Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pamela Cardinale
"Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan kehidupan berbangsa dan bernegara, merefleksikan realitas masyarakat kita yang sangat heterogen dari segi etnis, budaya, bahasa dan agama, yang tumbuh berkembang di berbagai kepulauan nusantara. Bhinneka Tunggal Ika kerap diartikan sebagai berbeda-beda namun tetap satu jua, unity in diversity, bersatu dalam keberagaman, persatuan dalam kondisi majemuk. Jelas bahwa negara Republik Indonesia terdiri dari masyarakat yang sangat majemuk. Kemajemukan yang dimaksud mencakup etnis, agama, kepercayaan, kebudayaan daerah asal, bahasa daerah asal, dan lain sebagainya. Menjadi persoalan, bagaimana menjaga dan mengembangkan kebinekaan namun tetap dalam semangat dan bingkai keikaan sebagai bangsa dan negara. Pendidikan merupakan komponen penting dalam menumbuhkan kesadaran dan keyakinan serta komitmen dalam melestarikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Penelitian ini menelisik bagaimana penyemaian nilai Bhinneka Tunggal Ika dalam dunia pendidikan dilihat melalui perspektif Ketahanan Nasional. Penelitian ini melihat kesesuaiannya dengan hukum perundang-undangan yang berlaku. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan ketahanan nasional berdasarkan multidisiplin. Hasil yang didapat adalah kesadaran akan nilai sekolah yang terus dijaga dan diamalkan menjadi fondasi kuat dalam penyemaian nilai-nilai di sekolah. Sekolah publik masih memerlukan banyak perhatian serius dari pemerintah perihal penanaman nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Peraturan yang berlaku sudah ideal namun permasalahan terdapat pada implementasi dan pengawasan.

Bhinneka Tunggal Ika is the motto of the Indonesian nation, reflecting the reality of Indonesian society, which is highly heterogeneous in terms of ethnicity, culture, language, and religion, which spreads and develops in various places of the Nusantara archipelago. Bhinneka Tunggal Ika is interpreted as being different, unity in diversity, and pleural conditions. The Republic of Indonesia consists of a very pluralistic society. The plurality includes ethnicity, religion, belief, the regional culture of origin, regional language, and others. The obstacle is maintaining and developing diversity while keeping the spirit of togetherness as a nation and state. Education is the crucial component in growing awareness and beliefs and commitment to cultivating the values of Pancasila and Bhinneka Tunggal Ika. This study examined how cultivating the value of Bhinneka Tunggal Ika in the education world through the National Resilience perspective. This research also studied its conformity with the applicable laws and regulations. This study uses a qualitative method with a multidisciplinary approach to national resilience. The results obtained are awareness of school values continuously maintained and practiced to become a strong foundation for seeding schools' values. However, public schools still need strict much attention from the government regarding cultivating the values of Pancasila and Bhinneka Tunggal Ika. The regulations that apply are ideal, but the problem lies in the implementation and supervision."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Nasih
"Dinamika antara Islam dan nasionalisme di Turki dan Indonesia terjadi karena adanya perspektif yang mendikotomikan antara Islam dengan nasionalisme. Islam dianggap sebagai nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan yang bersifat sakral. Sedangkan nasionalisme dianggap sebagai konsensus dan karena itu bersifat profan/sekuler, terlebih kelahirannya dipicu oleh perlawanan terhadap praktik sistem religio-politik integralisme Katholik di abad pertengahan. Pertentangan tersebut kemudian juga diberlakulam kepada seluruh agama, termasuk Islam.
Penelitian ini menggunakan pijakan teori hubungan entara agama (Islam) dengan negara yang teruraikan dalam konsepsi negara-Islam, nasionalisme-sekuler, dan nasionalisme-religius. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis deskriptifanalitis. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data dari sumber pustaka dan wawancara dengan bebrapa tokoh politik. Data- data tersebut kemudian dideskripsikan, sehingga menunjukkan dinamika antara Islam dan nasionalisme.
Penelitian ini menemukan bahwa dinamika antara Islam dan nasionalisme di Turki dan Indonesia terjadi dalam organisasi-organisasi masyarakat sipil, partai- partai politik, dan lembaga-lembaga negara/pemerintahan. Dinamika di dalam salah satu institusi berpengaruh Inepada yang lain. Karakter nasionalisme Turki awalnya terbangun berdasarkan prinsip sekularisme laicisme. Dinamika antara Islam dan nasionalisme menyebabkan konvergensi antara keduanya tanpa mengubah konstitusi negara dan melahirkan paradigma baru nasionalisme dengan karakter sekularisme non-laicisme dalam praktik. Bentuk konvergensi antara Islam dan nasionalisme di Turki belum stabil karena sikap politik kalangan Islam belum didasarkan pada landasan teologis (theological statement), melainkan karena penimbangan-penimbangan politik (political statement) untuk menghindari tekanan kekuatan pro-sekularisme.
Sedangkan karakter nasionalisme di Indonesia adalah nasionalisme-religius, karena konstitusi dan dasar negara (Pancasila) secara tegas memberikan ruang yang cukup kepada agama. Hanya saja, praktik politik represif rezim Orde Baru dalam periode politik dekade 1980-an terhadap kalangan Islam menghidupkan paradigma politik yang mendikotomikan antara Islam dengan nasionalisme. Umat Islam dicurigai memiliki cita-cita untuk mengembalikan Islam sebagai dasar formal dalam praktik politik-keagamaan. Tekanan rezim menyebabkan sebagian kalangan Islam mengkonstruksi pandangan teologis baru tentang konvergensi antara Islam dan nasionalisme yang berpengaruh kepada penerimaan mayoritas kalangan politik Islam di Indonesia kepada Pancasila berdasarkan pada pandangan teologis (theological statement), bukan sekedar politis (political statement).
Implikasi teoritis penelitian ini adalah hubungan antara Islam dengan negara terjadi, negara-Islam dan nasionaIisme-sekuIer tidak berlaku, dan nasionalisme religius semakin menguat. Konsepsi nasionalisme-religius menempatkan agama (Islam) sebagai landasan moral dan etika dalam kehidupan politik kenegaraan.

The dynamics between Islam and nationalism in Turkey and Indonesia is due to a dispute between the Islamic view with nationalism. Islam is considered as the values that stem lion: God that is sacred. While nationalism is considered as a consensus and because it is profane / secular, first birth was triggered by the opposition to the practice of integralisrn religio-political system in the medieval Catholic. Conflicts are then also applied to all religions, including Islam.
This research uses theoretical framework of the relation between religion (Islam) with the state described in the conception of state-Islam, nationalism, secular, and nationalist-religious. This study uses qualitative methode with analytical descriptive analysis techniques. Data collection was conducted by collecting data from literature sources and interviews with some political figures. These data are then described, thus showing the dynamics between Islam and Nationalism.
This study found that the dynamic between Islam and nationalism in turkey and Indonesia occurred in in the civil society organizations, political parties, and the institutions of stare / government. Dynamics in one institution inlluent to another. Turkish nationalism awoke Erst character based on the principle of laicisme secularism. The dynamics between Islam and nationalism lcd to convergence between the two withoutchanging the state constitution andgave birth to anew paradigm of nationalism with the character of non-laicisrn secularism in practice. Form of convergence between Islam and nationalism in Turkey is not stable because of political attitudes among muslims are not based on theological foundation (theological statement), but because of political considerations (political statement) to avoid the pressureoftlre pro-secular forces.
While the character of nationalism in Indonesia is a religious nationalism, because the constitution and the basic state (Pancasila) expressly provides enough space for religion. Only, a repressive political practices ofthe New Order regime in the period of the 1980s politics of Islamic political paradigm that contradict switch between Islam and nationalism. Muslims suspected of having to mtore the ideals of lslam as a formal basis in-state political practices. Pressure caused some of the Islamic regime to construct a new theological view about the convergence between Islam and nationalism, which had affected the acceptance among the majority of political Islam in Indonesia to Pancasila are based on theological view (theological statement), not merely political (political statement).
Theoretical implications of this research is the relationship between Islam and the state occurs, the state-Islamic and secular-nationalism does not apply, and religious nationalism intensified. The conception of religious nationalism puts religion (Islam) as the foundation of morals and ethics in the political life of state.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
D915
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Fuad Abdillah
"Disertasi ini meneliti, membahas dan menganalisa pemikiran Hasan Hanafi terutama pemikirannya tentang bagaimana menyikapi dan mengkritisi untuk kemudian merumuskan kembali turast sebagai kekayaan intelektual dalam sejarah pemikiran Islam. Salah satu bagian dari turast yang dikritisi dan didekonstruksi oleh Hasan Hanafi adalah teologi yang kemudian direkonstruksi menjadi antropologi teologis, dengan merumuskan kembali bangunan ilmiah ilmu tersebut sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan melalui aspek ontology dan epistemology.
Itulah yang disebut tajdid dalam kategori Hasan Hanafi. Pada dasarnya pemikiran tersebut lebih mencerminkan adanya usaha untuk mengembalikan posisi keutamaan manusia dalam menata kehidupannya demi kebaikan dan kesejahteraan manusia itu sendiri. Ini juga menunjukkan adanya usaha untruk menghilangkan adanya dominasi dan penguasaan dari sekelompok elite manusia kepada sekelompok manusia lainnya . Teologi yang diusung adalah teologi transformatif yang hendak menghilangkan unsur penguasaan dan penindasan tersebut. Teologi yang telah menjadi antropologi teologis akan dipahami oleh para penganut teologi tersebut sebagai suatu pembebasan bagi manusia untuk mengambil kembali harkat dan martabatnya sebagai manusia dan mengaplikasikannya dalam berbagai aktivitas kehidupannya demi kemajuan dann kemaslahatannya sendiri. Selain itu, dalam kajian ini juga terkandung usaha untuk membebaskan diri dari dominasi Negara dan ideology yang bersumber dari peradaban Barat terhadap masyarakat di berbagai Negara muslim termasuk dominasi dari penguasa negaranya sendiri sebagai perpanjangan tangan dari dominasi ideologi peradaban Barat.
Disertasi ini berusaha menghubungkan pemikiran Hasan Hanafi tersebut dengan pendidikan kritis yang pada dasarnya memiliki pendasaran, tujuan dan maksud yang sama untuk pembebasan manusia dari dominasi dan penidasan. Pendidikan kritis mengimplikasikan suatu transformasi sosial dalam kehidupan masyarakat, begitu juga antropologi teologis Hasan Hanafi. Transformasi ini dirumuskan oleh Hasan Hanafi melalui konsep revolusi transcendental yang antara lain dirumuskan dalam tiga aspek kehidupan beragama masyarakat muslim, yaitu : aspek teologi, aspek tasawuf dan aspek ideologi politik. Ketiganya saling mengisi dan memperkuat sehingga akan terlihat terjadi transformasi sosial secara nyata. Dan itu menandakan telah terjadi perubahan pemahaman dan diteruskan dengan perubahan sikap dan perilaku masyarakat sebagai akibat dari berubahnya konsep teologi menjadi konsep antropologi teologis tersebut.

This disertation elaborates, analyzes and make research about the thought of Hasan Hanafi, especially for how does he evaluate and make the appreciation and then dissigne turast as the good heritage in the history of Islamic thought. One of page in turast is theology. It is made deconstruction to meke the result as the thelogical antropolgy. It si dissigned for the scientifical structure according to the rules and norms of science, especially in ontology and epistemology.. That is tajdid in Hasaan Hanafi categorical. Basicly, that thought had manifested an effort to make the good position of human dignity and how do the human keep their life for the goodness and welfare themselves. This is the shows that there are the efforts to make lessing the domination nd exploitation from the elite groupo to the general people in their society.
It is the transformative theology and it willto delate dor that power fpr domination. This theology changes to the theological antropoolgy and it will be understood by the ummat as the freedom for humanity life and they will take again the original humanity. The otrher side , this discource has the contens the work and activities to realizes the independent position from the dependent and inferiority from the west civilization, polically and ideologically. Including in invisible hand from the regime in their moeslems state.
This disertation has the same basic, goal and meaning with the critical pedagogy for the independent from domination and exploitation. The critical pedagogy has the implications as the social transformation for the human life same with the theological anthropology in Hasan Hanafi‟s thinking. This transformation in Hasan Hanafi conceps call as the transcendental revolusion.This conceps has 3 aspects : theology, taawuf and political ideology. They are integrated inn the strong position. It will manifested the new understanding. It will be continued with the behaviour and characters changing. And it is teh good effects from the new conceps in theology. It is the new identity with calling Theological antropolgy."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
D1513
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Naim Indrajaya
"Penelitian empiris ini mengidentifikasi sumber-daya yang menjadi anteseden dari Spirit at Work SW dalam sebuah kajian dengan kerangka teori RBV. Penelitian empiris menganalisa 530 data yang diambil dari perusahan telekomunikasi terkemuka di Indonesia yang menunjukkan interaksi antara sumber daya organisasi organizational resources dalam bentuk variable Spiritual leadership SL , yaitu: Visi Vision=V , Iman/Keyakinan Hope/Faith=H/F , Cinta tanpa syarat Altruistic love = AL , Makna/Panggilan Jiwa Meaning/calling = MC dan keanggotaan Membership = M , dan sumber daya manusia dalam bentuk Spiritualitas Individu Individual Spirituality = IS , dalam mempengaruhi Spirit dalam Bekerja Spirit at Work = SW . Selanjutnya, SW juga diuji pengaruhnya terhadap Kepuasan Kerja Job Satisfaction = JS dan Komitmen terhadap Organisasi Organizational Commitment = OC sebagai faktor yang menjadi keunggulan kompetitif pada industri jasa pelayanan.Temuan penelitian menunjukkan bahwa semua variabel yang terkait pekerjaan, signifikan terhadap SW. AL terlihat signifikan mempengaruhi SW pada konteks responden dengan Spiritualitas Individu yang cenderung lebih rendah. SW terlihat berpengaruh signifikan terhadap JS dan OC. Pada variable Vision, AL and Membership organisasi memegang peran utama dalam menumbuhkan SW. Pada Hope/Faith dan Meaning/Calling organisasi lebih berperan sebagai secondary role dimana spiritualitas individu lebih berperan terhadap SW.

This empirical research identifies the possible resources as antecedents of Spirit at Work SW in an RBV framework. The research empirically examines 530 data taken from a leading telco company on the interaction between organizational resources in the form of spiritual leadership SL variables Vision, hope faith, altruistic love AL , meaning calling and membership and human resource in the form of Individual Spirituality IS , toward SW. Further, SW is tested toward Job Satisfaction JS and Organizational Commitment OC as competitive advantages in the Service Industry.Findings show that all work related SL variables are significant toward SW. Altruistic Love shows significant influence toward SW in the context of lower IS. The SW is also significantly and positively impacting JS and OC. In supporting the variables of Vision, AL and Membership, organizational supports serve as the primary role to influence Spirit at Work. Hope Faith and Meaning Calling rely more on employees rsquo intrinsic factors, for these variables, the organization serve as the secondary role. These variables are showing higher influence toward SW in group of higher IS.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
D2037
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library