Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Conny Riana Tjampakasari
"Masalah di dalam dunia kedokteran bertambah dengan meningkatnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida, terutama oleh Candida albicans. Candida albicans dianggap sebagai spesies terpatogen dan menjadi penyebab utama kandidosis. Jamur ini tidak terdapat di alam bebas, tetapi dapat tumbuh sebagai saproba pada berbagai alat tubuh manusia, terutama yang mempunyai hubungan dengan dunia luar. Ketokonasol sebagai antimikotik pertama yang bekerja efektif secara oral menjadi pilihan untuk menguji sensitivitas Candida albicans. Tujuan penelitian ini adalah menguji sensitivitas Candida albicans terhadap ketokonasol dengan metode Minimum Inhibitory Concertation (MIC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 84,50% Candida alb/cans (60 dari 71 sampel) bersifat resisten terhadap ketokonasol. Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi klinisi dalam hal pengobatan kandidosis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yulika Harniza
"Resistensi bakteri terhadap antibiotik sudah menjadi masalah di rumah sakit Indonesia dan dunia. Banyaknya penggunaan antibiotik dengan dosis yang tidak adekuat, dan pemakaian antibiotik dalam jangka waktu lama memberikan andil besar pada peningkatan resistensi antibiotik. Bangsal Bedah RSUPN CM merupakan salah satu unit kesehatan yang memiliki insiden tinggi terjadinya infeksi. Pola bakteri beserta pola resistensi penting diketahui sebagai pertimbangan dalam penatalaksanaan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola resistensi bakteri yang diisolasi dari bangsal bedah. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang; data merupakan data sekunder hasil uji kepekaan bakteri yang diisolasi dari bangsal bedah RSUPN CM pada tahun 2003-2006 yang didapat dari Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI. Data dibagi dua berdasarkan kurun waktu 2003-2004 dan 2005-2006. Dari data didapatkan tujuh bakteri terbanyak yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Staphylococcus epidermidis, Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis, dan Streptococcus viridans. Staphylococcus aureus mempunyai nilai resistensi terbesar pada Chloramphenicol. Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis, dan Pseudomonas aeruginosa mempunyai nilai resistensi yang besar pada Amoxicillin dan Trimethoprim-Sulfamethoxazole. Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae juga mempunyai nilai resistensi besar pada Ciprofloxacin. Terjadi peningkatan persentase resistensi beberapa antibiotik uji pada 2003-2004 ke 2005-2006. Namun ada pula uji yang menurun atau menetap. Perbedaan ini dapat terjadi karena berbagai hal dan dipengaruhi bebagai faktor. Harus dilakukan upaya-upaya pengendalian dalam penggunaan antibiotika dan pencegahan resistensi dengan berbagai strategi.

Bacterial resistance to antibiotics has been an issue in hospitals in Indonesia as well as around the world. Inappropriate usage of antibiotics for a long period and errors in prescribing inadequate antibiotics dosages have been the main cause of the resistance. Due of its nature, The Surgery ward of RSUPNCM is one of the medical units that has high infection occurrence rates. The knowledge of bacterial resistence patterns must be studied and understood to successfully execute the right antibiotic for a certain infection. The purpose of this study is to evaluate bacterial resistance patterns which were isolated from the surgical ward of Cipto Mangunkusumo Hospital in 2003-2006. During the study, secondary data of bacterial isolation report from Clinical Microbiology Laboratory FKUI in 2003-2006 are also used. The data are divided into two time spans, 2003-2004 and 2005-2006. From the data gathered, we have found the top seven bacteria quantity wise; they are Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Staphylococcus epidermidis, Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis, and Streptococcus viridans. Staphylococcus aureus has the highest resistance to Chloramphenicol. Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis, and Pseudomonas aeruginosa have the highest resistance to Amoxicillin and Trimethoprim-Sulfamethoxazole. Escherichia coli and Klebsiella pneumoniae also have the highest resistance to Ciprofloxacin. The Antibiotics resistance tests show an increasing trend of the isolated bacteria resistance to antibiotics in the comparative study of the two years time spans. Nonetheless, we did also find some of the resistances that are decreasing in trend or stayed constant. These alterations are caused by many factors. Correct procedural usage of antibiotics and, management of infection preventions and treatments for controlling the bacterial resistance growth are essentials.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Anandita
"Infeksi nosokomial atau infeksi yang berkenaan atau berasal dari rumah sakit masih menjadi masalah di rumah sakit di Indonesia dan dunia. Lebih dari 20% infeksi nosokomial terjadi di ICU. Infeksi nosokomial akan meningkatkan angka kematian, waktu perawatan pasien serta biaya. Resistensi terhadap antibiotik kini juga menjadi masalah dalam mengatasi infeksi nosokomial. Pengetahuan mengenai pola bakteri di ICU RSUPNCM beserta pola resistensi penting diketahui sebagai pertimbangan dalam penatalaksanaan infeksi nosokomial. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dan data sekunder isolat yang berasal di ICU RSUPNCM pada tahun 2003-2006 yang didapat dari LMK FKUI. Data dibagi dua berdasarkan kurun waktu 2003-2004 dan 2005-2006. Didapatkan 142 isolat dalam kurun waktu 2003-2006, 91 isolat dalam kurun waktu 2003-2004 serta 51 isolat pada 2005-2006. Dari data didapatkan lima bakteri terbanyak yaitu Pseudomonas aeruginosa(31), Klebsiella pneumoniae(29), cinetobacter anitratus(21), Staphylococcus aureus(19) dan Enterobacter aerogenes(18). Pada kedua kurun waktu didapatkan lima besar bakteri yang sama namun dalam urutan yang berbeda. Pola resistensi terhadap antibiotik menunjukkan persentase resistensi yang meningkat pada Pseudomonas aeruginosa terhadap tikarsilin, Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter anitratus, dan Enterobacter aerogenes terhadap sefepim, Staphylococcus aureus terhadap eritromisin, lainnya turun atau menetap. Berdasarkan perbandingan dengan hasil uji resistensi di negara-negara lain ditemukan beberapa perbedaan. Perbedaan ini dapat terjadi karena berbagai hal dan dipengaruhi berbagai faktor. Harus dilakukan upaya-upaya pengendalian infeksi nosokomial dan pencegahan resistensi dengan berbagai strategi.

Nosocomial infection or infection associated with or derived from hospital is still a problem in Indonesia and around the world. More than 20% nosocomial infection occurred in the ICU. Nosocomial infection will increase cost, mortality rate, length of stay and cost. Resistance against antibiotics has also become a problem in controlling nosocomial infection. Knowledge about bacterial pattern in ICU of Cipto Mangunkusumo national General Hospital and its resistance pattern will help in determining the appropriate treatment for nosocomial infection. The study design is cross-sectional and using secondary data obtained from bacteria isolated from ICU of Cipto Mangunkusumo national General Hospital during 2003-2006. The data is then divided into two periods, 2003-2004 and 2005-2006. The highest numbers of microbes found were Pseudomonas aeruginosa(31), Klebsiella pneumoniae(29), Acinetobacter anitratus(21), Staphylococcus aureus(19) and Enterobacter aerogenes(18). In both period the big five bacterias are the same, but in a different order. Increased percentage of resistance is shown in Pseudomonas aeruginosa against ticarcillin, Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter anitratus and Enterobacter aerogenes against cefepime, and Staphylococcus aureus against erythromycin, other shows decreased or constant percentage. Comparison of the resistance pattern with study in other countries show some differences. There are various reasons and factors that may affect this outcome. Efforts must be made on controlling nosocomial infection and prevent resistance againsts antibiotics through various strategies.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Dame Joyce
"Ruang lingkup dan cara penelitian :
Uji biokimia dengan metoda konvensional rutin merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi bakteri batang negatif Gram baik untuk tujuan diagnosis atau untuk tujuan survei epidemiologi. Untuk mengetahui cara identifikasi yang lebih baik maka dilakukan perbandingan antara metode konvensional rutin dengan sistem Microgen. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi secara paralel antara metode konvensional rutin dan Microgen.
Hasil dan Kesimpulan :
Dari 40 isolat bakteri batang negatif Gram yang diisolasi dengan uji Microgen didapat : 28 isolat (70%) famili Enterobacteriaceae dan 12 isolat (30%) adalah bakteri batang negatif Gram non fastidious sedangkan dengan cara konvesional rutin. diperoleh hasiI 26 isolat (66,67%) Enterobacteriaceae dan 14 isolat (33,33%) batang negatif Gram non fastidious. Terdapat ketidak sesuaian identifikasi sebanyak 5 isolat (12,5% ) sedangkan 35 isolat (87,5%) identifikasinya sesuai antara sistem Microgen dengan konvensional rutin.
Ketidaksesuaian identifikasi tersebut 2 (5%) pads tingkat species yaitu antara S.liquefaciens dengan E. aerogenes dan P stutzeri dengan P.aeruginosa, serta 3 isolat( 7,5% ) pada tingkat genus.yaitu Salmonella grup dengan K ozaenae , A. baumannii dengan K ozaenae serta a diversus dengan E. cloacae"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T17706
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Apsari
"Candida adalah jamur oportunistik yang umum ditemukan pada kasus HIV/AIDS. Penurunan jumlah CD4+ pada infeksi HIV mempengaruhi sifat Candida sp. dari komensal menjadi patogen. Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mencari hubungan antara jumlah CD4+ dengan jumlah koloni Candida sp. pada rongga mulut anak terinfeksi HIV. Tiga puluh lima anak dengan infeksi HIV dibagi menjadi 3 kelompok sesuai jumlah CD4+. Isolasi Candida sp. ditemukan pada 27 sampel subjek(77,1%). Total koloni Candida sp. pada anak dengan CD4+ rendah sebesar 1315(30-2100)CFU/ml dan CD4+ normal sebesar 30(0-1020)CFU/ml. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara jumlah CD4+ dengan jumlah koloni Candida sp.

Candida is an opportunistic fungi that is commonly found in HIV/AIDS patients. Decrease in CD4+ count in HIV infection, affects the nature of Candida sp. from commensal be pathogenic. This was a cross-sectional study to find out the relationship between CD4+ count and the number of Candida sp. from oral cavity in HIV children. Thirty-five children with HIV infection were divided into 3 groups according to CD4+ count. Isolation of Candida sp. were found in 27 samples of subjects (77.1%). The total colony Candida sp. was 1315(30-2100)CFU/ml in children with lower CD4+ count and 30(0-1020)CFU/ml in children with normal CD4+ count. The results showed a significant relationship between CD4+count and the number of Candida sp.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Larasati
"Acinetobacter baumannii dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus merupakan dua dari sekian banyak bakteri yang menginfeksi manusia. Infeksi bakteri tersebut menjadi semakin berbahaya akibat tingginya kejadian resistensi bakteri tersebut terhadap antibiotik. Keterbatasan antibiotik yang tersedia menyebabkan perlunya penggunaan bahan alternatif sebagai antibiotik, antara lain tanaman herbal yang banyak djumpai di Indonesia sebagai kekayaan hayati. Kalanchoe pinnata merupakan salah satu tanaman herbal yang sering digunakan untuk menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun Kalanchoe pinnata terhadap Acinetobacter baumannii dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus. Penelitian ini dilakukan di Departemen Mikrobiologi dan Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Daun Kalanchoe pinnata diekstraksi dengan etanol. Sampel bakteri diambil secara acak dari koleksi kultur bakteri yang diisolasi dari pasien. Uji kepekaan dilakukan dengan metode mikrodilusi. Kalanchoe pinnata mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Acinetobacter baumannii dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus. Konsentrasi Hambat Minimum dan Konsentrasi Bunuh Minimum ekstrak daun Kalanchoe pinnata terhadap Acinetobacter baumannii sebesar 144,9 mg/ml dan 289,8 mg/ml, sedangkan terhadap Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus sebesar 144,9 mg/ml; dengan Konsentrasi Bunuh Minimum yang tidak dapat ditentukan.

Acinetobacter baumannii and Methicillin Resistant Staphylococcus aureus are two out of many human infecting bacteria. These bacterial infections are becoming more threatening due to their high resistance towards antibiotics. This condition leads to a challenge in searching alternative substances that can be utilized as antibiotics. One way to obtain the substance is from herbs that are found all around Indonesia as its national plant heritage. Cocor Bebek Kalanchoe pinnata is one of the herbs that is often used to treat infections. The aim of this study is to investigate the antibacterial activity of leaves extract of Kalanchoe pinnata against Acinetobacter baumannii and Methicillin Resistant Staphylococcus aureus. This study was conducted at The Department of Microbiology and Pharmacy, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. Leaves of Kalanchoe pinnata were extracted using ethanol as solvent. Bacterial samples were selected randomly from a culture collection isolated from patients. Susceptibility test was done by broth microdilution method. Kalanchoe pinnata has antibacterial activity against Acinetobacter baumannii and Methicillin Resistant Staphylococcus aureus. The Minimum Inhibitory Concentration and Minimum Bactericidal Concentration of Kalanchoe pinnata leaves extract against Acinetobacter baumannii are 144.9 mg ml and 289.8 mg ml, while for Methicillin Resistant Staphylococcus aureus is 144.9 mg ml unfortunately, its MBC cannot be determined.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Conny Riana Tjampakasari
"Ruang lingkup dan Metodologi : Penyebab utama kasus kandidosis adalah Candida albicans. Penanggulangan penyakit ini biasanya dikaitkan dengan pengobatan. Pada umumnya antimikotik yang sering digunakan untuk pengobatan adalah antimikotik golongan azol yaitu ketokonazol dan flukonazol.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketokonazol dan flukonazol terhadap pertumbuhan Candida albicans. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Macrodilution/Tube Method. Pengujian terhadap ketokonazol dilakukan dengan konsentrasi antara 0,25 µg/ml sampai dengan konsentrasi terendah 128 µg/ml dengan waktu pemaparan 1 x 24 jam, 2 x 24 jam dan 3 x 24 jam dalam waktu pengamatan 24 dan 48 jam. Pengujian terhadap flukonazol dilakukan dengan konsentrasi antara 0,1 µg/ml sampai dengan konsentrasi 51,2 µg/ml dengan waktu pemaparan 1 x 24 jam, 2 x 24 jam dan 3 x 24 jam, dalam waktu pengamatan 24 dan > 48 jam.
Hasil dan Kesimpulan : Ketokonazol berpengaruh terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan membunuh pada konsentrasi 32 µg/ml dengan waktu pemaparan 1 x 24 jam dan bersifat menghambat pertumbuhannya pada konsentrasi 8 ug/ml dengan waktu pemaparan 1 x 24 jam. Flukonazol berpengaruh terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan membunuh pada konsentrasi 12,8 µg/ml dengan waktu pemaparan 2 x 24 jam dan konsentrasi 6,4 ug/ml dengan waktu pemaparan 3 x 24 jam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini ketokonazol bersifat menghambat dan membunuh pertumbuhan Candida albicans dan flukonazol bersifat membunuh pertumbuhannya."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Husna
"Latar belakang: Lingkungan pembelajaran berpengaruh terhadap kesuksesan peserta didik. Korelasi antara lingkungan pembelajaran terhadap kesiapan praktik peserta didik masih belum diketahui secara mendalam. Menilai korelasi antara kesiapan lulusan untuk praktik dan lingkungan pembelajaran dapat menjadi dasar dalam melakukan upaya perbaikan terhadap lingkungan pembelajaran untuk menunjang kesiapan lulusan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk korelasi antara lingkungan pembelajaran dan kesiapan praktik.
Metode: Penilitian ini menggunakan desain cross sectional pada lulusan dokter gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala (FKG USK). Penelitian ini menggunakan 101 lulusan mulai dari tahun 2022 sampai 2023. Data dikumpulkan dengan menggunakan survei yang didistribusikan secara online dengan menggunakan instrumen the Dundee Ready Educational Environment Measure (DREEM) untuk menilai persepsi terhadap lingkungan pembelajaran dan modifikasi instrumen Graduate Assessment Preparedness of Practice (GAPP) untuk menilai persepsi kesiapan praktik lulusan. Uji korelasi dengan uji Pearson digunakan untuk menentukan korelasi kedua aspek diatas serta menilai kekuatan korelasi dari setiap domain yang ada.
Hasil: Analisis data menunjukkan nilai rata-rata skor seluruh responden adalah 147.9/200 yang berarti lebih banyak sisi positif daripada negatif dan rata-rata skor GAPP 201.23/238 yang berarti responden memiliki tingkat kesiapan praktik yang tinggi. Terdapat hubungan bermakna antara persepsi terhadap lingkungan pembelajaran dengan kesiapan praktik dokter gigi. Persepsi terhadap pencapaian prestasi akademik merupakan domain lingkungan pembelajaran yang paling dominan pengaruhnya terhadap kesiapan praktik lulusan.
Kesimpulan: Lulusan menilai proses pembelajaran yang telah berjalan saat ini di FKG USK sudah baik. Lulusan FKG USK memiliki tingkat kesiapan praktik hampir di semua area baik dalam area klinis, komunikasi, profesionalisme dan manajemen serta kepemimpinan. Lulusan dokter gigi yang memandang lingkungan pendidikan secara positif ditemukan memiliki tingkat kesiapan praktik yang baik.

Background: Learning environment has been known to influence students' success. The correlation between perception of the learning environment and dental graduate’s preparedness for practice is still unknown. Assessing the correlation between perception of the learning environment and dental graduate’s preparedness for practice can be the basis for making efforts to improve the learning environment to support graduates' preparedness for practice.
Objective: This study aims to identify the correlation between learning environment and preparedness for practice.
Methods: This cross-sectional study was conducted at Faculty of Dentistry, Syiah Kuala University. This research involved 101 dental graduates from 2022 to 2023. Data were collected using the Dundee Ready Educational Environment Measure (DREEM) and a modified Graduate Assessment Preparedness of Practice (GAPP) instrument. Pearson's correlation test was used to determine the correlation between the two aspects and to assess the strength of correlation of each domain.
Results: Data analysis shows the average score of DREEM of all respondents is 147.9/200, which means more positive than negative learning environment available. The average GAPP score is 201.2/238, so respondents have a high-level perception of preparedness for practice. Dental graduates have high-level perception on preparedness for practice in almost all areas including in the clinical area, communication, professionalism, and management also in leadership. There is a significant relationship between perceptions of the learning environment and dental graduate's preparedness for practice. A positive learning environment plays a role in increasing student motivation and engagement in learning as well as student academic achievement.
Conclusion: Learning environment correlates with dental graduate's preparedness for practice.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktafany
"Latar Belakang: Problem-based learning dalam pendidikan kedokteran di Indonesia menuntut lulusannya untuk memiliki mutu yang baik. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (UNILA) telah mulai menerapkan strategi pembelajaran PBL pada tahun ajaran 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan kinerja tutor dan kinerja belajar mandiri dan pelaporan hasil belajar mandiri dalam diskusi problem-based learning pada mahasiswa FK UNILA Provinsi Lampung.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif cross sectional. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan alat bantu kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Sampel merupakan total sampling dari mahasiswa kedokteran FK Unila semester 3 dan 7 sebanyak 375 sampel.
Hasil: Terdapat hubungan bermakna antara kinerja tutor dengan kegiatan belajar mandiri dan pelaporan hasil belajar mandiri oleh mahasiswa FK Unila. Analisis chi square nilai p < 0,001. Pada uji statistik didapati nilai OR =4,88 yang berarti bahwa responden yang menyatakan kinerja tutor baik berpeluang sebesar 4,88 kali untuk memiliki kinerja belajar mandiri dan pelaporan hasil belajar mandiri yang baik dibandingkan dengan responden yang menyatakan kinerja tutor kurang.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kinerja tutor dengan kinerja belajar mandiri dan pelaporan hasil belajar mandiri.

Background: Problem-based learning of medical education in Indonesia requires graduates to have a good quality. Faculty of Medicine, University of Lampung (UNILA) have started implementing PBL learning strategies in the academic year 2008. The aim of this study is to find the relationship tutor's performance and the performance of self-directed learning activity and reporting process of medical students Unila Lampung Province.
Methods: This study is a quantitative cross sectional. Data was collected using a questionnaire that has been tested for validity and reliability. The sample is a 3rd and 7th semester medical student of FK UNILA (375 samples).
Results: There was a significant relationship between the performance of tutors with self-directed learning activities and the self study report of 3rd and 7th UNILA medical school (p value <0.001). From statistical analysis, we found OR = 4.88, which means that the respondents who perceived to have a good tutor performance were 4.88 times to have a good self-directed learning performance and their sel-study reporting results that compared the performance of tutors respondents who expressed less.
Conclusion: There is a relationship between the tutor's performance with student self-directed learning performance and self-study reporting results.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoanita Widjaja
"Latar Belakang: Umpan balik merupakan komponen penting dalam pendidikan kedokteran yang dapat meningkatkan pembelajaran. Umpan balik pada tahap akademik memegang peran penting dalam pembelajaran konsep dasar untuk persiapan tahap klinik. Banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas proses umpan balik ini, salah satu di antaranya yaitu aspek budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi aspek budaya dalam proses umpan balik pada peserta didik dan staf pengajar di pendidikan kedokteran tahap akademik.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Februari sampai Maret 2016 melalui Focus Group Discussion (FGD) peserta didik angkatan 2009 hingga 2014, observasi latihan KKD dan wawancara mendalam staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK UNTAR). Hasil FGD dan wawancara dituliskan dalam bentuk transkrip verbatim, kemudian dilanjutkan dengan analisis tematik dan koding. Analisis hasil observasi dilakukan dengan analisis tematik. Selanjutnya dilakukan reduksi dan penyajian data.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan banyaknya faktor yang berperan dalam proses umpan balik, baik pada saat pencarian maupun pada saat penerimaan dan pemberian umpan balik yang selanjutnya akan menentukan efektivitasnya. Aspek budaya berperan dalam beberapa hal. Budaya collectivism, high power distance dan sopan santun berperan dalam perilaku mencari umpan balik. Budaya femininity, masculinity pada peserta didik, serta terdapatnya kompetensi budaya pada staf pengajar dan dipegangnya prinsip pendidikan nasional Indonesia, Tut Wuri Handayani, berkontribusi dalam efektivitas umpan balik.
Kesimpulan: Aspek budaya memegang peran penting dalam proses umpan balik. Peran budaya tampak pada perilaku mencari umpan balik dan merupakan faktor penting untuk meningkatkan efektivitas umpan balik. Institusi perlu meningkatkan kemampuan staf pengajar dan peserta didik dalam memaknai proses umpan balik yang sadar budaya. Kompetensi budaya merupakan salah satu kemampuan yang dapat mendukung hal tersebut. Selain itu, institusi perlu menyusun kebijakan untuk membudayakan umpan balik pada lingkungan pendidikan kedokteran.

Background: Feedback is an important element in medical education since it can improve learning. Feedback has a significant role in learning in basic concepts during undergraduate medical program as a preparation for learning in the clinical years. A lot of factors influencing feedback process effectiveness, one of them is cultural aspect. This research was aimed at exploring cultural aspect related to feedback process within medical students and faculty in undergraduate medical education program.
Method: A qualitative study using an ethnography approach was applied as a research method. Data collection was conducted between February and March 2016 through Focus Group Discussion (FGD) with 2009-2014 batch of medical, direct observation of skills teaching in clinical skills laboratory and in-depth interview with the faculty members of Faculty of Medicine Tarumanagara University. Thematic analysis and coding were used to analyze FGD and in-depth interview transcripts and also observational data. Data reduction and presentation were then conducted.
Results: The themes emerged are related to influencing factors in feedback-seeking behaviour, feedback process and feedback effectiveness. Cultural aspects play an important role at some points within the feedback process. Collectivism, high power distance and politeness are cultural aspects found in feedback-seeking behaviour. Femininity-masculinity in medical students along with cultural competence of faculty members and also the principle of ?Tut Wuri Handayani? (the identity of Indonesian national education) are contributing factors in feedback effectiveness.
Conclusion: Cultural aspects are the key to understand the influencing factors in feedback-seeking behaviour and feedback effectiveness. There is a need for medical education institution to encourage faculty and medical students‟ cultural awareness within the feedback process. Cultural competence is an important component fit for that purpose. Moreover, institution needs to set a policy in order to establish feedback culture in medical education.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T55671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>