri manufaktur. Beberapa langkah yang dilakukan pemerintah untuk mencapai maksud tersebut adalah merubah strategi perdagangan Indonesia dari strategi substilusi impor ke strategi promosi ekspor dengan mcngurangi rentang tarif barang-barang konsumsi impor yang sennula sangat tinggi, merubah kebijakan dalam bidang investasi dan melakukan penyesuaian dalam bidang moneter yaitu melakukan devalusi mata uang pada tahun 1983 dan tahun 1986 untuk meningkatkan daya saing ekspor industri manufaktur di pasar internasional. Perubahan kebijakan tersebut telah mampu meningkatkan ekspor industri manufaktur pada pertengahan tahun 1980-an. Bahkan ekspor industri manufaktur Indonesia pada pertengahan Eakin I980-an tersebut telah mendaminasi ekspor nonĀ¬migas Indonesia dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dapat dikatakan tidak mempunyai peranan penting terhadap ekspor non-migas Indonesia. Perkembangan ekspor industri dan penguatan stniktur industri selama pertengahan tahun 1980-an telah mengundang minat penulis untuk mengetahui sejauh mana perubahan struktur industri di Indonesia dan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar internasional. Untuk itu penulis mencoba mengemukakan hipotesis sebagai berikut. Apakah perubahan struktur industri yang terjadi di Indonesia telah mampu meningkatkan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar internasional? Apakah komponen-komponen perubahan struktur yaitu produktivitas modal dan tenaga kcrja signifikan mempengaruhi keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur Indonesia? Apakah Real Exchange Rate yang mencerminkan daya saing ekspor industri manufaktur mempunyai hubungan yang erat dengan pembentukan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur Indonesia di pasar intemasional. Untuk menjawab pertanyaan penelitian di atas penulis telah melakukan penelitian terhadap "sektor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor yang dibagi ke dalam lima subsektor industri manufaktur yaitu subsektor industri manufaktur padat suinberdaya pertanian, padat sumberdaya mineral, padat kaya, padat teknologi dan padat human capital dengan menggunakan Indeks Perubahan Struktur (IPS) untuk mclihat perubahan struktur industri berdasarkan kepadatan faktor dan Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk mengukur ketutggulan komparatif ekspor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor. dari hasil penelitian diperoleh bahwa secara umum dalam sektor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor telah tercipla perubahan struktur, tetapi belum tercipta keunggulan komparatif di pasaran internasional. Begitu juga subsektor industri manufaktur padat karya, padat teknologi, dan padat human capital telah menunjukkan terjadinya perubahan struktur. Tetapi subsektor industri manufaktur padat teknologi dan padat human capital belum menunjukkan terciptanya keunggulan komparatif kecuali untuk subsektor industri manufaktur padat karya yang telah menunjukan adanya keunggulan komparatif di pasar intemasional setelah tahun 1985. Sedangkan dalam subsektor industri manufaktur padat sumberdaya pertanian tcrjadi pergeseran nilai indeks perubahan struktur akan tetapi telah menciptakan terjadinya keunggulan komparatif di pasaran internasional. Hal ini diduga karena keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur padat sumberdaya pertanian Brat kaitannya dengan sumberdaya yang dimiliki oleh Indonesia. Belum terciptanya keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur walaupun telali terjadinya perubahan struktur disebabkan karena perubahan struktur industri manufaktur masih belum terjadi sepenuhnya. Hal ini disebabkan karena nilai indeks perubahan struktur masih sangat kecil dan jauh dari kategori suatu negara yang menunjukan terjadinya perubahan struktur secara penuh. Dari hasil pengujian regresi, belum terciptanya keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar intemasional disebabkan karena tidak terjadinya peningkatan produktivitas tenaga kerja dalam sektor industri manufaktur maupun daiann subsektor industri manufaktur kecuali subsektor industri manufaktur padat human capital yang menunjukan hubungan signifikan produktivitas tenaga kerja terhadap pembentukan keunggulan komparatif. Selma periode analisis keunggulan komparatif hanya digerakkan oleh produktivitas modal dan Real &change Rate. Karena selama analisis produktivitas modal dan Real Exchange Rate sangat signifikan tnempengaruhi nilai RCA ekspor industri manufaktur di Indonesia.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library