Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amira Madarina
"Osteoporosis tulang mandibula dapat diukur menggunakan indeks penurunan densitas tulang mandibula dimana dapat digunakan dokter gigi dalam membuat rencana perawatan sehingga kegagalan akibat faktor osteoporosis dapat dicegah terutama dalam perawatan prostodonsia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan osteoporosis tulang rahang dan kualitas hidup dari aspek kesehatan gigi dan mulut lansia penelitian dilakukan dengan metode potong lintang. Penelitian dilakukan dengan pencatatan data sosio demografis, pemeriksaan intraoral, wawancara utuk pengisian kuesioner indeks densitas tulang mandibula dan kuesioner kualitas hidup lansia. Hasil uji chi-square, tidak terdapat hubungan antara osteoporosis tulang rahang dan kualitas hidup dari aspek kesehatan gigi dan mulut lansia.

Osteoporosis in mandibular bone can be measured by mandibular bone density index which is tool for early detection of osteoporosis in mandibular bone that can be used by dentists in planning a treatment so that failure caused by osteoporosis can be prevented especially in prosthodontics treatment. The objective of this studies is to analyze the relationship between and oral health related quality of life in elderly patient with cross sectional studies. Sociodemographic data were obtained, intraoral examination and interview for mandibular bone density index and oral health relatred quality of life questionnaire were conducted. Chi square results indicated that there was no significant relation between mandibular bone osteoporosis and oral health related quality of life in elderly patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivian Wijaya
"Latar belakang: Penggunaan media sosial di kalangan pelaku praktik kedokteran gigi marak dilakukan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Fenomena pelanggaran e-profesionalisme telah dilaporkan dalam literatur dan dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari. Timbulnya ekspektasi pasien yang terlalu tinggi atau tidak logis terhadap perawatan, termasuk di bidang Prostodonsia, semakin marak terjadi. Terlebih lagi, definisi e-profesionalisme di Indonesia masih merupakan perdebatan. Minimnya aturan tentang penggunaan media sosial untukpelaku praktik kedokteran gigi di Indonesia menyebabkan tidak jelasnya batas tindakan profesional dalam bermedia sosial.
Tujuan: Mengetahui preferensi, intensi dan perilaku penggunaan media sosial di kalangan pelaku praktik kedokteran gigi di Indonesia.
Metode: Studi dilakukan dengan menggunakan kuesioner kepada tiga kelompok subjek, yaitu dokter gigi spesialis, dokter gigi umum dan mahasiswa koas. Studi kualitatif melalui wawancara singkat dilakukan pada 8 orang perwakilan kelompok subjek tersebut untuk memperkaya item kuesioner dari literatur. Diskusi pakar dilakukan untuk merumuskan item kuesioner yang menyusun domain preferensi, intensi dan perilaku bermedia sosial. Validasi kuesioner dilakukan melalui uji coba kuesioner kepada 30 orang perwakilan kelompok subjek. Kuesioner disebarkan melalui media sosial ke 450 responden dari ketiga kelompok subjek. Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif.
Hasil: Pelaku praktik kedokteran gigi di Indonesia dari setiap kelompok generasi menggunakan media sosial 1-3jam/ hari. Platform yang paling banyak digunakan adalah Whatsapp, Instagram dan YouTube. Tujuan utama mereka adalah mencari hiburan dan jenis konten yang paling banyak dibagikan adalah update kehidupan pribadi. Mayoritas responden memasang pengaturan privasi untuk mengatasi hambatan berupa ancaman terhadap keamanan data. Mereka percaya bahwa penggunaan media sosial dapat memberikan informasi dan memperluas jaringan sosial, namun menyita waktu. Pelaku praktik kedokteran gigi di Indonesia menganggap konten iklan/promosi berisi kalimat ajakan, diskon, harga, dan dokter gigi sebagai duta merk termasuk sebagai kategori konten yang tidak profesional. Banyaknya konten promosi yang beredar di media sosial memicu pemilihan sikap netral responden dalam menentukan sikap e-profesionalisme terhadap konten promosi. Organisasi profesi dianggap belum memberikan aturan yang memadai, terutama dalam hal pengaturan tata cara beriklan di media sosial. Konten restorasi direk kedokteran gigi merupakan konten utama yang banyak dilihat di media sosial. Bidang Prostodonsia merupakan bidang yang terdampak tertinggi kedua oleh adanya media sosial. Tingkat kekhawatiran terhadap dampak dari media sosial pada citra diri, citra institusi profesi dan karir meningkat seiring meningkatnya pendidikan. Pada kelompok subjek dengan tingkat pendidikan dan usia yang lebih tinggi, cresponden cenderung tidak terpengaruh oleh media sosial dalam mendiagnosis/menentuka rencana perawatan
Kesimpulan: Preferensi pelaku praktik kedokteran gigi terhadap penggunaan media sosial tergambarkan melalui pemahaman terhadap faktor sosiodemografis, kepercayaan terhadap penggunaan media sosial, pemberlakuan aturan penggunaan media sosial, serta sikap e-profesionalisme dalam bermedia sosial. Preferensi, Intensi dan Perilaku bermedia sosial di setiap kelompok generasi cenderung sama. Setiap kelompok generasi cenderung memilih sikap netral terhadap konten promosi di media sosial. Aturan tentang tata cara beriklan di media sosial merupakan salah satu aturan yang dirasakan perlu untuk diterapkan di Indonesia. Preferensi dan intensi bermedia sosial di kalangan pelaku praktik kedokteran gigi di Indonesia selaras dan dapat menggambarkan perilaku mereka dalam bermedia sosial.

Background: The use of social media among dental practitioners is rife worldwide, including in Indonesia. Violation of e-professionalism has been reported in the literature and easily observed. Unrealistic patient expectations for treatment result, especially in Prosthodontics, is increasing across the board. Furthermore, the definition of e-professionalism in Indonesia is still a debate. The lack of regulations regarding the use of social media among Indonesian dental practitioners has led to blurry boundaries between professional and unprofessional actions.
Objective: To find out about preferences, intentions, and behavior of social media usage among dental practitioners in Indonesia.
Methods: The study was conducted using a questionnaire among three groups, including specialist dentists, general dentists and dental students. A qualitative study was conducted through interviews with eight representatives to enrich the questionnaire items found in a literature search. Expert panel discussions were held to determine questionnaire items that build the preferences, intentions, and behavior domains on social media usage. Questionnaire validation was performed by testing the questionnaire on 30 representatives of the subject group. The questionnaire was spread-out through social media with a target of 450 respondents. The research results were analyzed descriptively using statistic software.
Results: Dental practitioners in Indonesia from each generation group use social media for 1-3 hours/day regardless of the various sociodemographic factors behind it. The most used platforms are Whatsapp, Instagram, and YouTube. Their main goal and most shared digital content are to seek entertainment and personal life updates. Most respondents install privacy settings to overcome obstacles in the form of threats to data security. They believe that social media can provide information and broaden social networks, yet it is time-consuming. Dental practitioners in Indonesia consider advertising/promotional content that incorporates solicitations, discounts, prices, and dentists as brand ambassadors included as unprofessional content. The widely shared promotional content on social media triggers respondents' neutral attitude in determining e-professionalism towards promotional content. Indonesian Dental Association is considered not to provide adequate rules, especially in regulating advertising procedures on social media. The prosthodontics sector is the second highest affected dental field by social media. Higher levels of education shows increase of concern over social media's effects on career, professional institutions, and self-image. With increasing age and educational level, there was a decline in the proportion of respondents who acknowledged that social media had influenced their diagnosis or development of treatment plans.
Conclusion: Dental practitioners' preference for using social media is illustrated by understanding their sociodemographic factors, belief in the use of social media, regulations, and attitudes towards e-professionalism. Social media preferences, intentions, and behavior in each generation group tend to show the same result. Each generation group tends to choose a neutral attitude towards promotional content on social media. Indonesian Dental practitioners demand regulation on how to advertise on social media. Social media preferences and intentions among dental practitioners in Indonesia are in conjunction and explaining their behavior in social media.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Rawadisukma Cono
"ABSTRAK
Latar belakang penelitian : Penentuan warna gigi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan teknik langsung seperti dengan penggunaan shade guide ,yaitu mengamati langsung gigi geligi dan menetapkan warna sesuai dengan shade tab. Akan tetapi cara ini memiliki kekurangan karena penentuan warna tersebut subjektif, perbedaan persepsi warna antara operator juga dapat dipengaruhi oleh cahaya ruangan. Cara lain pada penentuan warna dapat menggunakan spektrofotometer, suatu alat yang digunakan untuk mengukur warna dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek. Alat ini memiliki akurasi tinggi dalam penentuan warna akan tetapi masih sangat mahal harganya. Pada perkembangan terakhir kamera digital dengan tambahan lensa makro dan ring flash telah dijadikan standar dalam penentuan warna gigi karena memiliki nilai akurasi yang sangat tinggi. Penggunaan kamera jenis lain saat ini banyak digunakan oleh dokter gigi namun setiap jenis kamera memiliki tingkat akurasi yang berbeda beda. Tujuan : Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis penentuan warna gigi yang diperoleh dari beberapa jenis kamera digital. Metode : Penelitian dilakukan pada hasil foto gigi anterior dari 87 subjek yang diperoleh dengan menggunakan kamera DSLR, kamera mirrorless, kamera prosumer dan kamera smartphone. kemudian dilakukan pengukuran nilai CIE L a b pada warna hasil foto tersebut menggunakan perangkat lunak adobe photoshop CS 6 Hasil : Hasil uji bivariat Kruskal ndash; Wallis dengan post hoc Mann Whitney dengan nilai p < 0,05 didapatkan bahwa hasil pengukuran CIE L a b dari kamera DSLR, kamera mirrorless, prosumer dan kamera smartphone berbeda bermakna. Kesimpulan : Berdasarkan penelitian ini secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai ketepatan warna gigi anterior yang diperoleh kamera DSLR, kamera mirrorless, kamera prosumer dan kamera pada smartphone.

ABSTRACT
Purpose To analyze differences in anterior teeth color accuracy taken by several digital cameras, which are DSLR, mirrorless, prosumer and smartphone cameras. Background Tooth color can be determined in several ways, the first one is by matching shade guide directly to the patient rsquo s teeth. This method has it rsquo s limitations, such as the difference in color perception among operators, room lighting, and ambience from surrounding environment. Another way is by using a spectrophotometer to assess the color by exposing the teeth with light of a specific wavelength. This tool is very accurate, but also very expensive. Therefore digital cameras with macro lens and additional light ring flash have been used lately as a standard since it is very accurate in determining the color of teeth. Dentists nowadays have been using different types of cameras, but the accuracy of each type to assess color is still debatable. Objective This study was conducted to analyze the accuracy of tooth color determination by several types of digital cameras. Method This study was conducted on 87 subjects. Photograph of anterior teeth on 87 subject was taken with DSLR, mirrorless, prosumer and smartphone cameras. Value of CIE L a b on anterior teeth rsquo s color, measured with Adobe Photoshop CS 6. Results Kruskal Wallis bivariate test with post hoc Mann Whitney at the measurement of CIE L a b from DSLR cameras, prosumer, mirrorless cameras and smartphone cameras showed a result that is significantly different p "
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
P. Tamilla Artizar Kodijat
"Tujuan: Tujuan dari kajian sistematis ini adalah untuk mengidentifikasi alat ukur yang dapat mengevaluasi disfungsi otot orofasial saat mastiksai dan/atau deglutasi pada pasien Temporomandibular Disorders (TMD). 
Metode: Protokol kajian disusun dan diregistrasikan pada International Prospective Register of Systematic Reviews. Pencarian literatur dilakukan pada enam basis data daring yaitu Pubmed, Scopus, EBSCO, ProQuest, SpringerLink and Wiley dengan membatasi hanya literatur dalam bahasa Inggris dan dipublikasikan dalam rentang waktu tahun 2012 hingga 2022. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah studi yang mengevaluasi otot orofasial dalam pemeriksaan perilaku, performa, efisiensi, durasi, frekuensi mastikasi dan/atau deglutasi pada pasien TMD. Studi yang terpilih sesuai kriteria inklusi dilakukan ekstraksi data dan penilaian risiko bias menggunakan borang Joanna Briggs Institute Critical Appraisal Checklist.
Hasil: Dari proses seleksi didapatkan 2848 literatur dan terdapat 21 literatur yang termasuk dalam kriteria inklusi. Untuk mengukur disfungsi otot orofasial, empat belas literatur menggunakan alat ukut surface electromyography (sEMG), dua belas literatur menggunakan Orofacial Myofunctional Evaluation with Scores (OMES) dan satu literatur menggunakan MBGR Protocol. OMES and MBGR merupakan protokol pemeriksaan yang mencakup postur, mobilitas dan fungsi otot orofasial dari persepsi operator. 
Kesimpulan: Meskipun sifatnya yang non invasif, perolehan data sEMG saja tidak cukup untuk mendapatkan informasi disfungsi otot orofasial saat mastikasi dan deglutasi. OMES dan MBGR memberikan data tambahan yang luas dalam aspek postur, mobilitas dan fungsi dari otot orofasial. Keduanya dapat diaplikasikan secara efisien dalam mengidentifikasi serta mengevaluasi perawatan pada pasien TMD. 

Objectives: The aim of this systematic review was to identify instruments that evaluates orofacial muscle dysfunctions during mastication and/or deglutition in temporomandibular disorders 
Materials and methods: Protocol was organized and registered to the International Prospective Register of Systematic Reviews. Literature search were conducted in 6 databases, Pubmed, Scopus, EBSCO, ProQuest, SpringerLink and Wiley with restriction for studies that are published in English between 2012-2022. The inclusion criteria are studies evaluating orofacial muscle within behaviour, performance, efficiency, duration, frequency assesment during mastication and/or deglutition in TMD patients. Data extraction were followed by risk of bias (RoB) assessment using the Joanna Briggs Institute Critical Appraisal Checklist and continued with further analysis. 
Results: Through selection process on 2848 articles found, 21 were included. For measurement on orofacial muscle, fourteen studies used surface electromyography (sEMG), twelve studies used Orofacial Myofunctional Evaluation with Scores (OMES) and one study used MBGR Protocol. OMES and MBGR are examination protocols that covers posture, mobility and functions from the perception of operator.  
Conclusions: Despite that it is non invasive, sEMG data are not sufficient to obtain information on muscle dysfunction during mastication and deglutition. OMES and MBGR protocols provides broad supplementary data on posture, mobility and functions of orofacial muscle. Both protocols are efficiently applicable for identification and treatment evaluation for TMD patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library