Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rita Kurnia Utari
"ABSTRAK
Ekeplan tangkai daun brotowali (Tinospora crispa (L.) Miers) dikultur pada empat media, yaitu Muraehige dan Skoog (MS), 0,5 MS, Linsmaler dan Skoog (LS) dan Woody Plant Medium (WPM) dengan penambahan IBA 6 ppm dan BA 2 ppm. Kuitur dipelihara pada kondisi terang dengan fotoperiodisitas 16 jam pada 800 lux. Kalus T. crispa mulai terbentuk seteiah 10 hari penanaman dengan warna krem dan bertekstur kompak. Berat basah dan berat kering kalus rata-rata tertinggi pada minggu ke-4 terdapat pada kalus dalam medium LS, yaitu 382,73 mg dan 21,5 mg. Berat basah dan berat kering kalus rata-rata tertinggi pada minggu ke-8 dan 12 juga terdapat pada kalus dalam medium LS, yaitu 938,83 mg dan 1245,5 mg untuk berat basah serta 50,59 mg dan 66,0 mg untuk berat kering. Wi ANAVA menunjukkan adanya pengaruh penggunaan media terhadap berat basah dan berat kering kalus pada minggu ke-4, 8, dan 12 penanaman. Hasil uji statistik terhadap berat basah dan berat kering kalus pada minggu ke-4 dan 8 menunjukkan bahwa medium LS merupakan medium yang terbalk dibandlngkan dengan media MS, 0,5 MS, dan WPM. Sedangkan pada minggu ke-12, media MS, 0,5 MS, dan LS merupakan media yang balk bagi pertumbuhan kalus brotowali."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiefrani
"ABSTRAK
Perlakuan ekstrak daun bayam duri (Amaranthus spinosus L.) dan daun putri malu (Mimosa pudica L.) kadar (1:10); (1:15); (1:20); (1:25); (1:30) bk/v; serta kontrol bertujuan mengetahui pengaruh optimum ekstrak terhadap perkecambahan dan pertumbuhan kecambah benih tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) var. Ratna. Percobaan dilakukan di Laboratorium Fisiologi Jurusan Biologi FMIPA UI Depok selama delapan hari, perlakuan di awal percobaan, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (6 perlakuan dan 5 ulangan bagi setiap jenis ekstrak). Perlakuan ekstrak daun bayam duri menunjukkan prosentase perkecambahan 99% terdapat pada kontrol dan perlakuan kadar (1:30) bk/v; yang terendah (9%) kadar (1:10) bk/v. Panjang akar kecambah tertinggi (15,8 mm) terdapat pada kontrol; yang terendah (0,3 mm) kadar (1:10) bk/v. Panjang batang kecambah tertinggi (29,74 mm) terdapat pada kontrol; yang terendah (1,3 mm) kadar (1:10) bk/v. Berat basah kecambah tertinggi (18,01 mg) terdapat pada kontrol; yang terendah (6,16 mg) kadar (1:10) bk/v. Berat kering kecambah tertinggi (2,12 mg) terdapat pada perlakuan kadar (1:20) bk/v; yang terendah (2,01 mg) kadar (1:30) bk/v. Perlakuan ekstrak daun putri malu menunjukkan prosentase perkecambahan tertinggi (99%) terdapat pada kontrol dan perlakuan kadar (1:30) bk/v; yang terendah (64%) kadar (1:10) bk/v. Panjang akar kecambah tertinggi (4449 mm) terdapat pada perlakuan kadar (1:30) bk/v; yang terendah (2,23 mm) kadar (1:10) bk/v. Panjang batang kecambah tertinggi (95,15 mm) terdapat pada perlakuan kadar (1:30) bk/v; yang terendah (10,90 mm) kadar (1:10) bk/v. Berat basah kecambah tertinggi (47,25 mg) terdapat pada perlakuan kadar (1:30) bk/v, yang terendah (7,63 mg) kadar (1:10) bk/v. Berat kering kecambah tertinggi (2,20 mg) terdapat pada perlakuan kadar (1:15) bk/v; yang terendah (2,01 mg) terdapat pada kontrol. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan ekstrak kedua macam tanaman tersebut berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan, panjang akar, panjang batang, serta berat basah kecambah tomat tersebut, namun tidak berpengaruh terhadap berat kering. Uji Perbandingan Berganda menunjukkan pada data prosentase perkecambahan kedua macam ekstrak tersebut tidak terlalu berbeda nyata terhadap kontrol, berbeda nyata pada data panjang akar, panjang batang, dan berat basah kecambah tersebut, namun tidak berbeda nyata pada data berat kering kecambah."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gloria
"ABSTRAK
Eksplan daun kecubung (Datura fastuosa L.) ditanam dalam medium Murashige dan Skoog (MS) 1962 dengan pemberian kombinasi IBA 0; 0,5 dan 1 ppm serta kinetin 0 dan 2 ppm. Pengamatan terhadap organogenesis dilakukan pada minggu ke-2, 4, 6 dan 8, sedangkan pengamatan terhadap jumlah akar, jumlah tunas, berat basah dan berat kering dilakukan pada minggu ke-8. Kalus dan akar mulai terbentuk pada minggu ke-2, kemudian tunas mulai terbentuk pada minggu ke-4. Dengan uji nonparametrik Friedman (cx 0,01)tampak pengaruh kombinasi IBA dan kinetin terhadap jumlah akar, jumlah tunas, berat basah dan berat kering. Jumlah akar paling banyak terdapat pada eksplan yang ditanam dalam medium MS + 1 ppm IBA + 0 ppm kinetin (36,5 akar), sedangkan jumlah tunas paling banyak terdapat pada eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0 ppm IBA + 2 ppm kinetin (3 tunas). Berat basah dan berat kering tertinggi terdapat pada eksplan yang ditanam dalam medium MS + 1 ppm IBA + 0 ppm kinetin (2582,15 mg berat basah dan 178,69 mg berat kering). Dengan uji perbandingan berganda ((x 0,01) tampak perbedaan nyata antara beberapa pasangan perlakuan. Pada jumlah akar, terdapat perbedaan nyata antara eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0,5 ppm IBA +.0 ppm kinetin (18,75 akar) terhadap eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0 ppm IBA + 2 ppm kinetin (0 akar); kemudian antara eksplan yang ditanam dalam medium MS + 1 ppm IBA + 0 ppm kinetin (36,5 akar) terhadap éksplan yang ditanam dalam medium MS + 0 ppm IBA+ 2 ppm kinetin (0 akar), serta terhadap eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0,5 ppm IBA + 2 ppm kinetin (0,25 akar). Pada berat basah dan berat kering, terdapat perbedaan nyata antara eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0 ppm IBA + 0 ppm kinetin (30,31 mg berat basah dan 7,28 mgberat kering), terhadap eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0,5 ppm IBA + 2 ppm kinetin (1299,43 mg berat basah dan 178,69 mg berat kering), serta terhadap ekspan yang ditanam dalam medium MS + 1 ppm IBA+ 0 ppm,kinetin (2582,1-5 mg berat basah dan 116,34 mg berat kering); sedangkan untuk jumlah tunas, tidak terdapat perbedaan nyata antara semua pasangan perlakuan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Purwaningsih
"Eucalyptus alba Reinw. ex Blums adalah tanaman tropis yang banyak dimanfaatkan dalam industri kayu, obat-obatan, kosmetik, dan berpeluang untuk dikembangkan melalui teknik kultur jaringan. Eksplan hipokotil kecambah E. alba usia 5 hari diberi variasi gabungan IBA (0, 2, 4 ppm) dan kinetin (0, 1, 2 ppm) dalam modifikasi medium Murashige Se Skoog (1962). Kultur dipelihara dalam ruang kultur bersuhu + 21°C tanpa pemberian cahaya tambahan.. Pada minggu ke-8 setelah penanaman eltsplan, dihitung jumlah akar dan tunas yang terbentuk. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa morfogenesis eksplan hipokotil E. alba dapat terjadi pada variasi gabungan IBA dan kinetin, melalui tahap pembentukan kalus terlebih dahulu. Kalus yang terbentuk bertekstur kompak. Kalus secara keseluruhan berwarna krem. Pada beberapa kalus, terdapat tonjolan kalus berwarna hijau, dan tonjolan kalus berwarna putih dengan bercak-bercak merah muda. Uji Kruskal-Wallis pada ot = 0,05 menunjukkan bahwa pemberian n variasi IBA dan kinetin berpengaruh terhadap jumlah akar. Oj i perbandingan berganda pada a =. 0,05, menunjukkan bahwa jumlah akar dengan pemberian 2 dan 4 ppm IBA, tanpa pemberian kinetin, berbeda nyata terhadap kontrol. Pembentukan akar yang terbaik didapatkan pada kadar IBA sebesar 4 ppm, tanpa pemberian kinetin. Pembentukan tunas terjadi pada pemberian 2 ppm kinetin, tanpa penambahan IBA."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmithayani
"Tangkai daun brotowali Tinospora ci'ispa (L.) Miers dikultur pada medium dasar Murashige-Skoog (1962) dengan pemberian variasi konsentrasi 0, 2, 6 ppm IBA sex^ta 0, 1, 2 ppm kinetin. Kultur dipelihara dalam ruang bersuhu 25°C dan fotoperiodisitas 18 jam/hari dengan intensitas cahaya 800 lux. Kalus mulai terbentuk pada hari ke-14 setelah penanaman, berwarna krem dan hijau muda serta bertekstur remah-kompak dan kompak. Berat basah kalus tertinggi pada minggu ke-4 dihasilkan dleh medium dengan penambahan 8 ppm IBA dan 1 ppm kinetin yaitu 591,2 mg, sedangkan berat kering tertinggi dihasilkan oleh medium dengan penambahan 2 ppm IBA yaitu 37,8 mg. Berat basah dan berat kering kalus tertinggi pada minggu ke-8 dihasil kan oleh medium dengan penambahan 2 ppm IBA, masing-masing 1420,3 mg dan 94,8 mg. Berat basah dan berat kering kalus tertinggi pada minggu ke-12 dihasilkan oleh medium dengan penambahan 2 ppm IBA dan 2 ppm kinetin, masing-masing 1852 mg dan 122,2 mg. Produktivitas kalus yang tinggi dapat diperoleh dengan menggunakan 2 dan 8 ppm IBA maupun interaksi antara 2 dan 8 ppm IBA dengan 1 dan 2 ppm kinetin."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reniza Handayani Syah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S31209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savitri Endahyani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S31231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Kasnianti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S31131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library