Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ana Chanifah
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai pengalaman ruang temporal threshold space yang dialami melalui proses melewati pintu. Ruang threshold dapat dihadirkan salah satunya pada area transisi bukaan, yang mana area ini biasanya ditempatkan sebuah pintu yang memiliki beberapa peran sebagai penghubung dan pemisah antar dua ruang. Tujuan penulisan skripsi ini untuk mengetahui keterkaitan antara bentuk ruang threshold dan peran pintu dengan pengalaman ambiguitas yang dihasilkan ketika dialami melalui proses melewati pintu (proses encounter). Dari studi kasus pada beberapa pintu di ruang transisi, didapat kesimpulan bahwa terdapat keterkaitan antara bentuk ruang threshold dan peran pintu di ruang transisi dengan pengalaman ambiguitas yang dihasilkan.
This thesis discusses the experience of threshold space by experiencing through the process of passing through the door. One of the threshold spaces can be presented in the transition opening area, where this area has usually place a door that has several roles as a liaison and divider between the two spaces. The purpose of this thesis is to find out the relationship between the role of the door and shape of threshold space with the experience of ambiguity that is experiencing through the process of passing through the door in the transition area (encounter process). From the case study on several doors in the transition room, it can be concluded that there is a relationship between the role of the door and shape of threshold space in the transition room with the resulting ambiguity experience.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Nur Faidah
Abstrak :

Manusia bertindak atas dasar pengalaman yang terekam dalam memori manusia, kumpulan rekaman ini nantinya membentuk nilai diri manusia. Dalam menanggapi lingkungannya, manusia meninggalkan bekas yang kumpulannya membentuk milieu sehingga ruang dapat mencirikan penggunanya. Di sisi lain, semakin tua manusia semakin berkurang kemampuan untuk beraktivitas yang berimbas pada pengurangan nilai diri, terlebih jika dihadapkan dengan lingkungan yang tidak terkoneksi. Jika memori-tindakan-milieu identitas saling berkaitan, bagaimana jika suatu hari manusia lupa identitas dirinya seperti pada pederita Alzheimer? Penderita Alzheimer tidak dapat merespon lingkungannya dengan baik dan bahkan lupa akan hal yang biasa dilakukan. Salah satu cara untuk tetap mempertahankan memori dirinya yaitu dengan membuat memory box, sebuah box yang didalamnya terdapat kumpulan benda yang merangsang memori dengan 4 indera. Karena adanya keterkaitan antara lingkungan dengan manusia, penderita dapat merasa lebih dekat dan tinggal dalam memori ketika memory box diimplementasikan dalam bentuk arsitektur. Ruang dengan ciri fisiknya akan dipahami oleh manusia melalui proses identifikasi-orientasi- inhabitasi sebagai upaya mengulik kembali memori yang pernah ada. Pemahaman milieu ruang dari kumpulan cues merupakan fase yang penting dalam proses eksplorasi lingkungan. Jika arsitektur ini dapat diidentifikasi sebagai memory box, dalam hal ini, arsitektur dapat ikut andil dalam pemertahanan memori dan peningkatan kualitas akhir hidup penderita Alzheimer.


Experience that recorded in humans memory is the basis of humans act, the collection of this record create the value of human. In response to their environment, human leave traces of which the assemblies of traces create milieu, so that space can depict their inhabitant. In the other hand, human decrease their capability to do their activity as they goes older which affect in reduction of their value, especially if the environment doesnt connects with them. If memory actmilieu identity  linked to each other, what if one day human forget their identity as what happen in Alzheimers? Alzheimers cant respond their environment as well as they forget their usual activity. One way to keep their memories themselves is creating memory box, a box with the collection of objects that stimulate 4 sense inside it. Because of theres connection between human and their environment, Alzheimers could be more close and live in their memories when memory box can be implemented as architecture. Space with its physical characteristic would be understood by human through identification-orientatio-inhabitation process as an effort to recall memories. The understanding process of spaces milieu which from the assemblies of cues is the important phase of spaces exploration. If architecture can be identified as memory box, so that prove architecture can play a role in memories retention and enhancement of life quality of Alzheimers.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Faisal Asqhor
Abstrak :
Artikel ini menginvestigasi arsitektur yang mendukung proses purifikasi dalam suatu konteks lingkungan. Proses purifikasi dalam arsitektur kerap terbatas pada pembahasan akan skin atau kulit bangunan yang mendefinisikan batasan antara inside dan outside. Tulisan ini mengangkat bagaimana proses purifikasi dalam arsitektur dapat hadir bukan hanya dari batasannya melainkan sebagai sistem menyeluruh yang membentuk permeabilitas yang menghubungkan antara ruang dalam dan luar. Pemahaman akan sistem tersebut erat terhadap pandangan ekologis yang memahami bagaimana antar organisme saling terkait dalam menciptakan purifikasi di dalam ruangnya, sehingga berpotensi mendukung pandangan baru dalam menciptakan arsitektur yang hadir sebagai sistem purifikasi. Purifikasi ekologi merupakan suatu bentuk sistem yang terjadi secara alami terjadi melalui material yang terbentuk secara organik di dalam lingkungan sehingga mampu menciptakan respon terhadap substansi yang tidak diinginkan. Melalui studi literatur, tulisan ini mengidentifikasi bagaimana konfigurasi material yang terbentuk secara organik dari berbagai macam organisme menciptakan subsistem dalam proses purifikasi. Pemahaman akan konfigurasi tersebut kemudian dieksplorasi lebih lanjut melalui studi berbagai macam organisme yang berada di sepuluh halaman rumah yang berbeda-beda. Studi tersebut kemudian mengolah berbagai konfigurasi yang hadir menjadi basis arsitektur purifikasi, membentuk program ruang yang dapat mengolah substansi yang ada sehingga terjadi adaptasi antara ruang dalam dan luar. ......This article investigates architecture that supports the process of purification in an environmental context. The discussion of purification process in architecture is often limited in the discussion of skin that defines the boundary between inside and outside. This paper highlights that the process of purification in architecture is not limited on its boundary but rather exists as an integrated system that forms a connection between the inside and outside. Such understanding of system is closely related to other views on ecology of how inter-organisms create purification in their space so that this paper potentially contribute in developing architecture that exists as a purifying system. Ecological purification is a system that naturally occurs through materials that are formed organically in the environment so as to respond towards unwanted substances. Through a literature study, this article identifies the different composition of organically formed materials from a wide variety of organisms that create sub-systems in the purification process. It has an architectural skin position associated with purification that actually produces a complex system in processing existing substances.This understanding will be explored further through case studies of ten different dwelling interfaces.This study will then develop different configuration of organic materials so as to create a synthesis of systems that can be implemented as an architectural design program that generates adaptation between the outside and inside environments.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ingrid Anita Stacia D.
Abstrak :
Penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi mekanisme transgresi di ruang perkotaan, dan mengeksplorasi bagaimana pemetaan tindakan transgresi menjadi dasar pemahaman batas-batas arsitektur dalam suatu konteks yang dapat menjadi basis metode perancangan. Eksplorasi gagasan transgresi menunjukkan pemahaman akan arsitektur yang menerima ketidakstabilan dan negosiasi batas-batas yang ada dalam ruang kota dan masyarakat. Namun, saat ini kajian arsitektur yang membahas ragam dan peran transgresi dalam ruang kota masih terbatas. Kajian ini menginvestigasi dua puluh studi kasus transgresi arsitektur dalam konteks ruang derelict dan overlooked yang diambil dari beberapa literatur perkotaan terkini. Studi ini berusaha untuk mengkategorikan elemen transgresi dengan batasan sosial dan spasial yang dinegosiasikan, menyelidiki beberapa mekanisme yang memungkinkan manipulasi elemen-elemen tersebut. Tesis ini kemudian memformulasikan metode dan strategi perancangan arsitektur transgresif di ruang kota sebagai upaya menghadirkan petualangan melalui tubuh. Dari temuan yang ada, tulisan ini mencerminkan bagaimana pengetahuan tentang transgresi dapat menciptakan kontribusi penting untuk pengembangan desain pada diskursus arsitektur. ......This paper identifies mechanisms of transgression in urban spaces, exploring how acts of transgression define architectural boundaries in such context as a basis of the design method. Understanding the idea of transgression demonstrates an understanding of architecture that appreciates instability and negotiation of limits that exist in space and society. However, there is currently limited exploration that explores the variety of transgressions and their role in urban spaces. This paper investigates twenty case studies of architectural transgression in derelict and overlooked contexts found in current urban literature. The study categorizes the elements of transgression and the social and spatial limitation it negotiates with, investigating the mechanisms that allow manipulation of such elements. Finally, this research formulates design methods and strategies of transgressive architecture in urban spaces as a way of generating adventure through the body. From the findings, this paper reflects how knowledge of transgression can contribute to design development in architectural discourse.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Adiswari
Abstrak :
Skripsi ini mempelajari kompleksitas teritori dalam live/work, yang dapat terbentuk sebagai bagian-bagian kecil yang terpisah dan tersebar namun saling berhubungan satu sama lain. Skripsi ini juga menyelidiki bentuk dan mekanisme boundaries dalam mengatur hubungan antar-teritori dalam live/work. Skripsi ini menggunakan studi kasus pada tiga unit live/work dengan kebutuhan yang berbeda-beda untuk memahami lebih dalam tentang pengaturan teritori dan penerapan boundaries terkait yang relevan untuk live/work tersebut. Studi kasus menunjukkan bahwa teritori live/work dapat mengalami tiga macam pengaturan: pemisahan, pertemuan, maupun penumpukan. Pemisahan teritori dapat terjadi karena alasan keamanan, kebutuhan besaran ruang, maupun kebutuhan sumber daya yang aksesnya terbatas. Pertemuan teritori dapat terjadi karena kebutuhan untuk mendekatkan dua kegiatan yang berbeda atau karena keberadaan sumber daya penunjang kegiatan yang terletak di dekat teritori kegiatan lain. Penumpukan teritori dapat terjadi karena kebutuhan ruang atau objek yang sama, maupun karena keberadaan sumber daya penunjang kegiatan yang terletak di dalam teritori kegiatan lain. Pengaturan antar teritori pada live/work tersebut dapat memanfaatkan penggunaan boundaries fisik dan non-fisik untuk mengatur dan menjaga kebutuhan setiap teritori dan hubungan antar teritori. Berbagai hubungan antar teritori ini menegaskan adanya kompleksitas teritori yang kerap tidak dapat dilihat secara utuh, terutama dalam konteks live/work. ......This thesis aims to study the complexity of territories in live/work units, which are generated from smaller separate fragments that are dispersed yet interconnected. This thesis also investigates conditions of boundaries that organise the interaction between such complex territories in live/work units. This thesis utilises three different case studies of live/work units to explore more about such relationships and its corresponding boundaries. Based on the case studies, territorial organisation between commercial and residential activities appear in the form of separation, adjacency, and stacking. Separation of territories evolves to fulfil the need for safety, requirement for certain room dimensions, or requirement for limited resources. Adjacencies between territories can be driven by the need to put different activities close together or the need for limited resources which are only located near the territory of other activities. Territories can be stacked together due to the use of the same spaces and objects, or the need for limited resources which are only located near the territory of the other activities. Such organisations may employ the use of physical and non-physical boundaries to manage relationships between different territories in a live/work unit. These inter-territorial relations unfold the commonly overlooked complexity of territories, specifically in live/work units.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library