Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zalfadhia Nadirra Roshati
"Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa, disebut sebagai Bahasa Sumber (BSu), ke dalam teks bahasa lain, disebut sebagai Bahasa Sasaran (BSa). Teks yang diterjemahkan disebut Teks Sumber (TSu), sedangkan teks hasil terjemahan disebut Teks Sasaran (TSa). Menurut teori studi penerjemahan, pergeseran makna dapat terjadi akibat perbedaan karakteristik dan budaya dari kedua bahasa. Pada penelitian ini, penulis menganalisis pergeseran makna yang terjadi dalam penerjemahan Webtoon Indonesia berjudul “Terlalu Tampan” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin dengan judul “美男家族” (Měinán Jiāzú). Analisis dilakukan dengan bertolak dari teknik penerjemahan dan teori pergeseran makna. Pergeseran makna pada penelitian ini meliputi pergeseran makna wajib (pergeseran makna generik ke makna spesifik dan sebaliknya) dan pergeseran makna bebas (pergeseran sudut pandang budaya).

Translation is the activity of transferring written messages from the text of one language, referred to as the Source Language (SL), into the text of another language, referred to as the Target Language (TL). The original text is called the Source Text (ST), while the translated text is called the Target Text (TT). According to translation studies, meaning shifts can occur due to different characteristics and cultures of the two languages. In this project, the author analyses meaning shifts that occur in the translation of Indonesian Webtoon "Terlalu Tampan" which was translated into "美男家族" (Měinán Jiāzú) in Mandarin Chinese. The project analysis is based on translation procedures and meaning shift theory. Meaning shifts in this project include obligatory meaning shift (generic meaning to specific meaning shift and vice versa) and optional meaning shift (meaning shift in cultural viewpoints)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Benediktus Rengga Irwanto
"Budaya Cina berkembang dalam banyak budaya populer termasuk pada game. Salah satu game yang mengandung budaya Cina yakni Mobile Legends: Bang Bang! atau MLBB, merupakan game rintisan Moonton selaku perusahaan pengembangnya yang berasal dari Shanghai. Moonton mengangkat budaya Cina dalam MLBB melalui karakter-karakter hero yang dapat dipilih para pemain game, di antaranya karakter hero Chang’e, Sun, dan Zilong yang memiliki popularitas tertinggi. Ketiga karakter hero tersebut diangkat berdasarkan tokoh mitos, sastra, dan sejarah Cina yakni: tokoh mitos Dewi Chang’e, tokoh sastra Sun Wukong, dan tokoh sejarah Zhao Yun. Ketiga karakter hero ini mengalami transformasi pada nama hingga latar belakang ceritanya sehingga terdapat perbedaan dari para tokoh aslinya. Transformasi tersebut dilakukan oleh pengembang sebagai penyesuaian pada konseptualisasi game sekaligus sebagai strategi pemasaran. Dari hasil mengkaji transformasi tiga tokoh yang disebut di atas menjadi karakter hero MLBB terpilih (Chang’e, Sun, dan Zilong) diperoleh kesimpulan bahwa transformasi yang dibuat pengembang tidak hanya menarik perhatian para pemain, namun juga menjadi strategi MLBB untuk mengembangkan pasar.

Chinese culture thrives on a lot of popular culture including gaming. One of the games that contain Chinese culture is Mobile Legends: Bang Bang! or MLBB, developed by Moonton as the developer company from Shanghai. Moonton elevates Chinese culture in MLBB through hero characters that gamers can choose from. There are 11 hero characters with Chinese culture, including the hero characters Chang'e, Sun, and Zilong who have the highest popularity. The three hero characters are based on mythical, literature and historical characters related to China, namely: (1) the mythical figure Chang'e as the hero character Chang'e, (2) the literature figure Sun Wukong as Sun, and (3) the historical character Zhao Yun as the hero character Zilong. The hero characters have undergone transformation from the name to the story background so there are differences from the figures. This transformation aims to be an adjustment to the game conceptualization as well as a marketing strategy to attract the players’ attention. This research will examine the figures’ transformation into selected MLBB hero characters (Chang'e, Sun, and Zilong), and it is concluded that the transformations made by the developers not only attract the players’ attention, but also eventually became MLBB's strategy to develop the market."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kyky Christianty Putri
"Tugas akhir ini membahas tentang karakteristik Ritual Tatung sebagai Pengobatan di Singkawang. Singkawang merupakan salah satu kotamadya atau pemerintahan kota di Kalimantan Barat. Penduduk Kota Singkawang terdiri dari berbagai etnis suku bangsa seperti Tionghoa, Dayak, Melayu (Tidayu) dan lain-lain. Ketiga suku tersebut saling bersaudara, rukun dan tentram. Penduduk keturunan Tionghoa di Singkawang mempercayai Ritual Tatung dapat mengobati berbagai penyakit. Terdapat banyak hal menarik yang menjadi karakteristik Ritual Tatung sebagai alternatif pengobatan di Singkawang. Hal-hal seperti dewa-dewi, ritual, dan bahkan mitos-mitos yang terkait dengan Ritual Tatung menyebabkan Ritual Tatung memiliki karakteristiknya sendiri. Tugas akhir ini berusaha menjelaskan karakteristik dan unsur-unsur yang terdapat di dalam Ritual Tatung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Dalam penelitian ini terdapat fungsi sosial-budaya Ritual Tatung pada masyarakat keturunan Tionghoa di Singkawang yang masih percaya dengan Shamanisme. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dewa atau dewi dalam Ritual Tatung. Ritual Tatung sebagai pengobatan memberikan dampak yang cukup besar pada masyarakat keturunan Tionghoa di Singkawang baik secara religi maupun sosial budaya.

This final project discusses the characteristics of the Tatung Ritual as Medical Treatment in Singkawang. Singkawang is a municipality or city in West Kalimantan. The inhabitants of the Singkawang city consists of various ethnic groups such as Chinese, Dayak, Malay (Tidayu) and others. The three tribes are living in brotherhood, harmony and peace. People of Chinese descent in Singkawang believes that the Tatung Ritual can treat various diseases. There are many interesting things that characterizes the Tatung Ritual as an alternative treatment in Singkawang. Things like gods, rituals, and even myths that are related to the Tatung Ritual cause the Tatung Ritual to have its own characteristics. This final project tries to explain the characteristics and elements contained in the Tatung Ritual. The research method used is a qualitative method. In this study, there is a socio-cultural function of the Tatung Ritual of Chinese descent in Singkawang who still believes in Shamanism. The results of this study indicates that there is a relationship between gods or goddesses in the Tatung Ritual. The Tatung ritual as a treatment has a significant impact on the Chinese people in Singkawang both religiously and socio-culturally."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Derion Yesaya
"Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kemajemukannya. Salah satu unsur dari kemajemukan tersebut adalah keberagaman etnis dan suku bangsanya. Salah satu dari sekian banyak etnis dan suku bangsa yang ada di Indonesia adalah etnis Tionghoa yang merupakan keturunan nenek moyang rakyat Cina asli yang menetap di Indonesia. Menetapnya nenek moyang etnis Tionghoa menyebabkan terjadinya proses akulturasi. Salah satu produk akulturasi tersebut adalah kelenteng yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia. Banyaknya suku dari etnis Tionghoa yang ada di Indonesia, seperti suku Hokkian, Hakka, Kanton, dan suku-suku lainnya, serta daerah penetapan yang tersebar dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia, menyebabkan terjadinya keberagaman proses akulturasi yang menghasilkan produk akulturasi yang berbeda-beda juga. Dalam konteks Tugas Akhir ini, produk akulturasinya adalah kelenteng, yang selain jumlahnya sangat banyak di Indonesia, ragam atau variasinya juga sangat banyak. Pada Tugas Akhir ini, yang penulis teliti adalah kelenteng Bio Kanti Sara Tangerang Selatan, yang merupakan kelenteng tertua di Tangerang Selatan dan memiliki tuan rumah dewa Kwan Kong. Masalah yang diteliti adalah bagaimana penempatan altar dewa-dewi dibuat dengan metode tertentu demi mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh pembuat ataupun pengurus kelenteng. Metode penelitiannya kualitatif dan pengumpulan sumber informasi dilakukan melalui wawancara, studi pustaka, dan juga online browsing. Hasil yang ingin didapatkan adalah makna penempatan altar dewa-dewi pada kelenteng Bio Kanti Sara, Tangerang Selatan.

Indonesia is a country that is well known for its diversity. One of the elements of this pluralism is the diversity of ethnic groups. One of the many ethnic groups in Indonesia is the Chinese who are descended from the ancestors of the original Chinese people who had settled in Indonesia. The settling of the Chinese ancestors led to the process of acculturation. One of the acculturation products is temple, in which there are so many of them built in Indonesia. The large number of Chinese ethnic groups in Indonesia, such as the Hokkien, Hakka, Cantonese, and other tribes, as well as settling areas that are spread from the western tip to the eastern tip of Indonesia, have resulted in a diversity of acculturation processes that produce different acculturation products. Also, in the context of this Final Project, the product of acculturation is temple, which apart from being very numerous in Indonesia, have a great variety or variations. In this Final Project, what the writer researches is the Bio Kanti Sara temple, South Tangerang, which is the oldest temple in South Tangerang and has the god Kwan Kong as its host. The problem under study is how the placement of the altar of the gods is made with certain methods in order to achieve the goals that the maker or caretaker of the temple wants to achieve. The research method is qualitative and information sources are collected through interviews, literature studies, and online browsing. The result to be obtained is the meaning of the placement of the altar of the gods in the Bio Kanti Sara temple, South Tangerang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Angelina
"Upacara sangjit adalah salah satu rangkaian upacara pernikahan orang Tionghoa keturunan Hakka yang dilakukan sebelum melangsungkan pernikahan. Terdapat acara, barang seserahan, lokasi dan kebiasaan dalam menjalankan upacara sangjit yang diwariskan turun-temurun. Dalam perkembangannya, terjadi perubahan yang dinamis dari waktu ke waktu dalam menjalankan upacara sangjit. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penyederhanaan yang terjadi pada upacara sangjit pada pernikahan Tionghoa yang dilakukan pada tahun 1967 hingga tahun 2020. Penelitian ini termasuk ke penelitian lapangan (field research) dan hasil penelitian dideskripsikan secara kualitatif. Penelitian lapangan ini menggunakan metode wawancara dengan 8 informan yang pernah melakukan upacara sangjit dalam waktu yang berbeda. Hasil penelitian menemukan bahwa terjadi beberapa perubahan lokasi, rangkaian acara, barang seserahan, dan tujuan melakukan upacara sangjit. Lokasi melakukan upacara sangjit yang awalnya rumah keluarga perempuan kini dapat diadakan di tempat umum. Tujuan melakukan upacara sangjit yang awalnya untuk membicarakan tanggal pernikahan juga berubah tidak lagi untuk membicarakan tanggal pernikahan, melainkan menjadi wadah perkenalan dan silahturahmi antara kedua belah keluarga. Secara garis besar, rangkaian acara dan barang seserahan sama, namun tetap ada perubahan yang terjadi.  Sebagian keluarga kini menggabungkan upacara lamaran dengan upacara sangjit.  Barang seserahan yang terkesan sulit tidak lagi dibawa agar lebih praktis.

Sangjit ceremony is one of Chinese Hakka wedding ceremonies which are held before getting married. There are a series of events, offerings, location and customs in carrying out the sangjit ceremony which have been passed down from generation to generation. In its development, there have been dynamic changes from time to time in carrying out the sangjit ceremony. This paper aims to explain the simplifications that occur during the sangjit ceremony at Chinese weddings which were carried out from 1967 to 2020. This research used field research methods and the results of the research were described qualitatively.  This field research used the interview method with 8 Chinese people who had performed sangjit at different times. The results of the research found that there were several changes in location, series of events, offerings, and the purpose of performing sangjit. The location for performing sangjit, which was originally the women's family home, can now be held in a public place. The purpose of doing sangjit ceremony, which was originally to discuss the wedding date has also changed, it no longer to discuss the wedding date, but instead to become a place for introductions between the two families. Broadly speaking, the series of events and items on offerings have not changed much, but there have still been changes. Some families are now combining the engagement ceremony with the sangjit ceremony. Offering items that seem difficult to find are no longer carried so that they are more practical."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmaudina Hidyanissa
"Film merupakan sebuah media komunikasi massa yang menampilkan cerita dalam bentuk audio visual. Mulan (2020) merupakan film hasil karya Disney yang diadaptasi dari cerita rakyat Cina. Film Mulan (2020) mengisahkan perjuangan seorang perempuan bernama Hua Mulan yang harus menyamar sebagai laki-laki untuk menggantikan posisi ayahnya dalam berperang melawan suku Rouran. Sebagai seorang perempuan yang menyamar menjadi laki-laki, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh Mulan. Penolakan yang didapat Mulan setelah menunjukkan identitas dirinya sebagai seorang perempuan di dalam pasukan mencerminkan adanya konsep patriarki. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan konsep patriarki di Cina dalam film Mulan (2020) dan untuk menunjukkan sejauh mana kesesuaian interpretasi sineas barat terhadap konsep patriarki di Cina dalam film Mulan (2020). Penelitian ini menggunakan teknik analisis semiotika John Fiske. Semiotika adalah cabang ilmu yang berhubungan dengan tanda-tanda. Melalui teknik analisis The Code of Television dari John Fiske yang terdiri dari level realitas, level representasi dan level ideologi, ditemukan tiga variabel patriarki menurut Kamla Bhasin yang paling menonjol dalam film yaitu kontrol atas tenaga kerja perempuan, kontrol atas seksualitas perempuan dan kontrol atas gerak perempuan. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya kesesuaian interpretasi sineas barat (Disney) terhadap konsep patriarki di Cina.

Film is a medium of mass communication that shows stories in audio visual form. Mulan (2020) is a Disney film that is adapted from the Chinese Folk Tales. Mulan (2020) tell the story about the struggle of a woman named Hua Mulan who must disguise as a man to replace her father's position in the war against the Rouran tribe. As a woman who is disguised as a man, many challenges has to face by Mulan. The rejection that Mulan received after show her identity as a woman in the army reflects the concept of patriarchy. This study aims to show the patriarchy concept in China in Mulan (2020) and to show how far suitability of western filmmaker interpretation of the concept of patriarchy in China in the Mulan movie (2020). This study uses the semiotic analysis technique of John Fiske. Semiotics is a branch of science that associated with signs. Through the analysis technique The Code of Television by John Fiske which consist of levels of reality, level of representation and level of ideology, three patriarchy variables according to Kamla Bhasin's which most prominent were found in the film is control of women's labour power, control of women's sexuality and control of women's mobility. The results of the study also show that there is a suitability of the interpretation of western filmmaker (Disney) with the concept of patriarchy in China."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Fathya
"Film To Live《活着》merupakan film drama karya Zhang Yimou yang dirilis pada tahun 1994. Film ini mengisahkan tentang sebuah keluarga di sebuah kota kecil di Tiongkok Utara yang menyesuaikan diri dengan peran baru mereka di masyarakat Komunis dan melewati berbagai asam garam kehidupan di bawah gejolak rezim Partai Komunis Tiongkok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa aspek Pemikiran Mao Zedong yang terepresentasi dalam film. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik yang berfokus pada aspek Pemikiran Mao Zedong yang muncul dalam alur cerita film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film To Live merupakan bentuk kritik terhadap dampak Pemikiran Mao Zedong yang pada masa itu dianggap sebagai ‘pedoman revolusioner untuk mendirikan Tiongkok Baru’, namun pada prakteknya masyarakat Tiongkok harus melewati berbagai macam kesulitan dan menemui nasib yang tragis hanya demi idealisme semata.

To Live《活着》is a drama film by Zhang Yimou released in 1994. This film tells the story of a family in a small town in North China adjusting to their new role in Communist society and going through various ups and downs of life under the turmoil the Chinese Communist Party regime. This study aims to analyze the aspects of Mao Zedong's thoughts that are represented in the film. This study uses a qualitative research method with an intrinsic and extrinsic approach that focuses on aspects of Mao Zedong's thoughts that appear in the storyline of the film. The results of the study show that the film To Live is a form of criticism of the impact of Mao Zedong's Thought which at that time was considered a 'revolutionary guide to establishing a New China', but in practice the Chinese people had to go through various difficulties and meet a tragic fate just for the sake of idealism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raeshya Fadillah Rahmadani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dari warna merah dan burung phoenix dalam lingkup kebudayaan Cina, serta membahas makna dari penggunaan simbol warna merah dan burung phoenix yang berkaitan dengan Permaisuri Wan dalam film The Banquet. Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan fokus pada makna simbol warna merah dan burung phoenix yang muncul pada penokohan Permaisuri Wan dalam film The Banquet. Berdasarkan hasil analisis data, dihasilkan simpulan sebagai berikut. 1) Warna merah dan burung phoenix berasal dari elemen yang sama yaitu elemen api, membuat kedua simbol tersebut memiliki makna ambisi atau hasrat. 2) Makna warna merah pada film The Banquet yang merupakan simbolisasi dari hasrat Permaisuri Wan untuk melakukan balas dendam dan merebut Tahta Kaisar Li.

This study aims to determine the meaning of the red color and the phoenix in Chinese culture, and to discuss the meaning of the use of the red and phoenix symbols associated with Empress Wan in The Banquet. The research method that will be used is a qualitative descriptive research method with a focus on the meaning of the red symbol and the phoenix that appear in the characterization of Empress Wan in The Banquet film. Based on the results of data analysis, the following conclusions are generated. 1) The colors red and the phoenix come from the same element, namely the fire element, making both symbols have the meaning of ambition or illusion. 2) The red color in The Banquet is a symbol of Empress Wan's desire to take revenge and seize Emperor Li's throne."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Anindita
"Film CJ7 《长江七号》 adalah film bertemakan fiksi ilmiah yang disutradarai oleh Stephen Chow. Film ini mengambil latar belakang Kota Ningbo, Provinsi Zhejiang dan secara garis besar menceritakan hubungan ayah dan anak yang tengah berjuang hidup dalam kemiskinan. Baik ayah maupun anak, Zhou Tie dan Xiao Di kerap menerima perlakuan diskriminasi. Sebagai seorang ayah, Zhou Tie tetap menasehati Xiao Di agar tetap terus memiliki integritas dan bersikap baik meskipun memiliki keterbelakangan sosial. Di tengah-tengah kemelaratan, hadir seekor alien kecil bernama CJ7 yang serba bisa. Pada klimaks film, Zhou Tie meninggal akibat kecelakaan maut di pusat konstruksi. Peneliti mengumpulkan informasi dan penelitian terdahulu, serta melakukan analisis terhadap kritik sosial. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa setelah melalui interaksi dengan tokoh-tokoh lain dan hilangnya tembok diskriminasi pada akhir film, film ini membuktikan bahwa fungsi film tidak hanya sebagai hiburan melainkan juga membawa pesan moral dan edukasi.

CJ7 《长江七号》 is a science fiction movie directed by Stephen Chow. The movie is set in Ningbo City, Zhejiang Province and is mainly about the relationship between a father and son who are struggling to live in poverty. Both father and son, Zhou Tie and Xiao Di often receive discrimination. As a father, Zhou Tie still advises Xiao Di to continue to have integrity and be kind despite his social retardation. In the midst of squalor, a little alien named CJ7 comes along who is versatile. At the climax of the film, Zhou Tie dies in a deadly accident at the construction center. The researcher collected information and previous research and analyzed social criticism. The results revealed that after going through interactions with other characters and the disappearance of the wall of discrimination at the end of the movie, this movie proves that the function of movies is not only as entertainment but also carries moral and educational messages."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Indah
"Film Snipers《狙击手》merupakan film karya Zhang yimou dan Zhang Mo yang dirilis pada tahun 2022 di Tiongkok. Film ini bercerita tentang perjuangan pasukan kompi lima, Tentara Sukarelawan Rakyat Tiongkok dalam menjalankan misi yang diberikan oleh Kapten, yaitu menyelamatkan anggota intelijen yang sebelumnya ditawan oleh tentara Amerika. Akan tetapi, ketika pasukan sampai di medan perang dan ingin mengevakuasi anggota intelijen, tiba-tiba pasukan kompi lima diserang oleh tentara Amerika. Sejak itu, perjuangan para tentara Tiongkok dalam melawan agresi tentara Amerika dimulai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap patriotisme seperti apa yang digambarkan sutradara pada film Snipers. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan fokus penokohan Chen Dayong, Liu Wenwu, dan Liang Liang melalui karakteristik, dialog, tingkah laku yang merepresentasikan sikap patriotisme. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya rekonstruksi dalam penggambaran sikap patriotisme melalui tokoh. Sikap patriotisme biasanya ditunjukan dengan aksi heroik. Akan tetapi, pada film Snipers sikap patriotisme juga dapat ditunjukan pada tokoh yang sedang mengalami kondisi kritis.

Snipers《狙击手》 is a film by Zhang Yimou and Zhang Mo was released on 2022 in China. This film tells about struggle of The Fifth Squad, Chinese People's Volunteer Army, in order to accomplish the mission was given by their Captain, to rescuing intelligence members who previously held captive by American soldiers. However, when The Fifth Squad arrived at the battlefield and wanted to evacuate intelligence members, suddenly The Fifth Squad was attacked by American soldiers. From that moment, the struggle of Chinese soldiers against American aggression began. This research aims to analyze what kind of patriotism the director describes in the film Snipers. This research uses a qualitative descriptive method with a focus on the characterizations of Chen Dayong, Liu Wenwu, and Liang Liang through characteristics, dialogue, behavior that represents patriotism. The results of this research indicate that there is a reconstruction in depiction of patriotism through the characters. Patriotism is usually shown by heroic action. However, in the film Snipers, patriotism can also be shown in character who are in critical condition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>