Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nora Wardani
Abstrak :
Tujuan : Mengetahui pengaruh formula tempe terhadap kadar kolesterol total dan apolipoprotein-B pada laki-laki umur 40-60 tahun, dengan hiperkolesterolemia dalam rangka mengurangi resiko terjadinva aterosklerosis. Tempat : PT National Gobel Jakarta. Bahan dan cara : Penelitian uji klinis tentang pemberian formula tempe 100 gram/hari dibandingkan dengan pemberian formula plasebo 100 gram/hari selama 42 hari, terhadap 34 orang subyek (17 orang kelompok perlakuan dan 17 orang kelompok kontrol) yang telah memenuhi kriteria. Data dikumpulkan dengan cara wawancara, meliputi data pendidikan, penghasilan asupan nutrisi dan pola makan, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yaitu kadar kolesterol total dan apolipoprotein-B plasma, dengan hasil analisis statistik tidak ada perbedaan bermakna antara dua kelompok sebelum penelitian. Hasil : Terjadi penurunan kadar kolesterol total yaitu dari 245,64 mg/dL menjadi 207 mg/dL (15,73%) dan penurunan apolipoprotein-B dari 128,52 mg/dL menjadi 108,35 mg/dL (15,69%) pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol terjadi penurunan kadar kolesterol total dari 234,4 mg/dL menjadi 198,52 mg/dL (15,3%) dan penurunan apolipoprotein-B dari 125,47 mg/dL menjadi 102,88 mg/dL (18%). Hasil analisis statistik perbandinaan antara dua kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Kesimpulan : Pemberian formula tempe 100 gram/hari selama 42 hari belum jelas manfaatnva untuk menurunkan kadar kolesterol total dan apolipoprotein-B plasma secara signifikan.
Objective: To investigate the effect of tempe formula on plasma level of total cholesterol and apolipoprotein-B in male (40-60 years), with hypercholesterolemia, in respect to minimizing atherosclerosis risk. Place: PT National Gobel Jakarta. Materials and methods: Clinical trial with supplementation of tempe formula 100 gram/day for 42 days given to 17 subjects compared to 17 subjects of placebo group. Both groups have passed some criteria?s. Data were collected through interview, which include education, income, dietary intake and food pattern. Data also collected from physical examination and laboratory measurement. The plasma level of total cholesterol and apolipoprotein-B, between the two groups showed no significant differences prior to experiment. Result : Total cholesterol of the supplementation group were reduced from 245,64 mg/dL to 207 mg/dL (15,73%) and apolipoprotein-B from 128,52 mg/dL to 108,35 mg/dL (15,69%), On control group total cholesterol decreased from 234,4 mg/dL to 198,52 mg/dL (15,3%) and apolipoprotein-B from 124,47 mg/dL to 102,88 mg/dL (18%). There were no significant differences in the result between the two groups. Conclusion: Supplementation of tempe formula 100 gram/day for 42 days was not clear to reduced. plasma level of total cholesterol and apolipoprotein-B.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
T9989
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Win Johanes
Abstrak :
Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian diet rendah kalori seimbang selama 14 hari terhadap berat badan (BB), indeks massa tubuh (IMT), tebal lipatan kulit total. (TLK), massa lemak tubuh (ML), massa tubuh bebas lemak (MBL), rasio lingkar pinggang-lingkar panggul (R Lpi-Lpa) , dan kadar leptin serum. Tempat : Rumah Sakit Sumba Waras, Grogol Bahan dan cara: Penelitian ini merupakan studi eksperimentai pra dan pasca pemberian diet rendah kalori seimbang 915,23 kkal dengan komposisi 55,81% karbohidrat, 19,46% protein dan 24,73% lemak selama 14 hari terhadap 39 subyek perempuan obes (19-55 tahun) yang telah memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Data yang dikumpulkan meliputi data karateristik demografi, data asupan energi dan makronutrien, antropornetri, komposisi tubuh, dan kadar leptin serum. Hasil : Terjadi penurunan berat badan secara bermakna (p<0,05) dari 70,99 ± 8,62 menjadi 68,81 ± 8,36 kg (3,07%); penurunan IMT secara bermakna (p<0,05) dari 30,20 ± 3,11 kg/m2 menjadi 29,36 ± 2,94 kg/m2 ( 3,04%); penurunan TLK secara bermakna (p<0,05) dari 99,32 ± 12,07 mm menjadi 91,29 f 10,85 mm (8,08%); penurunan ML secara bermakna (p<0,05) dari 35,41 ± 2,75 % menjadi 33,65 ± 2,73% (1,76 %) peningkatan persentase MBL secara bermakna. (p<0,O5) dari 64,59 2,74 menjadi 66,35 2,73% (2,72%);penurunan Lpi secara bermakna (p<0,O5) dari 85,87 7,31 menjadi 83,35 ± 7,09 cm (2,93%); penurunan Lpa secara bermakna (p<0,05) Bari 107,59 ± 6,67 menjadi 106,49 f 6,37 cm (1,02%); penurunan R Lpi-Lpa secara bermakna (p(O,O5) dari 0,80 ± 0,05 menjadi 0,78 ± 0,04 (2,24 %); penurunan kadar leptin serum secara bermalma (p<0,05) dari 23,31 (12,06-71,22) menjadi 18,18 (7,90-65,11) pg/mL (22,01 %); ditemukan korelasi positif antara kadar leptin serum dengan ML secara bermakna (p<0,05) sebelum perlakuan 0=0,47 ; p t,003) dan sesudah perlakuan (r3,57 ; p=0,001). Simpulan : Pemberian diet rendah kalori seimbang sebesar 915,23 kkal/h selama 14 hari dapat dengan efektif menurunkan berat badan, IMT, tebal lemak bawah kulit, persentase lemak, meningkatkan persentase massa bebas lemak, menurunkan rasio lingkar pinggang lingkar panggul dan kadar leptin serum, serta ditemukan korelasi positif bermakna antara massa lemak tubuh dan leptin serum baik sebelum maupun sesudah perlakuan.
Objective : To identify the effect of balanced low-calorie diet for 14 days on body weight (BW), body mass index (BMI), total skin fold thickness (SFT), fat mass (FM), fat-free mass (FFM), waist to hip ratio (WHR) and serum leptin level. Place : Sumber Waras Hospital, Grogol Material and Method : This study is a pre- and post-experimental balanced low-calorie diet 915.23 kcallday with the composition of 55.81 % carbohydrate, 19.46 % protein and 24.73 % fat for 14 days on 39 obese-women subjects (19-55 years old) who have met the inclusion and exclusion criteria. The collected data include demographic characteristic, macronutrient and energy intake, as well as of anthropometry, FM, FFM, and serum leptin level. Results : Body weight reduction occurs significantly (p<0.05) from 70.99 ± 8.62 to 68.81 ± 8.36 kg (3,07%), BMI reduction is significant (p<0.45) from 30,20 + 3,11kglm2 to 29,36 ± 2,94 kghn' (3,04%); significantly reduced SFT (p<0.05) from 99,32 ± 12,07 mm to 91,29 ± 10,85 mm (8,08%); significantly reduced FM (p<0,05) from 35.41 ± 2.75% to 33.65 ± 2.73% (1.76%); significantly increased FFM percentage (P<0.05) from 64.59 ± 2.74 to 66.35 ± 2.73 (2.72%); significantly reduced WC (waist circumference) (p<0.05) from 85.87 ± 7.31 to 83.35 ± 7.09 (2.93%); significantly reduced HC (hip circumference) (p<0.05) from 107.59 ± 6.67 to 106.49 ± 6.37 (1.02%); significantly reduced WHR (p<0.05) from 0.80 ± 0.05 to 0.78 ± 0.04 (2.24%); significantly reduced serum leptin level (p<0.05) from 23.31 (12.06 - 71.22) to 18.18 (7.90 - 65.11) (22.01%); positive correlation is observed between serum leptin level and FM significantly (p<0,05) before treatment (r= 0.47; p = 0.003) and after treatment (r=0,57; Conclusions : Balanced low-calorie diet may effectively reduce body weight, BMI, skin fold thickness, percentage of fat mass, to increase percentage of fat free mass, to reduce waist to hip ratio and serum leptin level. There is a statistically significant positive correlation between serum leptin and body fat mass both before and after treatment.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T12428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaimah Z. Tala
Abstrak :
Tujuan : Untuk mengetahui profil lipid dan kadar Apo-B serta hubungannya dengan asupan makanan dan faktor lain. Tempat : Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan Bahan dan cara : Penelitian desain cross sectional pada 105 subyek berusia≥ 35 tahun yang dipilih secara simple random sampling dari sampel MONICA III-Jakarta. Data yang dikumpulkan meliputi data sosioekonomi subyek, asupan makanan, antropometri serta pemeriksaan laboratorium untuk kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida dan Apo-B. Uji statistik yang digunakan adalah uji X2, Fisher dan Kolmogorov-Smirnov. Hasil dan kesimpulan : Subyek penelitian terdiri dari 49 laki dan 56 perempuan, dengan rerata umur 54,39 ± 10,72 tahun. Rerata kadar kolesterol total 209 ± 40,5 mg/dL, Nilai tengah kadar LDL 137,0 (58,0 - 223,0) mg/dL; kadar HDL 40,0 (23,0 - 77,0) mg/dL; kadar trigliserida 130,0 (27,0 - 340,0 mg/dL) dan kadar Apo-B 106,0 (44,0 - 172,0 mg/dL). Prevalensi kadar kolesterol total abnormal (≥ 200 mg/dL) sebesar 55,2%; kadar LDL abnormal (≥ 130 mg/dL) 60%; kadar HOL abnormal (< 40 mg/dL) 43,8%; kadar trigliserida abnormal (≥200 mg/dL) 13,3% dan kadar Apo-B abnormal ditemukan 25,7%. Dari hasil analisis bivariat didapat hubungan bermakna antara (I) kadar kolesterol total dengan jenis kelamin dan IMT, (2) kadar HDL dengan asupan PUFA, jenis kelamin dan umur, (3) kadar LDL dengan umur, 1MT dan Lpe/Lpa, (4) kadar trigliserida dengan Lpe/Lpa, dan (5) kadar ApoB dengan asupan protein, jenis kelamin, DM dan Lpe/Lpa. Setelah dilakukan analisis multivariat terlihat hubungan bermakna antara (1) kolesterol total dengan asupan karbohidrat, asupan protein dan Lpe/Lpa, (2) kadar HDL dengan jenis kelamin, (3) kadar trigliserida dengan Lpe/Lpa, dan (4) kadar ApoB dengan Lpe/Lpa dan asupan karbohidrat.
Relationship between Serum Lipid Profile and Apo-B With Dietary Intake and Other Factors of Adult in Mampang Prapatan District, 2000Objective: To determine serum lipid profile and apoB and its relationship to dietary intake and other factors. Location: Mampang Prapatan District, South Jakarta Materials and method: A cross sectional study has been carried out on 105 subjects (age ≥ 35 year), selected using simple random sampling method from MONICA III-Jakarta's sample. Data collected consist of socio-economic status, dietary intake, anthropometric, and laboratory examinations for total cholesterol, HDL, LDL, triglyceride and apoB. Statistical analysis was performed by X2, Fisher exact and Kolrnogorov-Smirnov test. Results and conclusions: Subjects in this study were 49 male and 56 female with average age 54.39 ± 10.72 year. Mean cholesterol level was 209 ± 40.5 mg/dL, median LDL level 137.0 (58.0 - 223.0 mg/dL), median HDL level 40.0 (23.0 - 77.0) mg/dL, median triglyceride level 130.0 (27.0 - 340.0) mg/dL, and median apoB level 106.0 (44.0 - 172.0) mg/dL. Prevalence of abnormal total cholesterol level (≥ 200 mg/dL) 55.2%, abnormal LDL level (≥ 130 mg/dL) 60%, abnormal HDL level (< 40 mg/dL) 43.8%, abnormal triglyceride level (≥ 200 mg/dL) 13,3%, and abnormal apoB level 25.7%. Bivariate analysis found significant relationship between (1) total cholesterol level and sex & BMI, (2) HDL level and PUFA intake, sex & age, (3) LDL level and age, BMI & WHR, (4) triglyceride level and WHR, (5) apoB level and protein intake, sex, DM & WHR. Multivariate analysis found significant relationship between (1) total cholesterol level and carbohydrate intake, protein intake and WHR, (2) HDL level and sex, (3) triglyceride level and WHR, (4) apoB level and WHR and carbohydrate intake.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T9329
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shanti Iswara
Abstrak :
ABSTRAK Ruang lingkup dan cara penelitian Tingginya prevalensi anemia defisiensi besi pada wanita usia reproduksi di Indonesia. Asupan zat besi melalui makanan dan aktifitas fisik/olahraga yang berat dapat merupakan salah satu faktor penyebab anemia defisiensi besi. Telah dilakukan penelitian quasi eksperimental pada 60 siswa wanita untuk melihat pengaruh latihan fisik yang teratur dan konsumsi makanan yang didapat setiap hari terhadap kadar hemoglobin dan feritin serum di suatu pendidikan khusus selama 12 minggu. Pada awal dan akhir penelitian, kepada subjek dilakukan pemeriksaan; kesehatan, antropometri, kadar hemoglobin dan feritin serum. Sedangkan asupan makanan dan kegiatan 24 jam dinilai selama masa penelitian berlangsung. Dengan metode 3 days record dan metode faktorial. Hasi1 dan Kesimpulan Pada awal dan akhir penelitian didapatkan kejadian defisiensi besi dengan atau tanpa anemia dan anemia bukan defisiensi besi yang cukup tinggi. Kualitas makanan yang diterima mempunyai imbangan sumber energi yang sesuai dengan anjuran, dan kuantitas asupan zat gizi yang diteliti (lemak, protein, zat besi dan vitamin C) berada di atas nilai kebutuhan yang disesuaikan dengan kecukupan yang dianjurkan, kecuali asupan energi dan karbohidrat sedikit di bawah nilai kecukupan. Jenis aktifitas/kegiatan yang dilakukan to nnasuk kategori jenis aktifitas berat dengan keluaran energi dalam sehari sebesar 3496,88+134,21 Kal. Latihan fisik dan asupan makanan yang diterima selama penelitian ini berlangsung, dapat menurunkan berat badan dan indeks masa tubuh (p<0,05), tetapi meningkatkan kadar hemoglobin (p;0,05) dan feritin serum (p<0,05). Perubahan ini dipikirkan karena selain adanya efek konsumsi zat besi dari makanan yang diterima, jenis intensitas dan lama latihan fisik yang dilakukan, distribusi populasi subjek berdasarkan kadar hemoglobin dan feritin serum turut pula mempengaruhinya.
ABSTRACT Scope and Method of Study: The prevalence of iron deficiency anaemia in reproductive age women in Indonesia is high. Two factors involved on causing iron deficiency anaemia are food intake and hard physical training. A quacy experimental study was done on 60 women to investigate the changes of hemoglobin and serum ferritin on women student who had regular meals and taking basic physical training during 12 weeks in special education. Physical, anthropometric examination, hemoglobin and serum ferritin concentration determination were done on each subject at the beginning and at the end of the basic special education. The evaluation of food intake and 24 hours activities were done using three days record and factorial method during this study. Result and Conclusions: The incidence of iron deficiency at the beginning and at the end of study were quite high, both among the anaemic and the non anaemic group. The quality of food intake was well balanced and the quantity of each nutritional element under study (fat, protein, iron and vitamin C) were above the optimal requirement, except calorie and carbohydrate were slightly below the optimal requirement. The exercises done by the subjects were categorized as heavy exercise with energy expenditure of 3496.88±134.21 calories per day. Heavy exercise and food intake during the study managed, to lower the body weight and body mass index (p<0.05) and increased the hemoglobin and serum ferritin concentrations (p<0.05). The changes were thought due to iron consumption, intensity and duration of physical training, subject population distribution according to hemoglobin and serum ferritin concentrations.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Siswoyo
Abstrak :
Tujuan : Mengetahui manfaat pemberian suplemen kreatin 4x5 g/hari selama 5 hari berturut-turut pada olahraga angkat beban terhadap kadar asam urat darah. Tempat : Pusat Kebugaran ?Fitness One? JI. Jenderal Gatot Subroto Jakarta.

Penelitian eksperimen berpasangan dan tersamar ganda terhadap 34 siswa pria Sekolah Kesehatan TNI Angkaran Laut. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik subyek penelitian berdasarkan data demografi (umur), data antropometri (berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh), analisis asupan zat gizi dengan food recall 1x24 jam, data tekanan darah dan frekuensi denyut nadi, gambaran elektrokardiogram, dan data laboratorium ( Hemoglobin, SGOT, SGPT, Ureum, kreatinin darah, kreatinin urin, asam urat darah). Data dianalisis dan diuji dengan uji t berpasangan dan uji Wilcoxon.

Hasil menunjukkan usia rata-rata 25,65 kurang lebih 3,77 tahun (kelompok kreatin) dan 26,24 kurang lebih 3,73 tahun (kelompok kontrol, IMT 23,76 kurang lebih 2,31 kg/m2 pada kelompok kreatin, 22,88 kurang lebih 2,14 kg/m2 pada kelompok kontrol. Asupan kalori rata-rata 3017(1796-4385) Kal/hari pada kelompok kreatin dan 3080(2056-4129) Kal/hari pada kelompok kontrol, dengan proporsi energi sesuai dengan menu gizi seimbang. Asupan purin pada kelompok kreatin 285,50(86,50-598,00) mg/hari dan kelompok kontrol 297(118,75-457,00) mg/hari. Tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok kreatin dengan kelompok kontrol dalam hal asupan energi, makronutrien, protein hewani, dan asupan purin. Fungsi sistem kardiovaskular, fungsi hati dan fungsi ginjal seluruh subyek dalam keadaan normal. Terdapat perbedaan yang bermakna kadar kreatinin darah pada 2 jam pasca perlakuan antara kelompok kreatin (1,19 kurang lebih 0,09 mg/dL) dengan kelompok kontrol(1,08d kurang lebih 0,12 mg/dI,) dengan p=0,005, 24 jam pasca perlakuan pada kelompok kreatin (1,19 kurang lebih 0,11 mg/dL) dan kelompok kontrol (1,11 kurang lebih 0,15 mg/dl.) dengan p=0,04, peningkatan kadar kreatinin urin pasca perlakuan pada kelompok kreatin {457(-580-1179) mg/24jam} am kelompok kontrol 22 (-515-747) mg/24jam} dengan p=0,044, dan peningkatan kadar asam urat darah 2 jam pasca perlakuan pada kelompok kreatin {0,40(-0,40-3,40) mg/dL} dan kelompok kontrol {1,80(0,00-4,30) mg/dL) dengan p=0,024.

Kesimpulan : Suplementasi kreatin 4x5 g/hari selama 5 hari berturut-turut dapat menghambat peningkatan kadar asam urat darah pada 2jam pasca latihan angkat beban.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16225
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saridian Satrix Wawo
Abstrak :
Tujuan Penelitian Untuk mendapatkan data perubahan kadar vitamin C plasma dan faktor-faktor yang berhubungan pasien stroke iskemik Tempat Penelitian Ruang rawat inap B Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Desain Penelitian Penelitian dengan desain cross sectional dilakukan pada 29 pasien stroke iskemik dengan onset kurang dari 48 jam. Pengambilan subyek penelitian dengan Cara consecutive sampling. Pemeriksaan vitamin C dengan metode spektrofotometri. Data yang dikumpulkan meliputi: karakteristik demografi, faktor risiko, pola makan, asupan nutrisi berdasarkan recall I x24 jam, food frequency amount (FFA) dan food record, pemeriksaan antropometri (BB, TB), pemeriksaan klinis dengan National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) Subyek Penelitian Jumlah subyek penelitian 29 orang (22 laki-laki dan 7 perempuan). Rerata usia 60 ± 10,1 tahun. Sebanyak 56,7% mempunyai pola makan kurang. Asupan vitamin C selama observasi di bawah angka yang dianjurkan (55,8 ± 15,4 mg/dL ; 54,2 ± 14,2 mg/dL ; 56,1 ± 15,6 mg/dL ; 53,8 ± 16,7 mgldL) Berdasarkan FFA dan recall terdapat korelasi positif bermakna antara kadar vitamin C plasma dengan asupan vitamin C (r:1,42 - 0,43, p<0,05). Berdasarkan food record terdapat korelasi positif cukup antara kadar vitamin C plasma dengan asupan energi (r--0,33 - 0,35 p>0,05 ), dan asupan protein (r3,32 - 0,35, p>0,05)_ Korelasi positif bermakna antara kadar vitamin C plasma dengan asupan vitamin C (r- 0,39 - 0,43, p<0,05). Kadar vitamin C plasma perokok lebih rendah dibandingkan non perokok. Perubahan kadar "vitamin C plasma tidak berbeda menurut jenis kelamin (p-0,05). Demikian pula kadar kadar vitamin C plasma menurut usia (p > 0,05). Tidak terdapat perubahan bermakna nilai NIHSS ( 9,8 ± 6,9 ; 9,8 ± 7,1 ; 9,5 ± 7,1 ; 9,3 ± 7,6 ). Antara kadar vitamin C plasma dengan nilai NIHSS terdapat korelasi negatif (r 0,28 - -0,34, p>0,05). Hasil Penelitian Penelitian ini menunjukkan terdapat perubahan kadar vitamin C plasma pasien stroke iskemik. Penurunan bermakna kadar vitamin C plasma Mari ke 3 dan 5 terhadap kadar vitamin C plasma hari pertama. Persentase asupan energi, protein, serat dan vitamin C masih di bawah kebutuhan. Terdapat korelasi negatif antara kadar vitamin C plasma dengan nilai NIHSS.
Objective To investigate the changes of vitamin C plasma level and associated factors in stroke ischemic paitents. Place IRNA B, Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta Methods A cross sectional study was carried out among 29 patient with ischemic stroke of recent onset (< 48 hours). Consecutive sampling method was used to obtain the subject. Plasma vitamin C level was measured using spectrofotometry. Data collected were demographic characteristics include, risk factors, pattern food, nutrition intake using 24 hours recall, FFA and food record food, antropometri assessment, neurology examination using NIHSS. Result The subject consist of 29 patients (20 males and 6 females) with mean of age was 60 ± 10,1 years. There were 56,7% have less dietary profile. Vitamin C intake during observation was under recommendation (55,8 ± 15,4 mg/di. ; 54,2 + 14,2 mg/dL ; 56,1 ± 15,6 mg/dL ; 53,8 f 16,7 mg/dL). Based on FFA and recall, there was significant positive correlation between vitamin C plasma level with intake of vitamin C (r = 0,42 - 0,43 p<0,05). Based on record, there was positive correlation between the level of vitamin C plasma level with energy intake (r = 0,33 - 0,35 p50,05 ), and protein intake (r=0,32 - 0,35 p>0,05). There was significant correlation between level of vitamin C plasma with vitamin C intake (r=0,39 - 0,43, p<0,05) The plasma vitamin C Ievel of smoker lower than non smoker patients. There was no relationship between vitamin C plasma level and sex (p>0,05), age (p>0,05). During the observation there were no significant difference in score of NIHSS (9,8 ± 6,9 ; 9,8 ± 7,1 ; 9,5 ± 7,1 ; 9,3 ± 7,6 ). There was negative correlation between the level of vitamin C plasma and NIHSS score, as follows (r = -0,28 - -0,34, p>0,05). Conclusion This study showed that there were changes in the level of the vitamin C plasma of ischemic stroke patient. There was significant decrease in plasma vitamin C level between the third and fourth days and at admission The percentage of energy, protein, fiber and vitamin C intake under the recommendation. There was negative correlation between NIHSS and vitamin C plasma level.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library