Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imelda Oktaviani
"Kanker pada anak memengaruhi kualitas hidup anak, dan keluarganya. Orang tua anak dengan kanker harus mampu beradaptasi dengan kondisi penyakit dan efek samping pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri orang tua dengan kualitas hidup anak kanker usia 8-12 tahun. Penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional dilakukan pada 39 orang tua dan 39 anak kanker yang dipilih dengan metode consequtive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Self-Efficacy Parenting Task Index (SEPTI) diisi oleh orang tua, dan The Pediatric Quality of Life Inventory (PedsQLTM). Alat ukur PedsQLTM yang digunakan terdiri dari dua, yaitu: PedsQLTM 4.0 Generic Core Scale dan secara khusus dengan menggunakan PedsQLTM 3.0 Cancer Module versi Indonesia diisi oleh anak kanker. Analisis data menggunakan uji korelasi Pearson.
Hasil menunjukkan efikasi diri orang tua dengan kualitas hidup anak generik berkorelasi kuat dan arah korelasi positif (r=0,680), selanjutnya efikasi diri orang tua dengan kualitas hidup anak modul kanker juga berkorelasi kuat dan arah korelasi positif (r=0,715). Hasil penelitian ini merekomendasikan supaya orang tua dan anak kanker mendapat intervensi manajemen efek samping pengobatan kanker yang adekuat untuk meningkatkan efikasi diri dan kualitas hidup anak dengan kanker.

Cancer in children affects the children quality of life, and their families. Parents of children with cancer must be able to adapt the disease conditions and treatment side effects. This study aims to determine the relationship between parental self-efficacy and the quality of life children with cancer aged 8-12 years. The quantitative study using a cross sectional design was carried out on 39 parents and 39 cancer children who were selected by consequtive sampling method. The measuring instrument used are the Self-Efficacy Parenting Task Index (SEPTI) filled by parents, and The Pediatric Quality of Life Inventory (PedsQLTM). The PedsQLTM measuring instrument used consists of two, namely: PedsQLTM 4.0 Generic Core Scale and specifically using PedsQLTM 3.0 Cancer Module Indonesian version, filled by children with cancer. Data analysis using Pearson correlation test.
The results showed that parents self-efficacy with the children quality of life generic core scale correlated strongly and have positive correlation (r=0.680), then the parents self-efficacy with the children quality of life cancer module also correlated strongly and have positive correlation (r=0.715). The results of this study recommends that parents and children with cancer have adequate management of cancer treatment and side effects to improve self-efficacy and quality of life for children with cancer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Fitriana Semudi
"Kasus DMT2 pada anak di dunia meningkat 132,6 ribu anak. Ada 1213 kasus DMT2 pada anak di Indonesia. Manajemen perawatan harian yang dilakukan oleh anak-anak dengan DMT2 membuat stres. Stres yang dialami dapat mengganggu pengendalian penyakit dan tingkat kualitas hidup anak dengan DMT2. Salah satu aspek yang dapat meningkatkan manajemen pengasuhan dan kualitas hidup anak dengan DMT2 adalah ketahanan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat stres, dukungan keluarga dan koping dengan resiliensi pada anak DMT1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel 36 balita di Jawa. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat stres adalah Area Masalah dalam Diabetes (DIBAYAR), Skala Dukungan Keluarga Diabetes Hensarling (HDFSS), Coping with a Disease (CODI) dan Child & Youth Resilience Measure-Revised Person Most Knowledgeable (PMK-CYRM) untuk mengukur ketahanan. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres dengan resiliensi pada anak DMT1 dengan p-value 0,021, OR 5,360 dan α 0,05. Peneliti berharap penelitian ini dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pelayanan keperawatan psikologis pada anak DMT1.
T2DM cases in children in the world increased by 132.6 thousand children. There are 1213 cases of T2DM in children in Indonesia. The daily care management performed by children with T2DM is stressful. The stress experienced can interfere with disease control and the level of quality of life for children with T2DM. One aspect that can improve parenting management and quality of life for children with T2DM is psychological resilience. This study aims to see the relationship between stress levels, family support and coping with resilience in children with T2DM. This study used a cross sectional design with a sample of 36 toddlers in Java. The instruments used to measure stress levels are the Problem Area in Diabetes (PAID), the Diabetes Hensarling Family Support Scale (HDFSS), Coping with a Disease (CODI) and the Child & Youth Resilience Measure-Revised Person Most Knowledgeable (PMK-CYRM) to measure endurance. The results of the chi-square test showed that there was a relationship between stress levels and resilience in DMT1 children with p-value 0.021, OR 5.360 and α 0.05. Researchers hope that this research can be developed to improve knowledge and psychological nursing services in children with diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Sada Ulina
"Pendahuluan: kemoterapi menyebabkan efek samping kelelahan pada pasien kanker. Tujuan: penelitian ini adalah menganalisis perbandingan aktivitas fisik yoga dan aerobik terhadap kelelahan anak usia sekolah yang menjalani kemoterapi. Metode: jenis penelitian ini menggunakan desain quasi experimental jenis nonequivalent control group pretest-posttest design. Teknik pengambilan sampel menggunakan nonprobability sampling jenis consecutive sampling. Pengambilan data menggunakan instrumen Fatigue Onkologi Anak_Allen (FOA-A). Sampel berjumlah 36 anak usia sekolah yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 18 intervensi yoga dan 18 intervensi aerobik. Setiap intervensi dilakukan 2 kali seminggu selama 4 minggu. Hasil: penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan bermakna skor kelelahan setelah intervensi yoga (p value= 0,0005) dan aerobik (p value= 0,0005). Analisis menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna rerata selisih penurunan skor kelelahan setelah intervensi yoga dan aerobik (p value= 0,072). Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, jenis kanker, obat kemoterapi, dan stadium kanker dengan kelelahan setelah yoga maupun aerobik. Simpulan: yoga dan aerobik sama efektifnya dalam mengurangi skor kelelahan. Rekomendasi: anak dapat memilih salah satu intervensi tersebut untuk mengatasi kelelahan.

Introduction: chemotherapy causes side effects of fatigue in cancer patients. Objective: This study is to analyze the comparison of yoga and aerobic physical activity on fatigue in school-aged children undergoing chemotherapy. Method: This type of research uses a quasi-experimental nonequivalent control group pretest-posttest design. The sampling technique used nonprobability sampling, consecutive sampling. Data collection used the Child Oncology Fatigue Allen (FOA-A) instrument. The sample consisted of 36 school age children who were divided into two groups, namely 18 yoga interventions and 18 aerobic interventions. Each intervention was carried out 2 times a week for 4 weeks. Results: This study shows that there is a significant difference in fatigue scores after yoga (p value= 0.0005) and aerobics (p value= 0.0005) interventions. The analysis showed that there was no significant difference in the mean difference in fatigue score reduction after yoga and aerobics intervention (p value = 0.072). There was no relationship between gender, type of cancer, chemotherapy drugs, and stage of cancer with fatigue after yoga or aerobics. Conclusion: yoga and aerobics are equally effective in reducing fatigue scores. Recommendation: children can choose one of these interventions to overcome fatigue."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Ketut Sri Armini
"Fatigue adalah gejala yang paling sering muncul pada anak dengan kanker, fatigue dirasakan sangat mengganggu, mencemaskan, dan dapat melemahkan fungsi fisik, mental, emosional, sehingga apabila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup anak. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi efektivitas terapi mindfulness breathing dan mindfulness body scanning terhadap skor fatigue pada pasien anak dengan kanker. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan pendekatan pre post test with control group, jumlah sampel dalam penelitian ini 39 (20 intervensi dan 19 kontrol). Kelompok intervensi diberikan perlakuan terapi mindfulness breathing dan body scanning, kelompok kontrol diberikan perlakuan terapi standar (relaksasi napas dalam). Perlakuan pada kedua kelompok masing-masing diberikan 20 kali latihan (1 kali/hari, 5 kali dalam seminggu) Hasil penelitian menunjukkan terapi mindfulness breathing dan mindfulness body scanning lebih efektif menurunkan skor fatigue dibandingkan terapi relaksasi napas dalam (p value 0.001). Variabel confounding usia, jenis kanker dan tipe obat kemoterapi pada penelitian ini tidak ada hubungan dengan perubahan skor fatigue, namun variabel jenis kelamin dan kadar hemoglobin ada hubungan dengan skor fatigue. Terapi mindfulness breathing dan body scanning dapat menjadi intervensi non farmakologi untuk manajemen fatigue karena dapat dengan mudah diterapkan di rumah dan area pelayanan kesehatan.

Fatigue is a symptom that most often appears in children with cancer, fatigue is felt very disturbing, worrying and can weaken physical, mental, emotional functions, so that if not managed it can cause a decrease in the quality of life of children with cancer.The purpose of this study was to identify the effectiveness of mindfulness Breathing and Mindfulness Body scanning therapy on fatigue in pediatric patients with cancer. This study used a quasi experiment design with a pre post test with control group approach, the number of samples was 39 (20 intervention and 19 control). The intervention group was given mindfulness breathing and body scanning therapy, the control group was given standard therapy treatment (deep breath relaxation). The treatment of both groups was given 20 times (1 time / day, 5 times a week) The results showed that mindfulness breathing and mindfulness body scanning  therapy was more effective in reducing fatigue scores than deep breath relaxation therapy (p value 0.001). The confounding variables of gender and hemoglobin levels were associated with fatigue. Mindfulness breathing and body scanning can be a non-pharmacological intervention for fatigue because it can be easily applied at home and health service areas."
Depok: Fakultas ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library