Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zetty Karyati
Abstrak :
ABSTRAK
Citraan adalah sarana yang digunakan sastrawan untuk membentuk citra melalui media bahasa. Citraan yang terdapat dalam karya sastra dapat dibagi atas tujuh jenis, yaitu citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan penciuman, citraan pencecapan, citraan perabaan, citraan gerak, dan citraan pikiran.

Dalam menuliskan lirik-lirik lagunya, EGA banyak menggunakan citraan gerak. Citraan gerak menjadikan gambaran lebih hidup dan dinamis. Dengan citraan jenis ini EGA mengajak pembaca untuk seakan-akan turut menyaksikan suatu gerakan. Selain citraan gerak, citraan yang juga banyak dipakai adalah citraan pikiran. Citraan pikiran merangsang pembaca untuk berpikir lebih dalam untuk menafsirkannya.

Lirik lagu-lagu yang dipilih penulis sebagai sampel adalah yang terhimpun dalam album Cinta Sebening Embun. Salah satu alasan pemilihan album tersebut adalah karena lirik lagu-lagu yang terdapat dalam album tersebut merupakan lirik lagu-lagu yang berasal dari ketiga belas album terdahulu. Dengan demikian, diharapkan dapat mewakili keseluruhan karya Ebiet G. Ade.
1995
S11338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadhly Kurniawan
Abstrak :
Narasi mengenai kedigdayaan Kerajaan Makassar beberapa abad lalu tidak terlepas dari salah satu tradisi atau ritual kuno prajurit perang Makassar, yaitu Angngaru Tubarani. Setiap tradisi yang bertahan dan masih dilaksanakan suatu masyarakat, masing-masing memiliki narasi pengetahuan lokal dan nilai yang dijunjung oleh masyarakat pemiliknya, termasuk dalam hal ini Angngaru Tubarani sebagai tradisi lisan masyarakat Makassar. Namun, dewasa ini Angngaru Tubarani dijumpai dengan sebuah bentuk pertunjukan populer, yang secara konseptual telah mengalami perubahan fungsi. Tesis ini bertujuan untuk mengungkap kandungan memori kultural, aspek tradisi lisan dan penyebab terjadinya perubahan fungsi pada tradisi ini— Angngaru Tubarani dari ritual kuno menjadi pertunjukan populer. Sumber data diperoleh dengan menggunakan pendekatan kajian tradisi lisan dan etnografi budaya, yaitu metode pengamatan aktif dan pasif (keterlibatan langsung dalam pertunjukan), wawancara langsung terhadap praktisi, dan studi kepustakaan. Kemudian, studi ini ditunjang oleh beberapa landasan teori seperti: tradisi lisan, memori kultural, ritual dan seni pertunjukan, perubahan dan komodifikasi. Hasil penelitian ini mengungkapkan nilai dan pengetahuan lokal masyarakat Makassar yang menubuh pada tradisi ini. Selain itu, data-data faktual yang ditemukan menunjukkan penyebab terjadinya perubahan fungsi pada tradisi ini, perubahan fungsi atau komodifikasi tersebut dimaknai sebagai sebuah strategi untuk mempertahankan ataupun menjaga Angngaru Tubarani agar memori budaya tetap terawat dalam lingkup masyarakat Makassar. ......The narrative of superiority of the Makassar Kingdom several centuries ago is inseparable from one of the ancient traditions or rituals of Makassar war soldiers, namely Angngaru Tubarani. Each tradition that has survived is still being carried out by a community has a narrative of local knowledge and values that are upheld by the community, including Angngaru Tubarani as in this case an oral tradition of the Makassar people. However, nowadays Angngaru Tubarani is found with a form of popular performance, which conceptually has undergone a changing function. This thesis aims to reveal the content of cultural memory, aspects of the oral tradition and the causes for the changings function of this tradition—Angngaru Tubarani from ancient rituals to popular performances. Sources of data were obtained using an oral tradition study approach and cultural ethnography, namely active and passive observation methods (direct involvement in performances), direct interviews with practitioners, and literature study. Then, this study is supported by several theoretical foundations such as: oral tradition, cultural memory, ritual and performing arts, function changings and commodification. The results of this study reveal the values and local knowledge of the Makassar people who are embodied with this tradition. In addition, this research found the causes of the function alteration of this tradition, meanwhile the changings function or commodification interpreted as a strategy to maintain or preserving Angngaru Tubarani so that cultural memory will long lasting within Makassar society
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Wahyuni
Abstrak :
Film Sang Pencerah menceritakan perjuangan seorang tokoh nasional, K.H. Ahmad Dahlan, untuk membawa suasana pembaharuan ajaran Islam di Kauman. Pembaharuan memiliki arti ajaran Islam yang murni sesuai dengan tuntunan Al-Qur rsquo;an dan Hadits. Pada saat itu, ajaran Islam sudah banyak yang bertentangan dengan tuntunan Al-Quran dan Hadist. Takhayul, mistis, dan taklid buta sudah menjadi kewajaran dalam kehidupan masyarakat Kauman pada masa itu. Ajaran Islam sudah bercampur dengan kepercayaan Hindu, Animisme dan Dinamisme. Selanjutnya, pembaharuan yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan ialah menggabungkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan Islam selama tidak mempengaruhi tuntunan Al-Qur rsquo;an dan Hadits agar Islam sesuai dengan perkembangan zaman.Kajian ini menggunakan pendekatan representasi dan identitas Stuart Hall, dan semiotika Roland Barthes guna mencapai tujuan analisis. Tujuan tersebut ialah menunjukkan bagaimana identitas tokoh K.H. Ahmad Dahlan direpresentasikan dalam film Sang Pencerah. Secara lebih spesifik, tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk menemukan bagaimana 1 keterkaitan antara unsur-unsur narasi dan sinematografi di dalam film Sang Pencerah dengan representasi identitas tokoh K.H. Ahmad Dahlan, dan 2 mengungkapkan identitas tokoh K.H. Ahmad Dahlan di dalam film Sang Pencerah.Dari hasil analisis unsur-unsur naratif film tema, alur, penokohan, simbol, dan metafor ditemukan bahwa semua unsur naratif tersebut sangat terkait dengan representasi identitas tokoh K.H. Ahmad Dahlan. Keterkaitan yang sama juga ditemukan pada unsur-unsur sinematografisnya gambar, gerakan, dan suara . Keterkaitan unsur- unsur sinematografis ini mungkin tidak sejelas keterkaitan dengan unsur-unsur naratif. Meski begitu, unsur-unsur sinematografis tetap mempertegas keterkaitan antara struktur film ini penggambaran identitas K.H. Ahmad Dahlan.Sementara itu, identitas K.H. Ahmad Dahlan yang direpresentasikan dalam film sang Pencerah bersifat cair, selalu berada dalam proses ldquo;menjadi rdquo;. Proses yang mencakup ldquo;memposisikan rdquo; sebagai pemilik dan ldquo;diposisikan rdquo; oleh lingkungannya. Jadi, identitas seseorang tidaklah statis melainkan dinamis sesuai dengan bagaimana ia diposisikan oleh pengaruh dari lingkungan atau luar yang sejalan dengan memposisikan identitasnya tersebut. Identitas K.H. Ahmad Dahlan direpresentasikan melalui status social, penampilan nama, pakaian dan bahasa , pemikiran kritis dan rasional, terbuka, pembaharu dan tindakan
The Sang Pencerah film tells the struggle of a national figure, K.H. Ahmad Dahlan, to bring the atmosphere of reform of Islam in Kauman. The reform means pure doctrine of Islam in accordance with the guidance of the Al Quran and Hadist. At that time, Islam has much at variance with the guidance of the Al Quran and Hadist. Takhyul, mistic, taklid are being fittingness in Kauman social condition. Doctrine of Islam has mixed with any religions such as Hindu, Animism and dinamism. The teachings of Islam is mixed with Hinduism, Animism and dynamism. Furthermore, reforms carried out by K.H. Ahmad Dahlan is to combine science and technology with Islam as long as does not affect the guidance of the Al Quran and Hadist that Islam in accordance with the times.This study uses the approach of representation and identity of Stuart Hall, and the semiotics of Roland Barthes in order to achieve the purpose of analysis. The goal is to show how the figures rsquo identity K.H. Ahmad Dahlan represented in the film. More specifically, the purpose of this qualitative study was to discover how 1 the relationship between the elements of narrative and cinematography in the film with the representation of figures identity K.H. Ahmad Dahlan, and 2 disclose the identity of K.H. figures Ahmad Dahlan in the film.The analysis of its narrative elements theme, plot, characterization, symbol, and metaphor found that all elements of the narrative are closely related to the representation of figures identity KH Ahmad Dahlan. The same finding also goes to the analysis of its cinematographic elements picture, motion, dan sounds . Such relation might not be as vivid as the one found in its narrative elements, but cinematographic elements certainly give strong emphasis on of the identity of KH Ahmad Dahlan.Meanwhile, the identity K.H. Ahmad Dahlan that is represented in the Sang Pencerah film is fluid, always in a process of becoming . A process that includes the positioning as the owner and positioned by the environment. Thus, one 39 s identity is not static but dynamic in accordance with how it is positioned by the influence of the outside environment or that are in line with the identity positioning. Identity K.H. Ahmad Dahlan represented by social status, appearance name, clothes and language , thinking critical and rational, open, reformer and actions.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T48045
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamzah Muhammad Al Ghozi
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini bertujuan mengungkap representasi kekuasaan Jawa dan kritik terhadap praktik kekuasaan Jawa, serta urgensi dari strategi narasi dalam novel Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom yang merupakan interpretasi ulang cerita dongeng "Prabu Watu-Gunung dari Negeri Giling-Wesi" pada teks Babad Tanah Jawi. Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi dianalisis menggunakan teori Stuart Hall (2003), Benedict R.O'G Anderson (1984 & 2000), dan Koentjaraningrat (1984). Hasil analisis representasi yang mengupas unsur-unsur struktur memperlihatkan Gilingwesi sebagai kerajaan yang paling unggul dalam kontestasi kekuasaan pertama antarkerajaan yang merepresentasikan kekuasan Jawa. Gilingwesi dipimpin tokoh raja Watugunung dengan tiga kriteria kepemimpinan, antara lain kharisma, kewibawaan, dan kekuasaan dalam arti khusus. Analisis tentang kritik memperlihatkan bahwa kritik novel terhadap praktik kekuasaan Jawa direpresentasikan lewat praktik kekuasaan Gilingwesi dalam kontestasi kedua dengan Gerbang Agung, kerajaan yang memenuhi beberapa karakteristik dari kekuasaan Jawa. Empat komponen praktik kekuasaan Jawa yang dikritik, yaitu (a) wahyu dan kharisma; (b) alam semesta dan pusat kekuasaan; (c) laku tapa dan kuasa-kesaktian; serta (d) etika priyayi dan keturunan. Kesimpulannya, Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi mengajukan empat kritik terhadap praktik kekuasaan Jawa, antara lain tokoh perempuan, laku tapa, moralitas, dan juru selamat. Urgensi dari strategi narasi diperlihatkan melalui Sungu Lembu sebagai narator cerita yang melalui kesaksian dan pandangan kritisnya merepresentasikan kekuasaan Jawa dan mengkritik praktik kekuasaan Jawa.
ABSTRACT
This thesis discusses the representation of Javanese power and the criticism of Javanese power practice, and the urgency of the narrative strategy in Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi by Yusi Avianto Pareanom which is a reinterpretation of the story entitled "Prabu Watu-Gunung dari Negeri Giling-Wesi" in Babad Tanah Jawi text. Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi is analyzed by using the theory of Stuart Hall (2003), Benedict R. O'G Anderson (1984 & 2000), and Koentjaraningrat (1984). The result of representation analysis that explores structural elements of the novel shows Gilingwesi as the most superior kingdom in the first power contest which its represents the power of Java. Gilingwesi is led by the king of Watugunung which has the three criteria of leadership, such as charisma, authority, and power in a special sense. The analysis of criticism indicates that the critique of the novel toward Javanese power practice is represented by Gilingwesi's power practice in second contestation against Gerbang Agung, a kingdom that fulfills some characteristics of Javanese power. The four components of Javanese power practice that are criticized, namely (a) wahyu and charism; (b) the centre of power and the universe; (c) tapa behavior and supranatural- power; and (d) priyayi ethics and heredity. To sum up, Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi presents four criticisms of Javanese power practice, including female characters, tapa behavior, morality, and savior. The urgency of the narrative strategy is shown by Sungu Lembu as the narrator which through its witnesses and its critical view represent the power of Java and criticize the practice of Javanese power.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T50469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Yuni K.
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur budaya Jawa yang terkandung dalam Pengakuan Pariyem -- melihat sosok wanita Jawa dari kalangan priyayi darn wong cilik -- serta memfokuskan pada keter_bukaan Pariyem terhadap seks. Dari sekian aspek budaya Jawa dalam buku Pengakuan Pariyem ini, penults melihat ada empat aspek budaya yang menonjol. Pertama, tradisi (kebiasaan hidup sehari-hari) manusia Jawa dalam Pengakuan Pariyem. Kedua, falsafah (sikap hidup) manusia Jawa dalam Pengakuan Pariyem. Ketiga, perilaku keagamaan manusia Jawa dalam Pengakuan Pariyem. Keempat, pola majikan-pembantu dalam Pengakuan Pariyem. Tradisi manusia Jawa digambarkan dengan jelas dalam Pengakuan Pariyem, di antaranya keakraban manusia Jawa dengan wayang. Sementara sikap hidup manusia Jawa yang ditonjolkan dalam Pengakuan Pariyem adalah nrimo ing pandum. Dan, sikap keagamaan yang dipeluk Pariyem, tokoh utama dalam prosa lirik ini, adalah sinkretis antara mistik Jawa dan agama katolik. Hubungan antara majikan dan pembantu dalam Pengakuan Pariyem memperlihatkan bahwa secara lahiriah, hubungan antara Pariyem (wong cilik) dengan majikannya (priyayi) sangatlah akrab. Akan tetapi, secara batiniah, hubungan antara wong. cilik dengan priyayi sangatlah jauh jaraknya. Hal ini terbukti dengan tetapnya Pariyem menjadi babu Raden Bagus Aria Atmojo, yang notabene adalah suaminya sendiri. Dengan kata lain, Pariyem hanya dijadikan selir. Pengakuan Pariyem memang penuh dengan adegan seks atau pembicaraan mengenai adegnn seks (ada 24 halaman). Meskipun demikian, penilaian bagus atau tidaknya sebuah karya sastra tidak hanya tergantung pada ada atau tidaknya seks dalam karya tersebut, melainkan wajar atau tidaknya pembicaraan seks dalam karya tersebut. menurut hemat penulis, penggambar_an seks dalam Pengakuan Pariyem sangat wajar dan tidak dipaksakan. Sikap Pariyem yang sangat terbuka dan pasrah dalam hidup merupakan salah satu ciri nanusia Jawa pada umumnya. Ini tidak berarti bahwa semua wanita Jawa bersikap seperti Pariyem, melainkan hanya beberapa saja yang ber_sikap demikian, atau bisa jadi hanya Pariyem (tokoh imajiner Suryadi) saja yang bersikap demikian.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S11256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chusnul Waton
Abstrak :
Skripsi ini merupakan satu dari sedikit penelitian atas humor lisan yang pernah dilakukan di Indonesia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan semantik sebagai dasar untuk menganalisis humor lisan yang menjadi fokus penelitian ini karena persoalan humor tidak lepas dari persoalan makna. Yang menarik dari penelitian ini adalah kenyataan bahwa setiap kelucuan dalam humor verbal selalu melibatkan, sekurang-kurangnya, satu dari empat aspek semantik, yaitu: praanggapan, implikatur, pertuturan, dan dunia kemungkinan. Berangkat dari kenyataan ini, timbul keinginan penulis untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk-bentuk keterlibatan keempat aspek semantik itu dalam humor lisan. Data yang penulis gunakan sebagai bahan analisis adalah humor lisan Bagito yang penulis peroleh dari hasil rekaman pertunjukkan lawak Bagito yang pernah diudarakan di atas Kejayaan. Dari penelitian ini penulis memperoleh hasil tentang bentuk-bentuk keterlibatan, praanggapan, implikatur, pertuturan, dan dunia kemungkinan yang disajikan pada bab II. Penulis juga berhasil mengidentifikasikan 13 teknik membangun humor yang terdapat dalam humor lisan bagito yang disajikan pada bab III.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S10715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gaits Mahasin Iz Suhaida
Abstrak :
Penelitian ini memaparkan permasalahan mengenai ejaan yang digunakan oleh warganet di media sosial Twitter. Berdasarkan pernyataan tersebut, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi penggunaan ejaan dalam unggahan media sosial Twitter yang digunakan oleh warganet. Penelitian ini menggunakan teori ejaan yang dikemukakan oleh Hasan Alwi (2002) sebagai acuan. Penelitian ini juga menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan Jilid V sebagai pembanding Penelitian ini merupakan penelitian jenis kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa teks, kata, dan kalimat pada 30 unggahan akun Twitter @tanyakanrl tanggal 28 Mei 2023 dari pukul 19.20 WIB hingga 21.15 WIB. Teknik membaca dan mencatat digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Berdasarkan penelitian tersebut, ditemukan adanya perbedaan penggunaan ejaan dan tanda baca oleh warganet dalam media sosial Twitter dengan Ejaan Yang Disempurnakan Jilid V. Berdasarkan 30 data dalam penelitian, ditemukan 25 unggahan memuat ejaan penggunaan huruf, 23 unggahan memuat ejaan penulisan kata, dan 30 unggahan memuat pemakaian tanda baca. ......This study describes problems regarding the spelling used by netizens on social media Twitter. Based on this statement, this research was carried out with the aim of identifying the use of spelling in Twitter social media uploads used by netizens. This study uses spelling theory proposed by Hasan Alwi (2002) as a reference. This study also uses Enhanced Spelling Volume V as a comparison. This research is a qualitative type research with descriptive research method. The data used in this study are in the form of text, words, and sentences in 30 uploads to the Twitter account @tanyakanrl on 28 May 2023 from 19.20 WIB to 21.15 WIB. Reading and note-taking techniques are used as data collection techniques. Based on this research, it was found that there were differences in the use of spelling and punctuation by netizens on social media Twitter with Ejaan Yang Disempurnakan Volume V. Based on the 30 data in the study, it was found that 25 uploads contained the spelling of the use of letters, 23 uploaded contained the spelling of word writing, and 30 uploaded contained use of punctuation.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library