Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyuningsih
"Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui keterkaitan hubungan dalam pengambilan keputusan investasi, hutang dan dividen yang dilakukan oleh manajemen keuangan dari perusahaan-perusahaan manufaktur go-public di Bursa Efek Jakarta. Jika pengambilan keputusan antara investasi, hutang dan dividen tersebut telah dilakukan dengan saling terintegrasi maka diharapkan akan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan sistem persamaan simultan dengan pooling data yaitu kombinasi dari time series dan cross section data. Adapun metode estimasinya adalah metode seemingly unrelated regression MIR), yang memiliki kelebihan yaitu diperhatikannya efek gangguan berupa korelasi antar gangguan yang berasal dari beberapa persamaan yang berbeda, disebut contemporaneous correlation, sehingga hasil estimasinya menjadi lebih efisien, terbaik dan tidak bias (Judge, 1988).
Variabel instrumen yang digunakan dalam sistem persamaan simultan ini adalah profitabilitas (RGl), likuiditas (CR), pertumbuhan (GR) dan tingkat suku bunga hutang (Intr). Populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan manufaktur go-public di Bursa Efek Jakarta, sementara sampel penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang cukup aktif dalam investasinya selama periode pengamatan, yaitu periode tahun 1990 - 1995, sejumlah 81 perusahaan. Data penelitian berupa data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory, Corporate Handbook : Indonesia serta Laporan JSX.
Hasil empiris dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan terhadap ketiga hal tersebut masih cenderung dilakukan secara parsial atau kurang terintegrasi satu sama lain, kecuali pengambilan keputusan investasi yang telah dilakukan dengan memperhatikan keputusan tentang hutang yang akan ditariknya. Secara keseluruhan hasil estimasi menunjukkan bahwa Hubungan keterkaitan antara keputusan investasi dan hutang adalah positif dan bidirectional. menunjukkan adanya kecenderungan perusahaan untuk membiayai investasi yang dilakukan dengan mengadakan pembelanjaan hutang.
Tidak ada hubungan keterkaitan yang signifikan antara keputusan investasi dan dividen secara bidirectional, menunjukkan tidak adanya indikasi bahwa perusahaan cenderung mendanai investasinya dengan menggunakan retained earning, ada kemungkinan perusahaan lebih tertarik pada pembelanjaan eksternal seperti hutang.
Tidak ada hubungan keterkaitan yang signifikan antara keputusan hutang dan dividen secara bidirectional, sehingga mengindikasikan bahwa perusahaan memang lebih tertarik mengandalkan hutang guna membelanjai investasinya meskipun sebenarnya cukup tersedia dana internal yang seharusnya tidak perlu dibagikan sebagai dividen jika memang terdapat peluang investasi yang menjanjikan.
Dari hasil estimasi ini, dengan demikian dapat disimpulkan juga bahwa ada indikasi kecenderungan perusahaan untuk lebih mengandalkan pembelanjaan hutang guna membiayai investasinya dibandingkan pembelanjaan internalnya berupa laba ditahan.
Ada kemungkinan hal ini dilakukan karena peluang investasi yang memang besar pada periode tersebut karena adanya beberapa deregulasi di bidang perekonomian yang dilakukan pemerintah, seperti PMA 100%, penghapusan Daftar Negatif Industri, dan sebagainya yang sangat menarik bagi investor. Juga adanya kemudahan dalam menarik pinjaman seperti yang dipraktekkan beberapa pengusaha yang menarik pinjaman dari bank yang berada dalam grupnya sendiri.
Ada kelemahan dalam penelitian ini yaitu terbatasnya jumlah sampel data yang digunakan serta terbatasnya jumlah variabel instrumen yang digunakan. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian lanjutan yang lebih komprehensif dalam hal data maupun variabel instrumennya sehingga akan lebih merepresentasikan kompleksitas masalah manajemen keuangan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusbardini
"Penelitian ini untuk menguji, pengukuran kinerja akuntansi pada EVA (Economic Value Added), RI (Residual Income), EBEI (Earning Before Extra Ordinary Item) dan CFO (Cash Flow Operating) yang memiliki kemampuan berbeda dalam menjelaskan perubahan Cumulative Abnormal Return (CAR), dan mengukur komponen EVA seperti Cash Flow Operating (CFO) Accrual, After Tax Interest Expenses (ATInt), Capital Charge (CapChg) dan Accounting . Adjesment (AcctAdj) yang memiliki hubungan berbeda dengan perubahan Cummulative Abnormal Return (CAR), serta komponen-komponen Economic Value Added (EVA) secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap perubahan Comulative Abnormal Return (CAR).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah di Indonesia EVA memiliki korelasi yang kuat dibanding dengan pengukuran kinerja akuntansi Residual Income (RI), Cash Flow Operation (CFO), dan Earning Before Extra Ordinary Item (EBE1) terhadap perubahan Cumulative Abnormal Return (CAR), dan apakah komponen EVA lainnya seperti CFO, Accrual, ATInt, CapChg dan AcctAdj, memiliki pengaruh yang berbeda terhadap perubahan CAR, serta apakah komponen EVA secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap perubahan CAR
Alat yang dipergunakan dalam pengujian hipotesa adalah model regresi sederhana dan regresi berganda. Pengujian hipotesa berdasarkan nilai P dari masing-masing koefisien parameter dengan membandingkan antara t tabel dan t hitung serta F tabel dan F hitung. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran kinerja akuntansi EVA, RI, CFO, EBEI serta komponen EVA seperti Accrual, ATInt, CapChg, dan AcctAdj yang diperoleh dari laporan keuangan dari tahun1993 sampai tahun 1996. Sedangkan variabel dependennya adalah cumulative abnormal return (CAR).yang diambil dari perubahan indek harga saham harian dan indek harga saham gabungan untuk 40 saham perubahan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEd) periode tahun 1993 sampai tahun 1996 dengan menggunakan pendekatan Market Model.
Hasil analisa menunjukkan ukuran kinerja EVA, RI, EBEI dan CFO, memiliki kemampuan yang berbeda dalam menjelaskan perubahan CAR. Sedangkan EBEI merupakan ukuran kinerja yang memiliki kemampuan yang paling besar. Untuk komponen EVA yang memiliki pengaruh terhadap perubahan CAR adalah CapChg dan AcctAdj. Sedangkan CFO, Accrual dan ATInt tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan CAR, karena adanya multikolinearitas pada variabel CFO dan Accrual. Selanjutnya komponen EVA secara bersama-sama berpengaruh terhadap perubahan CAR.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20170
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emma Siamuljati Tjakradinata
"Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas transparency di pasar modal adalah melalui penerapan prisip-prinsip governance pada perusahaan-perusahaan yang tercatat (listed companies) yaitu dengan cara peningkatan yang terus menerus pada kualitas pengungkapan (disclosure) perusahaan tercatat. Peyediaan informasi yang memadai sangatiah penting untuk mengurangi terjadinya informasi asymmetry sehingga pemodal dapat melakukan keputusan investasinya dengan baik.
Penelitian empiris dan teoritis terdahulu menunjukkan bahwa kualitas pengungkapan perusahaan dipengaruhi oleh serangkaian variabel karakteristik perusahaan yang antara lain meliputi ukuran aset, tingkat laba, jumlah pemegang saham, jenis industri. skala kantor akuntan publik (KAP), status pencatatan dan tingkat pngembaiian. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran aset relatif besar, tingkat laba dan tingkat pengembalian yang relatif tinggi, serta jumlah pemegang saham yang relatif banyak, memiliki kualitas pengungkapan yang lebih baik. Disamping itu, perusahaan dari kelompok industri manufaktur, perusahaan yang tercatat pada lebih dari satu bursa dan yang menggunakan jasa KAP dalam kelompok lima terbesar (the big frve), juga cenderung memiliki kualitas pengungkapan yang lebih baik.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 64 perusahaan yang tercatat pada PT BEJ untuk tahun 1998, namun untuk tujuan analisa hubungan antara kualitas pengungkapan dan karakteristik perusahaan, maka digunakan sebanyak 49 perusahaan yang terdiri atas 35 perusahaan dalam kelompok industri manufaktur dan 14 perusahaan
dalam kelompok industri non-manufaktur. Analisis kualitas pengungkapan (disclosure quality) dilakukan terhadap 49 laporan tahunan perusahaan untuk tahun 1998. Hasil analisis menunjukkan bahwa perusahaan pada kelompok industri manufaktur memiliki rata-rata kualitas pengungkapan, yaitu 27.20%, dan kelompok industri non manufaktur sebesar 24.94% atau perbedaannya sebesar 2.26%. Skor rata-rata kualitas pengungkapan seluruh perusahaan adalah sebesar 26.56%.
Keseluruhan hasil pengujian atas pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kualitas pengungkapan laporan tahunan atas perusahaan yang tercatat pada SE3 dalam tahun 1998 menunjukkan bahwa hasil pengujian atas lima karakteristik perusahaan konsisten dengan hasil penelitian teoritis dan empiris sebelumnya. Kelima karakteristik tersebut adalah tingkat laba, jumlah pemegang sahan, jenis pencatatan, jenis IKAP dan jenis industri. Namun demikian, hanya dua karakteristik saja yang hasil pengujiannya tidak sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yaitu ukuran perusahaan dan tingkat pengembalian.
Selanjutnya, hasil analisis atas pengaruh kualitas pengungkapan terhadap dispersi harga saham menunjukkan bahwa kualitas pengungkapan secara negatif dan signifikan mempengaruhi dispersi harga saham. Hal ini mengimplikasikan bahwa semakin tinggi tingkat kualitas pengungkapan perusahaan, semakin rendah dispersi harga saham perusahaan. Implikasinya adalah bahwa semakin baik tingkat pengungkapan perusahaan, maka semakin rendah tingkat resiko (cost of equity capital) yang dicerminkan dengan rendahnya dispersi harga saham. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian teoretis dan empiris terdahulu.
"
2000
T20384
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sentot Rahmat
"Karya akhir ini membahas peranan Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawasan Intern Kementerian/Lembaga dalam meningkatkan kualitas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL) dengan studi pada Kementerian Keuangan. Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan metode deskriptif. Sebagai aparat pengawasan intern, ITJEN Kementerian Keuangan telah mulai nmenjalankan fungsinya sebagaimana fungsi pengawas intern dengan paradigma baru, yaitu memberikan nilai tambah dan membantu pencapaian tujuan organisasi, dengan menjalankan fungsi sebagai pemberi assurance dan advisory consulting (konsultatif). Hal ini memberikan hasil yang cukup signifikan dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan peningkatan dari semula "Tidak Memberikan Pendapat" untuk LKKL tahun 2006 dan 2007 menjadi "Wajar Dengan Pengecualian" untuk LKKL tahun 2008. Pencapain hasil tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor yang mendukung, yaitu Sumber Daya Manusia dan Sarana/Prasarana yang ada.
Meskipun pelaksanaan peran ITJEN telah memberikan hasil yang signifikan dengan peningkatan opini sebagaimana tersebut di atas, agar lebih optimal, menurut penulis perlu dilakukan serangkaian kegiatan untuk mengatasi hambatan-hambatan baik internal maupun eksternal. Pada penelitian ini selain disarankan untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan kompetensi auditor/pereviu juga disarankan melakukan sosialisasi kepada unit penyusun laporan agar lebih peduli kepada penyusunan laporan keuangan yang berkualitas untuk menunjukkan akuntabilitas atas pengelolaan keuangan negara.

The focus of this research is the role of Inspectorate General (IG) as an Ministrial Internal Auditor in Improving the Quality of the Ministry Financial Statement (Case study in Ministry of Finance). This research is qualitative descriptive interpretive. As the result, this research discovers that IG of Ministry of Finance has conducted as a modern Internal Auditor that gives value added to organization and assisted to achieve the organization?s objectives, and to conduct a role as a consultative management or advisory consulting. This role has been implemented in Ministrial of Finance Financial Statement review activity.
The significant result of this activity is the improvement opinion of Ministry of Finance Financial Statement which formerly "Disclaimer Opinion" to "Quaified Opinion". Besides the result, there are still some internal and external obstacles in optimizing the role of IG, especially in Human Resources, concern with competencies in review technical, sytem and government accounting standard. This research recommends to enhance the IG Ministry of Finance?s auditors competence and disseminates to other offices under Ministry of Finance to build their awareness in accountability especially in Financial Reporting."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28274
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sunu Soebroto
"Penelitian ini bertujuan untuk menilai penerapan sistem balanced scorecard pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan (ITJEN). Penelitian ini menggunakan analisis terhadap data primer berupa wawancara dengan beberapa responden dan pengamatan serta data sekunder berupa dokumen/laporan tentang sistem balanced scorecard. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sistem balanced scorecard yang ada perlu dilakukan beberapa perbaikan dalam rangka mengefektifkan fungsi ITJEN. Penelitian ini menyarankan agar perspektif keuangan ditambahkan pada sistem balanced scorecard; semua indikator kinerja utama pada sistem balanced scorecard dimasukkan dalam kontrak kinerja; beberapa sasaran strategis pada sistem balanced scorecard dilakukan penyesuaian; dan sistem balanced scorecard dikomunikasikan secara efektif kepada pegawai.

The objective of this research is to evaluate the balanced scorecard's implementation at ITJEN. This research is using an analysis on a primary data by an interview and observation and a secondary data by a document about balanced scorecard. This research found that the current system should be developed in order to make the function of ITJEN more effective. This research suggests that financial perspective is added to balanced scorecard, all key performance indicators on balanced scorecard are included on performance contract, some strategic objective on balanced scorecard is adjusted and balanced scorecard should be communicated to all employees effectively."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28302
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahman Shah B.
"Tesis ini membahas Penanganan Program Kerja Audit dengan Pendekatan Risk Based Internal Audit sebagai langkah awal usulan penerapan RBIA pada Inspektorat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Perancangan yang dilakukan di dalam tesis ini dititikberatkan kepada auditan yang berisiko tinggi dan auditan yang berisiko rendah.
Penlitian ini adalah penelitian dengan desain deskriptif kualitatif dengan pemilihan sampel didasarkan pada teknik nonprobabilily sampling dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu (purposive sampling) terhadap sampel dengan risiko yang tinggi dan rendah.
Hasil penelitian menyarankan perubahan atas pendekatan yang selama ini dilakukan terhadap audit program atau Program Kerja Audit (FKA) yang kurang efektif untuk auditan yang tingkat risikonya tinggi dan kurang efisien untuk auditan yang tingkat risikonya rendah dengan menggunakan pendekatan Risk Based Infernal Audit sehingga kebutuhan akan man-days dapat diketahui dengan akurat.

This thesis discusses the design of Audit Work Program by Risk Base Internal Audit approach as a first step in the proposed implementation of RBIA the Inspectorate General of Ministry of Energy and Mineral Resources. T design done in this thesis focused to high-risk audit and low risk auditee.
This research is a qualitative descriptive design, with sample select based on sampling techniques with non probability certain consideration (purposive sampling) to sample with high and low risk.
The results suggest changes in the approaches that have been made tot audit program or the Audit Work Program -- which is less effective for the audit with high level of risk and less efficient for low-risk audit the level -- with 1 Risk Based Internal Audit approach. Thus the need for man-days can be knot accurately.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T33219
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Afriani
"ABSTRAK
Pendekatan terhadap penilaian saham yang tersedia bagi investor semakin berkembang guna mengakomodir harapan investor dalam memperoleh imbal hasil saham sebesar-besarnya dengan diimbangi peningkatan risiko sekecil mungkin. Burgstahler dan Dichev (1997) menunjukkan bahwa nilai pasar saham tergantung pada laba maupun nilai buku. Laba mengukur efektifitas suatu perusahaan saat ini dalam mengelola sumber dayanya (recursion value) sedangkan nilai buku mengukur nilai sumber daya perusahaan terlepas dari efektifitas penggunaan sumber daya saat ini (adaptation value).
Ketika rasio laba/nilai buku tinggi, perusahaan cenderung meneruskan Cara saat ini dalam mengelola sumber dayanya, dan laba merupakan faktor dominan yang berpengaruh pada nilai saham perusahaan (recursion value perusahaan adalah tinggi). Sebaliknya, ketika rasio laba/nilai buku rendah, perusahaan cenderung memilih alternatif lain dalam mengelola sumber dayanya, dan nilai buku merupakan faktor dominan yang berpengaruh pada nilai saham perusahaan (adaptation value adalah tinggi). Dengan demikian, adanya pilihan (opsi) dalam pengelolaan sumber daya perusahaan nierupakan alasan penggunaan model opsi oleh Burgstahler dan Dichev (1997).
Berkaitan dengan pengujian Burgstahler dan Dichev (1997) tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan konsep opsi dalam menilai nilai saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Pengaruh laba dan nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar dilihat secara bersamaan dan diperlihatkan dalam bentuk non-linear dengan mengacu pada model opsi yang diberikan oleh Burgstahler dan Dichev (1997). Penelitian ini merupakan penelitian empiris pertama di Indonesia yang menguji pengaruh laba dan nilai buku secara bersamaan terhadap nilai pasar serta kemungkinan hubungan non-linear antara laba dan nilai buku pada nilai pasar.
Populasi dalam penelitian ini adalah 100 (seratus) saham per tahun yang telah go public selama kurun waktu 1993-1996 di Bursa Efek Jakarta. Data yang diambil dari populasi tersebut merupakan data sekunder yang diperoleh dari Jumal Pasar Modal dan Jurnal Jakarta Stock Exchange. Dengan demikian sampel yang diambil berjumlah 400 saham. Selanjutnya, sampel terpilih dianalisis dengan menggunakan model piece-wise linear approximation dan model kuadratik. Model piece-wise linear approximation memerlukan pembagian sampel menjadi tiga kelompok dengan jumlah sampeI yang relatif sama dalam tiap kelompok, yaitu kelompok dengan tingkat laba rendah, tingkat laba menengah, dan tingkat laba tinggi. Keunggulan model ini adalah, selain dimungkinkan pengujian perbedaan slope antar kelompok, dimungkinkan juga pengujian perbedaan intercept. Namun, kelemahannya adalah dalam penentuan cut-off point yang membedakan 3 kelompok, di mana penentuannya adalah arbitrary. Selain itu persamaan tersebut mengasumsikan bahwa di dalam tiap kelompok hubungannya adalah linear. Untuk mengatasi kelemahan ini maka selain menggunakan persamaan diatas, penelitian ini juga menggunakan model kuadratik di mana keunggulan model ini adalah tidak perlu menentukan cut-off point serta tidak ada asumsi hubungan linear untuk tiap kelompok. Namun model ini tidak dapat menguji perbedaan intercept antar kelompok secara langsung.
Hasil penelitian dari model piece-wise linear approximation menemukan bahwa semakin tinggi tingkat laba, semakin kuat keterkaitan antara tingkat laba dan harga saham. Bukti yang ditemukan adalah : a) terjadi peningkatan koefisien slope dan kelompok rasio Iaba/nilai buku rendah ke tinggi; dan b) terjadi penurunan koefisien intercept dari rasio Iaba/nilai buku rendah ke tinggi. Temuan ini membuktikan bahwa recursion value semakin mendominasi nilai saham untuk saham dengan laba relatif tinggi sedangkan adaptation value semakin mendominasi nilai saham untuk saham dengan laba yang relatif rendah. Model kuadratik bahkan menghasilkan keluaran yang lebih baik dari model piece-wise linear approximation karena koefisien intercept dan slope adalah sangat signifikan. Selain itu, koefisien determinasi (R2) pada model kuadratik sedikit lebih tinggi dibandingkan model piece-wise linear upproxirnation.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah hasil penelitian di BEJ konsisten dengan riset yang telah dilakukan Surgstahler dan Dichev (1997). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa laba dan nilai buku secara bersama-sama mempengaruhi nilai pasar saham sehingga bentuk hubungan tersebut menyerupai call option."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dyah Setyaningrum
"Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh kualitas auditor dan pengawasan legislatif terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan, temuan dan opini audit.Penelitian ini mengembangkan pengukuran indeks kualitas auditor yang menggabungkan pengalaman, pelatihan, motivasi, dan pendidikan auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).Sampel penelitian adalah pemerintah daerah di Indonesia yang menerbitkan laporan keuangan auditan dari tahun 2010-2012.
Hasil pengujian empiris membuktikan adanya pengaruh langsung kualitas auditor dan pengawasan legislatif terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan, serta pengaruh tidak langsung terhadap temuan dan opini audit melalui tindak lanjut hasil pemeriksaan. Hasil ini menunjukkan bahwa auditor yang berkualitas mampu menghasilkan rekomendasi yang tepat sehingga dapat ditindaklanjuti oleh entitas yang diperiksa.Pengawasan legislatif yang kuat mendorong pengawasan yang lebih ketat atas pengelolaan keuangan daerah sehingga pemerintah daerah semakin berkomitmen untuk menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan. Semakin banyak rekomendasi yang ditindaklanjuti, kualitas laporan keuangan pemerintah daerah akan semakin baik yang ditunjukkan dengan semakin berkurangnya temuan audit dan semakin besar peluang pemerintah daerah memperoleh opini wajar tanpa pengecualian.
Implikasi penting dari penelitian ini adalah auditor dapat berperan meningkatkan implementasi rekomendasi melalui pemberian rekomendasi tepat yang dapat menyelesaikan permasalahan auditee.Untuk itu, BPK harus terus berupaya meningkatkan kompetensi sumber daya pemeriksa dengan mempertimbangkan semua aspek penting yang terbukti memengaruhi kualitas auditor.Fungsi pengawasan oleh DPRD juga dapat ditingkatkan melalui penetapan jumlah anggota DPRD yang ideal agar terbentuk kemampuan kolektif yang memadai dalam menciptakan pengawasan yang efektif.

The purpose of this study is to analyze the effect of auditor quality and legislative oversight on the follow-up of audit recommendations and audit findings/opinion. This study develop auditor quality index that comprehensively combine experience, training, motivation and education of the Audit Board of the Republic of Indonesia in conducting audit. Sample used in this study is Indonesia?s local governments? that issued audited financial statement from 2010-2012.
The empirical test result shows that there is a direct effect between auditor quality and legislative oversight on the follow-up of audit recommendations, as well as indirect effect on audit findings/opinion. High quality auditor is able to produce high quality recommendations that can be followed by the audited entity. Strong legislative oversight encourages closer monitoring over local government financial management so that local governments more committed to following up the audit recommendation. The higher the audit recommendations are acted upon, the better the quality of local government financial statements as shown by decrease in audit findings and higher probability to achieve unqualified audit opinion.
Important implication of this research is that auditor can perform significant contribution to increase follow-up of audit recommendation by formulating proper recommendation. The Audit Board of the Republic of Indonesia should continue improving auditor competencies considering all important aspect proven to have positive impact on auditor quality. Monitoring role by legislative member could be also increased by determining ideal number of legislative member in order to establish collective ability necessary to conduct effective oversight."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
D2018
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Martani
"ABSTRAK
Disertasi ini bertujuan untuk melihat pengaruh hubungan manajemen informasi terhadap
harga saham (harga penawaran, harga saham saat listing), initial return dan kinerja saham
dalam jangka panjang. Manajemen informasi diukur dengan menggunakan variabel indek
pertumbuhan penjualan sebelum IPO, indek pertumbuhan penjualan sebelum dan sesudah
IPO dan pergantian auditor. Untuk melihat pengaruh hubungan tersebut digunakan data
empiris di Bursa Efek Jakarta dari tahun 1989 - 2000.
Anomali IPO dalam bentuk initial retuns positif dan penurunan kinerja saham jangka
panjang merupakan obyek studi yang banyak digali oleh para peneliti (Mardiyah 2003,
Sembel 1996, Ritter 1991). Salah satu alasan yang diberikan atas anomali tersebut adalah
praktek window dressing yang dilakukan atas laporan keuangan yang disampaikan
sebelum IPO (Jain dan Kini 1994). Gumanti (2002) menemukan adanya manajemen laba
yang terjadi pada periode dua tahun sebelum IPO. Teoh et al. (1998) membuktikan
adanya hubungan positif antara rnanajemen laba dengan initial return dan penurunan
kinerja jangka panjang. Ukuran manajemen laba yang digunakan adalah discretionary
accrual dengan menggunakan model Jones (1991) yang dimodifikasi.
Kerangka pemikiran yang dikembangkan dalam disertasi ini merupakan sintesis dari dari
beberapa teori IPO yang pemah diteliti oieh penelitia sebelumnya. Berdasarkan hasil
penelitian Jain dan Kini (1994), disertasi ini mengasumsikan pemsahaan sebelum IPO
melakukan manajemen informasi untuk memperbagus laporan keuangan. Tujuan
manajemen inforrnasi ini adalah diperolehnya harga penawaran yang lebih tinggi dari
nilai intrinsik perusahaan. Namun karena infomasi yang diberikan tidak mencerminkan
nilai intrinsik perusahaan maka emiten akan menetapkan harga saham di bawah nilai
informasi yang diberikan. Investor yang tidak menyadari adanya manajemen informasi
tersebut menetapkan harga saham berdasarkan inforrnasi yang tersedia dan informasi lain
yang ada di pasar yang belum diperhitungkan dalam menetapkan harga penawaran.
Akibatnya akan muncul initial return positif. Dalam jangka panjang investor akan
melakukan penyesuaian penilaian saham berdasarkan inforrnasi dan kinerja yang
diberikan emiten. Akibatnya kinerja saham dan kinerja operasi akan turun dalam jangka
panjang. Penurunan harga saham ini akan berada di bawah harga penawaran karena nilai
intrinsik perusahaan berada di bawah harga penawaran. Jika harga saham dalam jangka
panjang dijadikan proksi nilai intrinsik maka manajemen informasi akan memiliki
korelasi negatif dengan indelaharga penawaran dibandingkan harga saham dalam jangka
panjang dan abnormal' return dalam jangka panjang.
Riset empiris atas data perusahaan yang listing di BEJ dari tahun 1989 - 2000,
menguatkan dugaan munculnya initial return positif sebesar 15,297%. Perusahaan
terbukt melakukan manajernen informasi dengan menunjukkan tingkat pertumbuhan
penjualan yang secara rata-rata lebih tinggi pada periode sebelum IPO dibandingkan
pertumbuhan penjualan pada periode setelah IPO. Secara rata-rata perusahaan mengalami
penurunan kinerja saham dalam jangka panjang, terbukti dari nilai rata-rata dan median
abnormal buy and hold return negatif dalam jangka waktu 1 - 5 tahun (yang dihitung
setiap akhir tahun), sementara nilai median komulatif abnormal return negatif untuk
jangka waktu 2 - 5 tahun. Kinerja operasional yang diukur dengan tingkat pertumbuhan penjualan, net profil margin, operating profit margin, return on investment, return on equrity, operating profit to total asset, earning per share dan price to book value
mengalami penurunan pada periode setelah IPO sampai dengan tahun kelima pengamatan
dengan tingkat kinerja operasi tertinggi pada tahun IPO. kecuali untuk ROE dan
operating profit to total asset pada periode satu tahun sebelum IPO.
Variabel manajemen informasi yang diproksi dengan tingkat pertumbuhan penjualan
sebelum IPO memiliki pengaruh positif terhadap harga saham pengaruh variabel
pertumbuhan penjualan sebelum IPO terhadap harga saham dipengaruhi oleh variabel
pertumbuhan penjualan sebelum dan sesudah IPO dengan pengaruh negatif. Perusahaan
yang berganti auditor terbukti memiliki pengaruh pertumbuhan penjualan sebelum IPO
yang lebih kecil dibandingkan perusahaan yang tidak berganti auditor. Variabel
prosentase jumlah saham yang dipegang oleh pemilik lama, nilai offering dibagi dengan
total asset, ROE dan nilai buku berpengaruh positif dengan harga penawaran saham dan
harga saham saat listing, hal ini konsisten dengan hasil liset sebelumnya.
Variabel tingkat pertumbuhan penjualan sebelum dan sesudah IPO mempengaruhi intial
return (IR) dengan pengaruh positif. Pengaruh variabel ini dipengaruhi oleh pertumbuhan
penjualan sebelum IPO dengan pengaruh negatif. Pengaruh variabel ini juga lebih rendah
untuk perusahaan yang berganti auditor dibandingkan perusahaan yang tidak berganti
auditor. Variabel return indek selama proses penawaran signifikan secara statistik
mempengaruhi IR. Beberapa variabel lain yang digunakan dalam model IR. tidak
signifikan secara stalistik.
Variabel tingkat pertumbuhan penjualan sebelurn dan sesudah IPO memiliki korelasi
negatif dengan kinerja saham dalam jangka panjang yang diukur dengan menggunakan
buy and hold return dan kumulatif abnormal return dalam jangka waktu 1- 5 tahun.
Variabel IR dan indek harga penawaran dibandingkan harga dalam jangka panjang
terbukti berkorelasi negatif dengan abnormal return jangka panjang. Hasil ini konsisten
dengan hipotesis yang dikembangkan dalam kerangka pemikiran.
Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Sembel (1996) yang menghubungkan
antara IR dengan return jangka panjang, dan penelitian Tech et al. (1998), Mardiyah
(2003) serta Sulistyanto dan Wibisono (2003) yang menghubungkan manajemen
informasi dengan IR dan return jangka panjang.
Hasil riset ini membuktikan adanya praktek manajemen informasi yang dilakukan dengan
meningkatkan tingkat pertumbuhan penjualan pada periode sebelum IPO yang berakibat
penurunan kinerja saham dalam jangka panjang. Untuk itu perlu diadakan pengawasan
yang ketat atas laporan keuangan perusahaan IPO unluk menghindari praktek manajemen
informasi."
2004
D874
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library