Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nittrasatri Handayani
"Kesinambungan topik dalam wacana tulis ekspositoris bahasa Indonesia ragam jurnalistik dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek sintaktis dan semantis. Berdasarkan hubungan sintaktis, kesinambungan tersebut muncul dalam bentuknya sebagai anafora nol, pronomina persona, pronomina demonstrativa, frasa nominal takrif, dan frasa nominal tidak takrif yang referensial, sedangkan melalui hubungan semantis dapat dinyatakan dalam empat hubungan makna. Dari keempat hubungan makna tersebut, hubungan makna yang tertinggi pemunculannya adalah hubungan makna kesamaan, sedangkan ditempat kedua hubungan makna bagian keseluruhan. Hubungan makna ketercakupan pada urutan ketiga, dan terakhir hubungan ketumpangtindihan. Sementara itu, hasil pengukuran terhadap kesinambungan topik secara kuantitatif menunjukkan bahwa pronomina demonstrativa merupakan penanda bahwa topik tersebut memiliki kesinambungan yang tertinggi; anafora nol di tempat kedua, diikuti frasa nominal takrif yang bersusunan beruntun netral di tempat ketiga, pronomina tidak berte¬kanan di tempat keempat, dan frasa nominal tidak takrif yang referensial di tempat terakhir. Hasil pengukuran ini tidak menentukan kualitas atau mutu wacana tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
T39139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Djulfiansyah
"Bahasa Iklan merupakan hal yang menarik untuk dibahas. Ini patut dipelajari, tidak saja melingkupi kehidupan kita sehari-hari, tetapi juga dapat dilihat sebagai pengantar penulisan yang bersifat persuasif. Penelaahan bahasa iklan dapat menambah studi tentang bahasa dalam konteks yang lebih luas. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk membahas bahasa iklan dari sudut fungsi bahasa dalam komunikasi. Setiap kehidupan manusia tidak terlepas dari komunikasi. Komunikasi dalam hal ini yaitu penyampaian amanat dari penberi komunikasi kepada penerima komunikasi. Bahasa iklan sebagai salah satu sarana komunikasi yang menghubungkan produsen ke konsumen. Roman Jakobson menyebutkan ada enam fungsi bahasa dalam komunikasi, yaitu (1) Fungsi referensial, (2) Fungsi emotif, (3) Fungsi konatif, (4) Fungsi fatik, (5) Fungsi metalinguistik, dan (6) Fungsi puitik. Dari keenam fungsi bahasa yang dikemukakan oleh Roman Jakobson, kelima fungsi bahasa berhubungan erat dengan makna konotatif, sedangkan satu fungsi lagi mengandung makna denotatif. Kelima fungsi tersebut yakni fungsi konatif, menimbulkan konotasi konatif, fungsi emotif menimbulkan konotasi emotif, fungsi fatik menimbulkan konotasi fatik, fungsi metalinguistik menimbulkan konotasi metal linguistik, dan fungsi puitik menimbulkan konotasi publik. Kelima fungsi tersebut bersama-sama menyebabkan timbulnya makna ekspresif bahasa iklan. Data yang digunakan adalah bahasa iklan media cetak, yakni tajuk iklan yang memiliki sifat dan fungsi yang khan. Sampel penelitian berjumlah sembilan puluh delapan, dengan menggunakan teknik interval (teknik slang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari data yang terkumpul, bahasa iklan sebagian besar mempunyai fungsi konatif, perwujudan kebahasaan terbanyak pada bentuk perbandingan. Perbandingan di sini dapat berupa kesamaan sifat, perbandingan tingkat lebih, ataupun perbandingan tingkat superlatif. Fungsi konatif yang menimbulkan konotasi konatif paling nyata dalam bentuk kalimat perintah, dengan penggunaan partikel-lah, serta kata-kata perintah seperti : berikan, atasi, dan biarkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S11221
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriah
"Skripsi ini membahas tenting penggunaan alat-alat kohesif yang terdapat dalam wacana Pak Belalang dan wacana Jakarta. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kekohesifan kedua wacana tersebut, bagaimana penggunaan alat-alat kohesifnya, apa persamaan dan perbedaannya. Terakhir alat kohesif apa yang dominan dipergunakan pada kedua wacana tersebut. Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, dan di dalam hierarki gramatikal berkedudukan sebagai satuan yang tertinggi. Wacana merupakan satuan bahasa yang tidak terbatas dalam jumlah kalimat dan kalimat-kalimat itulah yang merupakan komponen konstruksi wacana. Kalimat-kalimat dalam wacana itu tidak terlepas-lepas begitu saja, melainkan saling berpautan dengan kalimat-kalimat yang lain secara semantis tekstual membentuk kesatuan yang utuh sebagai suatu wacana. Kohesi adalah istilah yang menunjuk pada perpautan kalimat-kalimat itu, yang membatasi kumpulan kalimat itu sebagai suatu wacana. Dengan menghubungkan kalimat-kalimat itu secara kohesif. dapat diketahui tingkat kekohesifan wacana itu. Kohesi ditandai of eh pemarkah-pemarkah yang menghubungkan kalimat-kalimat yang terdapat di dalam wacana itu. Pemarkah-pemarkah itu berupa alat-alat kohesif, yang terdiri dari pengacuan (reference), penggantian (substitution), pelesapan (ellipsis), konjungsi (conjunction), dan leksikon (lexicon). Dilihat dari tingkat kekohesifannya, ternyata wacana Pak Belalang Iebih kohesif daripada wacana Jakarta. Dan berkaitan dengan penggunaan alat-alat kohesifnya, kedua wacana tersebut memperlihatkan penggunaan alat-alat kohesif yang tidak sebanding (tidak sama). Urutan intensitas pemakaian alat-alat kohesif pada Pak Belalang adalah leksikon, pengacuan, pelesapan, konjungsi, dan penggantian. Urutan intensitas pemakaian alat-alat kohesif pada wacana Jakarta adalah leksikon, pengacuan, konjungsi, penggantian, dan pelesapan. Untuk menyampaikan isi cerita, Pak Belalang dan Jakarta sama-sama membuat variasi-variasi. Variasi-variasi tersebut dapat berupa repetisi, pronomina, sinonim, atau penggantian. Alat kohesif yang dominan dipergunakan pada Pak Belalang dan Jakarta adalah leksikon, dan unsur leksikon yang paling dominan adalah repetisi"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11208
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kawira, Lita Pamela
"Setelah meninjau pemungutan unsur-unsur dari bahasa Belanda, baik dari segi fonologi maupun morfologi, dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut: Dari segi fonologi ternyata bahwa: a. Dengan adanya pengaruh bahasa asing pada umumnya dan bahasa Belanda pada khususnya, bahasa Indone_sia mengenal beberapa fonem baru. Penyerapannya disesuaikan dengan sistem fonologi bahasa Indone_sia. Di samping itu dikenal pula grafem yang di_serap sebagai alograf suatu fonem. b. Selain beberapa fonem baru, bahasa Indonesia juga mengenal adanya gugus konsonan, baik gugus konso_nan pravokal maupun gugus konsonan pascavokal. Sehubungan dengan yang sudah disebut dalam sub a di atas, dengan dikenalnya sejumlah fonem dan grafem baru melalui pengaruh bahasa Belanda bahasa Indonesia mudah menyerap sejumlah istilah ilmiah dan istilah internasional. Dari segi morfologi dapat disimpulkan bahwa: a. Kosa kata bahasa Indonesia diperkaya penyerap_annya disesuaikan dengan sistem morfologi bahasa_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1977
S10998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halimah Bt. Ma`Alip
"Tulisan ini membicarakan tentang persamaan dan perbe_daan makna kata-kata yang terdapat dalam Bahasa Indonesia dengan Bahasa Malaysia. Pembahasan mengenai kata (nama) untuk konsep yang sama dalam kedua bahasa itu menghasilkan kesimpulan bahwa banyak kata dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Belanda se_dangkan kata-kata dalam bahasa Malaysia banyak yang berasal dari bahasa Inggris. Kata-kata yang diserap dari bahasa ba_rat tersebut ada yang diserap secara utuh dan ada juga ka_ta-kata yang diserap itu berubah maknanya dari makna asal kata tersebut. Penulis juga menjelaskan bahwa perbedaan makna kedua bahasa disebabkan oleh kecenderungan masyarakat Malaysia menggunakan kata-kata dari bahasa Melayu yang sudah tidak lagi dikenal atau digunakan oleh masyarakat Indonesia. Perbandingan makna untuk kata yang sama menghasilkan kesimpulan bahwa kedua masyarakat cenderung menggunakan ha_nya salah satu dari makna-makna yang ada pada kata-kata tertentu, adanya kata-kata yang homofon dan homograf tetapi maknanya berbeda sama sekali dalam kedua bahasa, ada kata-_kata bahasa Indonesia yang diserap oleh masyarakat Malaysia yang makna dasarnya hilang dan berubah menjadi makna baru, dan lain-lain. Pembahasan mengenai hubungan makna antarkata yang ter_dapat dalam kedua bahasa memberi kesimpulan bahwa hubungan makna antarkata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia yang berhomonimi kebanyakannya berasal dari asal usul yang berbeda dan adanya kata-kata yang disebut berpolisemi anta_ra satu sama lain dalam kedua bahasa disebabkan oleh kecen_derungan kedua masyarakat itu menggunakan hanya salah satu dari makna-makna yang ada pada sesebuah kata"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S11227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Nuryanti R.S.
"Penelitian mengenai Perbandingan Struktur Frasa Verbal pada tiga bahasa daerah. Tujuannya adalah mendeskripsikan struktur frasa verbal pada bahasa Minangkabau, bahasa Jawa, dan bahasa Lamalera. Selain itu, dari penelitian ini dapat dilihat persamaan dan perbedaan struktur dari ketiga bahasa daerah tersebut. Pengumpulan data diperoleh dari data kepustakaan dan data lapangan. Data lapangan dikumpulkan melalui wawancara informan, dengan menggunakan daftar pertanyaan, kemudian dilakukan pengklasifikasian data, dan data tersebut dianalisis. Hasilnya diperoleh seperangkat struktur frasa verbal pada bahasa Minangkabau, bahasa Jawa, dan bahasa Lamalera."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Santi
"Skripsi ini merupakan hasil studi semantik mengenai ungkapan-ungkapan bahasa Indonesia berbentuk frase yang menggunakan nama-nama organ tubuh. Penelitian yang dilakukan berupa studi kepustakaan dengan populasi ungkapan-ungkapan yang memakai nama-nama organ tubuh yang terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia. Untuk membatasi permasalahan dipilih empat macam organ tubuh sebagai sampel, yaitu mata, mulut, tangan, dan kaki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana ungkapan-ungkapan tersebut terbentuk, bagaimana proses perubahan maknanya, dan apa peran organ-organ tubuh tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ungkapan-ungkapan dapat terbentuk karena organ-organ tubuh yang membentuknya dianggap memiliki suatu kesamaan dengan hal-hal yang dimaksud oleh ungkapan itu. Perubahan makna terjadi karena kata-kata itu bergabung dengan kata lain, sehingga organ-organ tubuh tersebut memiliki sejumlah peran baru, di antaranya peran sebagai penunjuk suatu keadaan, sifat, dan pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa organ-organ tubuh sangat potensial dalam membentuk ungkapan-ungkapan, baik yang bersifat metaforis maupun idiomatis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S11223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Syafrida
"Skripsi ini merupakan hasil penelitian terhadap teks berita surat kabar berbahasa Indonesia. Teks-teks berita tersebut diteliti untuk diketahui apakah informasi yang disampaikan dalam teks berita surat kabar dapat dipahami oleh pembacanya. Penelitian yang dilakukan berupa studi kepustakaaan dengan populasi surat kabar Kompas, Pos Kota, dan Suara Pembaruan. Populasi ini diambil berdasarkan besarnya jumlah ketiga surat kabar tersebut. Berikut merupakan permasalahan, dipilih tiga jenis berita sebagai sampel yaitu, berita kriminologi, politik, dan olahraga. Semuartya diambil dari surat kabar tanggal 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 Januari 1991. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat kesulitan teks pada ketiga surat kabar di atas, untuk mengetahui sesuai tidaknya teks tersebut dengan tingkat kemampuan pembacanya, dart untuk mencari faktor_faktor lain yang menyebabkan sebuah teks terlalu mudah atau sulit untuk dipahami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan minimum pembaca surat kabar tidak semuanya sesuai dengan sasaran yang dituju redaksi surat kabar tersebut. Surat kabar Pos Kota ditujukan pada pembaca yang berpendidikan minimum SD. Berdasarkan hasil penelitian teks berita pada surat kabar tersebut tidak semuanya dapat dipahami oleh pembaca yang berpendidikan minimum SD. Hal ini disebabkan karena dalam teks berita surat kabar tersebut, khususnya teks berita politik dan olahraga banyak ditujukan kata_kata sukar, dan kalimat yang tidak elastis. Surat kabar Kompas dan Suara Pembaruan ditujukan pada pembaca yang berpendidikan minimum SMTA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teks berita pada kedua surat kabar tersebut dapat dipahami oleh pembaca yang berpendidikan minimum SMTA. Deegan demikian sesuai dengan sasaran yang dituju oleh redaksi surat kabar tersebut. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sulit atau mudahnya teks berita sebuah surat kabar dipahami oleh pembaca bergantung pada beberapa faktor, yaitu; banyak sedikitnya digunakan istilah, akronim, dan singkatan dalam teks berita, penggunaan kata-kata acing, dan kalimat yang terlalu panjang (tidak efektif)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11222
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Winarti
"Preposisi oleh dapat dimasukkan ke dalam golongan partikel, karana preposisi oleh tidak mengalami proses morfo_logis dan tidak mempunyai makna leksikal melainkan makna gramatikal. Sebagai partikel, preposisi oleh tidak dapat berdiri sendiri sebagai subyek, predikat atau obyek, melain_kan se1alu digunakan bersama-sama unsure lain dalam hal ini unsur yang mengikutinya. Unsur-unsur yang mengikuti preposisi oleh adalah nomina dan frasa nominal. Frasa nominal dapat dikelompokkan atas dua, yaitu frasa nominal yang unsur pusatnya nomina dan fra_sa nominal yang unsur pusatnya frasa nominal. Ditinjau dari pemakaiannya, pemakaian preposisi oleh da_pat dikelompokkan atas dua, yaitu pemakaian oleh yang wajib dan pemakaian oleh yang fakultatif. Dilihat dari maknanya, makna preposisi o1eh dapat dike-lompokkan atas tiga, yaitu penanda makna pelaku, penanda makna sebab dan penanda makna alat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11233
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanwardi
"Tulisan ini menyoroti tiga hal yang berkaitan dengan me (N) -D-kan/me (N) -D-i. Pertama, ciri-ciri dasar me(N) -D-kan me(N) -D-i dalam kaitannya dengan makna me(N) -D-kan/me (N) -D-i yang muncul; kedua, peran obyek dari konstruksi berpredikat me(N) -D-kan/me(N) -D-i; dan ketiga, pengoposisikan di anatara me(N) -D-kan dengan me (N) -D-i. Pebahasan ciri-ciri dasar me(N)-D-kan/me(N)-D-i, dalam kaitannya dengan makna yang muncul, menghasilkan kesimpulan bahwa setiap makna me(N)-D-kan/me(N)-D-i ditandai oleh sejumlah ciri dasar me(N)-D-kan/me(N)-D-i yang khas..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11141
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>