Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhara Gittanty Noor
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah perokok aktif melakukan information avoidance untuk melindungi intuitive preference yakni tetap merokok dan apakah informasi gambar secara signifikan dapat mencegah keputusan untuk merokok dibandingkan informasi tulisan pada perokok aktif. Penelitian ini memprediksi bahwa keinginan untuk terus merokok membuat perokok melakukan information avoidance dan informasi bahaya merokok dalam bentuk gambar lebih efektif dalam mencegah keputusan untuk merokok. Partisipan penelitian merupakan perokok aktif laki-laki yang berdomisili di Jakarta dan Bogor dengan usia minimal 18 tahun (N=71). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perokok yang tidak melakukan information avoidance justru membuat keputusan untuk merokok serta bentuk informasi dapat memprediksi keputusan terkait perilaku merokok dimana kelompok yang diberikan informasi gambar 0,32 kali lebih mungkin membuat keputusan untuk merokok. Penjelasan yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ialah keinginan untuk merokok pada perokok aktif sangat kuat sehingga tidak perlu untuk dilindungi. Sementara, PHW dapat menyebabkan overexposure sehingga gambar tidak lagi efektif mencegah seseorang untuk merokok. Hal ini mengimplikasikan bahwa informasi bahaya merokok pada kemasan rokok belum efektif dalam menurunkan angka perokok sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait cara penyampaian informasi bahaya merokok yang efektif untuk mencegah perilaku merokok.

This study aims to demonstrate whether active smokers choose to avoid information to protect their intuitive preference to keep smokinh and whether visual information can significantly prevent smoking decision compared to text information on active smokers. This study predicts that the desire to continue smoking makes smokers choose to avoid information and visual information about negative impact of smoking can be more effective in preventing the decision to smoke. Study participants were male active smokers in Jakarta and Bogor with a minimum age of 18 years N = 71. The results of this study indicate that smokers who do not choose to avoid information actually make a decision to smoke and the form of information can predict smoking-related decisions where the group that were given visual information were 0.32 times more likely to make a decision to smoke. The explanation that was formed based on those results are the desire to smoke in active smokers is so strong that it does not need to be protected. Moreover, PHW may causes overexposure so that visual information is no longer effective in preventing someone from smoking. This implies that informations about danger of smoking on cigarette packs have not been effective in reducing the number of smokers. Further research needed to be done regarding how to effectively deliver information about danger of smoking."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Hani Bustanova
"Salah satu motif yang mendasari perilaku prososial adalah empati. Penelitian Pronin, Olivola, dan Kennedy (2007) memperlihatkan perbedaan perilaku prososial orang yaitu saat eksperimenter menggunakan bahasa abstrak partisipan hanya sedikit menunjukkan rasa empati dan perilaku prososial pada kondisi present self, hal yang terjadi adalah sebaliknya saat eksperimenter menggunakan bahasa konkret. Ditemukan pula bahwa partisipan memilih jarak waktu yang lebih lama untuk mengerjakan aktivitas yang diminta dalam kuesioner dengan deskripsi abstrak (Liberman, Trope, McCrea, & Sherman, 2007). Penafsiran tingkat tinggi cenderung diungkapkan melalui penggunaan bahasa yang lebih abstrak dibandingkan dengan penafsiran tingkat rendah oleh partisipan pada penelitian Fujita, Henderson, Eng, Trope dan Liberman (2006) yang menggunakan Linguistic Categorization Model (LCM) untuk mengkodekan respon partisipannya.
Ketiga penelitian ini menggunakan kerangka berpikir teori jenjang penafsiran dan jarak psikologis. Pada skripsi ini penulis ingin melakukan penelitian lanjutan dari penelitian Liberman, dkk (2007) dengan menambahkan jarak temporal sebagai variabel bebas kedua dan intensi prososial sebagai variabel terikatnya. Penulis menggunakan desain penelitian 2x2 Mixed Design ANOVA dan mengharapkan tingkat keabstrakan bahasa akan berinteraksi secara signifikasi dengan jarak temporal dalam mempengaruhi intensi prososial. Hasilnya,interaksi antara tingkat keabstrakan bahasa dan jarak temporal tidak berdampak signifikan terhadap intensi prososial. Implikasi penelitian ini didiskusikan pada bagian akhir skripsi.

One of the motives underlying prosocial behavior is empathy. Research from Pronin, Olivola, and Kennedy (2007) showed that there are differences in people prosocial behavior, which when experimenters used abstract language participants only showed a few sense of empathy and prosocial behavior in the present self condition, and a contradictive result shown when they used a concrete language. It was found that participants choosen a longer time to do the activities requested in the questionnaire with an abstract description (Liberman, Trope, McCrea, & Sherman, 2007). Furthermore, compared with low-level construals, high-level construals should be revealed through the use of more abstract language (Fujita, Henderson, Eng, Trope and Liberman, 2006) which used the Linguistic Categorization Model (LCM) to encode participants response.
Those three studies used construal level theory (CLT) and psychological distance theoritical framework. In this thesis the author aims to conduct a follow up study from Liberman, et al’s research (2007) by adding temporal distances as the second independent variable, and prosocial intentions as the dependent variable. The author uses the 2x2 Mixed Design ANOVA and hypothesize that the participants language abstractness level will interact with temporal distances in influencing prosocial intention. The result showed that interaction between language abstractness level and temporal distance have no significant impact on prosocial intentions. Implications of this thesis are discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fadlin Ananta
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara social comparison dan motivasi berprestasi pada mahasiswa di Indonesia. Partisipan penelitian ini adalah 488 mahasiswa program sarjana dan diploma dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Social comparison diukur dengan menggunakan INCOM oleh Gibbons dan Buunk (1999). Motivasi berprestasi diukur dengan menggunakan AMS-R oleh Lang dan Fries (2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa social comparison dimensi ability tidak berkorelasi secara signifikan dengan motivasi berprestasi dimensi hope of success, namun berkorelasi secara positif dan signifikan dengan dimensi fear of failure. Social comparison dimensi opinion berkorelasi secara positif dan signifikan dengan motivasi berprestasi dimensi hope of success dan dimensi fear of failure. Dari hasil tersebut, disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan untuk melihat pengaruh antara kedua variabel itu.

This study was conducted to investigate the correlation between social comparison and achievement motivation among college students. The participants were 488 undergraduate and diploma students from various universities in Indonesia. Social comparison was measured by INCOM, constructed by Gibbons and Buunk (1999). Achievement motivation was measured by AMS-R, constructed by Lang and Fries (2006). The results show that social comparison?s ability dimension is not significantly correlated with hope of success dimension of achievement motivation, but positively and significantly correlated with the fear of failure dimension. Social comparison's opinion dimension is positively and significantly correlated with achievement motivation's hope of success dimension and fear of failure dimension. Based on these findings, further research is suggested to find the effect between these two variables.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63429
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Afif Alhad
"ABSTRAK
Kebahagiaan atau subjective well-being adalah motivasi utama manusia dalam
kehidupan. Kepribadian dianggap sebagai faktor yang sangat penting mempengaruhi
subjective well-being karena kepribadian menetap pada individu. Five-factor model of
personality adalah salah satu pendekatan dalam teori kepribadian yang terdiri dari
lima trait yaitu neuroticism, extraversion, openness to experience, agreeableness, dan
conscientiousness. Penelitian-penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa extraversion
dan neuroticism merupakan trait yang sangat mempengaruhi subjective well-being.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara five-factor model of
personality dengan subjective well-being pada abdi dalem Keraton Kasunanan
Surakarta dan untuk melihat trait yang paling besar pengaruhnya terhadap subjective
well-being. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, ditemukan bahwa five-factor
model of personality memberi kontribusi cukup besar terhadap subjective well-being
yaitu 47.3%. Trait yang secara signifikan mempengaruhi subjective well-being abdi
dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat adalah agreeableness, extraversion,
dan openness to experience

ABSTRACT
Happiness or subjective well-being is considered the most crucial motivation
for individuals in their life. Personality, regarding its stability in individuals, has been
identified as essential factor in investigating subjective well-being. Five-factor model
of personality is one of the approaches in personality theory comprising neuroticism,
extraversion, openness to experience, agreeableness, and conscientiousness. Previous
studies suggest that extraversion and neuroticism are strong predictors for subjective
well-being. This study aims to assess the association between five-factor model of
personality and subjective well-being on abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta
Hadiningrat, and to identify the most influential trait toward subjective well-being.
The result from multiple regression analysis indicated that 47.3% of subjective wellbeing
was predicted by five-factor model of personality. Agreeableness, extraversion,
and openness to experience appeared to be significantly influential for subjective
well-being on abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat"
2016
T46416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amry Muhaimin Ramadhan
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan irasional dan kecenderungan mengalami distres psikologis pada remaja. Keberadaan ayah yang digambarkan melalui status buruh migran non buruh migran dianggap memiliki pengaruh dalam memperkuat atau melemahkan hubungan antara dua variabel utama. Penelitian ini perlu dilakukan mengingat remaja rentan untuk mengalami distres psikologis, khususnya remaja yang tumbuh tanpa figur ayah dalam jangka waktu tertentu. Studi korelasional ini menggunakan data yang didapat dari remaja yang tinggal di salah satu daerah dengan tingkat persentase buruh migran yang tinggi, Karawang (N=479). Shortened General Attitude and Belief Scale (SGABS) digunakan untuk mengukur kepercayaan irasional, Hopkins Symptoms Check List 25 (HSCL-25) digunakan untuk mengukur kecenderungan depresi dan kecemasan, dan data demografis berupa status ayah (TKI non TKI) digunakan untuk menggambarkan keberadaan ayah. Hasil analisis moderasi secara umum menunjukkan keberadaan ayah tidak signifikan memengaruhi kekuatan hubungan antara dua variabel utama (b = 0.001, p >0.129).

This study aimed to determine the relationship between irrational beliefs and the tendency to experience psychological distress among adolescents. Fathers presence described through the status of igrant workers - non-migrant workers, is considered to have an effect for strengthening or weakening the relationship between the two main variables. This research needs to be done because adolescents are vulnerable to experiencing psychological distress, especially adolescents who grow or grew up without a father presence in a certain period of time. This correlational study uses data obtained from adolescents who live in one area with a high percentage of migrant workers, Karawang (N = 479). The shortened General Attitude and Beliefs Scale (SGABS) was used to measure irrational beliefs, Hopkins Symptoms Check List 25 (HSCL-25) was used to measure tendencies of depression and anxiety, and demographic data in the form of father status (migrant workers - non-migrant workers) were used to describe father's presence. The results of the moderation analysis generally indicate that the presence of fathers did not significantly influence the strength of the relationship between the two main variables (b = 0.001, p >0.129)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviyanti Tri Wahyuni
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mindfulness dan academic self-efficacy terhadap resiliensi pada mahasiswa S1 Universitas Indonesia. Responden dalam penelitian ini sebanyak 213 orang dari seluruh fakultas yang ada di Universitas Indonesia. Instrumen penelitian yang digunakan antara lain Mindfulness Attention Awareness Scale MAAS, College Academic Self-Efficacy Scale CASES, dan Connor Davidson Richardson Resilience Scale CD-RISC. Melalui simple regression, diperoleh hasil bahwa mindfulness dan academic self-efficacy berperan terhadap resiliensi pada mahasiswa S1 Universitas Indonesia R= 0.153, p < 0.01; = 0.023, R= 0.340, p < 0.001; = 0.116. Individu yang mindful memiliki kemampuan coping yang baik melalui self-regulation dan kemampuan self-regulation dapat membuat individu mempertahankan kesehatan psikologisnya. Ketika individu mampu untuk mempertahankan kesehatan psikologisnya maka individu mampu untuk mengatasi stres yang dialami, hal tersebut menandakan individu memiliki resiliensi. Kemudian, academic self-efficacy akan membantu individu untuk mengembangkan rasa menghargai diri yang akan mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi rintangan yang dialami.

The purpose of this study was to see the role of mindfulness and academic self efficacy towards resilience among undergraduate students in Universitas Indonesia. Respondents of this study are 213 from all majors in Universitas Indonesia. Instruments used in this study are Mindfulness Attention Awareness Scale MAAS, College Academic Self Efficacy Scale CASES, and Connor Davidson Richardson Resilience Scale CD RISC. Using simple regression, results show that mindfulness and academic self efficacy plays a role in resilience among undergraduate students in Universitas Indonesia R 0.153, p 0.01 0.023, R 0.340, p 0.001 0.116. Mindful individual have good coping skills through self regulation an this will enable individual to maintain their psychological health. When they are able to maintain their psychological health, then they can cope with the stress and it indicates the individual has resilience. Then, Academic self efficacy will help the individual develop self esteem that will affect their ability to face the adversity experienced.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tendy Asmara
"ABSTRACT
Mahasiswa memiliki minat bermacam selain kegiatan akademik yang dapat disalurkan lewat klub mahasiswa. Klub teater, olahraga, dan tari memiliki kesamaan dalam proses berlatih yang panjang dan performa yang tidak dapat diulang. Fokus dan kerja tim dalam klub memerlukan mindfulness dan empati yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran mindfulness dan empati pada mahasiswa Universitas Indonesia yang bergabung sebagai aktor di klub teater, atlet di klub olahraga, dan penari di klub tari. Studi dilakukan pada 166 sampel mahasiswa Universitas Indonesia, 50 mahasiswa klub teater dan 52 mahasiswa klub olahraga, dan 64 mahasiswa klub tari. Mindfulness diukur dengan Mindful Attention Awareness Scale Brown Ryan, 2003 dan empati diukur dengan Interpersonal Reactivity Index Davis, 1980 . Analisis data menggunakan statistik deskriptif, one-way ANOVA, dan wawancara sebagai data tambahan. Statistik deskriptif menunjukkan bahwa kelompok tari memiliki mindfulness dan empati yang paling tinggi. ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mindfulness dan empati pada ketiga kelompok. Data wawancara menunjukkan adanya peran mindfulness dan empati pada proses kegiatan mahasiswa di klub. Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan untuk melihat peran langsung mindfulness dan empati terhadap performa pada aktivitas di klub.

ABSTRACT
Students have various interests so that they join students club. Theater, sports, and dance club have some similarities like lengthy training process and unrepeatable performances. Focus and team working in club need a high level of mindfulness and empathy. This research aims to describe mindfulness and empathy of Universitas Indonesia student actors in theater clubs, athletes in sports clubs, and dancers in dance clubs. 166 students Universitas Indonesia undergraduate students participated in this study 50 theater clubs members, 52 sports clubs members, and 64 dance club members. Mindfulness was measured using Mindful Attention Awareness Scale MAAS developed by Brown and Ryan 2003 , and empathy was measured using Interpersonal Reactivity Index IRI developed by Davis 1980 . Data were analyzed with descriptive statistics, one way ANOVA, and interview as a supplementary. Descriptive statistics showed that dance club students scored highest mindfulness and empathy. ANOVA showed that there were statistically significant differences in mindfulness and empathy between groups. Interview provided the role of mindfulness and empathy on involvement in clubs. Further research are suggested to be developed in order to examine the role of mindfulness and empathy on performance on those clubs directly."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ayu Dewianti Putri
"Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan yang jumlahnya terus bertambah termasuk di Indonesia. Masalah perkembangan tersebut membuat anak dengan spektrum autisme (SA) harus bergantung kepada bantuan dan pendampingan dari orang tuanya. Untuk menjaga kepuasan pernikahan meskipun dihadapkan oleh tantangan terkait simtom anak, orang tua dapat menghadapi permasalahan secara bersama atau yang biasa disebut dyadic coping. Penelitian ini menggunakan teknik korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan pernikahan dan dyadic coping serta masing-masing faktornya pada orang tua dari anak dengan SA. Partisipan merupakan 145 orang tua dari anak dengan SA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan secara signifikan antara kepuasan pernikahan dan dyadic coping serta masing-masing faktornya. Dari penelitian ini, diketahui bahwa faktor emotion-focused supportive dyadic coping merupakan faktor yang paling berkontribusi pada kepuasan pernikahan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Maulani Putri
"Pada berbagai studi sebelumnya, ditemukan kritik pada model penelitian antara job control dan pembelajaran informal karena kurang menekankan mekanisme psikologis dalam menjelaskan hubungan kedua variabel tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh occupational future time perspective dalam memediasi hubungan antara job control dan pembelajaran informal pada karyawan senior dengan menggunakan teori Cognitive Affective Processing Sytem (CAPS) dalam menjelaskan model mediasi. Partisipan merupakan karyawan senior dari berbagai perusahaan swasta dan BUMN di Indonesia (N=183). Data dianalisis menggunakan PROCESS macro Hayes pada SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan occupational future time perspective memediasi hubungan antara job control dan pembelajaran informal secara signifikan. Implikasi praktis dari penelitian ini adalah sebagai bahan evaluasi organisasi dalam merencanakan program seperti career planning untuk meningkatkan occupational future time perspective dan pembelajaran informal pada karyawan senior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindyastuti Erika Pratiwi
"Pada masa remaja, individu sudah memiliki minat untuk berpacaran, namun banyak orang tua yang melarang anak remajanya berpacaran. Hal ini dapat menimbulkan konflik di antara mereka atau justru membuat anak berpacaran tanpa sepengetahuan orang tua. Orang tua melarang anak remajanya berpacaran karena mereka memiliki pandangan negatif tentang pacaran pada remaja, padahal ini belum tentu benar. Konsep pacaran dan perilaku pacaran pada remaja perlu diketahui agar orang tua dapat menyikapi dengan lebih bijaksana keinginan anaknya untuk berpacaran dan dapat mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan berkaitan dengan pacaran. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara dan observasi sebagai pendukung hasil wawancara.
Penelitian ini difokuskan pada remaja awal karena konflik antara orang tua dan anaknya berkaitan dengan dengan masalah pacaran memuncak pada masa remaja awal (Medinnus & Johnson, 1969). Subjek penelitian berjumlah empat orang (2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan) berusia 14-15 tahun, yang termasuk ke dalam kategori remaja awal menurut Lerner (1993). Keempat subjek memiliki konsep pacaran yang berbeda-beda, namun mereka memiliki kesamaan dalam karakteristik esensial pacaran, yaitu adanya "penembakan" untuk menjadi pacar. Tiga dari empat subjek menampilkan perilaku pacaran yang serupa, yaitu mengobrol, jalan-jalan, mengunjungi rumah pacar/dikunjungi, berpegangan tangan, cium pipi, berpelukan, dan berciuman bibir.

In adolescence, an individual usually has already had interest to go dating, but many parents forbid their children to do so. This situation can lead to a conflict between them or cause the adolescent to go dating without his/her parents know about it. The parents forbid their children to go dating because they have negative thoughts about dating in early adolescence, even though these thoughts may not be correct. The dating concept and dating behavior need to be known so parents can respond more wisely on dealing with their adolescent children?s interest to go dating and so they can anticipate the negative things caused by dating. The researcher in this study uses a qualitative approach with interview method and observation method to support the result of the interview.
This research is focused among early adolescents because conflict between parents and their children related to dating issues is peaking in early adolescence (Medinnus & Johnson, 1969). There are 4 subjects of the research (2 males and 2 females) aged 14-15 years old, which fall under the category of early adolescence according to Lerner (1993). All four subjects have different dating concept, but they have similarity in essential characteristic of dating, that is there must be a proposal to be someone?s girlfriend/boyfriend. Three of the four subjects have similar dating behavior, namely having conversation, going somewhere together, visiting the partner?s house/being visited by the partner, holding hands, kissing cheeks, hugging, and lip kissing.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>